Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................2


PENDAHULUAN ............................................................................................................3
A. Deskripsi Materi Kesehatan Ibu dan Anak .................................................................3
B. Relevansi ....................................................................................................................3
C. Petunjuk Belajar .........................................................................................................3
INTI MATERI .................................................................................................................4
A. Capaian pembelajaran ................................................................................................4
B. Sub Capaian Pembelajaran .........................................................................................4
C. Pokok-pokok Materi...................................................................................................4
D. Uraian Materi .............................................................................................................4
1. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak ..................................................................5
2. Kebutuhan Kesehatan Ibu dan Anak ......................................................................7
a. Dukungan Nutrisi ...............................................................................................7
b. Imunisasi ..........................................................................................................12
3. Tanda gejala gangguan kesehatan Ibu dan Anak ..................................................21
4. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak di Masyarakat .............................................22
E. Rangkuman ..............................................................................................................23
F. Daftar pustaka ..........................................................................................................23
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Materi Kesehatan Ibu dan Anak


Modul ini menjelaskan mengnai kesehatan Ibu dan Anak, Tanda dan Gejala
gangguan kesehatan, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Masyarakat.
Masalah kesehatan Ibu dan Anak merupakan hal yang rentan dimasyarakat dan
membutuhkan konsentrasi dari berbagai pihak termasuk keaktifan masyarakat
dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Masalah ini juga menjadi topik
perhatian dunia mulai dari program MDGs dan SDGs.

B. Relevansi
Materi Kesehatan ibu dan anak diperlukan untuk tenaga kesehatan karena
masalah kesehatan Ibu dan Anak merupakan kajian penting dimana angka
kematian Ibu dan anak masih cukup tinggi

C. Petunjuk Belajar
Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut
beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :
1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
2) Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas
secara seksama apa yang akan dicapai.
3) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan
untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika
pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang.
4) Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.
INTI MATERI
KESEHATAN IBU DAN ANAK

A. Capaian pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memahami
kesehatan Ibu dan Anak

B. Sub Capaian Pembelajaran


1. Mampu menjelaskan pengertian Kesehatan Ibu dan Anak
2. Mampu memahami Kebutuhan Kesehatan Ibu dan Anak
3. Mampu mehahami Tanda dan Gejala Gangguan Kesehatan
4. Mampu memahami Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Masyarakat

C. Pokok-pokok Materi
1. Pengertian KIA
2. Kebutuhan Kesehatan Ibu dan Anak
3. Tanda dan Gejala gangguan kesehatan
4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Masyarakat

D. Uraian Materi
Kesehatan Ibu dan Anak mempunyai catatan sejarah yang cukup panjang
yang menjadi latar belakang adanya program Kesehatan Ibu dan Anak. Angka
kematian Ibu dan Anak di Indonesi yang cukup tinggi digambarkan dalam setiap 3
menit terdapat 1 Balita meninggal dunia dan angka kematian Ibu digambarkan
setiap 1 jam didapatkan 1 perempuan meninggal dunia karena proses kelahiran
maupun masa kehamilan. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per
100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir, meskipun
telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini
bertentangan dengan negara-negara miskin di sekitar Indonesia yang menunjukkan
peningkatan lebih besar. Hal ini menunjukkan meskipun angka kematian Ibu di
Indonesia berhasil diturunkan lebih baik dari Negara tetangga tetapi target
penurunan angka kematian Ibu masih perlu ditingkatkan.
Gambaran angka kematian pada anak lebih jauh sebagian besar kematian
anak di Indonesia terjadi pada masa bayi baru lahir atau neonatal yaitu pada 1 bulan
pertama kehidupan.Diperkirakan anak meninggal pada usia yang berbeda sebanyak
19 per seribu bayi selama masa neonatal, 15 per seribu bayi dari usia 2 hingga 11
bulan dan 10 per seribu bayi dari usia Balita satu sampai lima tahun. Faktor
penyebab berkaitan dengan status negara berkembang dengan penmencapaian
status pendapatan menengah, kematian anak karena penyakit infeksi dan non
infeksi telah mengalami penurunan, seiring dengan peningkatan pendidikan ibu,
kebersihan rumah tangga dan lingkungan, pendapatan dan akses ke pelayanan
kesehatan. Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan utama dalam
menurunkan kematian anak lebih lanjut.

Gambaran ini menunjukkan betapa penting upaya kesehatan bagi Ibu dan
Anak sehingga menjadi perhatian kesehatan dunia dan di Indonesia sehingga dibuat
regulasi pelayanan kesehatan khusus Ibu dan Anak dalan tatanan pelayanan
kesehatan di Indonesi. Program Kesehatan Ibu dan Anak yang banyak di kenal di
masyarakat pelayanan kesehatan dasar adalah Program KIA Puskesmas.

1. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah suatu program dibidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Program KIA

mengacu pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

perempuan dan anak-anak. Penekanan program ini pada perempuan dalam

peran perempuan sebagai ibu mulai dari melahirkan, membesarkan anak serta

kesehatan anak, terutama kelangsungan hidup sehat dari diawal kelahiran, bayi,

Balita dan prasekolah.

Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) mempunyai tujuan untuk

mencapai kemampuan hidup sehat melalui peningkatan


derajat kesehatan optimal. Tujuan bagi ibu dan keluarga untuk menuju Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dan peningkatan derajat kesehatan

anak dalam menjamin proses tumbuh dan kembang optimal sebagai landasan

bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Program khusus KIA meliputi:

1. Meningkatnya kemampuan ibu meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku,


dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban
10 keluarga, Posyandu dan kegiatan lain.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
Dalam mencapai tujuan program KIA terdapat beberapa kegiatan pokok KIA
anatara lain:
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran
2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga kesehatan secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi kebidanan baik oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penganan dan pengamatannya secara terus menerus
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar
dan menjangkau seluruh sasaran

2. Kebutuhan Kesehatan Ibu dan Anak


Peningkatan kewaspadaan kesehatan pada Ibu dan Anak dalam
mengurangi masalah kesehatan dengan memperhatikan dukungan nutrisi yang
baik dan pemberian ASI yang optimal. Pencegahan penyakit pada usia dini
dengan aktif mengikuti program imunisasi dari pemerintah juga hal penting
yang perlu didukung keberhasilannya dalam mengurangi angka kematian anak.

a. Dukungan Nutrisi
Nutrisi merupakan hal penting bagi pertumbuhan dan perkembangan.
Nutrisi pada anak diberikan secara seimbang dengan kandungan zat esensial
yang dibutuhkan anak sesuai tingkat usia. Anjuran pemberian makan pada
tiap tingkat usia menurut Kemenkes (2015), adalah sebagai berikut:
1) Usia Neonatus sampai 1 minggu
- Segera setelah lahir, letakkan bayi di dada ibu (ada kontak kulit ibu
dan bayi),
- Berikan kesempatan bayi untuk menyusu dalam satu jam pertama.
Berikan kolostrum, ASI pertama yang berwarna kekuningan dan
kental, pada bayi. Kolostrum dapat menjaga bayi dari banyak
penyakit.
- Berikan ASI siang dan malam, sesuai keinginan bayi, sedikitnya 8
kali dalam 24 jam. Menyusui dengan sering, menyebabkan produksi
ASI lebih banyak. Jika bayi kecil (berat lahir rendah), susui
setidaknya setiap 2 sampai 3 jam. Jika bayi tidur, bangunkan bayi
untuk menyusu setelah 3 jam.
- Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI. ASI saja
yang bayi perlukan.
2) Usia 1 minggu sampai 6 bulan
- Berikan ASI sesuai keinginan bayi. Lihat tanda-tanda kelaparan,
seperti mulai rewel, menghisap jari, atau menggerak-gerakan bibir.
Berikan ASI siang dan malam, sesuai keinginan bayi, sedikitnya 8
kali dalam 24 jam. Menyusui dengan sering, menyebabkan produksi
ASI lebih banyak.
- Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI. ASI saja
yang diperlukan bayi.
3) Usia 6 bulan sampai 9 bulan
- Berikan ASI sesuai keinginan bayi.
- Mulai berikan makanan tambahan ketika anak berusia 6 bulan.
Berikan juga bubur kental atau makanan yang dilumatkan dengan
halus, termasuk sumber makanan hewani tinggi zat besi dan buah-
buahan kaya vitamin A serta sayuran.
- Mulai dengan memberikan 2-3 sendok makan makanan.
- Mulai dengan pengenalan rasa. Tambahkan secara bertahap sampai
1/2 mangkuk (1 mangkuk = 250 ml. Berikan 2-3 kali setiap hari.
- Berikan 1-2 kali makanan selingan antara waktu makan jika anak
terlihat lapar.
4) Usia 9 bulan sampai 12 bulan
- Berikan ASI sesuai keinginan bayi.
- Berikan makanan keluarga yang bervariasi dengan dicincang atau
dicacah, termasuk sumber makanan hewani & buah-buahan kaya
vitamin A, serta sayuran. Berikan ½ sampai ¾ mangkuk setiap
makan (1mangkuk = 250 ml). Berikan 3-4 kali setiap hari.
- Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan antara waktu makan. Anak
akan memakannya jika lapar. Untuk makanan selingan, berikan
makanan dengan potongan kecil yang dapat dipegang atau makanan
yang diirisiris. Biarkan anak mencoba untuk memakan makanan
selingannya sendiri, beri bantuan jika anak membutuhkan.
5) Usia 12 bulan sampai 2 tahun
- Berikan ASI sesuai keinginan bayi.
- Berikan makanan keluarga yang bervariasi, makanan yang diiris iris
atau makanan keluarga termasuk sumber makanan hewani dan buah-
buahan kaya vitamin A, serta sayuran. Berikan 3/4 mangkuk sampai
1 mangkuk setiap makan (1mangkuk = 250 ml). Berikan 3-4 kali
setiap hari.
- Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan antara waktu makan. Anak
akan memakannya jika Lapar. Lanjutkan memberi makan anak
dengan pelan-pelan dan sabar. Dorong anak untuk makan, tapi
jangan memaksa.
6) Usia 2 tahun lebih
- Berikan variasi makanan keluarga, termasuk sumber makanan
hewani dan buahbuahan kaya vitamin A, serta sayuran. Berikan
setidaknya 1 mangkuk setiap kali makan (250 ml). Berikan 3-4 kali
setiap hari.
- Tawari 1-2 kali makanan selingan di antara waktu makan. Jika anak
menolak makanan baru, tawari untuk mencicipi beberapa kali.
- Tunjukkan bahwa Ibu juga menyukai makanan tersebut.
Bersabarlah. Bicara pada anak selama memberi makan dan jaga
kontak mata dengan anak.
Masalah pemberian makan sering kali ditemukan pada anak sehingga peran
Ibu sangat penting untuk mengetahui pemberian makan dan mengatasi
masalah pemberian makan. Jenis masalah pemberian makan dan anjuran
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemberian makan
menurut Kemenkes (2015), adalah sebagai berikut:
1. Jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan "Anjuran Makan untuk
Anak Sehat Maupun Sakit": Nasihati ibu cara pemberian makan sesuai
kelompok umur anak.
2. Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling
menyusui: Lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan Bayi Muda
Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar, Jika ditemukan masalah
lakukan tindakan yang sesuai
3. Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau makanan
lain: Anjurkan ibu untuk relaktasi dengan cara: Bangkitkan rasa percaya diri
bahwa ibu mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan anaknya, Susui bayi
lebih sering, lebih lama, pagi, siang, maupun malam, Secara bertahap
mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain.
4. Jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk
memberikan susu pada anaknya: Minta ibu untuk mengganti botol dengan
cangkir/mangkuk/gelas, Peragakan cara memberi susu dengan
cangkir/mangkuk/gelas, Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
sesuai kelompok umur.
5. Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk: Duduk di dekat
anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi anak, Memberi anak
porsi makan yang cukup dengan piring/mangkuk tersendiri sesuai dengan
kelompok umur, Memberi makanan kaya gizi yang disukai anak.
6. Jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit: Beritahu ibu untuk
tidak merubah pemberian makan selama anak sakit, Nasihati ibu untuk
memberi makanan sesuai kelompok umur dan kondisi anak.
a. Pemberian ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi baru lahir dan
dibutuhkan sampai anak berumur dua tahun. ASI mempunyai banyak
manfaat yang tidak didapatkan pada makanan lain. Manfaat ASI antara lain:
mengandung Zat-zat gizi yang sangat lengkap, zat mudah dicerna dan
diserap secara efisien, melindungi dari infeksi karena mengandung
antibody, membantu ikatan antara Ibu dan Anak dan membantu
perkembangan, membantu menunda kehamilan baru, melindungi kesehatan
Ibu terutama resiko terhadap keganasan pada payudara, ekonomis dapat
mengurangi pengeluaran biaya.
Pemberian ASI dimulai saat lahir dengan melakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) yaitu dengan menempelkan dari kulit kekulit dan meletakkan
bayi berhadapan pada perut dan dada Ibu. Lama IMD minimal satu sampai
2 jam. Selanjutnya Ibu disiapkan untuk menyusui dengan mengajarkan
teknik yang tepat untuk menyusui.
Tehnik yang tepat dalam menyusui berdasarkan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Kaji kesiapan dan kepercayaan diri Ibu dalam memberikan ASI
2. Mulai membersihkan puting dan payudara dengan mengompres
putting dan areola menggunakan minyak steril pada kapas dan
dikompreskan di putting dan areola selama 3 menit lalu di angkat
dan dibersihkan menggunakan waslap dan air hangat.
3. Mengatur posisi Ibu senyaman mungkin bisa dengan duduk
bersandar atau dengan berbaring.
4. Mengatur posisi bayi dengan kepala, bahu dan badan sejajar dan
dan menghadap ke Ibu dengan perut bayi menempel perut Ibu.
5. Topang payudara dengan posisi payudara di pegang Ibu dengan
posisi tangan seperti huruf “C” bukan “gunting”.
6. Mulai rangsang bayi untuk membuka mulut dengan
menempelkan putting pada ujung atas mulat sehinggga mulut
bayi membuka lebar.
7. Masukkan seluruh putting dan areola kemulut bayi sedemikian
rupa sehingga perlekatan mulut ke payudara Ibu benar.
8. Amati perlekatan yang benar yaitu bibir atas terlihat sedikit
areola dan bibir bawah tidak terlihat areola atau areola masuk
semua. Biasanya ditunjukkan dengan bibir bawah melipat keluar
(dower).
9. Amati penghisapan yang efektif dengan pipi menggembung
penuh ASI dan terdengar bunyi menelan bukan bunyi
menghisap. Jika pipi kempot saat menghisap dan bunyi
menghisap maka isapan tidak efektif.
10. Memeriksa tanda kecukupan ASI dengan mengkaji frekuensi
menyusui minimal setiap 3 jam, mengkaji keluaran urin minimal
6x/hari dan kenaikan berat badan minimal 0,5 kg setiap bulan.

b. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi
dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu pada anak. Vaksin adalah
antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan
yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Penyelenggaraan imunisasi yang terdiri dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dilakukan oleh petugas kesehatan.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi.
1. Jenis dan Jadwal Imunisasi
Perlu diketahui bahwa saat ini imunisasi yang diberikan kepada bayi dan
anak cukup banyak jumlahnya. Untuk itu, perlu diatur urutan pemberian
vaksin dalam jadwal imunisasi.
Jenis Imunisasi terdiri dari imunisasi dasar, imunisasi lanjutan dan
imunisasi tambahan.
Berikut ini jadwal pemberian imunisasi pada bayi di bawah 1tahun, usia
Batita dan anak usia SD.
Jadwal imunisasi dasar dan lanjutan adalah sebagai berikut:
Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar dan lanjutan
(Kemenkes, 2015)
Jadwal Imunisasi Dasar
Vaksin Usia Pemberian Iterval
minimal
HB0 0-7 hari
BCG dan Polio 1 1-2 bulan
Pentabio/pentavalen 1 dan polio 2 2 bulan 4 minggu
Pentabio/pentavalen 2 dan polio 3 3 bulan 4 minggu
Pentabio/pentavalen 3 dan polio 4 4 bulan 4 minggu
Campak 9-11 bln
Jadwal Imunisasi Lanjutan Batita
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Frekuensi
DPT-HB-Hib 18 bulan 1
Campak 24 bulan 1
Jadwal Imunisasi lanjutan Usia Sekolah (BIAS)
Sasaran Jenis Imunisasi Waktu
Pemberian

Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus


Kelas 1 SD DT Bulan
November
Kelas 2 & 3 SD TD Bulan
November

Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin


dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil
pemantauan, atau evaluasi. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan
ini adalah :

1. Backlog Fighting, adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak
yang berumur 1 - 3 tahun pada desa non UCI setiap 2 (dua) tahun sekali.
2. Crash, Program Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat karena masalah khusus seperti: 1) Angka kematian
bayi tinggi, angka PD3I tinggi. 2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana)
kurang. 3) Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang
belum mendapatkan pada saat imunisasi rutin. Karena biasanya kegiatan ini
menggunakan biaya dan tenaga yang banyak serta waktu yang relatif
panjang, maka perlu diikuti pemantauan, supervisi dan evaluasi.
Indikatornya perlu ditetapkan misalnya cakupan DPT-1 dan DPT-
3/Campak untuk indikator pemantauan cakupan dan angka morbiditas dan
atau angka mortalitas untuk indikator penilaian dampak (evaluasi). Hasil
sebelum dan sesudah crash program menunjukkan keberhasilan program
tersebut. Hasil evaluasi ini akan menentukan bentuk follow up dari kegiatan
ini.
3. Imunisasi Dalam Penanganan KLB (Outbreak Respons) Pedoman
pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB di sesuaikan dengan situasi
epidemiologis penyakit.
4. Kegiatan-kegiatan imunisasi massal untuk antigen tertentu dalam wilayah
yang luas dan waktu yang tertentu, dalam rangka pemutusan mata rantai
penyakit antara lain :
a. PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Merupakan suatu upaya untuk
mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio importasi dengan
cara memberikan vaksin polio kepada setiap balita termasuk bayi baru
lahir tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya, pemberian
imunisasi dilakukan 2 (dua) kali masing-masing 2 (dua) tetes dengan
selang waktu 1 (satu) bulan. Pemberian imunisasi polio pada waktu PIN
di samping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai
booster atau imunisasi ulangan polio.
b. Sub PIN Merupakan suatu upaya untuk memutuskan rantai penularan
polio bila ditemukan satu kasus polio dalam wilayah terbatas
(kabupaten) dengan pemberian dua kali imunisasi polio dalam interval
satu bulan secara serentak pada seluruh sasaran berumur kurang dari
satu tahun.
c. Catch Up Campaign Campak Merupakan suatu upaya untuk pemutusan
transmisi penularan virus campak pada anak sekolah dan balita.
Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara
serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam,
tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian
imunisasi campak pada waktu catch up campaign campak di samping
untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau
imunisasi ulangan (dosis kedua).
2. Prinsip pelaksanaan Imunisasi
1) Penyipanan vaksin
Setiap obat yang berasal dari bahan biologis harus
terlindungi dari sinar matahari salah satunya vaksin. Vaksin BCG
dan campak misalnya, berasal dari kuman hidup, bila terkena sinar
matahari langsung dalam beberapa detik saja akan menjadi rusak.
Untuk melindunginya digunakan kemasan berwarna, misalnya
ampul yang bewarna coklat disamping menggunakan kemasan luar
(box). Vaksin yang sudah dilarutkan tidak dapat disimpan lama
karena potensinya akan berkurang. Oleh karena itu, untuk vaksin
beku kering (BCG, Campak) kemasan harus tertutup kedap
(hermetically sealed). Kemasan vaksin harus memenuhi semua
ketentuan di atas. Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan
vaksin harus memantau kemasan vaksin dan ketentuanketentuan di
atas untuk menjaga kualitas vaksin. Selanjutnya yang harus
diperhatikan adalah sistem rantai vaksin atau cold chain. Sarana cold
chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap
jenis cold chain sarana mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing.

Prinsip penyimpanan vaksin:


1. Semua vaksin disimpan pada suhu +20C sampai dengan
+80C
2. Letakkan coldpack dibagian bawah lemari es sebagai
penahan dingin dan menjaga kestabilan suhu
3. Peletakan dus vaksin mempunyai jarak minimal 1-2 cm atau
1 jari
4. Vaksin hot sensitive (campak, BCG, Polio) diletakkan dekat
evaporator
5. Vaksin frozen sensitive (HB, DPT-HB, DPT-HiB-HB,
DT,TT, Td) diletakkan dekat dengan evaporator.
6. Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin
2) Pelaksanaan Imunisasi
A. Imunisasi BCG
Cara pemberian dan dosis:
Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus),dengan menggunakan ADS 0,05
ml.
Efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat
terjadi ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter
2–10 mm.
Penanganan efek samping:
Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan
cairan antiseptik. Apabila cairan bertambah banyak atau koreng
semakin membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke ke
tenaga kesehatan.

B. DPT – HB – HIB
Cara pemberian dan dosis:
1) Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas.
2) Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Kontra indikasi:
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius .
Efek samping:
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan, disertai
demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-
kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel),
dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian.
Penanganan efek samping:
1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau sari buah).
2) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
6) Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

C. Hepatitis B
Cara pemberian dan dosis:
1) Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara
intramuskuler,sebaiknya pada anterolateral paha.
2) Pemberian sebanyak 3 dosis.
3) Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval
minimum 4 minggu (1 bulan).
Kontra indikasi:
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
Efek Samping:
1) Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.
2) Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari.
Penanganan Efek samping:
1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
2) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
D. Polio Oral
Cara pemberian dan dosis:
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
Kontra indikasi:
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit.
Efek Samping:
1) Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral.
2) Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum
seperti biasa.
3) Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.
Penanganan efek samping:
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.

Penanganan Efek samping:


1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
2) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
4) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Cara Pemberian Imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program


imunisasi di indonesia, Depkes 2010)
Vaksin Dosis Cara Pemberian
BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio
Muskulus deltoidesus kanan
DPT 0,5 CC Intramuskular
Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut
Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya di lengan kiri atas.
Hepatitis B 0,5 cc Intramuskular pada paha bagian luar
TT 0,5 cc Intramuskular dalam biasa di muskulus
deltoideus
Pentabio 0,5 cc Intramuskular pada paha bagian luar muskulus
(DPT,HB,HiB) vastus lateralis)

3) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Kejadian ikutan Pasca Imunisasi ((KIPI) adalah kejadian
sakit yang diduga karena setelah melakukan imunisasi. Untuk
mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi dengan KIPI
diperlukan pelaporan dan pencatatan semua reaksi yang tidak
diinginkan yang timbul setelah pemberian imunisasi. Surveilans
KIPI sangat membantu program imunisasi, khususnya untuk
memperkuat keyakinan masyarakat akan pentingnya imunisasi
sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif. Kejadian
ikutan pasca imunisasi akan tampak setelah pemberian vaksin dalam
dosis besar.
Untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai
berapa besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin
tertentu; bagaimana sifat kelainan tersebut, lokal atau sistemik;
bagaimana derajat kesakitan resipien, apakah memerlukan
perawatan, apakah menyebabkan cacat, atau menyebabkan
kematian; apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak
terbukti; dan akhirnya apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI
berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan
pemberian.
Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi gejala lokal dan
sistemik serta reaksi lainnya, dapat timbul secara cepat maupun
lambat. Pada umumnya, makin cepat KIPI terjadi makin berat
gejalanya. Gejala KIPI dapat berupa reaksi local, reaksi system
syaraf pusat dan reaksi lain. Reaksi local seperti abses pada empat
suntikan, limfadenitis, Reaksi lokal lain yang berat, misalnya
selulitis, BCG-itis. Reaksi system syaraf pusat antara lain
kelumpuhan akut, ensefalopati, ensefalitis, meningitis dan kejang.
Reaksi lain dapar berupa reaksi alergi, urtikaria, dermatitis, edem,
reaksi anafilaksis (hipersensitivitas), syok anafilaksis, arthralgia,
demam, episod hipotensif hiporesponsif, osteomyelitis, menangis
menjerit yang terus menerus dan sindrom syok toksik.
Observasi pasca pemberian imunisasi perlu dilakukan
petugas kesehatan minimal 15 menit setelah pemberian. Hal ini
diperlukan untuk memantau tanda gejala klinis dari KIPI mengingat
tidak satupun vaksin yang bebas dari efek samping. KIPI yang
paling serius pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian
reaksi anafilaktoid diperkirakan 1 dalam 50.000 dosis DPT (whole
cell pertussis), tetapi yang benar-benar anafilaksis hanya 1-3 kasus
di antara 1 juta dosis. Anak besar dan dewasa lebih banyak
mengalami sinkope, segera atau lambat. Episod hipotonik
hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi 4-
24 jam setelah imunisasi.
3. Tanda gejala gangguan kesehatan Ibu dan Anak
Gangguan kesehatan Ibu dan Anak berhubungan dengan kegawatan ataupun
masalah kesehatan yang sering terjadi antara lain:
a. Kehamilan dengan masalah didapatkan pada riwayat yang beresiko
mengalami gangguan antara lain:
- Riwayat pada kehamilan sebelumnya: janin atau neonatus mati,
keguguran ≥3x, bayi 4500 g, hipertensi.
- Kehamilan saat ini: kehamilan ganda, usia ibu 2kg tiap bulan atau tidak
sesuai IMT, TFU tidak sesuai usia kehamilan, pertumbuhan janin
terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin,
malposisi/malpresentasi, gangguan kejiwaan, dan kondisi-kondisi lain
yang dapat memburuk kehamilan.
- Kondisi terkait kegawatdaruratan ibu hamil adalah perdarahan,
preeklampsia, eklampsia, ketubanpecah dini, dan gawat janin.
b. Masalah pada saat persalinan antara lain perdarahan, partus lama, Kontraksi
tidak progresif teratur, kecepatan pembukaan serviks ≤ 1cm/jam, Serviks
tidak dipenuhi bagian bawah janin. Tekanan darah Ibu menurun, nadi
meningkat, terdapat aseton urin. Pada janin denyut jantung<100/menit atau
>180/menit posisi selain oksiput anterior dengan fleksi sempurna.
c. Pada bayi baru lahir didapatkan tanda gangguan kesehatan apabila ada
riwayat ketuban keruh dan bayi lahir tidak cukup bulan. Pada saat lahir
didapatkan tanda gejala bayi tidak bernafas atau tidak menangis, warna kulit
pucat atau kebiruan, tonus otot jelek.
d. Tanda gejala masalah kesehatan pada bayi dengan kegawatan antara lain
kejang, kesadaran menurun, tidak mau minum sama sekali, muntah,
sianosis, pucat, warna kulit kekuningan, hipotermia (suhu tubuh kurang dari
36,50C), dan hipoglikemia jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak di Masyarakat


Kesehatan Ibu dan Anak merupakan program pemerintah yang
dikhususkan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
meningkatkan derajat kesehatan pada Ibu dan Anak. Peningkatan kesehatan ini
dilakukan dengan menyediakan program pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
baik ditingkat Pusat, Provinsi, Daerah dan tingkat kesehatan dasar seperti di
PUSKESMAS.
Pelayanan kesehatan Puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan
program PUSKESMAS bidang KIA dengan pelayanan poliklinik maupun rawat
inap Ibu dan Anak. Pelayanan Poliklinik meliputi pelayanan kesehatan Ibu
Hamil berupa Ante Natal Care, senam hamil, pelayanan persalinan dan post
natal serta senam nifas. Pelayanan Anak meliputi anak sehat yaitu pelaksanaan
intervensi stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk anak sakit. Selain itu juga
pelayanan POSYANDU Balita dan Ibu hamil. Dalam menangani kegawatan
pada Ibu dikenal program Desa Siaga dan Suami Siaga.

E. Rangkuman
SELAMAT dengan selesainya mempelajari modul ini, peserta mampu memahami
inti materi sebagai berikut:

1. Kesehatan Ibu dan Anak merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan Ibu dan Anak dan menurunkan angka kejadian
sakit dan angka kematian.
2. Kebutuhan kesehatan pada kesehatan anak antara lain adalah kebutuhan nutrisi,
penilaian pemberian ASI, dan pemberian Imunisasi.
3. Tanda gejala masalah kesehatan pada Ibu dan Anak sesuai dengan penyakit dan
tanda bahaya umum.
4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dapat dilakukan mulai dari pelayanan dasar
sampai dengan pelayanan lanjutan. Pelayanan Dasar meliputi program KIA
yang ada di PUSKESMAS.

F. Daftar pustaka
Dep. Kes RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan. Jakarta: Pusdiklatnakes
Dep. Kes RI. (2015). Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Dan
Anak. Jakarta: Pusdiklatnakes
Dep.Kes RI. (2015). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusdiklatnakes
Dep.Kes RI. (2015). Buku Saku Petunjuk Teknis Tenaga Kesehatan di
Lapangan: Pekan Imunisasi Nasional Polio2016. Jakarta:
Pusdiklatnakes
Dompas, R. (2014). Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12
Bulan. JIDAN, 2 (2): 71-76.

Hadinegoro, S.R.S. (2000). Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri, 2


(1): 2-10.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1059/Menkes/Sk/Ix/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi.
Permenkes No 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Unicef Indonesia. 2012. Kesehatan Ibu & Anak. www.unicef.or.id

Anda mungkin juga menyukai