Anda di halaman 1dari 13

A.

PENDAHULUAN

Hidup dan menghembuskan nafas itu adalah satu hakikat yang sulit dibantah
dan hampir tidak diperselisihkan oleh manusia.
Sedangkan manusia terkadang tidak sadar setelah tidak menghembuskan
nafas, akan mengalami suatu proses yang namanya kematian, yang mana proses
itu terkadang tidak diperhatikan oleh sekalian manusia, terkadang bahkan
dilupakan.
Banyak yang menganggap kematian sebagai kelenyapan, akhir dari
segalanya. Akibat pandangan demikian, tak sedikit manusia menebarkan
kerusakan di bumi. Sebaliknya, tak jarang pula yang frustasi, fatalistic, dan hampa
makna. Karena mati begitu menakutkan. Kematian dipandang kekuatan maha
dahsyat yang siap merenggut eksistensi seseorang dimana saja dan kapan saja.
Sesungguhnya masa yang tergerus oleh detik pastilah berakhir betapapun
panjangnya. Andaikata semua orang dapat melihat apa yang telah dilihat oleh
yang telah terenggut nyawanya oleh maut, pasti sikap dan keadaan semua bukan
seperti sekarang.
Tapi yakinlah bahwa dalam waktu dalam waktu dekat tabir maut pasti
mencabik-cabik sehingga manusia pun dapat melihatnya. Kekhawatiran atau rasa
takut, hadir bagi siapa saja yang menduga atau menantikan datangnya sesuatu
yang buruk. Ini berarti takut menyangkut sesuatu yang bakal datang.
B. KEMATIAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Kematian oleh para ulama didefinisikan sebagai  “ketiadaan hidup”. Di


dalam al-Quran ditemukan penjelasan tentang  hidup dan mati ini. Berikut
kupasan tentang kematian dalam penjelasan al-Quran dan hadits.
Al-Quran menggambarkan naluri manusia yang enggan menghadapi
kematian. Bahkan Iblis melakukan bujuk rayu kepada Adam dan Hawa melalui
“pintu” keiinginan untuk hidup kekal selama-lamanya.
ٍ ‫ك َعلَى َش َج َر ِة ْال ُخ ْل ِد َو ُم ْل‬
‫ك اَل يَ ْبلَى‬ َ ُّ‫س إِلَ ْي ِه ال َّش ْيطَانُ قَا َل يَاآ َد ُم هَلْ أَ ُدل‬
َ ‫فَ َو ْس َو‬
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang
tidak akan binasa?"   QS. Thaha [20]: 120

Quraish Shihab menggambarkan beberapa alasan yang menyebabkan


seseorang enggan atau takut hadapi kematian. Ada orang yang enggan dan takut
mati karena ia tidak tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah
kematian; atau karena menganggap bahwa yang dimiliki di dunia ini lebih baik
dari pada yang akan dihadapi setelah mati; atau karena membayangkan sulit dan
pedihnya kematian; atau disebabkan oleh karena tidak memahami makna hidup
dan mati. Dengan demikian penjelasan tentang kehidupan dan kematian ini
penting dipahami oleh manusia yang masih hidup di alam dunia ini.

1. Hidup dan Mati itu masing-masing 2 kali

            Firman Allah, QS. Ghafir [40]: 11,

ٍ ‫ن َوأَحْ يَ ْيتَنَا ْاثنَتَ ْي ِن فَا ْعتَ َر ْفنَا بِ ُذنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى ُخر‬gِ ‫قَالُوا َربَّنَا أَ َمتَّنَا ْاثنَتَ ْي‬
ٍ ِ‫ُوج ِم ْن َسب‬
‫يل‬
 “ Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali
dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa
kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" QS.
Ghafir [40]: 11,
َ‫َك ْيفَ تَ ْكفُرُونَ بِاهَّلل ِ َو ُك ْنتُ ْم أَ ْم َواتًا فَأَحْ يَا ُك ْم ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يُحْ يِي ُك ْم ثُ َّم إِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”. QS. Al-Baqarah [2]:28

            Berdasarkan keterangan ayat di atas, dapat dipahami bahwa manusia


menjalani hidup dan mati itu masing-masing dua kali. Kematian pertama dialami
manusia sebelum kelahirannya atau sebelum Allah meniupkan ruh kepada jasad
manusia (sebelum empat bulan dalam kandungan). Sedangkan kematian yang
kedua dialami manusia saat ia meninggalkan dunia fana ini. Kehidupan pertama
dimulai di saat ruh ditiupkan Allah sampai datangnya ajal, dan kehidupan kedua
dimulai setelah dia meninggalkan dunia ini memasuki alam barzakh, atau alam
akhirat.
             
2.     Hakikat kematian merupakan proses alami untuk memasuki alam
kesempurnaan
Kehidupan setelah mati digambarkan Allah dalam al-Quran jauh lebih baik
dari pada kehidupan di dunia. Firman Allah,
ْ ُ‫ع ال ُّد ْنيَا قَلِي ٌل َواآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر لِ َم ِن اتَّقَى َواَل ت‬
‫ظلَ ُمونَ فَتِياًل‬ ُ ‫قُلْ َمتَا‬... 

"Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”. QS.
An-Nisa’ [4]:77

‫ك ِمنَ اأْل ُولَى‬


َ َ‫َولَآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر ل‬

“ dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari pada dunia”. QS. Al-
Dhuha [93]:4

Ar-Raghib al-Ishahani menegaskan, “kematian, yang dikenal dengan


berpisahnya ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantarkan manusia
menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah berpindah dari satu negeri ke negeri
lain”.

Al-Quran menyebut juga kematian dengan istilah wafat  yang berarti


sempurna dan imsakyang berarti menahan.  Sehingga dengan kematian manusia
memperoleh kesenpurnaan seperti menetasnya ayam dari telurnya.

‫ َرى ِإلَى‬g‫ ُل اأْل ُ ْخ‬g‫وْ تَ َويُرْ ِس‬gg‫ضى َعلَ ْيهَا ْال َم‬
َ َ‫الَّتِي ق‬ ‫س ُك‬
ِ ‫فَيُ ْم‬ ‫ت فِي َمنَا ِمهَا‬ ْ ‫س ِحينَ َموْ تِهَا َوالَّتِي لَ ْم تَ ُم‬ َ ُ‫اأْل َ ْنف‬ ‫ َيتَ َوفَّى‬ ُ ‫هَّللا‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
ٍ ‫ك آَل يَا‬َ ِ‫ًمًّى إِ َّن فِي َذل‬g’ ‫أَ َج ٍل ُم َس‬
“Allah menyempurnakan jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang)
yang Telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Qs. Az-Zumar [39]: 42)

3.     Hikmah adanya kehidupan dan kematian


Adanya hidup dan mati pada dasarnya merupakan ujian kepada manusia.
Siapa di antara manusia yang lebih baik dalam ber’amal dan berprilaku dalam
kehidupan di dunia ini. Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk [67]: 1-3

َ ‫ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَ ْح‬$ُ‫لِيَ ْبل‬ َ‫اة‬ggَ‫وْ تَ َو ْال َحي‬gg‫ق ْال َم‬


‫ َو‬gُ‫ َوه‬  ‫نُ َع َماًل‬$‫س‬ َ َ‫الَّ ِذي خَ ل‬ , ‫ك َوهُ َو َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ُ ‫ك الَّ ِذي بِيَ ِد ِه ْال ُم ْل‬ َ َ‫تَب‬
َ ‫ار‬
‫رى‬g َ َ‫ارْ ِج ِع ْالب‬ggَ‫ت ف‬
َ gَ‫لْ ت‬ggَ‫ َر ه‬g‫ص‬ ٍ ‫ق الرَّحْ َم ِن ِم ْن تَفَا ُو‬ ِ ‫ت ِطبَاقًا َما تَ َرى فِي خ َْل‬ َ َ‫الَّ ِذي خَ ل‬ , ‫ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َس َم َوا‬
ٍ ُ‫ِم ْن فُط‬
‫ور‬
Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu,yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun,yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?
4.     Kematian hanya Ketiadaan Hidup di Dunia
Kematian hanya sebatas berpindahnya alam kehidupan manusia dari alam
dunia ke alam lain dengan cara yang tidak dapat diketahui manusia sepenuhnya.
َ‫ات بَلْ أَحْ يَا ٌء َولَ ِك ْن اَل تَ ْش ُعرُون‬
ٌ ‫َواَل تَقُولُوا لِ َم ْن يُ ْقتَ ُل فِي َسبِي ِل هَّللا ِ أَ ْم َو‬
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi
kamu tidak menyadarinya. QS. Al-Baqarah [2]: 154

َ‫َواَل تَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ قُتِلُوا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ أَ ْم َواتًا بَلْ أَحْ يَا ٌء ِع ْن َد َربِّ ِه ْم يُرْ َزقُون‬
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. (QS. Ali
Imran [3]: 169)

            Seorang sejarawan Ibn Ishak meriwayatkan bahwa ketika orang-orang


musyrik Quraisy yang tewas dalam peperangan Badar dikuburkan pada satu perigi
oleh  Rasulullah bersama para sahabat, Rasulullah bertanya kepada mereka yang
telah dikuburkan itu, “ Wahai penghuni perigi (sumur kotor dan berbau), wahai
Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Umayyah bin Khallaf, Abu Jahal bin
Hisyam, (seterusnya beliau menyebut nama-nama orang-orang yang ada dalam
perigi tersebut satu persatu). Wahai penghuni perigi! Adakah kamu telah
menemukan apa yang dijanjikan tuhanmu itu benar-benar ada? Aku telah
mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhanku.” Para sahabat bertanya, “ Ya
Rasul, mengapa engkau berbicara dengan orang yang sudah meninggal? Rasul
menjawab, “kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka, tetapi mereka
tidak mampu menjawabku.”
            Riwayat di atas menunjukkan bahwa orang yang sudah mati, ruhnya tetap
hidup dan bahkan lebih mampu mendengar daripada orang yang masih hidup di
alam dunia ini.
5.    Keadaan orang menjelang mati
Fakhruddin ar-Razi mengatakan, “ tidur dan mati merupakan dua hal dari
jenis yang sama. Hanya saja kematian adalah putusnya hubungan secara
sempurna, sedang tidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna dilihat dari
beberapa segi”. Karena tidur itu merupakan salah satu bentuk nikmat dan
kelezatan yang diberikan kepada manusia, sehingga dengan demikian mati itupun
sesungguhnya lezat dan nikmat. Namun demikian, seperti halnya tidur, ada faktor-
faktor yang tentunya dapat menjadikan tidur menjadi terganggu atau bahkan ada
tidur yang diganggu mimpi yang mengerikan. Dengan demikian, kematian juga
seperti itu. Amal perbuatan di dunia akan menjadi faktor-faktor menjadikan
kematian seseorang terasa sangat menyakitkan dan mengerikan. 
Al-Quran memberikan gambaran tentang kondisi yang dialami oleh orang
meninggal. Untuk orang yang mukmin digambarkan Allah,

‫رُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنتُ ْم‬g‫وا َوأَب ِْش‬gُ‫ افُوا َواَل تَحْ َزن‬gَ‫ ةُ أَاَّل تَخ‬g‫ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َماَل ئِ َك‬gَ‫تَقَا ُموا تَتَن‬g‫اس‬
ْ ‫ا هَّللا ُ ثُ َّم‬ggَ‫الُوا َربُّن‬gَ‫إِ َّن الَّ ِذينَ ق‬
‫فصلت‬   )30( َ‫تُو َع ُدون‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"
Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannahyang telah dijanjikan Allah
kepadamu". (QS. Fushshilat [41]: 30
Nabi Muhammad Saw., dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad menjelaskan bahwa, “Seorang mukmin, saat menjelang kematiannya,
akan didatangi oleh malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan
kepadanya apa yang bakal dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada
yang lebih disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya
dengan orang kafir yang juga diperlihatkan kepadanya apa yang bakal
dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada
bertemu dengan Tuhan”. 
Tentang apa yang akan dialami oleh orang yang kufur kepada Allah ini, al-
Quran juga menjelaskan dalam QS. Al-Anfal [8]: 50,
ِ ‫اب ْال َح ِر‬
‫) االنفال‬50(‫يق‬ َ َ‫َولَوْ تَ َرى إِ ْذ يَتَ َوفَّى الَّ ِذينَ َكفَرُوا ْال َماَل ئِ َكةُ يَضْ ِربُونَ ُوجُوهَهُ ْم َوأَ ْدب‬
َ ‫ارهُ ْم َو ُذوقُوا َع َذ‬
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang
kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah
olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri)”.
ْ ‫وْ َم تُجْ زَ وْ ن‬ggَ‫ ُك ُم ْالي‬g‫وا أَ ْنفُ َس‬gُ‫ ِدي ِه ْم أَ ْخ ِرج‬g‫طُو أَ ْي‬g‫اس‬
‫اليَوْ َم‬gَ ِ َ‫ ةُ ب‬g‫ت َو ْال َماَل ئِ َك‬
ِ ْ‫و‬g‫ت ْال َم‬ ِ ‫ َرا‬g‫ َرى إِ ِذ الظَّالِ ُمونَ فِي َغ َم‬gَ‫وْ ت‬gَ‫ َول‬ ...
ِّ ‫اب ْالهُو ِن بِ َما ُك ْنتُ ْم تَقُولُونَ َعلَى هَّللا ِ َغي َْر ْال َح‬
َ‫ق َو ُك ْنتُ ْم ع َْن َءايَاتِ ِه تَ ْستَ ْكبِرُون‬ َ ‫تُجْ َزوْ نَ َع َذ‬
“... Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang
zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat
memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari
ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.(QS. Al-An’am [6]: 93
Berdasarkan paparan di atas, seyogyanyalah hamba yang beriman kepada
Allah dan beramal shaleh tidak merasa takut dan khawatir untuk menghadapi
kematian. Dengan banyak berubudiyah dan mengingat Allah akan membawa
kedamaian dan kebahagiaan kepada jiwa (ruh atau nafs). Kedamaian serta
kebahagiaan hati ini akan berlansung sampai saat-saat kematian dan akan
merasakan kelezatan dan nikmat sebagaimana telah dijelaskan Al-Quran.

ُ‫اة‬ggَ‫ار َوأُ ْد ِخ َل ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَا َز َو َما ْال َحي‬ ُ


ِ َّ‫ت َوإِنَّ َما تُ َوفَّوْ نَ أجُو َر ُك ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَ َم ْن ُزحْ ِز َح َع ِن الن‬ِ ْ‫س َذائِقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ِ ‫ع ْال ُغر‬
‫ُور‬ ُ ‫ال ُّد ْنيَا ِإاَّل َمتَا‬
“Tiap-tiap yang berjiwa (nafs) akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS.
Ali Imran [3]: 185)

6.     Alam barzakh (Qubur)


Alam Barzakh merupakan pembatas antara alam dunia dan akhirat. 
Keberadaan di alam barzakh merupakan kehidupan yang dapat menyaksikan
nasibnya kelak dan dapat juga menyaksikan kehidupan di pentas dunia. Dalam hal
ini Allah berfirman,

‫ا َو ِم ْن‬ggَ‫ َو قَائِلُه‬gُ‫ ةٌ ه‬g‫ت َكاَّل ِإنَّهَا َكلِ َم‬ َ ‫لَ َعلِّي أَ ْع َم ُل‬ . ‫ت قَا َل َربِّ ارْ ِجعُو ِن‬
ُ ‫صالِحًا فِي َما تَ َر ْك‬ ُ ْ‫َحتَّى إِ َذا َجا َء أَ َح َدهُ ُم ْال َمو‬
َ‫َو َرائِ ِه ْم بَرْ َز ٌخ إِلَى يَوْ ِم يُ ْب َعثُون‬
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke
dunia),  agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.
Dan di hadapan mereka ada pemisah (barzakh) sampai hari mereka
dibangkitkan”.(QS. Al-Mukminun [23]: 99-100)

Dari segi bahasa, “barzakh” berarti “pemisah”. Para ulama mengartikan alam
barzakh sebagai “periode antara kehidupan dunia dan akhirat”. Keberadaan pada
alam ini memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat.
Kehidupan alam barzakh bagaikan keberadaan pada suatu ruangan terbuat kaca.
Ke depan dia bisa melihat keadaannya yang akan datang, sedang ke belakang ia
dapat menyaksikan kehidupan yang berlangsung pada pentas dunia. Quraish
Shihab mengutip beberapa riwayat menjelaskan hal ini sebagaimana paparan di
bawah ini. 

Sebuah riwayat dari Imam Ahmad ibn Hambal, Ath-Thabrani, Ibn Abi ad-
Dunya, Ibn Majah dari Abu Sa’id al-Khudri. Rasul bersabda:

‫ا ن الميت ليعرف من يغسله ويحمله و يكفنه ومن ىدليه في حفرته‬

  )‫( رواه احمد والطبرانى وابن ابى الدنيا عن ابى سعيد الخدرى‬

“Sesungguhnya mayat mengenali siapa saja yang memandikannya, mengangkat


dan mengkafaninya dan orang yang menurunkannya ke liang kubur”.
Riwayat lain dari Imam Bukhari juga menjelaskan,
‫ار‬gg‫ل الن‬gg‫ان من اه‬gg‫ة وان ك‬gg‫اذا مات احدكم عرض مقعده بالغداة والعشى ان كان من اهل الجنة فمن اهل الجن‬
‫فمن اهل النار فيقال له هذا مقعدك حتى يبعثك هللا‬
“Apabila salah seorang di antara kamu meninggal, maka diperlihatkan
kepadanya tempat tinggalnya kelak (di hari kiamat). Kalau dia penghuni surga,
maka diperlihatkan kepadanya tempat ahli surga; dan jika penghuni neraka, 
maka diperlihatkan tempat ahli neraka. Lalu disampaikan kepadanya, inilah
tempat tinggalmu sampai Allah membangkitkanmu kelak”.

Imam Muslim juga meriwayatkan bahwa masruq berkata:

ّ
‫ألنا عن‬gg‫ال س‬gg‫تحسبن الذين قتلوا فى سبيل هللا امواتا" فق‬ ‫سأ لنا او سأ لت عبد هللا ابن مسعود عن هذه األية "ال‬
‫اء ت‬gg‫ة حيث ش‬gg‫رح من الجن‬gg‫ذالك رسول هللا فقال ارواحهم فى جوف طير خضر لها قناديل معلقة بالعرش تس‬
‫تهى ونحن‬gg‫يئ نس‬gg‫الوا أى ش‬gg‫يأ ؟ فق‬gg‫تهون ش‬gg‫ثم تأوى الى تلك القنا ديل فا طلع عليهم ربهم اطالعة فقال هل تس‬
‫نسرح من الجنة حيث شئنا ففعل ذلك بهم ثالث مرات فلما راوا أنهم لن يتركوا من ان يسألوا قالوا يارب نزيد‬
‫لم‬gg‫وا رواه مس‬gg‫ة ترك‬gg‫ا رأى ان ليس لهم حاج‬gg‫ان تر ّد ارواحنا فى اجسا دنا حتى نقتل فى سبيلك مرة اخرى فلم‬
‫والترمزى‬

Kami bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud tentang ayat QS Ali Imran: 169 (di
atas) . Abdullah bin Mas’ud berkata,: “Sesungguhnya kami telah menanyakan
hal itu kepada Rasulullah, dan beliau bersabda:” Arwah mereka di dalam rongga
burung berwarna hijau dengan pelita-pelita yang tergantung di bawah ‘Arasy,
terbang ke sorga dengan mudah kemanapun mereka kehendaki kemudian kembali
lagi kepada pelita-pelita itu. Tuhan mereka mengunjungi mereka dan berfirman,
“Apakah kalian menginginkan sesuatu? Mereka menjawab, “Apalagi yang kami
inginkan sedangkan kami terbang dengan mudahnya di Sorga, ke manapun kami
menghendaki?” Tuhan melakukan hal yang demikian tiga kali dan ketika mereka
sadar bahwa mereka tidak dibiarkan tanpa meminta sesuatu, mereka berkata:
“Wahai Tuhan, kami ingin agar arwah kami dikembalikan ke jasad kami,
sehingga kami dapat gugur di jalan-Mu untuk kali yang kedua. Setelah Tuhan
melihat bahwa mereka tidak memiliki keinginan lagi di sana (lebih dari apa yang
mereka peroleh selama ini) maka mereka dibiarkan”.
Ali ibn Abi Thalib juga pernah berkomentar kepada seorang sahabat yang
bernama Yunus bin Zibyan,
‫ه هللا‬gg‫سبحان هللا المؤمن اكرم على هللا من ان يجعل روحه في حصولة طير احضر يا يونس المؤمن اذا قبض‬
‫ان‬gg‫تى ك‬gg‫صير روحه في قالب كفال به فى الدنيا فيأكلون ويشربون فأذا قدم عليهم القادم عرفوه بتلك صورة ال‬
‫عليها في الدنيا‬
“Maha suci Allah, seorang mukmin lebih mulia di sisi Allah untuk ditempatkan
ruhnya di rongga burung hijau wahai Yunus! Seorang mukmin bila diwafatkan
Allah, ruhnya ditempatkan pada suatu wadah sebagaimana wadahnya pada
waktu di dunia. Mereka makan dan minum, sehingga bila ada yang datang
kepadanya, mereka mengenalnya dengan keadaannya semasa di dunia”

Demikianlah beberapa tamsilan yang digambarkan oleh beberapa riwayat.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang mukmin yang sudah meninggal akan
memperoleh kebebasan oleh Allah pada alam ruh untuk pergi ke mana saja
mereka suka. Dengan pengertian mereka tidak terikat dan dikurung.
Terdapat kesulitan untuk memberikan penjelasan tentang hal-ihwal alam
barzakh secara konkret sbagaimana juga dikaui oleh pakar tafsir Quraish Shihab
walapun ada juga ulama yang mencoba mengilmiyahkannya.
Mustafa al-Kik, berpendapat bahwa manusia memiliki jasad
berganda. Pertama,  jasad duniawi, dan kedua jasad barzakhi (berwujud ruhani).
Mustafa menjelaskan bahwa ada teori frekuensi dan gelombang-gelombang suara.
Contohnya adalah radio yang dapat menangkap sekian banyak suara berbeda
melalui gelombang suara yang berbeda pula. Walaupun ia saling memasuki,
namun ia tidak menyatu dan tetap berbeda. Hal ini juga yang menyebabkan
manusia yang hidup di dunia tidak dapat melihat sesuatu yang “ada” namun tidak
dapat dilihat karena berbedanya frekuensi dan gelombang-gelombang itu.
Berdasarkan pendapat ini, bisa juga alam barzakh itu keberadaanya sebatas
berbedanya frekunsi dan gelombang-gelombang suara dengan lam dunia ini.
Manusia tidak dapat mendengar, melihat hal-ihwal yang ada pada alam barzakh,
namun penduduk alam barzakh dapat mendengar, melihat hal-ihwal yang ada di
alam dunia.
7.         Alam akhirat
Kehidupan lam akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala pertama yang
mematikan semua yang bernyawa

ِ َّ‫ َوا ْن َشق‬ . ُ‫ت ْال َواقِ َعة‬


‫ت‬ ِ ‫فَيَوْ َمئِ ٍذ َوقَ َع‬ . ً‫ت اأْل َرْ ضُ َو ْال ِجبَا ُل فَ ُد َّكتَا َد َّكةً َوا ِح َدة‬
ِ َ‫ َو ُح ِمل‬ . ٌ‫الصُّور نَ ْف َخةٌ َوا ِح َدة‬
ِ ‫فَإ ِ َذا نُفِ َخ فِي‬
ٌ‫ال َّس َما ُء فَ ِه َي يَوْ َمئِ ٍذ َوا ِهيَة‬

Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup.  Dan diangkatlah bumi dan gunung-
gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah
hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.
(QS. Al-Haqqah [69]: 13-16)

‫ا ٌم‬ggَ‫إ ِ َذا هُ ْم قِي‬gَ‫ َرى ف‬g‫ ِه أُ ْخ‬g‫ا َء هَّللا ُ ثُ َّم نُفِخَ فِي‬g‫ض إِاَّل َم ْن َش‬
ِ ْ‫ت َو َم ْن فِي اأْل َر‬ َّ ‫ق َم ْن فِي‬
ِ ‫ َم َوا‬g‫الس‬ َ َ‫ور ف‬
َ ‫ ِع‬g‫ص‬ ُّ ‫َونُفِ َخ فِي‬
ِ g‫الص‬
َ‫يَ ْنظُرُون‬
“ Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi
Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”. (QS.
Al-Zumar [39]: 68)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa ketika sangkakala ditiup, maka


semua yang hidup akan mati. Inilah yang disebut dengan kiamat besar. Terdapat
jarak antara tiupan sangkakal pertama dengan yang kedua, namun hanya Allah
yang mengetahui kadar lamanya. Pada waktu itu, Allah berseru,

ِ ‫ك ْاليَوْ َم هَّلِل ِ ْال َوا ِح ِد ْالقَه‬


‫َّار‬ ُ ‫ار ُزونَ اَل يَ ْخفَى َعلَى هَّللا ِ ِم ْنهُ ْم َش ْي ٌء لِ َم ِن ْال ُم ْل‬
ِ َ‫يَوْ َم هُ ْم ب‬
“ (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan
mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan
siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan”. (QS. Ghafir [40]: 16)
Setelah sangkakala kedua, maka manusia bangkit dari kuburnya masing-
masing dan digiring menuju mahsyar.
.‫ق َو َش ِهي ٌد‬ ٍ ‫ت ُكلُّ نَ ْف‬
ٌ ِ‫س َم َعهَا َسائ‬ ْ ‫َو َجا َء‬

“Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring
dan seorang malaikat penyaksi”. (QS. Qaf [50]: 21)

Para ulama menafsirkan pengiring pada ayat di atas dengan malaikat dan
penyaksi pada ayat di atas dengan kesaksian diri mereka sendiri yang dapat
mengelak, atau amal perbuatan mereka masing-masing.

َ‫يَوْ َم تَ ْشهَ ُد َعلَ ْي ِه ْم أَ ْل ِسنَتُهُ ْم َوأَ ْي ِدي ِه ْم َوأَرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
C. PENUTUP

Kematian adalah berpisahnya roh dari tubuh dan dikeluarkannya jiwa dari
badan dan kemudian dipalingkan dari alam indra dan dihadapkan kepada Allah
SWT, dalam keadaan yang tidak tentu waktu, sedangkan tubuh dalam kesehatan
yang sempurna dan anggota tubuh dalam keadaan yang sempurna, roh
meninggalkan tubuh tanpa sebab apapun, kecuali kehendak Allah telah lebih
dahulu menetapkan suatu ketetapan yang pasti berlaku yaitu kematian orang yang
di diami oleh roh itu

Anda mungkin juga menyukai