Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

OLEH :

MITHA HASANAH

(1901057)

DOSEN PENGAMPU :

ANITA LUKMAN, M.Farm, Apt

ASISTEN :

DHEA ANANDA

JIHAN FAHIRA SASMITO

SERLY NURHAYATI HAPPY

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020
1. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :

1. Menerangkan arti viskositas dan reologi

2. Membedakan cairan Newton dan cairan Non Newton

3. Menggunakan alt-alat penentuan viskositas dan reologi

4. Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non Newton


2. Tinjauan Pustaka
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita
lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan
cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai
peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam
fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap
yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas
maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling
menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif
atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana
cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah
satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah
viskosimeter ( Lutfy, 2007).
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol
sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai
kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar
dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak
bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan
kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran
laminer.  Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan
alirannya tidak terlalu cepat (Sudarjo, 2008).
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan
oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida.
Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi
semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak
didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya
kohesi antar partikel zat cair (Martoharsono, 2006).     
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan
semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan
sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul
cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat
dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit
mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
  Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) daripada gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai
aliran yang kental akan jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah
tegangan dan regangan luncur di dalam zat padat. Salah satu macam alat untuk
mengukur viscositas zat-cair adalah viscometer (Sudarjo, 2008).
 Cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah, tegangan
luncur itu relatif kecil untuk cepat perubahan regangan luncur tertentu, dan
viskositasnya juga relatif kecil, dan begitu pula sebaliknya(Lutfy, 2007).
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu
fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan
fluida diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k,
lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin
mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair
maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari
pada gas tidak kental (Mobile ) (Martoharsono, 2006).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton
menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos
sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalahkonstan sehubungan dengan
gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana
perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan.
Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan
dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang
tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida
setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A.
Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada
lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan
fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan
bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya
akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan
tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam dengan
kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida
paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di
suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan
fluida (Kanginan, 2006).
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena
itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung
dari kekentalan zat cair. Gaya gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: G = ŋ A (Ginting, 2011).
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non
newtonian.
1. Cairan Newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan
berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya :
Air, minyak, sirup, gelatin, dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah
viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan
viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear
rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran
laminar (aliran streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2
jenis, yang viskositasnya tinggi disebut “Viscous” dan yang viskositasnya
rendah disebut “Mobile” (Dogra, 2006).
2. Cairan Non-Newtonian                      
yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya
irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.       
Metode Penentuan  Kekentalan
Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan cara:
1. Cara Ostwalt / Kapiler
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Lutfy, 2007).      
Berdasarkan hukum Heagen Poiseuille.
ŋ = Π P r4t
                         8 VL        
          Hukum poiseuille juga digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan
dalam arus laminer melalui pipa slindris dan menentukan jumlah cairan yamg
keluar perdetik (Sarojo, 2006)
2. Cara Hopper
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung
gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat
kecepatan bola maksimum,terjadi kesetimbangan sehingga gaya gesek sama
dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan
tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan.Tegangan tidak bergantung pada
regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan
regangan juga disebut laju regangan( D. Young , 2009).
Laju perubahan regangan geser = laju regangan
Rumus yang di atas dapat defenisikan viskositas fluida, dinotasikan dengan η
(eta), sebagai rasio tegangan geser dengan laju regangan :
             η       =  Tegangan geser
                                       Laju regangan
Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika
itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di
dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida
sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila
sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan
berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu. Tekanan
terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat
sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola
menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008).
3. Viscometer cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang
tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan
konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit
antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas
gastidak dipengaruhi oleh tekanan.
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gasnaik
dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya
memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergeraksehingga gaya interaksi
antar molekul melemah. Dengan demikianviskositas cairan akan turun dengan
kenaikan temperatur.
c. Kehadiran zat lain
  Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya
bahantambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada
minyakataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan
viskositasakan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer,
waktualirnya semakin cepat.
d.Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliranalkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannyatinggi seta laju
aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
 f. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPOdengan
gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama

Viskositas dihitung sesuai persamaan Poisulle berikut ( Sutiah, dkk.,


2008): dimana t adalah waktu yang diperlukan cairan bervolume yang mengalir
melalui pipa kapiler, L adalah panjang dan r adalah jari- jari. Tekanan P
merupakan perbedaan aliran kedua yang pipa viskometer dan besarnya
diasumsikan sebanding dengan berat cairan. Pengukuran viskositas yang tepat
dengan cara itu sulit dicapai. Hal ini disebabkan haga r dan L sukar ditentukan
secara tepat. Kesalahan pengukuran terutama r sangat besa pengaruhnya karena
harga ini dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam
prakteknya digunakan suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering
digunakan adalah air ( Sutiah, dkk., 2008).

Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama berlaku
Jadi bila η dan  cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu
yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat
ditentukan η cairan yang sudah diketahui rapatannya ( Sutiah, dkk., 2008).

Tabel viskositas cairan pada berbagai suhu (satuan poise) (Bird, 1987)

Cairan 0∘C 10∘ C 20∘ C 30∘ C 40∘ C 50∘ C


Air 0,0179 0,013 0,0101 0,0080 0,0065 0,0055
Gliserin 105,9 34,4 13,4 6,29 2,89 1,41
Anilin 0,102 0,065 0,0044 0,0316 0,0227 0,0185
Bensin 0,0091 0,0076 0,0065 0,0056 0,0050 0,0044
Etanol 0,0177 0,0147 0,012 0,0100 0,0083 0,007
Minyak lobak 25,3 3,85 1,63 0,96 - -

Perbedaan nilai viskositas menengah dan region periperal ini menunjukkan


parameter nilai K. Ketika k > 1 maka nilai viskositas lebih dari menengah, k=1
viskositasnya sama dalam keadaan apapun, k < 1 viskositasnya ditengah region( Rao, dkk.,
2003). Tujuan dari hubungan momentum memberikan informasi kinetik dalam viskositas (
Gavin, S. Dkk., 2007). Dimana  adalah viskositasi, t adalah temperatur dalam satuan
international kelvin.

Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu
viscometer, dimana ada dua jenis viscometer yaitu (Sinko, 2011):
1. Viscometer satu titik
Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat digunakan untuk
menentukan viskositas cairan newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini
yaitu viscometer kapiler, viscometer bola jatuh, dan penetrometer.
2. Viscometer banyak titik
Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa harga
kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang sempurna.
Viscometer jenis ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan
newton maupun cairan non newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu
viscometer rotasi tipe Stromer, viscometer Brookfield dan Rotovisco.
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran
dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo,
1988):
1. Cairan Newton yaitu cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan viskositas.
2. Cairan non Newton yaitu aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan
biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau mempunyai struktur
tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan cairan Newton
sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya.
Berdasarkan grafik sifat aliaran (rheogram) cairan non newton terbagi atas
dua kelompok yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi
atas tiga aliran yaitu:
1) Aliran plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu
shearing stress pada titik tertentu yang dikenal dengan harga yield.
Bingham bodies tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar
harga yield tersebut.

2) Aliran pseudoplastis
Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan meningkatnya rate
of shear.
3) Aliran dilatan
Viskositas cairan dilatan akan bertambah dengan meningkatnya rate of
shear.

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi atas
tiga aliran yaitu (Sinko, 2011):
1) Aliran Tiksotropi
R
a
t
e

O
f

s
he
r
e

Shearing stress

Tiksotropi bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan


lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena
shearing. Gejala tiksotropi sering dikenal dengan shear thinning sistem (aksi
plastis dan pseudoplastis). Kurva menurun seringkali diganti ke sebelah kiri
dan kurva yang menaik menunjukkan bahan tersebut mempunyai konsistensi
lebih rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva menurun dibandingkan
dengan pada kurva menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur dan
juga shear thinning yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress
tersebut dihilangkan atau dikurangi.
2) Aliran Rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala R
a
dimana suatu sol membentuk suatu gel t
e
lebih cepat jika diaduk perlahan-
O
lahan atau kalau di shear daripada f
jika dibiarkan membentuk gel S
h
tersebut tanpa pengadukan. Dalam suatu a
r
sistem reopektis, gel tersebut adalah e Shearing steess

bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam


anti tiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol.
3) Antitiksotropi
R
a
t
e

O
f

S
h
a
r
e

Shearing stress

Antithiksotropi yang menyatakan kenaikan bukan pengurangan konsistensi


pada kurva menurun. Kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan (resisten)
mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah di selidiki oleh Chong et.
Al.
3. Alat dan Bahan

A. Penentuan Viskositas cairan dengan viskometer Ostwald

Objek : Penentuan kekentalan gliserin, propilenglikol, alkohol dan campuran air-


gliserin dengan Viskometer Ostwald.
Alat dan Bahan:

- Viskometer Ostwald
- Aquadest

- Propilenglikol

- Campuran air : gliserin = 5:1

- Campuran air : gliserin sama banyak (1:1)

- Alkohol

- Larutan gula 10% dan 20%

- Stopwatch

- Piknometer

B. Penentuan Kekentalan Cairan Non Newton Menggunakan Viskometer


Brookfield

Objek :

Penentuan kekentalan dan sifat alir beberapa jenis suspensi dengan viskometer
Brookfield
Alat dan Bahan:

- Viskometer Digital Brookfield DV 1.

- Beker gelas.

- Stopwatch.

- Beberapa sediaan suspense

4. Cara Kerja

A. Penentuan Viskositas cairan dengan viskometer Ostwald

Objek : Penentuan kekentalan gliserin, propilenglikol, alkohol dan campuran air-


gliserin dengan Viskometer Ostwald.

a. Penentuan Bobot Jenis

Lakukan penentuan bobot jenis atau massa jenis larutan sampel dan
pembanding menggunakan piknometer dengan cara sebagai berikut:
1. Timbang berat piknometer kosong yang bersih (W1)

2. Timbang berat piknometer + sampel atau larutan uji (W2)

3. Timbang berat piknometer + larutan pembanding (W3)


4. Tentukan bobot jenis cairan dengan rumus:

W 2−W 1
𝜌=
W 3−W 1

b. Menentukan Viskositas

1. Mula-mula Viskometer dibersihkan dan dikeringkan. Cairan yang akan


ditentukan kekentalannya dimasukkan melalui pipa A. sehingga ruang R
terisi penuh.
2. Cairan dihisap melalui pipa B agar cairan naik ke kapiler sampai permukaan
melewati garis m.
3. Kemudian cairan dibiarkan turun sampai garis n.

4. Catat waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk mengalir dari garis m ke n.

5. Cucilah Viskometer dan keringkan kembali

6. Ulangi kerja seperti di atas dengan memakai cairan pembanding

Catatan: sebagai cairan pembanding dapat digunakan air yang mempunyai


kekentalan 1,00 cps.

B. Penentuan Kekentalan Cairan Non Newton Menggunakan Viskometer


Brookfield

Objek :

Penentuan kekentalan dan sifat alir beberapa jenis suspensi dengan viskometer
Brookfield
Cara Kerja :

1. Pilih spindle sesuai dengan viskosstas sampel (contoh : air gunakan


spindel no.1)
2. Pasang spindel pada gantungan spindel

3. Turunkan spndel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup dalam


cairan yang akan diukur viskositasnya
4. Hidupkan viskometer dengan menekan tombol ON dibelakang alat

5. Biarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala

6. Catat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut. Untuk menghitung


viskositas, angka pembacaan dikalikan dengan suatu faktor yang dapat
dikutip dari tabel pada brosur alat.
7. Dengan mengubah-ubah ppm nya, akan diperoleh viskositas cairan pada
berbagai ppm.
8. Tentukan rheologinya dengan memplot antara ppm dengan viskositas

5. Hasil dan pembahasan

1) Hasil
A. Penentuan Viskositas cairan dengan viskometer Ostwald

Objek : Penentuan kekentalan gliserin, propilenglikol, alkohol dan campuran air-


gliserin dengan Viskometer Ostwald.

a) Bobot jenis

W1 = piknometer kosong = 16.111 g

W3 = aquadest = 25.408 g

W2 = campuran air-gliserin 5:1 = 26.479 g

W2 = campuran air-gliserin 1:1 = 27.299 g

W2 = Larutan gula 10% = 26.336 g

W2 = Larutan gula 20% = 26.698 g

W2 = Alkohol = 23.636 g

W2 = Propilenglikol = 26.365 g

W 2−W 1 25.408 g−16.111 g


o 𝜌 Aquadest = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

9,297
= = 1 gram / ml
9,297

W 2−W 1 26.479 g−16.111 g


o 𝜌 Gliserin 5:1 = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

10,368
= = 1,115 gram / ml
9,297

W 2−W 1 27.299 g−16.111 g


o 𝜌 Gliserin 1:1 = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

11,188
= = 1,203 gram / ml
9,297
W 2−W 1 26.336 g−16.111 g
o 𝜌 gula 10% = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

10,225
= = 1,099 gram / ml
9,297

W 2−W 1 26.698 g−16.111 g


o 𝜌 gula 20% = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

10,587
= = 1,138 gram / ml
9,297

W 2−W 1 23.636 g−16.111 g


o 𝜌 Alkohol = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

7,525
= = 0,809 gram / ml
9,297

W 2−W 1 26.365 g−16.111 g


o 𝜌 Propilenglikol = =
W 3−W 1 25.408 g−16.111 g

10,254
= = 1,102 gram / ml
9,297

b) T (detik)
o Aquadest = T1 = 4,9
T2 = 4,9
T3 = 4,9
4,9+ 4,9+4,9
T rata-rata = = 4,9 detik
3
o Gliserin 5:1 = T1 = 7,8
T2 = 7,2
T3 = 7,5
7,8+7,2+ 7,5
T rata-rata = = 7,5 detik
3
o Gliserin 1:1 = T1 = 23
T2 = 23
T3 = 24
23+23+24
T rata-rata = = 23,3 detik
3
o Gula 10% = T1 = 5,5
T2 = 5,6
T3 = 5,4
5,5+5,6+5,4
T rata-rata = = 5,5 detik
3
o Gula 20% = T1 = 6,4
T2 = 6,7
T3 = 6,6
6,4+6,7+ 6,6
T rata-rata = = 6,5 detik
3
o Alkohol = T1 = 4,4
T2 = 4,2
T3 = 4,5
4,4+ 4,2+4,5
T rata-rata = = 4,3 detik
3
o Propilenglikol = T1 = 98
T2 = 115
T3 = 123
98+115+123
T rata-rata = = 112 detik
3
c) Viskositas
ŋ1 ρ1. t 1
o Gliserin 5:1 = =
ŋ2 ρ2. t 2
gram
1,115 ×7,5 detik
ml 8,362
= ŋ1 = = = 1,706 cps
gram 4,9
1 × 4,9 detik
ml
ŋ1 ρ1. t 1
o Gliserin 1:1 = =
ŋ2 ρ2. t 2
gram
1,203 ×23 , 3 detik
ml 28,029
= ŋ1 = = = 5,720 cps
gram 4,9
1 × 4,9 detik
ml
ŋ1 ρ1. t 1
o Gula 10% = =
ŋ2 ρ2. t 2
gram
1,099 ×5,5 detik
ml 6,045
= ŋ1 = = = 1,233 cps
gram 4,9
1 × 4,9 de tik
ml
ŋ1 ρ1. t 1
o Gula 20% = =
ŋ2 ρ2. t 2
gram
1,138 ×6,5 detik
ml 7,397
= ŋ1 = = = 1,509 cps
gram 4,9
1 × 4,9 detik
ml
ŋ1 ρ1. t 1
o Alkohol = =
ŋ2 ρ2. t 2
gram
0,809 × 4,3 detik
ml 3,478
= ŋ1 = = = 0,709 cps
gram 4,9
1 × 4,9 detik
ml
ŋ1 ρ1. t 1
o Propilenglikol = =
ŋ2 ρ2. t 2
gram
1,102 × 112 detik
ml 123,424
= ŋ1 = = = 25,188 cps
gram 4,9
1 × 4,9 detik
ml

LEMBAR LAPORAN PERCOBAAN PENENTUAN


KEKENTALAN CAIRAN NEWTON DENGAN
VISKOMETER OSTWALD
t rata-rata yang Kekentalan
No Nama cairan Densiti Ket
dibutuhkan yang didapat
4,9 detik 4,9 pcs
1 Aquadest 1 gram / ml
campuran air- 1,115 gram / ml 7,5 detik 1,706 cps
2
gliserin 5:1
3 campuran air- 1,203 gram / 23,3 detik 5,720 cps
gliserin 1:1 ml

4 Larutan gula 1,099 5,5 detik 1,233 cps


10% gram/ml

5 Larutan gula 1,138 6,5 detik 1,509 cps


20% gram/ml
6 Alkohol 0,809 4,3 detik 0,709 cps
gram/ml

7 Propilenglikol 1,102 112 detik 25,188 cps


gram/ml

2) Pembahasan
A. Penentuan Viskositas cairan dengan viskometer Ostwald
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan didalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida maka
makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda begerak didalam
fluida tersebut.
Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel
zat cair. Oleh karena itu, semakin besar viskositas zat cair maka semakin susah
benda padat bergerak di dalam zat cair tersebut. Akibat adanya kekentalan zat
cair di dalam pipa maka besarnya kecapatan gerakpartikel pada penampang
melintang tersebut tidak sama, hal ini disebabkan adanya gesekan antar molekul
pada cairan kental. Besaran viskositas berbanding terbalik dengan perubahan
temperatur karena kenaikan temperatur akan melemahkan ikatan antar molekul
suatu jenis cairan sehingga akan menurunkan nilai viskositasnya. Penentuan
viskositas larutan dilakukan dengan menggunakan viskometer Ostwald dan juga
menggunakan piknometer.
Percobaan ini menggunakan viskometer Ostwald, yang mana pada metode
ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan
(fluida) pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada pipa
viskometer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah,
alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip dari penentuan
viskositas dengan metode viskometer Ostwald ini dilakukan dengan
memasukkan cairan (gliserin) ke dalam alat viskometer melalui pipa A
kemudian dengan cara menghisap cairan dibawa ke B sampai garis atas.
Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir bebas dan waktu yang diperlukan untuk
mengalir dari garis atas ke bawah diukur. Masing-masing perlakuan di ulangi
tiga kali, hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan nilai yang mendekati
benar sebab alat yang digunakan tidak dapat menentukan hasilnya secara pasti.
Dari ketiga hasil tersebut kemudian dirata-ratakan.
Pada percobaan ini pertama-tama, diletakkan viskometer pada posisi
vertikal. Dipipet sejumlah tertentu (10ml) cairan (akuades, alkohol dan aseton).
Lalu di masukkan larutan ke dalam reservoir A sehingga jika cairan ini dibawa
ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A kira-kira masih
terisi setengahnya. Jangan sampai terisi terlalu penuh karena cairan dapat
tumpah ketika di hisap. Dengan dihisap, cairan B dibawa sampai sedikit diatas
garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir secara bebas. Dicatat waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n. Setiap variasi suhu, dilakukan tiga
kali pengaliran air secara bebas, jadi waktu yang diperoleh ada tiga untuk lebih
menambah keakuratan.
Setelah didapat waktunya, dapat ditentukan massa cairan pada suhu yang
bersangkutan dengan piknometer. Dilakukan semua pengerjaan untuk cairan
pembanding (akuades). Larutan sampel yang digunakan adalah alkohol dan
aseton, , penggunaan kedua larutan tersebut karena memiliki viskositas
(kekentalan) yag tidak jauh berbeda. Dalam percobaan digunakan viskometer
yang sama. Harus menggunakan piknometer dan viskometer yang sama karena
setiap alat itu berbeda-beda massanya.
Penentuan viskositas larutan dilakukan dengan menggunakan viskosimeter
Ostwald dan juga menggunakan piknometer. Pertama-tama aquades
dimasukkan kedalam viscometer sebanyak 10 ml yang kemudian dihisap sampai
batas atas, kemudian dibiarkan mengalir pada perlakuan ini diulang sebanyak
tiga kali atau triplo hingga batas bawah dan didapat waktu yang telah dirata-
ratakan sebesar 4,9 detik. Dengan perlakuan yang sama juga dapat ditentukan
viskosimeter terhadap alkohol didapatkan pula waktu yang telah dirata-ratakan
sebesar 4,37 detik.
Dalam penentuan viskositas larutan alkohol, dimana berat dari alkohol ini
sebesar 23.636 g dari sini dapat pula dihitung nilai kerapatannya yaitu dengan
membagi berat dengan volume dari alkohol sehingga didapati kerapatannya
sebesar 0,780 g/mL. kemudian dapat pula ditentukan nilai viskositasnya yaitu
dengan menggunakan persamaan penentuan viskositas dan didapatkan
viskositas untuk alkohol sebesar 0,695 poise. Pada percobaan ini kita
menggunakan akuades sebagai pembanding. Hal ini dilakukan karena akuades
sudah memiliki ketetapan untuk nilai viskositasnya Hasil yang didapat dari
grafik yaitu semakin besar suhu maka akan semakin kecil massa jenis zat-nya.
Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan bergerak
cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat
cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu dapat pula
diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas
semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam
larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun. Molekul semakin
merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan berkumpul dan
menyebabkan m a s s a m e m a d a t k a r e n a s u h u y a n g d i g u n a k a n
k e c i l . Selain itu juga terjadi interaksi di antara molekul-molekul zat
yang melibatkan ikatan hidrogen yang menyebabkan jarak antar molekul
juga semakin kecil.
Viskositas dipengaruhi oleh gaya Van Der Waals. Gaya Van Der Waals 
adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol. Selain itu
juga dipengaruhi oleh energi ambang, yaitu sejumlah energi minimum yang
diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi hingga terbentuk zat baru..
Waktu yang dihasilkan cairan untuk mengalir bebas pun berbeda-beda. Ini
disebabkan karena proses antara pemanasan dan waktu mengukur viskositas
terlalu jauh. Bisa juga karena tingkat ketelitian yang rendah karena pada
percobaan ini kita menggunakan termometer untuk mengatur suhu. Padahal agar
suhu terjaga dengan baik, seharusnya di gunakan thermostat.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin banyak
waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan
tersebut semakin besar pula. Hasil ini berarti waktu yang diperlukan oleh suatu
cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa alkohol mempunyai
viskositas lebih besar dari air dan aseton. Sedangkan aseton mempunyai
viskositas lebih kecil dari air dan alkohol.
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Salah satunya adalah viskositas. Viskositas
merupakan tahanan yang dilakukan oleh suatu lapisan fluida terhadap suatu
lapisan lainnya. Sifat viskositas ini dimiliki oleh setiap fluida, gas, atau cairan. 
Viskositas suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran cairan. Aliran
cairan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen.  Aliran laminar menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa
dengan garis tengah kecil. Sedangkan aliran turbulen menggambarkan laju
aliran yang besar dengan diameter pipa yang besar.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek
ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan
dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu dll. Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koefisien
viskositas (h). Kebalikan dari Koefisien viskositas disebut fluiditas, , yang
merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu fluida.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi di aplikasikan dalam
pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dan lain-lain.
Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakteristik produk sediaan
farmasi sebagai penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga
meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube atau
pelewatan jarum suntik.
6. Kesimpulan
1) Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan 
1. Cara menentukan viskositas larutan newton dengan menggunakan
viskometer Ostwald yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
sampel untuk lewat antara dua tanda ketika ia mengalir karena gravitasi,
melalui suatu tabung kapiler vertical.
2. Pengaruh kadar larutan terhadap viskositas berbanding lurus dimana jika
larutan memiliki konsentrasi tinggi maka akan memiliki viskositas yang
tinggi pula.
3. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi larutan menyatakan banyaknya
partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
4. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
5. Alkohol mempunyai viskositas lebih besar dari air dan aseton. Sedangkan
aseton mempunyai viskositas lebih kecil dari air dan alkohol.
6. Nilai viskositas alkohol adalah 0,695 cps

7. Daftar Pustaka
Anonim. 2020. Diktat Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Pekanbaru : Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Riau
Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Daintith, J.1994.” Kamus Lengkap Kimia”. Edisi Baru. Alih Bahasa : Suminar Achmadi,
Ph.D. Erlangga. Jakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Pramudia. Galih, 2014. Viskositas cairan. Jurnal Farmasi Higea Vol. 6. No. 1. (diakses
pada : Senin, 4 Mei 2020 Pukul 13:11)
Ramayani . Sandi, 2018. Viskositas dan Rheologi. Jurnal Farmasi Higea Vol. 6. No. 1.
(diakses pada : Senin, 4 Mei 2020 Pukul 15:44)

Anda mungkin juga menyukai