Anda di halaman 1dari 8

TELAAH JURNAL

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

“Sialolithiasis Parotis dengan Striktur (Penyempitan) Duktus Stenson:


Laporan Kasus yang Jarang”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Penyakit Mulut

Oleh:
AMRI ALDI TANJUNG
0410070110032

Pembimbing :
drg. Fitria Mailiza, Sp. PM.

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui translet jurnal yang berjudul “Sialolithiasis Parotis dengan


Striktur (Penyempitan) Duktus Stenson: Laporan Kasus yang Jarang”
dengan judul asli “Parotid sialolithiasis with Stenson’s duct stricture: a rare
case report”

Padang, Juli 2020

Disetujui Oleh

Pembimbing

(drg. Firtria Mailiza, Sp. PM.)


Sialolithiasis Parotis dengan Striktur (Penyempitan) Duktus Stenson:
Laporan Kasus yang Jarang

Mohammed Raza, Mohit Gupta

Abstrak

Sialolithiasis adalah penyakit paling umum yang mengenai kelenjar ludah mayor

dan terutama terjadi pada kelenjar submandibular (80-90%), dan berikutnya pada

kelenjar parotis (5-20%). Kebanyakan dalam literatur, makalah yang

dipublikasikan adalah mengenai kalkulus (batu) pada parotis dan perawatannya.

Sedangkan, data tentang penatalaksanaan striktur duktus saliva masih kurang

opini variabelnya. Penulis menyajikan kasus tentang wanita 45 tahun mengalami

pembengkakan parotis kanan selama 6 bulan, pemeriksaan USG menunjukkan

terdapat batu pada duktus disertai sialadenitis dan sialogram tampak batu yang

besar pada duktus dengan tingkat striktur yang tinggi. Batu pada duktus diambil

dengan pendekatan intra-oral dan dilakukan parotidektomi karena

penatalaksanaan striktur endoskopi gagal. Kasus ini menjadi sorotan karena batu

pada duktus parotis bersamaan dengan striktur tingkat tinggi jarang terjadi.

Kata kunci: Sialolithiasis parotis, Striktur duktus Stenson, Kelenjar parotis


PENDAHULUAN

Sialolithiasis adalah penyakit paling umum yang mengenai kelenjar ludah

mayor dan terutama terjadi pada kelenjar submandibular (80-90%), dan

berikutnya pada kelenjar parotis (5-20%).1 Biasanya batu yang terdapat pada

bagian distal duktus parotis di dekat punctum diambil dengan pendekatan

intraoral.2 Batu yang berada di saluran proksimal dan parenkim menimbulkan

lebih banyak masalah, terutama apabila menutup pada dalam duktus disertai

penyempitan.2 Obstruksi duktus saliva terutama yang disebabkan oleh batu,

stenosis atau penyumbatan fibro-mucinous yang mengakibatkan stasis merupakan

predisposisi infeksi bakteri.3 Kebanyakan makalah yang dipublikasikan adalah

mengenai insidensi batu dan penatalaksanaannya. Sementara itu, sangat sedikit

artikel tentang striktur duktus saliva.3 Dalam hal ini batu dan striktur terjadi

bersamaan, sehingga diputuskan untuk menyajikan laporan kasus ini.

LAPORAN KASUS

Seorang pasien wanita berusia 45 tahun mengalami pembengkakan di

daerah parotis kanan sejak 6 bulan terakhir, onsetnya berbahaya, bertambah besar

selama makan dan berkurang setelah makan. Terasa sakit sejak 3 hari terakhir,

terus menerus dan berdenyut. Hasil pemeriksaan ditemukan pembengkakan

ukuran 5×4 cm pada sisi kanan wajah area parotis memanjang dari sudut

mandibula bawah hingga sekitar 3 cm di atas tragus. Kulit di atas area yang

bengkak terlihat normal. Tidak ada kenaikan suhu lokal, dan halus. Konsistensi

lunak, tidak berdenyut, tidak berfluktuasi dan tidak transiluminant.

Papilla pada duktus Stenson dengan indurasi di sekitarnya, lobus dalam

kelenjar parotis dapat diraba pada pemeriksaan bidigital. Keluar nanah dari duktus

papilla Stenson saat ditekan. Diagnosis sementara yaitu sialadenitis kronis. USG
wilayah parotis menunjukkan fitur sugestif sialadenitis parotis kanan sekunder

dengan batu pada duktur Stenson, batu berukuran 10 mm di ujung distal duktus

Stenson. Pasien awalnya ditangani secara konservatif untuk mengobati infeksi

aktif. Setelah pasien pulih dilakukan sialogram infeksi aktif dan menunjukkan

fitur sugestif sialolithiasis parotis kanan dengan sialodochitis dan striktur tingkat

tinggi dalam duktus utama (jumlahnya dua, 1 dan 3,5 cm dari orifis duktus).

Dilakukan ekstraksi batu secara bedah dengan pendekatan intra-oral (mengingat

ukurannya yang besar) dan pasien dirujuk untuk endoskopi striktur. Penatalaksaan

endoskopi gagal karena terdapat beberapa striktur dan karenanya pasien menjalani

parotidektomi total. Periode pasca operasi tidak terlihat tanda-tanda kelumpuhan

nervus fasial dan dilakukan follow up 1 bulan kemudian.

Gambar 1: Sialogram menunjukkan batu pada parotis (panah merah) dan


penyempitan duktus (panah putih).
Gambar 2: Gambar kalkulus parotis intraoperatif yang ditangani dengan
pendekatan intra-oral.

PEMBAHASAN

Patogenesis sialolith tergantung banyak faktor seperti gangguan sekretori,

mikrolit, dan infeksi. Pasien biasanya datang dengan pembengkakan episodik

(dalam rentang waktu tertentu) dan ketidaknyamanan meningkat saat makan dan

berkurang setelah makan.4 Diagnosis banding batu saliva meliputi infeksi (bakteri

dan virus), kondisi peradangan (Sjogren, sarkoidosis, reaksi radioterapi) dan

massa (neoplastik dan nonneoplastik).4

Ultrasonografi dan sialogram adalah pemeriksaan yang biasa digunakan

untuk mendiagnosis sialolithiasis. Pada sialografi, diinjeksikan pewarna ke

duktus, dan dapat menunjukkan adanya kerusakan berupa obstruksi duktus dan

stenosis duktus. Gambaran batu pada USG berupa struktur echogenik putih

dengan perubahan inflamasi kelenjar saliva.4 Striktur dapat berupa striktur tunggal

atau titik, atau striktur multiple pada tiap titik di sepanjang duktus saliva, yang

melibatkan satu atau lebih kelenjar mayor. Patologi striktur tidak jelas tetapi

dihipotesiskan akibat infeksi kelenjer sekunder yang berulang.3 Striktur duktus


lebih jelas pada sistem duktus parotis karena diameternya lebih kecil

dibandingkan duktus submandibular.5 Dalam beberapa waktu terakhir, lebih

banyak digunakan prosedur invasif minimal daripada operasi konvensional untuk

penatalaksanaan sialolithiasis dan striktur duktus. Sialo-endoskopi, ekstraksi

fluoroscopy-guided wire basket, lithotripsy merupakan metode pendekatan invasif

minimal.

Pemilihan teknik mana yang akan digunakan tergantung pada ukuran batu,

lokasi dan ketersediaan prosedur. Obstruksi berat biasanya membutuhkan

intervensi bedah, terutama apabila obstruksi dekat dengan kelenjar dan ada batu

yang besar.4 Pasca prosedur endoskopi, pasien diinstruksikan untuk tetap

terhidrasi dengan baik dan harus mencoba mempertahankan aliran saliva yang

konsisten, yang dapat mengeluarkan debris dari duktus, seperti serpihan batu yang

kecil dan plug (sumbatan) mukosa.1 Balloon dilatation di lokasi penyempitan

terbukti sebagai penatalaksanaan yang aman dan efektif tetapi tampaknya tidak

digunakan secara luas. Dalam kasus ini, penulis mengekstraksi batu dengan

pendekatan bedah intra-oral karena ukuran batu besar (1 cm) dan dekat papilla.

Endoscopic balloon dilatation dapat gagal akibat striktur multiple dan karenanya

penulis melakukan parotidektomi superfisial. Pasca bedah dan follow up pasien

tidak ada mengalami gejala dan tanda-tanda cedera nervus fasial. Komplikasi

umum terkait dengan pendekatan endoskopi adalah perforasi duktus, avulsi

duktus, dan striktur duktus pasca bedah.6

KESIMPULAN

Sialolithiasis adalah entitas langka pada kelenjar parotis dan biasanya melibatkan

saluran submandibular. Dalam skenario tersebut, sialolithiasis dan striktur duktus

harus ditangani dengan pendekatan invasif minimal, apabila memungkinkan.


Ukuran batu yang besar dan penyempitan tingkat tinggi sebagian besar

membutuhkan pendekatan bedah.

REFERENSI

1. Guastaldi FP, da Silva JS, Troulis MJ, Lahey E. Surgical retrieval of parotid
stones. Atlas Oral Maxillofacial Surg Clin North Am. 2018;26(2):105- 10.
2. Samani M, Hills AJ, Holden AM, Man CB, McGurk M. Minimally-invasive
surgery in the management of symptomatic parotid stones. Br J Oral
Maxillofacial Surg. 2016;54(4):438-42.
3. Ngu RK, Brown JE, Whaites EJ, Drage NA, Ng SY, Makdissi J. Salivary
duct strictures: nature and incidence in benign salivary obstruction.
Dentomaxillofacial Radiol. 2007;36(2):63-7.
4. Moghe S, Pillai A, Thomas S, Nair PP. Parotid sialolithiasis. Case Rep.
2012;20:12-8.
5. Jackson EM, Walvekar RR. Surgical techniques for the management of
parotid salivary duct strictures. Atlas Oral Maxillofacial Surg Clin North Am.
2018;26(2):93-8.
6. Nahlieli O. Complications of traditional and modern therapeutic salivary
approaches. Acta Otorhino Laryngologica Italica. 2017;37(2):142.

Anda mungkin juga menyukai