Anda di halaman 1dari 6

KOLESTASIS EKTRAHEPATIK ET CAUSA ATRESIA BILIER PADA

SEORANG BAYI

Merry Mawardi
Sarah M. Warouw
Praevilia M. Salendu

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: keanekyrie@yahoo.co.id

Abstract: Cholestasis in babies is an obstruction of the flow of bile and other materials
excreted by liver, resulting in an increase of direct bilirubin and an accumulation of bile salts.
This condition is found in 1:25,000 of live births. One of the causes of cholestasis is biliar
atresia that can occur in every part of the extrahepatic bile ducts. In this condition, an
inflammatory necrosis destroys the extrahepatic bile duct and ends with an obliteration of the
duct. The main causes reported were an immunological process, viral infections (mostly
retrovirus type 3), toxic bile acids, and genetic disorders. Biliar atresia is found in 1:15,000
births. Diagnosis of biliar atresia is based on abdominal ultrasonography (USG) to eliminate a
choledochus cyst as the cause of obstruction. A liver biopsy has to be carried out to find out
the possibility of intrahepatic cholestasis. If the diagnosis of biliar atresia is still difficult to be
confirmed, a cholangiography has to be performed. Management of extrahepatic biliar atresia
is a surgical intervention of the extrahepatic bile duct (Kasai portoenterostomy technique)
and/or a liver transplant.
Keywords: cholestasis, biliar atresia, complications, management

Abstrak: Kolestasis pada bayi adalah hambatan aliran empedu dan bahan-bahan yang harus
diekskresikan oleh hati, yang menghasilkan terjadinya peningkatan bilirubin direk dan
penumpukan garam empedu. Kolestatis pada bayi terjadi pada 1:25.000 kelahiran hidup.
Atresia bilier dapat terjadi pada semua bagian saluran empedu ekstrahepatik dan merupakan
kelainan nekrosis inflamatorik yang menyebabkan kerusakan dan akhirnya obliterasi saluran
empedu ekstrahepatik. Penyebab utama yang pernah dilaporkan adalah proses imunologis,
infeksi virus terutama , Reo virus tipe 3, asam empedu yang toksik, kelainan genetik. Atresia
bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran. Diagnosis dari atresia bilier ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen untuk menyingkirkan adanya kista
koledokus sebagai penyebab obstruksi. Biopsi hati merupakan pemeriksaan yang penting
dilakukan untuk membedakan dengan intrahepatik kolestasis. Jika diagnosis dari atresia bilier
tidak bisa ditegakkan dengan pemeriksaan biopsi hati maka pemeriksaan cholangiography
sebaiknya dilakukan. Penanggulangan atresia bilier ekstrahepatik terutama dengan
pembedahan saluran empedu ekstrahepatik yaitu portoenterostomi teknik Kasai, dan
transplantasi hati.
Kata kunci: kolestasis, atresia bilier, komplikasi, penanganan.

Kolestasis pada bayi adalah hambatan alir- penumpukan garam empedu. Gangguan da-
an empedu dan bahan-bahan yang harus pat terjadi mulai dari membrana basolateral
diekskresikan oleh hati, yang menyebabkan dari hepatosit sampai tempat masuk saluran
terjadinya peningkatan bilirubin direk dan empedu ke dalam duodenum. Kolestasis

123
124 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 123-128

pada bayi biasanya terjadi pada usia tiga ini indikasi tersering dilakukannya trans-
bulan pertama kehidupan.1-3 plantasi hati ialah usia bayi yang lebih dari
Kolestatis pada bayi terjadi pada tiga bulan disertai kelainan hati yang
1:25.000 kelahiran hidup, insidens hepatitis berat.6-7
neonatal 1:5.000 kelahiran hidup, atresia
bilier 1:10.000-13.000, defisiensi α–1 anti-
tripsin 1:20.000. Atresia bilier ditemukan LAPORAN KASUS
pada 1 dari 15.000 kelahiran. Rasio atresia Seorang anak laki-laki, JL, etnik
bilier pada anak perempuan dan anak laki- Sangihe, umur tiga bulan, masuk rumah
laki 2:1, sedangkan pada hepatitis neo- sakit pada tanggal 16 Agustus 2011 jam
natal, rasionya terbalik.2,4 Dari 904 kasus 20.00 wita dengan keluhan utama kuning di
atresia bilier yang terdaftar di lebih dari seluruh badan. Penderita lahir di klinik ber-
100 institusi, atresia bilier ditemukan pada salin, cukup bulan, lahir secara spontan
ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%), dengan letak belakang kepala, ditolong
Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan Indian oleh dokter spesialis dengan berat badan
Amerika (1,5%).1 lahir 3000 gr dan panjang badan lahir 49
Atresia bilier dapat terjadi pada semua cm. Selama hamil ibu penderita menjalani
bagian saluran empedu ekstra hepatik. Se- pemeriksaan antenatal sebanyak delapan
cara umum kelainan ini disebabkan oleh kali di dokter spesialis, dan mendapat
lesi kongenital atau didapat, dan merupa- imunisasi tetanus toksoid sebanyak dua
kan kelainan nekrosis inflamatorik yang kali. Selama kehamilan ibu penderita sehat
mengakibatkan kerusakan dan akhirnya dan perkembangan kehamilan normal.
obliterasi saluran empedu ekstrahepatik.1,2 Diagnosis kolestasis ditegakkan mela-
Penyebab utama yang pernah dilaporkan lui amannesis yang teliti, pemeriksaan fisik
adalah proses imunologik, infeksi virus, dan pemeriksaan penunjang. Pada anam-
terutama Reo virus tipe 3, asam empedu nesis, penderita sering ikterus dengan tinja
yang toksik, dan kelainan genetik.2-4 berwarna dempul dan urin berwarna gelap
Diagnosis atresia bilier ditegakkan seperti air teh. Pada kasus ini dari anam-
berdasarkan pemeriksaan USG abdomen nesis diketahui penderita kuning sejak lahir
untuk menyingkirkan adanya kista kole- disertai dengan tinja warna dempul serta
dokus sebagai penyebab obstruksi. Biopsi urin berwarna gelap. Pada pemeriksaan
hati merupakan pemeriksaan yang penting fisik ditemukan sklera dan kulit yang
dilakukan untuk membedakan dengan ikterus serta pembesaran hati (5-5 cm di
kolestasis intrahepatik. Jika diagnosis atre- bawah arkus kosta). Pemeriksaan labora-
sia bilier tidak bisa ditegakkan dengan pe- torium yang terpenting pada bayi dengan
meriksaan tersebut maka sebaiknya dilaku- ikterus lebih dari dua minggu ialah
kan cholangiography.3,5 bilirubin direk; jika bilirubin direk mening-
Atresia bilier dapat berakibat terjadi- kat, maka harus dilakukan pemeriksaan
nya kolestasis hebat pada intrakanal, intra- lebih lanjut. Jika bilirubin direk lebih dari
duktulus dan intraduktus, yang kemu-dian 17 μmol/L (1 mg/dL) atau lebih dari 15%
berkembang menjadi sirosis bilier. Pada nilai bilirubin total, maka seharusnya
sirosis bilier biasanya hati menjadi lebih dipikirkan suatu keadaan yang tidak
besar dan berwarna kuning kehi-jauan.4 normal.8 Selain itu disertai dengan pening-
Penanggulangan atresia bilier ekstra- katan kadar γ glutamyl transferase (γGT),
hepatik terutama dengan pembedahan sa- rendahnya kadar albumin, peningkatan
luran empedu ekstrahepatik yaitu porto- alkalin fosfatase dan pemanjangan nilai
enterostomi teknik Kasai dan transplantasi prothrombin time (PT) dan activated
hati. Bedah Kasai ini sebaiknya dilakukan partial thromboplastin time (APTT). Pada
sebelum bayi berumur dua bulan. Pada bayi kasus ini ditemukan kadar bilirubin total
yang berusia lebih dari tiga bulan 11,8 mg/dL, bilirubin direk 11,3mg/dl, γGT
sebaiknya dilakukan transplantasi hati. Saat 360U/L, alkalin fosfatase 738 U/L, serum
Mawardi, Warouw, Salendu; Kolestasis ekstrahepatik et causa atresia bilier... 125

glutamyl pyruvic transaminase (SGPT) 183 itis, inspissated bile syndrome, batu kan-
U/L, dan serum glutamyl oxaloacetic trans- dung empedu, cystic fibrosis, dan Caroli
aminase (SGOT) 317 U/L. Pada peme- disease
riksaan tinja tiga porsi didapatkan tinja  Kolestasis intrahepatik: infeksi virus,
warna dempul dan hasil USG abdomen gangguan metabolik, kelainan endokrin,
ialah atresia bilier dengan parenkim hepar bahan toksik, dan kelainan sistemik
yang mulai mengarah ke sirosis hepatis.
Tatalaksana yang tepat diperlukan pa- Alagille mengemukakan empat keda-
da penderita kolestasis ialah untuk men- lam klinis yang dapat menjadi patokan un-
cegah terjadinya kerusakan hati lebih tuk membedakan kolestasis ekstrahepatik
lanjut, dan tumbuh kembang dapat diopti- dan intrahepatik. Moyer menambah satu
malkan dengan memperbaiki aliran bahan- kriteria lagi yaitu gambaran histopatologi
bahan yang dihasilkan hati ke dalam usus hati.2
dan melindungi hati dari zat toksis. Pada Tujuan utama dari evaluasi bayi de-
penderita ini, selain dengan pemberian ngan kolestasis yaitu untuk membedakan
nutrisi yang baik juga diberikan vitamin kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik
yang larut dalam lemak, karena pada pen- sedini mungkin. Diagnosis dini obstruksi
derita dengan kolestasis terjadi defisiensi bilier ekstrahepatik akan meningkatkan ke-
vitamin tersebut. Dosis per oral vitamin A berhasilan terapi. Kolestasis intrahepatik
yang dianjurkan 10.000-15.000 IU. Untuk seperti sepsis, galaktosemia, atau endo-
dosis vitamin D2 3-5 μg/kgBB/hari, krinopati dapat diatasi dengan medika-
sedangkan vitamin D 50-400 IU/hari. Dosis mentosa.1,3
oral vitamin E untuk kolestasis 50-400 Ikterus pada kolestasis sering disalah-
IU/hari. Vitamin K dapat diberikan secara diagnosis dengan hiperbilirubinemia yang
intravena atau bisa juga secara subkutan disebabkan oleh proses laktasi. Walaupun
atau per oral dengan dosis 2,5-5 mg/hari. sekitar 2% dari bayi yang menyusui bisa
Tatalaksana lanjutan yaitu tindakan operatif terjadi hiperbilirubinemia (indirek: 10-15
yaitu portoenterostomi teknik Kasai. Ope- mg/dL) tetapi bayi tersebut tampak sehat,
rasi ini akan memberikan hasil yang baik aktif dan terjadi penambahan berat badan.
jika didapatkan adanya duktus yang paten Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
dengan diameter 150 μm, dan dilakukan kelainan apapun selain ikterus.3-4
sebelum usia delapan minggu. Diagnosis kolestasis ditegakkan mela-
lui amannesis yang teliti, pemeriksaan fisik
BAHASAN dan pemeriksaan penunjang. Pada anam-
nesis sering ditemukan penderita ikterus
Secara klinis kolestasis didefinisikan dengan tinja yang berwarna dempul dan
sebagai akumulasi dari zat-zat yang di- urin yang berwarna gelap seperti air teh.1.3
ekskresi ke dalam empedu (antara lain Ikterus didefinisikan dengan menguningnya
bilirubin, asam empedu dan kolesterol) di sklera, kulit atau jaringan lain akibat pe-
dalam darah dan jaringan tubuh. Secara nimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterus
patologi anatomi, kolestasis adalah terda- pada bayi yang lebih dari dua minggu dapat
patnya timbunan trombus empedu pada sel normal atau bersifat patologi.5,7,9,10
hati dan sistem bilier. Kolestasis pada bayi Tinja yang berwarna dempul disebab-
biasanya terjadi pada usia tiga bulan per- kan oleh adanya obstruksi traktus bilier
tama kehidupan.2 sehingga menyebabkan terganggunya aliran
Berdasarkan penyebab yang tersering
empedu yang memasuki usus.3 Urin men-
kolestasis dibedakan atas:3
jadi lebih gelap pada kolestasis. Bilirubin
 Kolestasis ekstrahepatik: atresia bilier, yang terkonjugasi diekskresikan ke urin
kista duktus koledokus, paucity kandung dan menyebabkan bilirubinemia yang bisa
empedu, neonatal sclerosing cholang- timbul sebelum adanya ikterus.9
126 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 123-128

Tabel 1. Kriteria klinis untuk membedakan kolestasis ekstrahepatik dan intrahepatik9


Kolestasis Kolestasis Kemaknaan
Data klinis
ekstrahepatik intrahepatik (P)
Warna tinja selama dirawat
- pucat 79 % 26% < 0,001
- kuning 21 % 79%
Berat badan lahir (gr) 3226 + 45* 2678 + 55* < 0,001
Usia tinja akolik (hari) 16 + 15* 30 + 2* < 0,001

Gambaran klinis hati


- Normal 13 47
- Hepatomegali**
- Konsistensi normal 12 35 < 0,001
- Konsistensi padat 63 47
- Konsistensi keras 24 6
Biopsi hati***
- Fibrosis portal 94 % 47 %
- Proliferasi duktuler 86 % 30 %
- Trombus empedu intraportal 63 % 1%
*Mean + SD **jumlah pasien ***modifikasi Moyer

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemu- kadar γGT, rendahnya kadar albumin, pe-
kan adanya hepatomegali dengan derajat ningkatan alkalin fosfatse dan pemanjangan
kerusakan fungsi hati dan nekrosis hepato- nilai PT dan APTT.9
selular yang bervariasi. Sekitar 70-80 % Pada kasus ini ditemukan kadar bili-
bayi dengan kolestasis pada evaluasi lebih rubin total 11,8 mg/dl, bilirubin direk 11,3
lanjut mengarah ke diagnosis hepatitis neo- mg/dL, γGT 360 U/L, alkalin fosfatase 738
natal idiopatik atau atresia bilier ekstra U/L, SGPT 183 U/L, SGOT 317 U/L serta
hepatik.11 pada pemeriksaan tinja tiga porsi didapat-
Pada kasus ini dari anamnesis ditemu- kan warna dempul.
kan penderita kuning sejak lahir disertai de- Penyebab tersering dari kolestasis di-
ngan tinja warna dempul serta urin ber- bagi atas kolestasis ekstrahepatik (obstruk-
warna gelap. Pada pemeriksaan fisis di- tif) dan kolestasis intrahepatik. Penyebab
temukan sklera dan kulit yang ikterus serta tersering kolestasis ektrahepatik ialah atre-
adanya pembesaran hati (5-5 cm bawah sia bilier. Terjadinya atresia bilier diakibat-
arkus kosta/BAC). kan oleh karena proses inflamasi berkepan-
Pada kolestasis terdapat akumulasi zat- jangan yang menyebabkan kerusakan
zat yang tidak bisa diekskresikan karena progresif pada duktus bilier ekstrahepatik
oklusi atau obstruksi dari sistem bilier, sehingga terjadi hambatan aliran empedu.
yang ditandai dengan meningkatnya alkali Jadi, atresia bilier adalah tertutupnya atau
fosfatase, γGT dan bilirubin direk.1,3,9 kecilnya lumen pada sebagian atau keselu-
Pemeriksaan laboratorium yang paling ruhan traktus bilier ekstrahepatik yang
penting pada bayi dengan ikterus yang menyebabkan terjadinya hambatan aliran
lebih dari dua minggu ialah bilirubin direk. empedu. Akibatnya di dalam hati dan darah
Jika bilirubin direk meningkat, maka harus terjadi penumpukan garam empedu dan
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut. peningkatan bilirubin direk.1,5,10
Bilirubin direk yang melebihi 17 μmol/L (1 Etiologi atresia bilier masih belum di-
mg/dL) atau lebih 15% dari nilai bilirubin ketahui dengan pasti. Sebagian ahli menya-
total, maka seharusnya dipikirkan suatu ke- takan bahwa faktor genetik ikut berperan,
adaan yang tidak normal.8 Selain itu keada- yang dikaitkan dengan adanya kelainan
an ini dapat disertai dengan peningkatan kromosom trisomi17,18 dan 21; serta ter-
Mawardi, Warouw, Salendu; Kolestasis ekstrahepatik et causa atresia bilier... 127

dapatnya anomali organ pada 30% kasus Tatalaksana lanjutan yaitu tindakan
atresia bilier. Namun sebagian besar penu- operatif portoenterostomi teknik Kasai.
lis berpendapat bahwa atresia bilier Operasi ini dapat memberikan hasil yang
diakibatkan oleh proses inflamasi yang baik jika ditemukan adanya duktus yang
merusak duktus bilier, bisa oleh karena paten dengan diameter 150 µm, dan
infeksi atau iskemi.1,3,12-15 dilakukan sebelum usia 8 minggu. Tetapi
Pada umumnya atresia bilier memberi- banyak ahli tetap menganjurkan untuk di-
kan gejala pada saat postnatal yang dise- lakukan prosedur ini walaupun didiagnosis
babkan oleh obliterasi sistem bilier ekstra- sudah “non-correctable”. Diharapkan tin-
hepatik. Pada kasus tertentu dapat ditemu- dakan ini dapat memperlambat perkem-
kan anomali kongenital yang biasanya bangan kerusakan hati sambil menunggu
disertai dengan atresia duodenal, malrotasi, kesempatan untuk dilakukannya trans-
sistem vaskular yang abnormal, dan plantasi hati. Komplikasi operasi ini yaitu
polisplenia. Bayi dengan atresia bilier tidak kolangitis berulang yang ditemukan pada
menunjukkan gejala pada saat lahir sampai 30-60% kasus. Kolangitis umumnya mulai
usia 3-6 minggu, dimana telah terjadi timbul 6-9 bulan setelah dibuat anas-
peningkatan bilirubin direk.3,6 tomosis. Dengan pengobatan, angka harap-
Kombinasi pemeriksaan sonografi he- an hidup selama 5 tahun setelah operasi
patobiliar, scintigraphy dan biopsi hati da- Kasai ialah 40%. Apabila usia bayi sudah
pat membedakan antara hepatitis neonatal lebih dari tiga bulan dan terdapat gangguan
dan atresia bilier ekstrahepatik sebanyak hati yang berat maka seharusnya dilakukan
90% kasus. Jika dengan ketiga peme- transplantasi hati. Walaupun demikian 80%
riksaan ini diagnosis belum dapat dari penderita yang dioperasi memerlukan
ditegakkan, maka tindakan operatif chol- transplantasi hati dalam selang waktu 10
angiography perlu dilakukan untuk tahun setelah operasi dilakukan.1,3,21,22
membedakan kedua kelainan tersebut.3-4 Pada kasus ini penderita sudah ber-
Dewasa ini telah dikembangkan pemerik- usia tiga bulan tetapi orang tua belum ber-
saan MR cholangiogram untuk membeda- sedia untuk dilakukannya tindakan operasi.
kan kasus kolestasis.5,13,17,18 Komplikasi dari kolestasis yaitu ter-
Hasil USG abdomen penderita ini ia- jadinya proses fibrosis dan sirosis hati.
lah atresia bilier dan parensim hepar yang Adanya pembesaran limpa menandakan
mulai mengarah ke sirosis hepatis. terjadinya hipertensi portal. Pada keadaan
Tatalaksana yang tepat diperlukan pa- lanjut dapat terjadi sirosis bilier dan terjadi
da penderita kolestasis yaitu untuk men- gagal tumbuh serta defisiensi zat gizi.
cegah terjadinya kerusakan hati yang lebih Sirosis akan menyebabkan hipertensi portal
lanjut. Tumbuh kembang dapat diop- yang berakibat lanjut terjadinya perda-
timalisasikan dengan memperbaiki aliran rahan, hipersplenisme dan asites. Terjadi-
bahan-bahan yang diekskresikan hati ke nya asites pada kolestasis merupakan pe-
dalam usus dan melindungi hati dari zat tanda prognosis yang kurang baik.3,9,22
toksis. Pada penderita ini selain pemberian Perdarahan gastro-intestinal yang me-
nutrisi yang baik, juga diberikan vitamin nyertai hipertensi portal terjadi bila tekanan
yang larut dalam lemak, karena pada vena porta di atas 12 mmHg. Semua perda-
penderita kolestasis terjadi defisiensi vita- rahan walaupun sedikit harus dirawat se-
min tersebut. Dosis oral vitamin A 10.000- cara intensif dengan melakukan pemerik-
15.000 IU. Untuk dosis vitamin D2 3-5 saan dan diagnosis untuk mengetahui
μg/kgBB/hari sedangkan vitamin D 50-400 tingkat keparahan penyakit dan lokasi
IU/hari. Dosis oral vitamin E untuk penyebab hipertensi portal. Langkah
kolestasis yaitu 50-400 IU/hari. Vitamin K pertama ialah melakukan tindakan suportif
dapat diberikan secara intravena, subkutan untuk mempertahankan fungsi sirkulasi,
atau per oral dengan dosis 2,5-5 perbaikan fungsi hemostasis dan pemberian
mg/hari.1,3,18-21 farmakoterapi. Langkah selanjutnya ialah
128 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 123-128

terapi endoskopi, penggunaan balon 10. Bisgaard LDA. 10 week old infant who
Sengstaken-Blakemore dan terapi pembe- has jaundice. Pediatr Rev. 2001;22:408-
dahan.23 12.
11. Suchy FJ. Neonatal Cholestasis. Pediatr
Rev. 2004;24:388-96.
SIMPULAN 12. Tarr P, Haas JC. Biliary atresia,
Cytomegalovirus and age at referal.
Telah dilaporkan kasus kolestasis eks- Pediatrics. 1996;97:828-31.
trahepatik et causa atresia bilier pada se- 13. Jaw TS,Kuo YT,Gin MR. Cholangio-
orang bayi berusia tiga bulan dengan ik- graphy in the evaluation of neonatal
terus seluruh tubuh. Diagnosis ditegakkan cholestasis. Pediatr Radiol. 1999;22:
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik 249-54.
serta pemeriksaan penunjang. Penanganan 14. Weinberger E, Blumhagen J. Gallbladder
atresia bilier pada seorang bayi ialah contraction in biliary atresia. Am J
tindakan operasi portoenterostomi dengan Radiol.1987;23:401-2.
15. Abramson O, Rosenthal P. Current status of
teknik Kasai dan transplantasi hati.
pediatric liver transplantation. Clin
Liver Dis. 2000;4:533-52.
16. Stehel EK, Sänchez PJ. Cytomegalovirus
DAFTAR PUSTAKA
infection in the fetus and neonate. Neo
1. Hasan HA, Balistneri W. Neonatal Reviews. 2005;4:38-45.
cholestasis. Dalam: Kliegman RM, 17. Cox KL, Berquist WE, Castillo RO.
Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, Pediatric liver transplantation: indica-
editors. Nelson Textbook of Pediatrics. tion,timing and medical complication. J
Edisi 18. Philadelphia: Saunders Gastroenterol Hepatol. 1999;41:61-6.
Elsevier, 2007; p.1668-72. 18. Fischler B, Papadogiannakis N, Nemeth
2. Arief S. Deteksi dini kolestasis neonatal. A. A etilogical factors in neonatal chole-
Dalam: Continuing education Ilmu stasis. Acta Paediatr. 2001;90:88-92.
Kesehatan Anak. Surabaya: FK UNAIR 19. Pratt A, Garcia M, Kerner J. Nutritional
–RSU DR Soetomo-IDAI Cabang Jawa management of neonatal and infant liver
Timur, Juni 1994; p.233-40. disease. Neo Reviews. 2001;2:215-22.
3. Mews C, Sinatra F. Cholestasis in infancy. 20. Dinler G, Kocak N. Ursodeoxycholic acid
Pediatr Rev. 1994;15:233-40. therapy in children with cholestatic liver
4. Colon AR. Biliary atresia. In Colon AR, disease. Turk J Pediatr. 1999;41:91-8.
editor. Textbook of Pediatric Hepato- 21. Poddar U, Bhattacharya A, Thapa B.
logy (Second Edition). Year Book Ursodeoxycholic acid - augmented
Medical Publisher.Inc, 1990; p.182-95. hepatobiliary scintigraphy in the eva-
5. Metremeli C, So N, Chu W, Lam W. luation of neonatal jaundice. J Nucl
Magnetic resonance cholangiography in Med. 2004;45(9):1488-91.
children. Br J Radiol. 2004;45:1059-63. 22. Deustch J, Smith AL, Dank DM. Long-
6. Sokol RJ, Mack C. Etiopathogenesis of term prognosis for babies with neonatal
biliar atresia. Semin Liver Dis. liver disease. Arch Dis Child.
2001;22:517-524. 2008;60:447-51.
7. Davies Y, Wliam B. Liver transplantation in 23. Setyoboedi B, Arief S, Boerhan H.
the neonate and young infant. Neo Tatalaksana perdarahan hipertensi portal
Review. 2001;2:223-27. pada anak. Dalam: Continuing Educa-
8. Robert M, Daniel A, Stephen P. Hernia and tion Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.
varicocel. Pediatr Surg Int. 2000;9:75-8. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak
9. Agata I, Balisteri W. Evaluation of liver VI. Fakultas Kedokteran Universitas
disease in the pediatric patient. Pediatr Airlangga/RS. Dr Soetomo Surabaya,
Rev. 1999;20:376-85. 2006.

Anda mungkin juga menyukai