Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
STABILITAS

OLEH :
NAMA : Mitha Hasanah
NIM : 1901057
KELAS/GRUP : S1-2B/ B

DOSEN PENGAMPU :
Anita Lukman, M.Farm, Apt

ASISTEN DOSEN:
1. DHEA ANANDA
2. JIHAN FAHIRA SASMITO
3. SERLY NURHAYATI HAPPY

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
I. Tujuan Praktikum :

1. Menentukan order reaksi penguraian asetosal


2. Menghitung konstanta kecepatan reaksinya (Log k)
3. Menentukan profil pH – stabilitas (grafik log k vs pH)

II. Tinjauan Pustaka :


Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan
(Connors, et al, 1986).
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat
dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat
atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya,
kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme
degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan. Pergantian spesies atau
perpindahan atom-atom dan ion-ion dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi
(Moechtar, 1989).
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas
dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan
sifat kimia fisika dari masing-masing bahan, yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti
suhu, cahaya, kelembaban dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi
degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat
adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara
sensorik, secara mikrobiologis, toksikologis dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri, skala
perubahan yang diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdapat dalam farmakope.
Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara Internasional ditorerir suatu penurunan
sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R, 1999).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian
dan larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H +¿¿ ) atau basa (OH −¿¿)
dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan
tidak mempengaruhi hasil dari reaksi (Ansel, 1989).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediannya biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan
pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik
sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi
dimana kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat
tersebut optimum (Anonim, 2004).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri dengan bahan-bahan dari
formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia
dan farmasi serta mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk
sediaan (Ansel, 1989).
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat
dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu yang tinggi (Lachman, 1994).
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang
berkaitan dengan bidang kefarmasian. Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan
dimasukkan dalam rantai peristiwa ini : (Martin, 1990)
a. Kestabilan dan tak tercampurkan
Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidak aktivan obat
melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan
bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut
b. Disolusi
Yang perlu diperhatikan dari faktor disolusi adalah kecepatan berubahnya obat
dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
c. Proses absorbsi, distribusi dan eliminasi
Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbsi obat kedalam tubuh, dan
laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan dengan berbagai faktor,
seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh, dan melalui jalur-jalur
pelepasan.
d. Kerja obat pada tingkat molekular obat
Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya
respon dari obat merupakan suatu proses laju.

Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk mengetahui ukuran


reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan. Urutan keseluruhan reaksi
adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan sehubungan
dengan tiap reaktan itu eksponen dari istlah konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi
(Parrot, 1978).
Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang
berkhasiat batas kadar obat yang masih terisi 90% tidak dapat lagi atau disebut sebagai sub
standar waktu diperlukan hingga tingga 90% disebut umur obat. Orde reaksi dapat
ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya (Martin, 1983).
1. Metode substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubstitusikan kedalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi.
Jika persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam batas-batas
variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2. Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi
tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah
orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan
garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1 / (a-x)
diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama).
3. Metode paruh waktu
Dalam reaksi orde nol waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal a.
Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a; waktu paruh untuk
reaksi orde kedua, dimana a=b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde
ketiga, dimana a=b=c sebanding dengan 1/a 2. Umumnya berhubungan antar
hasil diatas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi
seluruh reaktan sama.
III. Alat dan Bahan :

Alat dan Bahan :


Bahan :
 Asetosal
 Asam salisilat
 Larutan dapar fosfat 0,1 M berbagai pH
 Larutan FeCl 3 4%

Alat :
 Spektrofotometer UV-Visible
 Penangas air
 Alat-alat gelas
 Termometer

IV. Prosedur Kerja

A. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum asal salisilat dalam larutan


dapar:
1. Timbang 50 mg asam salisilat lalu larutkan salam 50 ml larutan dapar pH 2,4 atau
8,0. (Larutan induk)
2. Masukkan larutan tersebut ke dalam kuvet lalu ukur absorban atau ukuran
serapan maksimumnya pada panjang gelombang 400-800 nm.
B. Pembuatan kurva kalibrasi asam salisilat dalam larutan dapar
1. Dari larutan induk diatas buat serial konsentrasi larutan asam salisilat didalam
larutan dapar dengan kadar masing-masing 5, 7, 9, 11 dan 13 mg/ml sebanyak 10
ml.
2. Pipet masing-masing 1 ml larutan diatas lalu tambahkan 5 ml larutan FeCl3 4%
(yang dibuat dalam pelarut air) lalu ukur absorban masing-masing larutan pada
panjang gelombang serapan maksimum yang saudara peroleh dari poin (biasanya
540 nm).
3. Lalu isi data konsentrasi dan absorban yang diperoleh ke dalam tabel
4. Dari data tabel kurva kalibrasi, tentukan persamaan regresi atau liniernya dan buat
grafik antara konsentrasi terhadap absorban (kurva kalibrasi).
y = a+bx
C. Percobaan Kinetika Stabilitas Asetosal
Kondisi pH Asam:
1. Didalam labu ukur 100 ml, masukkan larutan dapar pH 2,4 sampai tanda batas
lalu panaskan dalam penangas air sampai suhu 55°C.
2. Timbang 200 mg asetosal lalu masukkan ke dalam labu ukur, larutkan dengan
sempurna dengan cara membolak balik labu.
3. Kemudian masukkan labu ukur ke dalam penangas air bersuhu 50°C, catat waktu
(t=0).
4. Ambil sampel pada waktu 0, 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit sebanyak 1 ml lalu
tambahkan 5 ml FeCl3 4% kemudian ukur absorbannya pada panjang gelombang
540 nm. Sebagai larutan blangko pipet 1 ml larutan dapar dan 5 ml FeCl3 4%.
5. Setiap pengambilan sampel 1 ml, ganti larutan dalam labu ukur dengan larutan
dapar pH 2,4 sebanyak 1 ml agar volume sampel tetap 100 ml.
6. Catat absorban sampel pada masing-masing waktu pengambilan sampel, lalu
tentukan jumlah (mg) asam salisilat yang terbentuk sebagai hasil penguraian
asetosal persatuan waktu dengan menggunakan persamaan linier yang didapat
dari kurva kalibrasi.
7. Tentukan nilai C, log Ct dan 1/C (orde 0, 1 dan 2) lalu lakukan pengolahan data
berikut,
D. Pengolahan data:
1. Tentukan order reaksi penguraian aspirin dengan menggunakan metoda grafik
(buat persamaan terintegrasi)
2. Hitung harga konstanta kecepatan reaksi pada masing-masing pH menggunakan
persamaan untuk orde reaksi tersebut
3. Buat kurva profil pH-stabilitas antara pH vs log k
4. Diskusikan pengaruh pH terhadap stabilitas asetosal didalam larutan dan tentukan
pH stabilitas maksimum.

Kondisi pH Basa:
1. Didalam labu ukur 100 ml, masukkan larutan dapar pH 8,0 sampai tanda batas
lalu panaskan dalam penangas air sampai suhu 55°C.
2. Timbang 200 mg asetosal lalu masukkan ke dalam labu ukur, larutkan dengan
sempurna dengan cara membolak balik labu.
3. Kemudian masukkan labu ukur ke dalam penangas air bersuhu 50°C, catat waktu
(t=0).
4. Ambil sampel pada waktu 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit sebanyak 1 ml lalu
tambahkan 5 ml FeCl3 4% kemudian ukur absorbannya pada panjang gelombang
540 nm. Sebagai larutan blangko pipet 1 ml larutan dapar dan 5 ml FeCl3 4%.
5. Setiap pengambilan sampel 1 ml, ganti larutan dalam labu ukur dengan larutan
dapar pH 8,0 sebanyak 1 ml agar volume sampel tetap 100 ml.
6. Catat absorban sampel pada masing-masing waktu pengambilan sampel, lalu
tentukan jumlah asam salisilat yang terbentuk dalam satuan miligram sebagai
hasil penguraian asetosal persatuan waktu dengan menggunakan persamaan linier
yang didapat dari kurva kalibrasi.
7. Tentukan nilai C, log Ct dan 1/C (orde 0, 1 dan 2) lalu lakukan pengolahan data
berikut,

Pengolahan data:
1. Tentukan order reaksi penguraian aspirin dengan menggunakan metoda grafik
(buat persamaan terintegrasi)
2. Hitung harga konstanta kecepatan reaksi pada masing-masing Ph menggunakan
persamaan untuk orde reaksi tersebut
3. Buat kurva profil pH-stabilitas antara pH vs log k
4. Diskusikan pengaruh pH terhadap stabilitas asetosal didalam larutan dan tentukan
pH stabilitas maksimum
V. Hasil
Data kurva kalibrasi
Panjang gelombang serapan maksimum : 540µm

Konsentrasi (mg/ml) Absorban


5 0,299
7 0,370
9 0,458
11 0,520
13 0,606
Perhitungan volume pembuatan kurva kalibrasi as.salisilat dalam dapar 50 `
mg/50 ml  50.000 mm/50 ml = 1000 ppm

 5 ppm  7 ppm
V1 . C1 = V2. C2 V1 . C1 = V2. C2
V1 . 1000 ppm = 10. 5 V1 . 1000 ppm = 10. 7
V1 . 1000 ppm = 50 V1 . 1000 ppm = 70
50 70
V1 = V1 =
1000 1000
V1 = 0,05 ml V1 = 0,07 ml

 9 ppm  11 ppm
V1 . C1 = V2. C2 V1 . C1 = V2. C2
V1 . 1000 ppm = 10. 9 V1 . 1000 ppm = 10. 11
V1 . 1000 ppm = 90 V1 . 1000 ppm = 110
90 110
V1 = V1 =
1000 1000
V1 = 0,09 ml V1 = 0,11 ml

 13 ppm
V1 . C1 = V2. C2
V1 . 1000 ppm = 10. 13
V1 . 1000 ppm = 130
130
V1 =
1000
V1 = 0,13 ml

kurva kalibrasi
0.7

0.6
f(x) = 0.04 x + 0.11
0.5 R² = 1
kurva kalibrasi
0.4 Linear (kurva kalibrasi)
0.3

0.2

0.1

0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

y = ax + b
a = 0,0382
b = 0,1068
R2 = 0,9978

Data Kinetika pada pH 2,4


No. t (menit) Absorban Kons (C) Log Ct 1/C
1 0 0,885 7,92 0,8987 0,1262
2 15 0,845 7,55 0,8779 0,1324
3 30 0,809 7,21 0,8579 0,1386
4 45 0,775 6,89 0,8382 0,1451
5 60 0,747 6,63 0,8215 0,1508
6 75 0,715 6,33 0,8014 0,1579
7 90 0,683 6,03 0,7803 0,1658

Mencari konsentrasi:

 t = 0 (Abs = 0,885)  t = 10 (Abs = 0,845)

y−a 0 , 885−(0,0382) y−a 0,845−(0,0382)


X= = X= =
b 0,1068 b 0,1068
= 7,92 ppm
= 7,55 ppm
 log C = log7,92 = 0,8987
 log C = log7,55 = 0,8779
 1/C = 1/7,92 = 0,1262
 1/C = 1/7,55 = 0,1324

 t = 0 (Abs = 0,809)  t = 0 (Abs = 0,775)

y−a 0,809−(0,0382) y−a 0 ,775−(0,0382)


X= = X= =
b 0,1068 b 0,1068
= 7,21 ppm = 6,89 ppm

 log C = log7,21 = 0,8579  log C = log6,89 = 0,8382

 1/C = 1/7,21 = 0,1386  1/C = 1/6,89 = 0,1451

 t = 0 (Abs = 0,747)  t = 0 (Abs = 0,715)

y−a 0 ,747−(0,0382) y−a 0 ,715−(0,0382)


X= = X= =
b 0,1068 b 0,1068
= 6,63 ppm = 6,33 ppm

 log C = log6,63 = 0,8215  log C = log6,33 = 0,8014

 1/C = 1/6,63 = 0,1508  1/C = 1/6,33 = 0,1579

 t = 0 (Abs = 0,683)

y−a 0 , 683−(0,0382)
X= =
b 0,1068
= 6,03 ppm

 log C = log6,03 = 0,7803

 1/C = 1/6,03 = 0,1658


Orde 0
9
8
f(x) = − 0.02 x + 7.87
7 R² = 1
6
Orde 0
5 Linear (Orde 0)
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Orde 1
0.92
0.9
0.88 f(x) = − 0 x + 0.9
R² = 1
0.86 Log Ct
0.84 Linear (Log Ct)
0.82 Exponential (Log Ct)
0.8
0.78
0.76
0.74
0.72
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Orde 2
0.18
0.16 f(x) = 0 x + 0.13
0.14 R² = 1
0.12
1/C
0.1 Linear (1/C)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Data Kinetika pada pH 8,0


No. t (menit) Absorban Kons (C) Log Ct 1/C
1 0 0,885 7,92 0,8987 0,1262
2 10 0,864 7,73 0,8881 0,1293
3 20 0,843 7,53 0,8767 0,1328
4 30 0,821 7,32 0,8645 0,1366
5 40 0,803 7,16 0,8549 0,1396
6 50 0,783 6,97 0,8432 0,1434
7 60 0,765 6,80 0,8325 0,1470

Mencari konsentrasi:

 t = 0 (Abs = 0,885)  t = 10 (Abs = 0,864)

y−a 0 , 885−(0,0382) y−a 0,864−(0,0382)


X= = X= =
b 0,1068 b 0,1068
= 7,92 ppm
= 7,73 ppm
 log C = log7,92 = 0,8987
 log C = log7,73 = 0,8881
 1/C = 1/7,92 = 0,1262
 1/C = 1/7,73 = 0,1293

 t = 0 (Abs = 0,843)  t = 0 (Abs = 0,821)

y−a 0,843−(0,0382) y−a 0,821−(0,0382)


X= = X= =
b 0,1068 b 0,1068
= 7,53 ppm = 7,32 ppm

 log C = log7,53 = 0,8767  log C = log7,32 = 0,8645


 1/C = 1/7,53 = 0,1328  1/C = 1/7,32 = 0,1366

 t = 0 (Abs = 0,803)  t = 0 (Abs = 0,783)

y−a 0,803−(0,0382) y−a 0,783−(0,0382)


X= = X= =
b 0,1068 b 0,1068
= 7,16 ppm = 6,97 ppm

 log C = log7,16 = 0,8549  log C = log6,97 = 0,8432

 1/C = 1/7,16 = 0,1396  1/C = 1/6,97 = 0,1434

 t = 0 (Abs = 0,765)

y−a 0,765−(0,0382)
X= =
b 0,1068
= 6,80 ppm

 log C = log6,80 = 0,8325

 1/C = 1/6,80 = 0,1470

Orde 0
8.2
8
7.8 f(x) = − 0.02 x + 7.91
7.6 R² = 1
7.4 Kons (C)
Linear (Kons (C))
7.2
7
6.8
6.6
6.4
6.2
0 10 20 30 40 50 60 70
Orde 1
0.92

0.9
f(x) = − 0 x + 0.9
0.88 R² = 1
Log Ct
0.86 Linear (Log Ct)
0.84

0.82

0.8

0.78
0 10 20 30 40 50 60 70

Orde 2
0.15

0.15 f(x) = 0 x + 0.13


R² = 1
0.14
1/C
0.14 Linear (1/C)
0.13

0.13

0.12

0.12
0 10 20 30 40 50 60 70
VI. Pembahasan

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat identitas kekuatan,
kualitas, kemurnian dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan sehingga mampu berikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik.
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja performulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini
dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat
fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme.
Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran
partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia. Energi aktivasi yaitu kemampuan
suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. energi aktivasi harus ditentukan
dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi dengan membandingkan
2 harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat
ditentukan energi aktivasinya 1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu
waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam
wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya
konsentrasi setengahnya. T60 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu
itu diperbolehkan obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan.
Pembahasan praktikum kali ini membahas mengenai penentuan profil stabilitas
asetosal dengan tujuan untuk menentukan orde reaksi penguraian asetosal untuk
menghitung konstanta kecepatan reaksinya untuk menentukan pH stabilitas maksimum.
Yang mana tujuan dari uji stabilitas ini yaitu untuk menentukan umur simpan dari
suatu sediaan obat yang benar beredar tersebut stabil dalam jangka waktu yang lama
yang disimpan dalam suhu kamar, sehingga untuk menjaga kestabilan obat, Obat harus
disimpan dan terhindar dari pencemaran dan penguraian terhindar dari pengaruh udara,
panas, dan cahaya. Pada proses kali ini kami, menguji asetosal dengan pengaruh pH
dengan menggunakan dapar pH 2,4 dan 8 .

Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan
farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang
besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan
mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut
bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui
faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi
pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.Pada percobaan ini
sampel yang digunakan yaitu asetosal.
Dalam penentuan panjang gelombang serapan maksimum diperoleh harga R2
adalah 0,9978, jadi jumlah asam salisilat maksimum menurut kurva baku kalibrasi adalah
0,9978. Selanjutnya pada penentuan kurva kalibrasi digunakan asam salisilat dengan
berbagai konsentrasi tujuannya adalah untuk melihat hubungan konsentrasi terhadap
daya serapan asam salisilat dengan spektofotometer UV-Visible dan hasil dari penentuan
panjang gelombang diperoleh hasil absorban meningkat seiring meningkatnya kadar
konsentrasi asam salisilat.
Pada percobaan selanjutnya, menentukan hasil penguraian asetosal tiap satuan
waktu. Pada percobaan ini digunakan suhu 50℃ untuk perlakuan sampel dengan waktu
yang membedakannya. Tujuannya karena dalam uji stabilitas bertujuan melihat
ketahanan sediaan dalam waktu yang lama, untuk mempercepat pengujian digunakan
suhu yang tinggi sehingga dapat menentukan kestabilan asetosal. Semakin lama
waktunya semakin lama asetosal mendapat perlakuan disuhu yang ekstrim sehingga
dapat menghilangkan waktu/batas penggunaannya.
Dalam perhitungan kinetika pada pH 2,4 Asetosal stabilitas asetosal diperoleh
nilai berturut-turut 0.885, 0.845, 0.809, 0.775, 0.747, 0.715, dan 0.683. Sedangkan dalam
perhitungan kinetika pada pH 2,4 Asetosal stabilitas asetosal diperoleh nilai berturut-
turut 0.885, 0.864, 0.843, 0.821, 0.803, 0.783, dan 0.765 hal ini menunjukkan suhu
berpengaruh dalam penilaian absorban. Semakin lama larutan dipanaskan pada suhu
ekstrim (50℃) semakin meningkat nilai absorbasinya.
Hasil yang diperoleh pada kinetika asetosal pada larutan dapar pH 2,4 ini yang
mana pada hasil asetosal pada orde 0 berturut-turut berdasarkan waktunya adalah 7.29,
7.55,7.21, 6.89, 6.63, 6.33, dan 6.03. Hal yang sama juga terjadi pada orde 1 atau log C
berturut-turut adalah 0.8987, 0.8779, 0.8579, 0.8382, 0.8215, 0.8014 dan 0,7803. Namun
berbanding terbalik dengan orde 2 yang mana setiap penambahan waktu akan
menyebabkan konsentrasinya menurun, berturut-turut adalah 0.1262, 0.1324, 0.1386,
0.1451, 0.1508, 0.1579 dan 0.1658.
Sedangkan Hasil yang diperoleh pada kinetika asetosal pada larutan dapar pH
8,0 ini yang mana pada hasil asetosal pada orde 0 berturut-turut berdasarkan waktunya
adalah 7.92, 7.73, 7.53, 7.32, 7.16, 6.97, dan 6.80. Hal yang sama juga terjadi pada orde
1 atau log C berturut-turut adalah 0.8987, 0.8881, 0.8767, 0.8645, 0.8549, 0.8432 dan
0,8325. Namun berbanding terbalik dengan orde 2 yang mana setiap penambahan waktu
akan menyebabkan konsentrasinya menurun, berturut-turut adalah 0.1262, 0.1293,
0.1328, 0.1366, 0.1396, 0.1434, dan 0.1470.

VII. Kesimpulan
1. Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang menutupi masalah kadar obat berhasiat
2. Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu
- metode stabilitasi
- metode grafik
- metode waktu paruh
3. Nilai R yang diperoleh dari data kinetika pada pH 2,4 yaitu :
Orde 0 : 0,9974
Orde 1 : 0,9993
Orde 2 : 0,9980
4. Nilai R yang diperoleh dari data kinetika pada pH 8,0 yaitu :
Orde 0 : 0,9988
Orde 1 : 0,9996
Orde 2 : 0,9993
5. Dari kurva dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi asetosal semakin
besar absorbannya.
6. Faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu obat antara lain
- cahaya panas
- Kecepatan reaksi
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
- Tingkat reaksi dan cara penentuannya
VIII. Daftar Pustaka

Cannors et. Al, 1986, Chemical stability Pharmaceuticals, New york.


Martin, A. 1990. Farmasi Fisik dasar dan kimia fisik. UI. Press. Jakarta
Moechtar. 2009. Farmasi Fisika bagian larutan dan sistem dispersi, UGM,
Yogyakarta
Ansel 1989, pengantar bentuk sediaan farmasi, UI. Jakarta
Anonim 2004, kumpulan kuliah farmakologi, Buku Kedokteran EGC (Jakarta)
Volght, R. 1994. Teknologi Farmasi, UGM. Press. Yogyakarta
Parrot, 1978. Pharmacetical Technology. USA

Anda mungkin juga menyukai