PENDAHULUAN
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan
memiliki tahapan-tahapan yaitu : tahap dikembangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap
remaja, tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan umur yang dapat
pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi, masa anak sekolah, masa remaja dan masa
adonelen yang lebih lanjut akan disebut dengan periode perkembangan. Dalam hal ini saya
merasa tertarik untuk mengetahui karakteristik
perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang mempengaruhi psikologi perkembangan pada
fase remaja, serta masalah-masalah yang sering dialami oleh remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa definisi masa remaja ?
2. Kapan masa perkembangan remaja ?
3. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja ?
4. Tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan oleh remaja ?
5. Permasalahan apa saja yang sering dilakukan oleh remaja ?
C. Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi remaja.
2. Untuk mengetahui kapan masa perkembangan remaja.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
4. Untuk mengetahui tugas perkembangan remaja.
5. Untuk mengetahui permasalahan yang sering dialami oleh remaja.
B. Pengertian Remaja
Menurut saya, remaja adalah tahapan bagi seseorang yang akan di alami oleh setiap
manusia, yang akan mengalami perubahan drastis dari masa kanak-kanak. Perubahan itu
meliputi perubahan fisik, perubahan mental, maupun perubahan psikis.
Masa perubahan remaja perempuan lebih cepat dari pada laki – laki.
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
remaja.Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki.
Pada masa ini,terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi
remaja.
Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase
ini. Akibatnya, remaja remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik ( karena merasa tahu
segalanya ), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan
terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, cenderung lebih
berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan
akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Mereka lebih senang bergaul dengan
kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani
menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan kurang berguna, maupun peraturan-
peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, Mereka akan semakin kehilangan minat
untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya
daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.Tapi, pada saat yang sama, mereka
juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka
tidak mampu melaksanakan keinginannya.
Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi
kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi
orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat
berat. Orang tua tidak boleh berpikir, “Ya ampun… itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa
menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu !”, dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah
orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak
remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini akan
mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu
menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi
sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat.
Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan
datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini,
sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar
tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka
khususnya dalam hal pengenalan diri atau gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-
kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik
seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh
perkembangan seksualitasnya, remaja sulit diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut, kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial
remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya
dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan
dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga
karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga
proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya
kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan
psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik
segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka.
Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya
terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan
sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase
ini.
Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari
anak-anak menuju dewasa.
Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat universal
yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan nilai.
Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-
masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan
remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan
siapa dirinya, apa peranannya.
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan
stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat
dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan
mengawasi.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, karena arena remaja melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
1. Keluarga
a. Fungsi keluarga
Menurut Samsyu Yusuf ( 2004 : 42 ), Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor
internal dan eksternal, maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga
yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya, tetapi ada keluarga yang mengalami
keretakan.
Keluarga yang fungsional ( normal ) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan
fungsinya sebagaimana yang sudah dijelaskan. Disamping itu, keluarga yan fungsional ditandai
oleh karakteristik, yaitu :
Remaja memiliki “ superego “ ( berperilaku efektif yang dibimbing oleh kata hatinya ).
Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas, berkaitan
dengan keluarga yang otoriter.
Menurut Pikunas ( 1976 : 72 ), mengemukakan kaitan antara kelas social dengan cara
orangtua dalam mengatur anak, yaitu :
Kelas Bawah ( lower class ): cenderung lebih keras dalam “ toilet training” dan lebih
sering menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah.
Kelas Atas ( upper class ): cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan
kegiatan – kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya
tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
2. Lingkungan Sekolah
Menurut Harlock ( 1986 : 322 ), bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anakbaik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berpikir.
Beberapa alasannya adalah :
Anak – anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar
rumah.
Social Cognition : kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan
tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuan ini berpengaruh kuat terhadap minatnya
untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya ( Sigelman &
Shaffer, 1995: 372,376 ).
Konformitas : motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai – nilai,
kebiasaan, kegemaran ( hobi ), atau budaya teman sebayanya. Konformitas kepada
norma kelompok terjadi, apabila :
1) Norma tersebut secara jelas dinyatakan.
2) Individu berada di bawah pengawasan kelompok.
3) Kelompok memiliki fungsi yang kuat.
4) Kelompok memiliki sifat kohesif yang tinggi.
5) Kecil sekali dukungan terhadap penyimpangan dari norma.
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figure yang mempunyai otoritas.
Memperkuat self – control ( kemampuan mengendalikan diri ) atas dasar skala nilai,
prisip – prinsip atau falsafah hidup ( Weltanschauung ).
G. Permasalahan Remaja
1. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan
fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik
tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture)
dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik
yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan
upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada
penyimpangan perilaku seksual.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang
pesat. Namun ketika si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya
tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan
masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan
kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai
bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa
asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang.
Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing
tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional,
sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok
sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan
menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja
dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa
bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya.
Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya,
namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di
sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya
keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan
dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang
tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan
sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk
menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus
tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai
dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika
tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun
dengan lingkungannya.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha
pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku
imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan
dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan
perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada remaja maka telebih dahulu remaja harus
mengenal dirinya sendiri. Dalam proses pengenalan diri sendiri itu, perlu didukung oleh orang-orang
yang ada di sekitarnya seperti keluarga, guru, dan sebagainya. Ada baiknya juga bila para orang tua
berusaha memahami mengenai psikologi sang anak. Hal tersebut akan membantu orang tua untuk
lebih memahami keinginan anak sehingga orang tua dapat mengarahkan para remaja lebih baik.
Pemberian contoh yang baik juga memiliki pengaruh yang sangat besar. Pada dasarnya,
dalam mencari jati diri para remaja akan membutuhkan panutan dan akan mencari panutan. Oleh
karena itu ada baiknya para orang tua mecontohkan hal baik ketimbang hanya menyuruh tetapi tidak
memberikan contoh kepada anak remaja.
Remaja juga butuh kebebasan dalam memilih atau beraktifitas. Ada baiknya mereka diberi
kebebasan dalam melaksanakan atau melakukan apa yang mereka suka. Namun orang tua harus tetap
mengawasi dan memberi batasan-batasan agar anak remaja tidak terjerumus ke perilaku yang salah.
Jika bisa jadilah pendengar utama bagi sang anak, dimana sang anak dapat menyampaikan keluh
kesah yang ia rasakan kepada orang tua tanpa merasa takut akan dimarahi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian tersebut diatas, dengan ini saya kemukakan beberapa hal kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Remaja adalah masa kelahiran baru bagi setiap manusia, dari masa peralihan kanak –
kanak.
2. Ada empat tahapan perkembangan remaja yang harus dilewati bagi setiap manusia, yang
tiap tahapnya akan mengalami perubahan yang drastis.
3. Masa remaja adalah masa dimana orang mencari identitas diri, orang mengalami
berbagai masalah baru, dan menimbulkan ketakutan.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah keluarga, lingkungan
sekolah, dan teman sebaya.
5. Masa remaja banyak mengalami permasalahan, karena seorang remaja sedang mencari
identitas diri.
B. Saran
Masa perkembangan remaja merupakan masa seseorang dalam keadaan yang tidak stabil,
karena sedang mencari identitas diri.
Oleh karena itu, orangtua sebagai penuntun bagi remaja harus melakukan hal – hal seperti ini :
2. Lebih pengertian dengan keadaan remaja karena emosi remaja tidak stabil.
3. Jangan memberikan efek orangtua yang tidak mengerti keadaan remaja, karena itu akan
memberikan efek negatif kepada remaja itu.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Syamsu ( 2004 ) Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Johnson David W. ( 1970 ) The Social Psychologi of Education. New York: Holt Rinehart & Wiston
Inc.
Hurlock Elizabeth ( 1950 ) Child Development. New York: Mc Graw Hill Book Company. Inc.
Pikunas Lustin ( 1976 ) Human Development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.
Sigelman carol K. & Shaffer David R. ( 1995 ) Life Span Human Development. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
Yusuf Syamsu LN. ( 1998 ) Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis. Disertasi.
Bandung: Pascasarjana IKIP Bandung.
Hartinah Siti. ( 2008 ) Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama
Susanto Eko. ( 2008 ). “PSIKOLOGI PERKEMBANGAN”. [Online]. Tersedia :
eko13.wordpress.com/2008/04/12/psikologi-perkembangan/. Yang direkam pada 11 Oktober 2011.
[14 Oktober 2011].
Momogi. ( 2010 ). “ PERMASALAHAN REMAJA “. [Online]. Tersedia :
http://mo2gi.student.umm.ac.id/2010/02/04/permasalahan-remaja/. Yang direkam pada 11 Oktober
2011. [ 14 Oktober 2011].