Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN HUTAN

RAKYAT DI DESA BERABAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Hamka ¹; Wardah dan Imran Rachman²


hamka.untad@gmail.com
1
(Mahasiswa Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Staf Pengajar Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
The study aimed to determine both of actual and potential land suitability classes for teak,
mahogany and sengon as well as to identify the potential of land availability for the private forest
development in Beraban village. The study was conducted in November 2014 - January 2015. It
applied the matching system between land use or growing plant requirements and land
quality/characteristics of a given area. Land suitability classes are determined by physical
properties (land characteristics /quality) major limitation in assessing land suitability classes. The
results showed actual land suitability classes of teak were marginal suitability (S3), and not
suitable (N1); mahogany was considered as moderate suitability (S2), marginal suitability (S3), and
not suitable (N1); while sengon was assessed considered as moderate suitability (S2), marginal
suitability (S3), and not suitable (N1).
Keywords: Land Suitability, Teak, Mahogany, Sengon.

Indonesia dikenal memiliki hutan menjadi salah satu alternatif untuk


tropis yang cukup luas dengan keaneka- meningkatkan taraf kehidupan sosial
ragaman hayati yang sangat tinggi dan bahkan ekonomi masyarakat di perdesaan (Attar,
tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia. 2000).
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan RI Pengelolaan dan pemanfaatan lahan
tahun 2014 bahwa luas hutan Indonesia marginal di Indonesia seharusnya melihat
adalah 124.002.848,67 ha. Seiring dengan aspek kesesuaian lahan terhadap komoditi
berjalannya waktu dan tingkat kebutuhan yang akan dikembangkan sehingga
akan kayu semakin meningkat, mendorong pembangunan kehutanan di Indonesia dapat
masyarakat baik secara individu maupun diwujudkan secara optimal. Permasalahan
kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan yang terjadi dalam pemanfaatan lahan
dengan tidak memperhatikan kelestariannya. diakibatkan oleh adanya ketidak sesuaian
Tekanan untuk memenuhi kebutuhan suatu komoditi terhadap lahan dan
lahan untuk pertanian, industri dan lingkungan, sehingga hasilnya tidak
perumahan menyebabkan terjadinya maksimal. Hal ini terkait dengan
konversi hutan menjadi lahan perumahan, pengembangan tata ruang yang belum
kawasan industri dan pertanian. Di lain pihak memperhatikan aspek kelayakan dan potensi
masih banyak lahan kering yang tidak lahan yang ada.
produktif belum dapat dimanfaatkan untuk Evaluasi lahan adalah suatu proses
pertanian. Salah satu usaha untuk penilaian sumber daya lahan untuk tujuan
mengembangkan pemanfaatan lahan kering tertentu dengan menggunakan suatu
ataupun lahan kritis yang tidak produktif pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil
adalah dengan menanam tanaman berkayu evaluasi lahan akan memberikan informasi
(hutan rakyat) yang mempunyai nilai dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai
komersial. Selain manfaat tersebut, dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah
pengembangan hutan rakyat juga dapat tingkat kecocokan sebidang lahan untuk

16
17 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 16-25 ISSN: 2089-8630

penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan hujan tropik). Sedangkan tipe iklim


tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini berdasarkan Oldeman yaitu tipe C2 dengan
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah bulan kering : 2, dan bulan basah : 6 berturut-
diadakan perbaikan (kesesuaian lahan turut. Jenis tanah yaitu Alluvial, Latosol, dan
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah Podzolik Merah Kuning.
kesesuaian lahan berdasarkan data sifat Bahan yang digunakan dalam
biofisik tanah atau sumber daya lahan penelitian ini antara lain: peta tematik
sebelum lahan tersebut diberikan masukan- Kabupaten Parigi Moutong meliputi peta
masukan yang diperlukan untuk mengatasi administrasi, peta penggunaan lahan, peta
kendala. Data biofisik tersebut berupa kawasan hutan, peta kelerengan, peta
karakteristik tanah dan iklim yang jaringan sungai. Peralatan yang
berhubungan dengan persyaratan tumbuh dipergunakan antara lain seperangkat
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan komputer, Software GIS, kompas, GPS,
potensial menggambarkan kesesuaian lahan meteran rol, clinometer, bor tanah, parang,
yang akan dicapai apabila dilakukan usaha- cangkul, skop, linggis, kamera dan alat tulis.
usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat Metode penelitian yang digunakan
berupa hutan konversi, lahan terlantar atau adalah metode survei tanah, sedangkan
tidak produktif, atau lahan pertanian yang evaluasi kesesuaian lahan menggunakan
produktivitasnya kurang memuaskan tetapi metode pencocokan (matching) kriteria dan
masih memungkinkan untuk dapat syarat tumbuh tanaman berdasarkan kriteria
ditingkatkan bila komoditasnya diganti yang dikeluarkan oleh (Hardjowigeno dan
dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung et Widiatmaka, 2011).
al., 2007). Penelitian dilakukan dalam tiga tahap
Meskipun telah terbukti berhasil, tapi yaitu persiapan, survei lapangan dan analisis
pemilihan jenis tidak didasari dengan evaluasi di laboratorium, dan analisis data. Tahap
kesesuaian lahan dengan jenis yang persiapan meliputi pengumpulan data
dikembangkan. Selain itu belum juga yang berkaitan dengan penelitian, seperti
dilakukan potensi yang dikembangkan ke penelaahan peta topografi, peta
jenis lain. penggunaan lahan, peta administrasi, peta
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tanah, peta lereng, data sekunder seperti data
maka dilakukan penelitian evaluasi iklim, suhu udara dan hasil survei. Tahap
kesesuaian lahan untuk pengembangan hutan selanjutnya adalah survei lapangan pada plot
rakyat di Desa Beraban Kabupaten Parigi yang diperoleh dari tumpang tindih (overlay)
Moutong. Tujuan penelitian untuk antara peta jenis tanah, peta lereng dan
mengetahui kesesuaian lahan aktual dan penggunaan lahan. Survei lapangan dilakukan
potensial tanaman jati, mahoni, dan sengon. dengan pengamatan karakteristik biofisik
tanah, membuat profil tanah dan pengambilan
METODE sampel tanah. Tahap pelaksanaan di lapangan
dibagi dua tahapan yaitu tahap penentuan area
Penelitian ini dilaksanakan di Desa pengamatan penelitian dan tahap pengambilan
Beraban Kecamatan Balinggi Kabupaten tanah. Balai Penelitian Tanah (2004)
Parigi Moutong. Penelitian ini dilaksanakan menyarankan pelaksanaan survei tanah
pada bulan November 2014 – Januari 2015. dilakukan melalui:
Luas Desa Beraban ± 4.259,10 ha yang 1. Memperhatikan wilayah sekitar untuk
terbagi atas 3 (tiga) dusun. Iklim menurut mengenal keadaan wilayah sambil
Schmidt dan Ferguson termasuk dalam tipe A melakukan pemboran untuk mengetahui
(daerah sangat basah dengan vegetasi hutan
Hamka, dkk. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Beraban ………………… 18

penyebaran dan homogenitas sifat-sifat b. Ketersediaan air yaitu data curah


tanah dari lokasi tersebut. hujan (mm) 10 tahun terakhir yang
2. Menetapkan lokasi yang representatif bersumber dari Laboraorium
dengan cara melakukan pemboran di 2 - 3 Pengamatan Hama dan Penyakit
tempat berjarak 100 m di sekitar lokasi (LPHP) Dolago Kabupaten Parigi
yang akan diambil seperti untuk mengetahui Moutong.
kehomogenan tanah. Jika 2 - 3 pengeboran c. Ketersediaan oksigen yaitu drainase
tersebut menunjukkan keadaan yang sama, tanah maksudnya tanah yang diamati
maka tempat pengambilan contoh tanah di lapangan tidak terdapat bercak
sudah dianggap cukup representatif. karatan dan cukup basah.
3. Selain menggunakan bor tanah sampel tanah d. Bahan kasar (%) artinya presentasi
juga diambil dengan pembuatan lubang kerikil atau batuan yang terdapat di
profil tanah. Pengambilan dengan pembutan dalam tanah.
lubang profil tanah dilakukan dengan e. Bahaya Erosi yaitu lereng (%) dilihat
menggali tanah dengan ukuran 1×1 m dan bagaimana tingkat kemiringan
kedalaman 1 – 2 m atau mencapai bahan lerengnya.
induk tanah. Sedangkan dengan f. Batuan Permukaan (%) artinya batuan
menggunakan bor dilakukan dengan yang tersebar diatas permukaan
membor tanah 2 titik sedalam 0-30 cm dan tanah, berdia- meter > 25 cm.
30 - 60 cm. g. Batuan singkapan (%) artinya batuan
4. Sampel tanah yang diambil dengan bor tanah yang terungkap diatas permukaan
maupun dengan pembuatan lubang profil yang merupa- kan bagian dari batuan
tanah, masing-masing sekitar 1kg. besar yang terbenam didalam tanah.
5. Sampel tanah secara keseluruhan
dikomposit sehingga 1 plot menjadi 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel tanah untuk dianalisis sifat fisik
dan kimia sesuai dengan Evaluasi Kesesuaian Lahan
karakteristik/kebutuhan tumbuh tanaman. Hasil evalausi kesesuaian lahan di 3
6. Melakukan penentuan data-data (tiga) plot menunjukkan karakteristik lahan di
pendukung seperti : lokasi penelitian bervariasi. Curah hujan dan
a. Temperatur yaitu rata-rata temperatur suhu udara rata-rata tahunan seragam Tabel 1.
(°C) 10 tahun terakhir yang bersumber
dari Stasiun BMKG Sulawesi Tengah
19 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 16-25 ISSN: 2089-8630

Tabel 1. Karakteristik lahan pada masing-masing plot di wilayah penelitian


Kualitas dan karakteristik Plot
lahan Plot 1 Plot 2 Plot 3
Temperatur rerata (ºC) 27,32 27,32 27,32
Ketersedian air (wa)
2.426,6 2.426,6 2.426,6
Curah hujan (mm)
Ketersedian oksigen (oa)
Agak Cepat Agak Cepat Agak Cepat
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur Lempung Lempung Lempung
berpasir berpasir berpasir
Kedalaman tanah (cm) 100 105 76
Retensi hara (nr)
KTK tanah (me.%) 16,34 16,50 16,68
pH H2O 4,57 5,42 5,20
C-organik (%) 1,24 1,33 1,26
Salinitas (dS/m) <0,05 <0,05 <0,05
Lereng (%) 5,5 10 40
Batuan permukaan (%) 0 0 0
Singkapan batuan 0 <1 1

Hasil kesesuaian lahan aktual dan potensial pada plot 1, plot 2, plot 3 di Desa Beraban
Kabupaten Parigi Moutong untuk tanaman jati, mahoni dan sengon disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelas kesesuaian lahan tanaman kehutanan pada setiap plot.


Jenis Tanaman Plot Kelas Kesesuaian Lahan
Plot 1 S3-wf (curah hujan, pH tanah)
Jati Plot 2 S3-w (curah hujan)
Plot 3 N1-e (lereng)
Plot 1 S3-f (pH Tanah)
S2-rf (drainase, tekstur, kedalaman
Mahoni Plot 2
tanah, pH tanah)
Plot 3 N1-e (lereng)
Plot 1 S3-f (pH Tanah)
S2-wrf (curah hujan, drainase, tekstur,
Sengon Plot 2
kedalaman tanah, pH tanah)
Plot 3 N1-e (lereng)
Sumber: Analisis data lapangan dan laboratorium

Tabel 2 tersebut menunjukkan kelas sesuai pada saat ini) yang akan dijelaskan
kesesuaian lahan pada masing-masing plot sebagai berikut:
untuk setiap jenis tanaman kehutanan yaitu
jati, mahoni dan sengon secara garis besar Evaluasi Kesesuaian Lahan Jati (Tectona
terdapat tiga jenis kelas kesesuaian lahan grandis)
aktual pada daerah penelitian yaitu S2 (cukup Tabel 2 menunjukkan kelas
sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N1 (tidak kesesuaian lahan aktual pada tanaman jati
secara garis besar memperlihatkan, plot 1
Hamka, dkk. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Beraban ………………… 20

kelas kesesuaian lahan aktualnya termasuk Efek kimia, yaitu dengan


Sesuai Marginal (S3). Lahan memiliki faktor penambahan kapur akan menaikkan nilai
pembatas yang berat dan mempengaruhi pH menjadi lebih sesuai. Dimana
produktivitasnya. Pada plot 1 sub kelas konsentrasi ion-ion H akan menurun,
kesesuaian lahannya adalah S3wf. Faktor konsentrasi ion-ion OH akan meningkat,
pembatas utamanya ketersediaan air yang kelarutan besi, aluminium dan mangan
ditunjukkan oleh karakteristik curah hujan akan menurun, tersediaannya fosfor,
yang tinggi (2.426,6 mm/tahun), retensi hara kalsium, dan magnesium akan bertambah
yang ditunjukkan rendahnya kesuburan besar, serta persentase kejenuhan basa akan
tanah. Rendahnya kesuburan tanah ini terlihat meningkat.
dari retensi hara yang dispesifikasikan oleh Efek biologis yaitu kapur menstimulir
pH tanah yang rendah (4,57). Sedangkan organisme tanah heterotrofik. Dengan
menurut Djaenudin et al. (2003) tanaman jati demikian dapat meningkatkan kegiatan bahan
akan tumbuh baik pada kisaran curah hujan organik dan nitrogen dalam tanah. Selain itu
1.500 – 2.000 mm/tahun dan pH 5,5 – 7,0. aminifikasi, amonifikasi dan oksidasi
Nilai pH tanah yang rendah menyebabkan sulfur akan dipercepat oleh kenaikan pH.
tanaman menjadi sukar untuk dapat menyerap Luas lahan yang termasuk kelas ini adalah
unsur hara. Sebab pada umumnya tanaman 501,46 ha.
mudah menyerap unsur hara pada pH yang Plot II kelas kesesuaian lahan
netral (pH 6 - 7). Pada tanah masam unsur aktualnya termasuk Cukup Sesuai (S3). Lahan
hara P tidak dapat diserap karena diikat oleh memiliki faktor pembatas yang berat dan
Al dan Fe. Selain itu, pada tanah-tanah yang mempengaruhi produktivitasnya. Plot II sub
masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam kelas kesesuaian lahannya adalah S3w. Faktor
tanah, yang selain memfiksasi unsur P juga pembatas utamanya ketersediaan air yang
merupakan racun bagi tanaman ditunjukkan oleh karakteristik curah hujan
(Hardjowigeno, 2003). yang tinggi (2.426,6 mm/tahun). Sedangkan
Guna meningkatkan kesesuaian lahan menurut Djaenudin et al. (2003) tanaman jati
aktual menjadi kesesuaian lahan potensial akan tumbuh baik pada kisaran curah hujan
Cukup Sesuai (S2) dibutuhkan beberapa 1.500 – 2.000 mm/tahun. Curah hujan rata-
perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas rata yang tinggi merupakan faktor pembatas
kesesuaian lahan potensialnya dapat permanen dan tidak dapat dilakukan
meningkat. Pada Curah hujan rata-rata yang perbaikan-perbaikan. Luas lahan yang
tinggi merupakan faktor pembatas permanen termasuk kelas ini adalah 344,35 ha.
dan tidak dapat dilakukan perbaikan- Plot III kelas kesesuaian lahan
perbaikan, pH tanah yang terlalu masam aktualnya termasuk Lahan Tidak Sesuai Saat
dapat dinaikkan pHnya dengan menambahkan Ini (N1). Lahan memiliki faktor pembatas
kapur di dalam tanah (Fathoni dan Aji, 2015). yang berat/sulit untuk diatasi. Pada plot III
Efek dari pengapuran ini menurut Buckman sub kelas kesesuaian lahannya adalah N1e.
dan Brady (1982) memberikan efek fisik, Faktor pembatas utamanya yang sangat berat,
kimia dan biologi. Efek fisik, yaitu yaitu faktor bahaya erosi yang dikarakterisasi
meningkatkan pembutiran (granulasi), efek oleh kelerengan yang sangat curam (>40%)
terhadap gaya biotik terutama yang ada dan bahaya erosi yang tinggi. Sedangkan
hubungannya dengan dekomposisi bahan menurut Djaenudin et al. (2003) tanaman jati
organik tanah dan sintesa humus. Dalam akan tumbuh baik pada kisaran lereng <8%.
hubungan ini efek stimulasi kapur terhadap Kelerengan sangat curam mempengaruhi
tumbuh-tumbuhan berakar dalam, terutama jumlah air hujan yang meresap atau ditahan
leguminose, tidak dapat diabaikan. oleh massa tanah, mempengaruhi dalamnya
21 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 16-25 ISSN: 2089-8630

air tanah, serta mempengaruhi besarnya erosi. umumnya tanaman mudah menyerap unsur
Menurut Hardjowigeno (1993) akibat dari hara pada pH yang netral (pH 6 - 7). Pada
tingginya erosi mempengaruhi ketebalan tanah masam unsur hara P tidak dapat diserap
solum serta tebal dan kandungan bahan karena diikat oleh Al dan Fe. Selain itu, pada
organik horison A. Di daerah berlereng tanah-tanah yang masam banyak ditemukan
curam, yang mengalami erosi terus menerus ion-ion Al di dalam tanah, yang selain
menyebabkan tanah-tanah bersolum dangkal. memfiksasi unsur P juga merupakan racun
Guna meningkatkan kesesuaian lahan bagi tanaman (Hardjowigeno, 2003).
aktual menjadi kesesuaian lahan potensial Guna meningkatkan kesesuaian lahan
Sesuai Marginal (S3) dibutuhkan beberapa aktual menjadi kesesuaian lahan potensial
perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas Cukup Sesuai (S2) dibutuhkan beberapa
kesesuaian lahan potensialnya dapat perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas
meningkat. Pada karakteristik lereng, kesesuaian lahan potensialnya dapat
perbaikan yang dapat dilakukan menurut meningkat. Pada karakteristik nilai pH
Saleh et al. (2000) yaitu dengan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan
melakukan kegiatan teknik konservasi pHnya dengan menambahkan kapur di dalam
tanah. Teknik konservasi tanah pada hutan tanah (Fathoni dan Aji, 2015). Efek dari
rakyat dapat dilakukan dengan cara teknis pengapuran ini menurut Buckman dan Brady
atau vegetasi yaitu : (1) penambahan tanaman (1982) memberikan efek fisik, kimia, dan
penutup tanah, (2) pembuatan rorak, (3) biologi. Efek fisik, yaitu meningkatkan
penanaman dalam strip, (4) pergiliran pembutiran (granulasi), efek terhadap gaya
tanaman, (5) menambahkan tanaman penguat biotik terutama yang ada hubungannya
teras, (6) penggunaan bahan organik dan dengan dekomposisi bahan organik tanah
mulsa (Sudibyo dan Kosasih, 2011). Luas dan sintesa humus. Dalam hubungan ini efek
lahan yang termasuk kelas ini adalah 41,46 stimulasi kapur terhadap tumbuh-tumbuhan
ha. berakar dalam, terutama leguminose, tidak
dapat diabaikan.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Mahoni Efek kimia, yaitu dengan
(Swietenia mahagoni) penambahan kapur akan menaikkan nilai
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan pH menjadi lebih sesuai. Dimana
bahwa kelas kesesuaian lahan aktual pada konsentrasi ion-ion H akan menurun,
tanaman mahoni secara garis besar konsentrasi ion-ion OH akan meningkat,
memperlihatkan, plot 1 kelas kesesuaian kelarutan besi, aluminium dan mangan
lahan aktualnya termasuk Sesuai Marginal akan menurun, tersediaannya fosfor,
(S3). Lahan memiliki faktor pembatas yang kalsium, dan magnesium akan bertambah
berat dan mempengaruhi produktivitasnya. besar, serta persentase kejenuhan basa akan
Pada plot 1 sub kelas kesesuaian lahannya meningkat.
adalah S3f. Faktor pembatas utamanya retensi Efek biologis yaitu kapur menstimulir
hara yang ditunjukkan rendahnya kesuburan organisme tanah heterotrofik. Dengan
tanah. Rendahnya kesuburan tanah ini terlihat demikian dapat meningkatkan kegiatan bahan
dari retensi hara yang dispesifikasikan oleh organik dan nitrogen dalam tanah. Selain itu
pH tanah yang rendah (4,57). Sedangkan aminifikasi, amonifikasi dan oksidasi
menurut Djaenudin et al. (2003) tanaman sulfur akan dipercepat oleh kenaikan pH.
mahoni akan tumbuh baik pada kisaran pH Luas lahan yang termasuk kelas ini adalah
5,5 – 7,0. Nilai pH tanah yang rendah 501,46 ha.
menyebabkan tanaman menjadi sukar untuk Plot II kelas kesesuaian lahan
dapat menyerap unsur hara. Sebab pada aktualnya termasuk Cukup Sesuai (S2). Lahan
Hamka, dkk. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Beraban ………………… 22

memiliki faktor pembatas yang relatif sedikit . Kelerengan sangat curam mempengaruhi
Plot II sub kelas kesesuaian lahannya adalah jumlah air hujan yang meresap atau ditahan
S2rf. Faktor pembatas utamanya media oleh massa tanah, mempengaruhi dalamnya
perakaran yang ditunjukkan oleh drainase air tanah, serta mempengaruhi besarnya erosi.
tanah agak cepat, tekstur lempung berpasir Menurut Hardjowigeno (1993) akibat dari
dan kedalaman efektif 105 cm serta retensi tingginya erosi mempengaruhi ketebalan
hara yang oleh pH tanah yang rendah (5,20). solum serta tebal dan kandungan bahan
Sedangkan menurut Djaenudin et al. (2003) organik horison A. Di daerah berlereng
tanaman mahoni akan tumbuh baik pada curam, yang mengalami erosi terus menerus
drainase baik, tekstur lempung, lempung liat menyebabkan tanah-tanah bersolum dangkal.
berpasir dan kedalaman efektif ≥ 150 cm serta Guna meningkatkan kesesuaian lahan
pH 5,5 – 7,0. aktual menjadi kesesuaian lahan potensial
Nilai pH tanah yang rendah Sesuai Marginal (S3) dibutuhkan beberapa
menyebabkan tanaman menjadi sukar untuk perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas
dapat menyerap unsur hara. Sebab pada kesesuaian lahan potensialnya dapat
umumnya tanaman mudah menyerap unsur meningkat. Pada karakteristik lereng,
hara pada pH yang netral (pH 6-7), dimana perbaikan yang dapat dilakukan menurut
unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah Saleh et al. (2000) yaitu dengan
masam unsur hara P tidak dapat diserap melakukan kegiatan teknik konservasi
karena diikat oleh Al dan Fe. Selain itu, pada tanah. Teknik konservasi tanah pada hutan
tanah-tanah yang masam banyak ditemukan rakyat dapat dilakukan dengan cara teknis
ion-ion Al di dalam tanah, yang selain atau vegetasi yaitu : (1) penambahan tanaman
memfiksasi unsur P juga merupakan racun penutup tanah, (2) pembuatan rorak, (3)
bagi tanaman (Hardjowigeno, 2003). penanaman dalam strip, (4) pergiliran
Guna meningkatkan kesesuaian lahan tanaman, (5) menambahkan tanaman penguat
aktual menjadi kesesuaian lahan potensial teras, (6) penggunaan bahan organik dan
Sangat Sesuai (S1) dibutuhkan beberapa mulsa (Sudibyo dan Kosasih, 2011). Luas
perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas lahan yang termasuk kelas ini adalah 41,46
kesesuaian lahan potensialnya dapat ha.
meningkat, yakni pemberian pupuk anorganik
maupun pupuk organik/bahan organik serta Evaluasi Kesesuaian Lahan Sengon
karakteristik nilai pH tanah yang rendah (Paraserianthes falcataria)
dapat dilakukan perbaikan dengan Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
melakukan pengapuran pada lahan. Luas bahwa kelas kesesuaian lahan aktual pada
lahan yang termasuk kelas ini adalah 344,35 tanaman Sengon secara garis besar
ha. memperlihatkan, plot 1 kelas kesesuaian
Plot III kelas kesesuaian lahan lahan aktualnya termasuk Sesuai Marginal
aktualnya termasuk Lahan Tidak Sesuai Saat (S3). Lahan memiliki faktor pembatas yang
Ini (N1). Lahan memiliki faktor pembatas berat dan mempengaruhi produktivitasnya.
yang berat/sulit untuk diatasi. Pada plot III Plot 1 sub kelas kesesuaian lahannya adalah
sub kelas kesesuaian lahannya adalah N1e. S3f. Faktor pembatas utamanya retensi hara
Faktor pembatas utamanya yang sangat berat, yang ditunjukkan rendahnya kesuburan
yaitu faktor bahaya erosi yang dikarakterisasi tanah. Rendahnya kesuburan tanah tanah ini
oleh kelerengan yang sangat curam (>40%) terlihat dari retensi hara yang dispesifikasikan
dan bahaya erosi yang tinggi. Sedangkan oleh pH tanah yang rendah (4,57). Sedangkan
menurut Djaenudin et al.(2003) tanaman jati menurut Djaenudin et al.(2003) tanaman
akan tumbuh baik pada kisaran lereng <8%. sengon akan tumbuh baik pada kisaran pH 5,5
23 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 16-25 ISSN: 2089-8630

– 7,0. Nilai pH tanah yang rendah sulfur akan dipercepat oleh kenaikan pH.
menyebabkan tanaman menjadi sukar untuk Luas lahan yang termasuk kelas ini adalah
dapat menyerap unsur hara. Sebab pada 501,46 ha.
umumnya tanaman mudah menyerap unsur Plot II kelas kesesuaian lahan
hara pada pH yang netral (pH 6-7), dimana aktualnya termasuk Cukup Sesuai (S2). Lahan
unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah memiliki faktor pembatas yang relatif sedikit.
masam unsur hara P tidak dapat diserap Plot II sub kelas kesesuaian lahannya adalah
karena diikat (difiksasi) oleh Al dan Fe. S2wrf. Faktor pembatas utamanya
Selain itu, pada tanah-tanah yang masam ketersediaan air yang ditunjukkan oleh
banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, karakteristik curah hujan yang tinggi (2.426,6
yang selain memfiksasi unsur P juga mm/tahun), media perakaran yang
merupakan racun bagi tanaman ditunjukkan oleh drainase tanah agak cepat,
(Hardjowigeno, 2003). tekstur lempung berpasir dan kedalaman
Guna meningkatkan kesesuaian lahan efektif 105 cm serta retensi hara yang oleh pH
aktual menjadi kesesuaian lahan potensial tanah yang rendah (5,20). Sedangkan menurut
Cukup Sesuai (S2) dibutuhkan beberapa Djaenudin et al. (2003) tanaman sengon akan
perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas tumbuh baik pada kisaran curah hujan 1.500 –
kesesuaian lahan potensialnya dapat 2.000 mm/tahun, drainase baik, tekstur
meningkat. Pada karakteristik nilai pH lempung, lempung liat berpasir dan
tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan kedalaman efektif ≥ 150 cm serta pH 5,5 –
pHnya dengan menambahkan kapur di dalam 7,0.
tanah (Fathoni dan Aji, 2015). Efek dari Curah hujan rata-rata yang tinggi
pengapuran ini menurut Buckman dan Brady merupakan faktor pembatas permanen dan
(1982) memberikan efek fisik, kimia, dan tidak dapat dilakukan perbaikan-perbaikan.
biologi. Efek fisik, yaitu meningkatkan Nilai pH tanah yang rendah menyebabkan
pembutiran (granulasi), efek terhadap gaya tanaman menjadi sukar untuk dapat menyerap
biotik terutama yang ada hubungannya unsur hara. Sebab pada umumnya tanaman
dengan dekomposisi bahan organik tanah mudah menyerap unsur hara pada pH yang
dan sintesa humus. Dalam hubungan ini efek netral (pH 6 - 7), dimana unsur hara mudah
stimulasi kapur terhadap tumbuh-tumbuhan larut dalam air. Pada tanah masam unsur hara
berakar dalam, terutama leguminose, tidak P tidak dapat diserap karena diikat oleh Al
dapat diabaikan. dan Fe. Selain itu, pada tanah-tanah yang
Efek kimia, yaitu dengan masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam
penambahan kapur akan menaikkan nilai tanah, yang selain memfiksasi unsur P juga
pH menjadi lebih sesuai. Dimana merupakan racun bagi tanaman
konsentrasi ion-ion H akan menurun, (Hardjowigeno, 2003).
konsentrasi ion-ion OH akan meningkat, Guna meningkatkan kesesuaian lahan
kelarutan besi, aluminium dan mangan aktual menjadi kesesuaian lahan potensial
akan menurun, tersediaannya fosfor, Sangat Sesuai (S1) dibutuhkan beberapa
kalsium, dan magnesium akan bertambah perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas
besar, serta persentase Kejenuhan Basa akan kesesuaian lahan potensialnya dapat
meningkat. meningkat, yakni pemberian pupuk anorganik
Efek biologis yaitu kapur menstimulir maupun pupuk organik/bahan organik serta
organisme tanah heterotrofik. Dengan karakteristik nilai pH tanah yang rendah
demikian dapat meningkatkan kegiatan bahan dapat dilakukan perbaikan dengan
organik dan nitrogen dalam tanah. Selain itu melakukan pengapuran pada lahan. Luas
aminifikasi, amonifikasi dan oksidasi
Hamka, dkk. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Beraban ………………… 24

lahan yang termasuk kelas ini adalah 344,35 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
ha.
Plot III kelas kesesuaian lahan Kesimpulan
aktualnya termasuk Lahan Tidak Sesuai Saat
Ini (N1). Lahan memiliki faktor pembatas Kelas kesesuaian lahan aktual untuk
yang berat/sulit untuk diatasi. Pada plot III tanaman jati adalah kelas sesuai marginal
sub kelas kesesuaian lahannya adalah N1e. (S3), kelas tidak sesuai pada saat ini (N1).
Faktor pembatas utamanya yang sangat berat, Tanaman mahoni adalah kelas cukup sesuai
yaitu faktor bahaya erosi yang dikarakterisasi (S2), kelas sesuai marginal (S3), kelas tidak
oleh kelerengan yang sangat curam (>40%) sesuai pada saat ini (N1). Tanaman sengon
dan bahaya erosi yang tinggi. Sedangkan adalah kelas cukup sesuai (S2), kelas sesuai
menurut Djaenudin et al. (2003) tanaman marginal (S3), kelas tidak sesuai pada saat ini
sengon akan tumbuh baik pada kisaran lereng (N1). Kelas kesesuaian lahan potensial untuk
<8%. Kelerengan sangat curam tanaman jati adalah kelas cukup sesuai (S2),
mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap kelas sesuai marginal (S3). Tanaman mahoni
atau ditahan oleh massa tanah, mempengaruhi adalah kelas sangat sesuai (S1), kelas cukup
dalamnya air tanah, serta mempengaruhi sesuai (S2), kelas sesuai marginal (S3).
besarnya erosi. Menurut Hardjowigeno Tanaman sengon adalah kelas sangat sesuai
(1993) akibat dari tingginya erosi (S1), kelas cukup sesuai (S2), kelas sesuai
mempengaruhi ketebalan solum serta marginal (S3).
tebal dan kandungan bahan organik horison
A. Di daerah berlereng curam, yang Rekomendasi
mengalami erosi terus menerus menyebabkan
tanah-tanah bersolum dangkal. 1. Hasil evaluasi kesesuaian lahan
Guna meningkatkan kesesuaian lahan menunjukkan bahwa ketiga jenis dapat
aktual menjadi kesesuaian lahan potensial dipilih untuk ditanam dan dikembangkan
Sesuai Marginal (S3) dibutuhkan beberapa di daerah penelitian.
perbaikan pada kualitas lahan, sehingga kelas 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
kesesuaian lahan potensialnya dapat mengenai jenis-jenis pohon lain yang
meningkat. Pada karakteristik lereng, juga sesuai untuk dikembangkan di
perbaikan yang dapat dilakukan menurut daerah penelitian.
Saleh et al. (2000) yaitu dengan 3. Perlunya dukungan seluruh stake
melakukan kegiatan teknik konservasi holders terkait secara konsisten agar
tanah. Teknik konservasi tanah pada hutan pengembangan budidaya hutan rakyat
rakyat dapat dilakukan dengan cara teknis dapat mendorong meningkatnya
atau vegetasi yaitu : (1) penambahan tanaman perekonomian daerah secara keseluruhan.
penutup tanah, (2) pembuatan rorak, (3)
penanaman dalam strip, (4) pergiliran DAFTAR RUJUKAN
tanaman, (5) menambahkan tanaman penguat
teras, (6) penggunaan bahan organik dan Attar, M. 2000. Hutan Rakyat :
mulsa (Sudibyo dan Kosasih, 2011). Luas Kontribusi Terhadap Pendapatan
lahan yang termasuk kelas ini adalah 41,46 Rumah Tangga Petani dan
ha. Perannya dalam Perekonomian
Desa. P3KM Fakultas Kehutanan,
IPB. Bogor.
25 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 16-25 ISSN: 2089-8630

Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Teknis Hardjowigeno, S dan Widiatmaka 2011.
Pengamatan Tanah. Pusat Penelitian Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
dan Pengembangan Tanah dan Perencanaan Tataguna Tanah. Gadja
Agroklimak. Badan Penelitian dan Mada University Press. Yogyakarta
Pengembangan pertanian Departemen Kementerian Kehutanan, 2014. Statistik
Pertanian. Jakarta. Kehutanan Indonesia 2013,
Buckman, H.O., dan Brady, N. C. 1982. Kementerian Kehutanan, Jakarta.
Ilmu Tanah. Bhratara Karya Ritung, S., Wahyunto., Agus F., Hidayat H.
Aksara. Jakarta. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Dengan Contoh Peta Arahan
Mulyani, A., dan Suharta, N. 2003. Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh
Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Barat. Balai Penelitian Tanah dan
Komoditas Pertanian. Pusat World Agroforestry Centre, Aceh.
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Saleh, A., Suryani, E., Rochman, A.,
Bogor. dan Mulyani, A. 2000. Evaluasi
Fathoni, A., dan Aji, A. 2015. Penilaian Ketersediaan Lahan Untuk
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Perluasan Areal Pertanian
Penghijauan di Taman Kehati Unnes Mendukung Ketahanan Pangan dan
Trangkil Sekaran Semarang. Geo Agribisnis di Propinsi Sumatra Barat.
Image 4(1) : 1 - 10. Badan Penelitian dan Pengembangan
Hardjowigeno, S. 1993. K lasifikasi Tanah Pertanian. Bogor.
dan Pedogenesis. Akademika Sudibyo, J., dan Kosasih, S, A. 2011. Analisis
Pressindo. Jakarta. Kesesuaian Lahan Hutan Rakyat di
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Desa Tambak Ukir Kecamatan Kendit
Akademika Pressindo. Jakarta Kabupaten Situbondo. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman Vol 8 No 2
: 125 – 133.

Anda mungkin juga menyukai