Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

Disusun oleh :

Kelompok 2

Mariza Nurfanny (08.2017.1.01749)


M. Fajar Setiawan (08.2017.1.01759)
Rizqyta Subtantia Intan Putri (08.2017.1.01788)
Novia Cahya Ning Tias (08.2017.1.01791)

SIEVE TRAY

Tanggal Praktikum : 31 Mei 2020


Tanggal Penyerahan : 7 Juni 2020

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum operasi teknik kimia tentang Sieve Tray.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan praktikum ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan praktikum ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan praktikum ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 31 Mei 2020

Penyusun
Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR NOTASI ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2
2.1 Pengertian Distilasi ............................................................................. 2
2.2 Metode Distilasi .................................................................................. 3
2.3 Sieve Tray ............................................................................................ 5
2.4 Efisiensi Tray ...................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................... 9
3.1.1 Alat Percobaan............................................................................ 9
3.1.2 Bahan ......................................................................................... 9
3.2 Variabel Percobaan ............................................................................ 10
3.3 Prosedur Percobaan ............................................................................ 11
3.3.1 Skema Percobaan ...................................................................... 11
3.3.2 Prosedur Percobaan ................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 13
4.1 Data Hasil Percobaan ......................................................................... 13
4.2 Hasil Perhitungan............................................................................... 13
4.3 Pembahasan dan Diskusi .................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 17
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 17
5.2 Saran.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
APPENDIKS
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan ......................................................................... 13


Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Densitas, % Berat Etanol, % Mol Etanol,
% Berat Air, % Mol Air ..................................................................... 13
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Yn, Yn*, Yn+1, Efisiensi Murphree ................ 14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Aliran Uap dan Liquid dalam Kolom ................................... 6
Gambar 2.2 Skema Grafik Efisiensi Murphree .................................................... 7
Gambar 3.1 Skema Alat Sieve Tray .................................................................. 10
Gambar 3.2 Skema Percobaan Sieve Tray ......................................................... 11
Gambar 4.1 Grafik Laju Alir Pemanas Terhadap % Berat Etanol ...................... 14
Gambar 4.2 Grafik Laju Alir Terhadap % Berat Etanol..................................... 15
Gambar 4.3 Grafik Laju Alir Pemanas Terhadap Efisiensi Murphree ................ 16
Gambar 4.4 Grafik Laju Alir Terhadap Efisiensi Murphree .............................. 16

v
DAFTAR NOTASI

y1 Fraksi mol etanol keluar


Yn+1 Fraksi mol etanol masuk
XN Fraksi mol air
X0 Fraksi mol air mula-mula
VS Inert etanol
LS Inert air

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan pada perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan atau zat. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu (Syukri, 2007). Prinsip distilasi adalah penguapan cairan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu
cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer.
Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat.
Tujuan distilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair
lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada distilasi
biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal).
Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan
pada tempat terjadinya proses distilasi adalah sama dengan titik didih destilat.
Distilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didik
atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen
(Rivai, 1995). Pada prinsipnya zat cair dengan titik rendah memiliki tekanan
uap jenuh yang relative tinggi dari zat lain dengan titik didih tinggi, dengan
demikian akan cepat berubah manjadi fasa uap jika diberi kalor atau panas.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan komposisi distilat pada variasi laju alir pemanas pada reboiler.
2. Menentukan komposisi distilat pada variasi laju alir reflux.
3. Menentukan efisiensi distilasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Distilasi


Proses Distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen
dalam larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada
perbedaan titik didih komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan
dengan distilasi adalah jika suatu campuran komponen diuapkan maka
komposisi pada fase uap akan berbeda dengan fase cairnya. Untuk komponen
yang memiliki titik didih lebih rendah maka akan didapatkan komposisi yang
cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini diembunkan dan dididihkan
kembali secara bertingkat–tingkat maka akan diperoleh komposisi yang
semakin murni pada salah satu komponen. Pada beberapa campuran komponen,
untuk komposisi, suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi kecenderungan
tersebut, artinya jika campuran tersebut dididihkan maka komposisi fase uapnya
akan memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini disebut
kondisi azeotrop, sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan
dengan cara distilasi biasa (Abassato, 2007).
Distilasi merupakan metode pemisahan komponen larutan dengan
berdasarkan pada distribusi senyawa pada fase uap dan fase cair dimana kedua
komponen dapat muncul di kedua fase. Pemisahan cara distilasi dapat
dilakukan jika seluruh komponen-komponen yang akan dipisahkan sama–sama
volatil. Manipulasi fasa–fasa yang berperan dalam distilasi akan meningkatkan
kemurnian komponen yang akan dipisahkan dengan cara distilasi. Untuk
mengatasi kondisi azeotrop dapat dilakukan dengan 3 cara. Pertama, dengan
cara distilasi bertingkat dimana tekanan masing–masing proses berbeda. Cara
yang kedua distilasi azeotrop adalah distilasi dengan penambahan suatu
senyawa yang dapat memecah azeotrop (entrainer). Distilasi azeotrop ini
komponen yang ditambahkan bersifat lebih volatil dari zat yang akan
dipisahkan sehingga setelah proses komponen tersebut muncul sebagai hasil
atas. Distilasi ekstraktif adalah distilasi dengan distilasi penambahan entrainer
bersifat lebih tidak volatil dari zat yang akan dipisahkan sehingga kebanyakan
terikut sebagai produk bawah (residu). Dalam penelitian ini penulis memilih

2
menggunakan saline extractive distillation. Extractive distillation biasa
digunakan dalam industri dan merupakan metode pemisahan yang penting
dalam Petrochemical engineering. Salah satu aplikasi distilasi jenis ini untuk
memisahkan hidrokarbon pada campuran C₄ dan memisahkan campuran
azeotropic dalam campuran etanol-air (Perry B.H., 1985).
Menurut Jenny (Delly, dkk. 2015) meneliti tentang distilasi fraksinasi yang
bertujuan untuk memperoleh alkohol berkadar tinggi melalui pembuatan alat
penyulingan fraksinasi, pemberian arang tempurung kelapa dan kapur (3:1)
sebagai penyerap. Hasil pengujian terhadap kinerja alat penyulingan fraksinasi
menunjukkan bahwa kecepatan kondensasi sampai berhenti penetesan distilat
adalah 3 jam. Rendemen yang diperoleh sekitar 19% dengan tingkat kemurnian
antara 82% Sampai 90%. Hasil ini melebihi kandungan alkohol 40% yang
dihasilkan dari alat penyulingan tradisional.
2.2 Metode Distilasi
Distilasi adalah metode memisahkan komponen yang tergantung pada
distribusi zat antara gas dan fase cair, diterapkan untuk kasus-kasus dimana
semua komponen yang hadir di kedua fase. Alih-alih memperkenalkan zat baru
ke dalam campuran untuk memberikan tahap kedua, seperti yang dilakukan
dalam penyerapan gas atau desorpsi, fase baru dibuat dari larutan asli oleh
penguapan atau kondensasi. Dalam rangka untuk membuat jelas perbedaan
antara distilasi dan operasi lainnya. Dalam pemisahan larutan garam biasa dan
air, air dapat benar-benar menguap dari solusi tanpa penghapusan garam karena
untuk tujuan tersebut mudah menguap pada kondisi yang berlaku. Ini adalah
operasi penguapan. Dalam kategori ini, mempertimbangkan pemisahan
komponen larutan cair amonia dan air. Dengan menghubungi larutan amonia-
air dengan udara, yang pada dasarnya tidak larut dalam cairan, tapi ammonia
kemudian dicampur dengan uap air dan udara dan tidak diperoleh dalam bentuk
murni. Di sisi lain, dengan aplikasi panas, kita bisa menguapkan sebagian
larutan dan menciptakan fase gas kecuali air dan amonia (Treybal, 1981).
Dalam proses distilasi, terdapat berbagai jenis tray, yaitu sieve tray, valve
tray dan buble cap. Pada penelitian ini digunakan sieve tray. Sieve tray dipakai
secara luas di dalam kolom distilasi karena mudah dalam proses desain dan
hanya memerlukan biaya yang relatif kecil. Akan tetapi, sieve tray mempunyai
3
efisiensi yang rendah dalam proses kontak antara vapor-liquid sehingga perlu
dimodifikasi untuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik. Pada kolom packed
memiliki kontak antara liquid dan vapor lebih luas jika dibandingkan kolom
sieve tray. Colomn packed juga memiliki pressure drop yang lebih rendah dan
cocok digunakan untuk liquid yang bersifat korosif. Namun kolom ini tidak
cocok untuk liquid dengan flow rates yang rendah. Dan lebih mudah untuk
memprediksi efisiensi tray pada kolom sieve tray daripada pada colomn packed
(Putra, I. P., 2012).
Menurut (Soebagio, 2005), ada 6 jenis distilasi yang akan dibahas disini,
yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, distilasi vakum,
distilasi kering dan distilasi azeotropik.
1. Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas.
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
2. Distilasi Fraksionasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-
komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan bekerja pada tekanan atmosfer
atau dengan tekanan rendah.
3. Distilasi Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang
memiliki titik didih yang konstan. Campuran azeotrop merupakan
penyimpangan dari hukum Raoult.
4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum

4
atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di
atas 150°C.
5. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih
6. Distilasi kering
Distilasi kering merupakan distilasi yang dilakukan dengan cara
memanaskan material padat untuk mendapatkan fase uap dan cairnya,
biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bara.
2.3 Sieve Tray
Dalam proses distilasi, terdapat berbagai jenis tray, yaitu sieve tray, valve
tray, dan buble cap. Pada penelitian ini digunakan sieve tray. Sieve tray dipakai
secara luas di dalam kolom distilasi karena mudah dalam proses desain dan
hanya memerlukan biaya yang relatif kecil. Akan tetapi, sieve tray mempunyai
efisiensi yang rendah dalam proses kontak antara vapour-liquid sehingga perlu
dimodifikasi untuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik. Pada kolom packed
memiliki kontak antara liquid dan vapor lebih luas jika dibandingkan kolom
sieve tray. Kolom packed juga memiliki pressure drop yang lebih rendah dan
cocok digunakan untuk liquid yang bersifat korosif. Namun kolom ini tidak
cocok untuk liquid dengan flow rates yang rendah. Dan lebih mudah untuk
memprediksi efisiensi tray pada kolom sieve tray daripada pada kolom packed
(Putra, I. P., 2012).
Apabila suatu larutan yang mengandung dua bahan penguap salah satunya
mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi, maka uap pada system ini akan
mengandung banyak bahan yang mudah menguap. Oleh karena itu distilasi
biasa tidak dapat digunakan untuk pemisahan. Jika perbedaan tekanan itu besar
dan harga PBXB dianggap terlalu kecil apabila dibandingkan dengan harga
PAXA, sehingga persamaan (2) menjadi :
PV = PAXA

5
Sedangkan apabila tekanan uap dari dua bahan atau lebih komponen yang
berdekatan, distilasi biasa tidak bisa memberi hasil yang baik. Untuk itu harus
menggunakan kolom Distilasi. Kolom distilasi sieve tray adalah salah satu jenis
kolom distilasi yang banyak dipakai untuk operasi distilasi. Di dalam kolom ini
terdapat tray sebagai tempat kontak antara liquid dengan uap.

Gambar 2.1 Skema Aliran Uap dan Liquid dalam Kolom

2.4 Efisiensi Tray


Perancang kolom distilasi terlalu terfokus dengan stage kontak nyata,
bukan kepada kesetimbangan stage teoritis demi kemudahan dalam analisa
matematik dari proses multistage. Kesetimbangan akan jarang diperoleh pada
stage nyata. Konsep dari efisiensi stage digunakan untuk menghubungkan
performansi dari stage kontak nyata dengan kesetimbangan stage teoritis. Tiga
definisi utama dari efisiensi yang digunakan:
a. Overall Tray Efficiency (E0)
Merupakan perbandingan/rasio dari jumlah stage teoritis dengan jumlah
stage nyata.
Nt
Eo = Na

Keterangan :
Nt = jumlah stage teoritis
Na = jumlah stage nyata
Karena efisiensi tray berubah-ubah dari satu bagian ke bagian yang
lain, yang terbaik adalah menggunakan persamaan di atas secara terpisah

6
antara rectifying section (separuh atas kolom distilasi) dan stripping section
(separuh bawah kolom distilasi).
Dalam prakteknya, data efisiensi dan metode prediksi seringkali terlalu
sederhana untuk memberikan rincian yang baik antar efisiensi dari bagian
yang berbeda. Persamaan di atas digunakan untuk keseluruhan kolom
distilasi.
b. Point Efficiency
Didefinisikan dengan persamaan
𝑌𝑛−𝑌
EOG = ( 𝑌 ∗−𝑌𝑛+1 )
𝑛 𝑛+1 point

Dimana :
yn* = komposisi dari uap pada kesetimbangan dengan liquid saat titik n
yn = komposisi uap aktual pada titik tersebut.
Point efficiency adalah rasio dari perubahan komposisi pada sebuah titik
dengan perubahan yang akan terjadi pada stage teoritis. Komposisi uap pada
suatu titik tertentu tidak dapat melebihi komposisi kesetimbangan, point
efficiency fraksional selalu lebih rendah dari 1. Jika ada gradient komposisi
pada tray, point efficiency akan berubah-ubah antar titik pada tray.
c. Murphree Tray Efficiency

Gambar 2.2 Skema Grafik Efisiensi Murphree


Sama halnya dengan point efficiency, kecuali bahwa itu digunakan
untuk keseluruhan tray bukan untuk satu titik tertentu.
𝑌𝑛−𝑌
EMV = ( 𝑌 ∗−𝑌𝑛+1 )
𝑛 𝑛+1 tray

7
Jika liquid dan uap tercampur sempurna, komposisi liquid dan uap pada
tray seragam, dan Murphree tray efficiency akan bertepatan dengan point
efficiency pada semua titik pada tray. Pada prakteknya, sebuah gradient
konsentrasi ada dalam liquid, dan xn di outlet tray lebih rendah daripada x'n
pada tray. Hal ini sering menurunkan yn*relative terhadap yn, sehingga
meningkatkan efisiensi tray dibandingkan dengan poin efficiency. Nilai yn*
bahkan mungkin turun di bawah yn.
Untuk keadaan yang ideal dimana garis operasi dan garis
kesetimbangan merupakan garis lurus, overall tray efficiency dan Murphree
tray efficiency saling berhubungan dengan sebuah persamaan yang
diturunkan oleh Lewis (1936).
mV
log[1+ EMV ( −1)]
L
EO = mV
log( )
L

Dimana :
m = slope dari garis kesetimbangan
V = molar flow rate dari uap
L = molar flow rate dari liquid
Persamaan diatas tidak banyak digunakan dalam distilasi, karena slope
dari garis operasi dan garis kesetimbangan akan berubah-ubah sepanjang
kolom. Persamaan diatas dapat digunakan dengan membagi kolom distilasi
menjadi beberapa bagian/seksi dan menghitung slope masing-masing
bagian.

8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat :
Serangkaian alat distilasi sieve tray

3.1.2 Bahan :
- Alkohol 10%
- Air

9
C

V-4
V-3
V-2

V-1
B

Gambar 3. 1 Skema Alat Sieve Tray


P
Keterangan gambar:
A : Reboiler
B : Distilasi
C : Kondensor
D : Bak Air Pendingin
P : Pompa
V : Valve

3.2 Varibel Percobaan


Laju alir pemanas : 1 dan 1 1/4
Laju alir : 50⁰, 60⁰ dan 70⁰

10
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Skema Percobaan

Larutan alkohol 10% sebanyak 10 liter.

Larutan alkohol 10% dimasukkan kedalam reboiler alat distilasi


dan semua valve ditutup.

Kompor pemanas reboiler dinyalakan.

Pompa kondenser dinyalakan.

Valve V-3 dibuka, biarkan 5-10 menit. Kemudian tutup kembali


V-3.

Valve V-4 dibuka penuh, dan tunggu (±1 jam).

Valve V-2 dibuka tunggu sampai adanya tetesan embun keluar


dan tutupkembali V-2.

Ambil sampel valve V-2 dan tampung pada plastik, ikat dengan
rapat.

Ulangi langkah 3 hingga selesai untuk laju uap yang berbeda.


Gambar 3.1 Skema Percobaan Sieve Tray

Selesai.

Gambar 3.1 Skema Percobaan Sieve Tray

11
3.3.2 Prosedur Percobaan
1. Buat bahan yang akan di distilasi (larutan alkohol 10%) sebanyak 12
liter.
2. Dimasukkan bahan yang akan didistilasi (larutan akohol 10%) ke
dalam reboiler alat distilasi.
3. Semua valve ditutup.
4. Kompor pemanas reboiler dinyalakan dengan pemanasan sesuai
variabel dari asisten.
5. Pompa kondenser dinyalakan untuk mengalirkan air ke dalam
kondenser.
6. Valve V-3 dibuka, tunggu sampai bahan di dalam reboiler keluar
melalui V-3, biarkan selama 5-10 menit sampai udara dalam kolom
terusir keluar.
7. Ditunggu agar tercapai kondisi steady state(minimal 1 jam sejak
terlihat tetesan embun pada kondenser). Waktu ini diperlukan agar
setiap tray telah berisi cairan.
8. Valve V-2 dibuka, tunggu sampai ada tetesan embun keluar dari V-
2. Jika sudah keluar, valve V-2 tutup kembali.
9. Valve V-4 dibuka sesuai variabel dari asisten
10. Sampel di valve V-2 dibuka pada tiap-tiap variabel yang diberikan
asisten sebanyak 11-12 ml, tampunglah dalam kantong plastik dan
ikatlah dengan rapat.
11. Ulangi langkah 4-12 untuk laju uap yang berbeda. Laju uap dapat
diatur dengan mengatur besarnya pemanasan. Setelah percobaan,
matikan pemanas reboiler dan aliran air kondenser.
12. Tunggu sampai suhu sampel yang tertampung dalam kantong plastik
sama dengan suhu udara luar kemudian ukurlah densitas masing-
masing sampel dengan picnometer dan ukurlah indeks bias masing-
masing sampel dengan refraktometer.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan

Laju Alir
Laju Alir Pikno+isi (gr) Indeks Bias
Pemanas
50 22,73 1,375
1 60 22,81 1,380
70 23,22 1,384
50 22,77 1,377
1 1/4 60 22,86 1,381
70 23,27 1,385

4.2 Hasil Perhitungan, Pembahasan dan Diskusi


Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Densitas, % Berat Etanol, % Mol Etanol,
% Berat Air, % Mol Air
Berat Mol
Laju Alir Laju Densitas Mol Etanol Berat Air
Etanol (%) Air
Pemanas Alir (o) (gr/cm3) (%) (%)
(%)
50 0,85227 76,39352 1,66073 23,60648 1,31147
1 60 0,85957 73,36946 1,59499 26,63054 1,47947
70 0,89703 57,43675 1,24863 42,56325 2,36462
50 0,85592 74,88358 1,62790 25,11642 1,39536
1 1/4 60 0,86414 71,47057 1,55371 28,52943 1,58497
70 0,90159 55,43509 1,20511 44,56491 2,47583

13
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Yn, Yn*, Yn+1, Efisiensi Murphree

Laju Efisiensi
Laju Alir Fraksi Mol
Alir Yn* Yn+1 Murphree
Pemanas Alkohol (Yn)
(o ) (%)

50 0,55875 0,79482 0,51879 0,14479


1
60 0,51879 0,78509 0,34557 0,39410

70 0,34557 0,77120 0,0000 0,44809

50 0,53846 0,78962 0,49502 0,14745


1 1/4
60 0,49502 0,78031 0,32739 0,37010

70 0,37010 0,77304 0,0000 0,42351

4.3 Pembahasan dan Diskusi


Prinsip dari distilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya
dari tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari distilasi adalah pemurnian zat cair
pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat (Rusli, 1995). Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan kolom distilasi, Pada
praktikum ini kami melakukan pengujian pemisahan alhokol dan air
menggunakan proses distilasi dengan kolom distilasi sieve tray. Di dalam
kolom ini terdapat tray sebagai tempat kontak antara liquid dengan uap.

80
% Berat Etanol (%)

75
70
65 Valve (50 derajat)
60 Valve (60 derajat)
Valve (70 derajat)
55
50
1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25
Laju Alir Pemanas

Gambar 4.1 Grafik Laju Alir Pemanas Terhadap % Berat Etanol

14
Berdasarkan gambar 4.1 yang menjelaskan tentang hubungan antara %
berat etanol terhadap laju alir pemanas dapat diketahui bahwa semakin besar
laju alir pemanas maka persentase berat alkohol yang diperoleh semakin kecil.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada dimana komponen yang memiliki
titik didih lebih rendah maka akan didapatkan komposisi yang cenderung lebih
besar pada fase uapnya, uap ini diembunkan dan didihkan kembali secara
bertingkat-tingkat maka akan diperoleh komposisi yang semakin murni pada
salah satu komponen (Astawa, 2011).

80
% Berat Etanol (%)

75
70
65
Pemanas (1)
60
Pemanas (1,25)
55
50
50 55 60 65 70
Laju Alir (°)

Gambar 4.2 Grafik Laju Alir Terhadap % Berat Etanol


Gambar 4.2 menjelaskan hubungan antara % berat etanol terhadap laju
alir. Persentase berat alkohol adalah komposisi distilat yang keluar dari tray
melalui reflux. Dari gambar 4.2 kita dapat mengetahui bahwa semakin besar
laju alir maka persentase berat alkohol yang diperoleh semakin kecil. Besarnya
laju alir dapat mempengaruhi laju reflux. Laju reflux berbanding terbalik
dengan laju alir. Berdasarkan literatur laju alir uap dan cairan dalam kolom
menentukan tingkat sirkulasi yang pada gilirannya menentukan tingkat
pemisahan dua komponen (Liptak, 2007).

15
0.50

Efisiensi Murphree (%)


0.45
0.40
0.35
0.30
0.25 Valve (50 derajat)
0.20 Valve (60 derajat)
0.15
0.10 Valve (70 derajat)
0.05
0.00
1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25
Laju Alir Pemanas

Gambar 4.3 Grafik Laju Alir Pemanas Terhadap Efisiensi Murphree


Pada gambar 4.3 menunjukkan efisiensi murphree terhadap laju alir
pemanas. Dari grafik ini dapat disebutkan nilai efisiensi murphree dengan laju
alir 60⁰ dan 70⁰ pada laju alir pemanas 1,25 mengalami penurunan dari laju alir
pemanas 1, sedangkan pada laju alir 50⁰ memiliki nilai efisiensi murphree yang
hampir sama.

0.50
Efisiensi Murphree (%)

0.40

0.30

0.20 Pemanas (1)


Pemanas (1,25)
0.10

0.00
50 55 60 65 70
Laju Alir (°)

Gambar 4.4 Grafik Laju Alir Terhadap Efisiensi Murphree


Gambar 4.4 menunjukkan efisiensi murphree terhadap laju alir. Dari grafik
menunjukkan nilai efisiensi murphree dengan laju alir 50⁰ pada laju alir
pemanas 1 dan laju alir pemanas 1.25 memiliki nilai yang hampir sama. Pada
laju alir 60⁰ dan 70⁰ mengalami kenaikan nilai efisiensi dari laju alir
sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju alir maka
semakin besar efisiensi murphree yang diperoleh.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Komposisi distilat paling tinggi terjadi pada laju alir pemanas 1 dengan
laju alir 50⁰ sebesar 76,39352% dan yang terendah terjadi pada laju alir
pemanas 1,25 dengan laju alir 70⁰ sebesar 55,43509%.
2. Komposisi distilat paling tinggi terjadi pada laju alir 50⁰ dengan laju alir
pemanas 1 sebesar 76,39352% dan terendah terjadi pada laju alir 70⁰
dengan laju alir pemanas 1,25 sebesar 55,43509%.
3. Efisiensi murphree paling tinggi terjadi pada saat laju alir 70⁰ dengan laju
alir pemanas 1, sedangkan efisiensi murphree terendah terjadi pada saat
laju alir 50⁰ dengan laju alir pemanas 1.
5.2 Saran
1. Praktikan harap lebih berhati–hati dalam mengatur pemanas karena
kesalahan dalam pengaturan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.
2. Pembacaan Indeks bias harus teliti agar data yang didapat valid.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abbassato. T, I dan Eko A, B. 2007. Efisiensi Kolom Sieve Tray Pada Destilasi
Yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air). Jurnal Teknis
Kimia 02. No.08, hal. 59-64.
Astawa, Ketut., Made Sucipta., I Putu Gede Artha Negara. 2011. Analisa
Performansi Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Penyerap
Radiasi Surya Tipe Bergelombang Berbahan Dasar Beton. Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin Vol. 5 No.1.
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press
Jenny Delly, dkk. 2015. Pembuatan sistem destilasi untuk menghasilkan Etanol
dari nira aren sebagai bahan bakar Alternatif. Banjarmasin: Proceeding
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV).
Liptak, Bella. 2007. Distillation Control and Optimization. USA : Putman Media.
Perry, B.H., Green, D.W.. 1985. Perry’s Chemical Engineering Hand Book, 6th
Edition. New York: Mc Graw Hill.
Putra, I. P., Alhafidz A. R.. 2012. Pengaruh Penambahan Packing Dalam Kolom
Sieve Tray Pada Proses Distilasi Etanol – Air. Surabaya: Teknik Kimia
ITS.
Treybal, R.E.. 1981. Mass-transfer Operations, 3rd Edition. Singapore: McGraw-
Hill Book Company.
Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: UM Press.
Syukri. 2007. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

18
APPENDIKS

1. Membuat Etanol 10% Sebanyak 10000 mL Dari Etanol 98%


Menentukan konsentrasi etanol 98%
10 x ρ x % etanol
M=
𝐵𝑀
10 x 0,789 x 0,98
M=
46

M = 0,12 M
Menentukan konsentrasi etanol 10%
10 x ρ x % etanol
M=
𝐵𝑀
10 x 0,996 x 0,10
M=
46

M = 0,02 M
Pengenceran larutan etanol 98% menjadi 10%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,12 = 10000 x 0,02
200
V1 =
0.12

V1 = 1666,67mL
2. Kalibrasi Volume Piknometer 10 mL
ρair (30°C) = 0,99568 gr/mL
Berat piknometer kosong = 13,4 gr
Berat piknometer isi air = 24,3 gr
Maka volume pikno sesungguhnya :
m
ρair =
v
24,3-13,4
0,99568 =
v
v = 10,94729 mL
3. Menghitung Densitas Sampel
V pikno kosong terkalibrasi = 10,94729 mL
Berat piknometer kosong = 13,4 gr
Berat piknometer larutan etanol = 22,73 gr
m
ρ =
v

19
22,73-13,4
ρ =
10,94729
ρ = 0,85227 gr/mL
4. Menghitung % Berat Etanol Menggunakan Data Densitas
Dari buku Perry’s Chemical Engineers Hand Book table 2-111 untuk densitas
etanol 0,85227 gr/mL, % berat etanolnya didapat dari interpolasi dari data :
ρ etanol % Berat
0,85249 gr/mL 76,3%
0,85227 gr/mL x
0,85225 gr/mL 76,4%
Maka, nilai x = 76,39352 %
Berdasarkan inerpolasi tersebut, didapatkan % berat etanol pada ρ 0,85227
gr/mL adalah 76,39352 %.
5. Menghitung % Mol Etanol
%Berat etanol
% mol etanol = x 100%
BM etanol
76,3952
% mol etanol = x 100%
46
% mol etanol = 1,66073 %
6. Menghitung % Berat Air
% berat air = 100% - 76,39352%
% berat air = 23,60648 %
7. Menghitung Fraksi Mol Etanol (yn)
% mol etanol
yn =
% mol etanol+% mol air
1,66073
yn =
1,66073 + 1,31147
yn = 0,55875
8. Menghitung Nilai yn+1
% mol etanol
yn+1 =
% mol etanol+% mol air
1,59499
yn+1 =
1,59499 + 1,47947
yn+1 = 0,51879
20
9. Menghitung Nilai yn*
% berat air
yn* = yn + ( )
100
23,60648
yn* = 0,55875 + ( )
100
yn* = 0,79482
10. Menghitung Efisiensi Murhpree
yn - yn+1
EM =
yn * - yn+1

0,55875-0,51879
EM =
0,79482-0,51879
EM = 0,14479 %

21
LEMBAR REVISI SIEVE TRAY
KELOMPOK 2
NO Tanggal REVISI TTD

- Daftar isi
1 10/6/20 - Daftar gambar Irvan
- Bab 1, 2, 3, dan 4

- Daftar tabel
2 18/6/20 Irvan
- Bab 1, 4, dan 5

- Bab 4
3 22/6/20 Irvan
- Appendiks

4 23/6/20 ACC Irvan

22

Anda mungkin juga menyukai