Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS BESAR SEORANG ANAK

PEREMPUAN 3 TAHUN
DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Diajukan guna memenuhi tugas Program Internsip Dokter Indonesia

Oleh:
dr. Stefanie Angeline

Pembimbing:
dr. Ernawati
dr Eltra Sabarian

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2020
BERITA ACARA PRESENTASI KASUS BESAR

Pada hari ini hari Senin tanggal 13 Desember 2017, telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Johan Heri Pratikno
Judul/ Topik : Congestive Heart Failure
No. ID dan Nama Pendamping : dr. Lukito Hari Prasetyo, M.M
No. ID dan Nama Wahana : RSI PKU MuhamadiyahTegal

No Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan


1. dr. Johan HeriPratikno 271

2. dr.Yan FransiskaHerawati 272


3. dr. Alvinujianto 273
4. dr. Diana NurJulyani 274
5. dr. IntanWidyanaAfrianti 275
6. dr. Silvia Rosyada 276
7. dr. YudistiroArdiNugroho 277
8. dr. An NisaaAuliyaa 278
9. dr. WindyNofiatriRistha 279
10. dr. DhitaHestilanaAnindyajati 280
11. dr. SetiaHilmiMustajabah 281
12. dr. Sarah ShafiraAulia R 282
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya

Pendamping I Pendamping II

Dr.Nurhidayat dr. Lukito Hari Prasetyo, M.M.


BORANG PORTOFOLIO
Topik : Bronkopneumonia
Tanggal (kasus) : 4 November 2020 Presenter : dr. Stefanie Angleine
dr. Ernawati
Tanggal Presentasi : 23 April 2020 Pendamping :
dr. Eltra Sabarian
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RS Melati
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Seorang anak perempuan usia 3 tahun, Sesak nafas yang semakin berat sejak ± 4
□ Deskripsi : hari SMRS, riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 6 tahun yang lalu

□ Tujuan : Memberikan talaksana pada kasus obs dyspnea ec bronkopneumonia dengan tepat
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : An. Kalila, 3 tahun No. Registrasi : 10120835
Nama Klinik : RS MELATI Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Sesak napas disertai dengan demam tinggi, batuk berdahak dan pilek. Dahak
kental dan kuning, sulit dikeluarkan. Demam naik turun walaupun sudah diberikan obat penurun
panas sejak 5 hari yang lalu.. Mengigil (+) keringat malam (-) mimisan (-). Batuk lebih sering
kambuh saat pasien tidur di malam hari. Selang dua hari setelah demam, batuk dan pilek pasien
terlihat sesak dan napasnya terengah-engah. Sesak terlihat terus menerus, tidak disertai suara mengi
atau mengorok. Pasien jadi kurang nafsu makan. Karena sesak bertambah parah ibu pasien
kemudian membawa pasien ke rumah sakit. Pasien pernah dibawa ke dokter layanan primer dua hari
yang lalu namun belum ada perbaikan. Riwayat Muntah, BAB cair, kejang, dan penurunan
kesadaran disangkal. Riwayat tersedak ASI disangkal. Saat di IGD, mata dilihat cekung, tangan dan
kaki dirasakan dingin, bibir terlihat kering, dan kurang aktif. Pasien masih mau minum, BAK dirasa
sedikit dan jarang.
1. Pemeriksaan fisik : KU lemah, Kesadaran CM, Nadi 120 x/m, T: 40.2 C, RR 43 x/m,
2. Riwayat Pengobatan : Pasien pernah minum obat penurun panas dan obat racikan batuk
pilek dari dokter layanan primer 2 hari yang lalu namun tidak ada perbaikan
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
 Riwayat kejang ada usia 7 bulan
 Riwayat sakit flu Singapur usia 2 tahun
4. Riwayat Keluarga :
 Riwayat asma dalam keluarga disangkal
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Lain-lain : Riwayat Sosial Ekonomi Cukup
Daftar Pustaka :
1. Price SA, Wilson LM. Pathophysiology: clinical concepts of disease processes. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 1994.
2. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja B, Pudjadi AH, Kosim MS, et al.
Standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi ke-I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.
hlm. 351-4.
3. Kliegman RM, Stanton BMD, St. Geme J, Schor NF, Behrman RE. Nelson buku ajar ilmu
kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.
4. Bennet NJ, Steele RW. Pediatric pneumonia [internet]. USA: Medscape LLC.; 2014 [Disitasi
2020 Apr 12]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/967822- medication
5. UNICEF. The challenge:pneumonia is the leading killer of children [internet]. New York:
UNICEF; 2014 [disitasi 2020 Apr 12]. Tersedia: http://www.childinfo.org/pneumonia.html
6. Mason RJ, Broaddus VC, Martin T, King TE, Schraugnagel D, Murray JF, et al. Murray and
Nadel’s text book of respiratology medicine volume 1. Edisi ke-1. Netherland: Elseiver
Saunders; 2005.
Hasil Pembelajaran :
1. Dapat menegakan diagnosa pasien bronkopneumonia
2. Dapat menatalaksana pasien bronkopneumonia dengan tepat
3. Dapat memberikan edukasi pasien bronkopneumonia
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif :
Keluhan Utama : Sesak nafas yang semakin berat sejak ± 3 hari SMRS

Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak
napas disertai dengan demam tinggi, batuk berdahak dan pilek. Dahak kental dan kuning,
sulit dikeluarkan. Demam naik turun walaupun sudah diberikan obat penurun panas sejak 5
hari yang lalu.. Mengigil (+) keringat malam (-) mimisan (-). Batuk lebih sering kambuh
saat pasien tidur di malam hari. Selang dua hari setelah demam, batuk dan pilek pasien
terlihat sesak dan napasnya terengah-engah. Sesak terlihat terus menerus, tidak disertai
suara mengi atau mengorok. Pasien jadi kurang nafsu makan. Karena sesak bertambah
parah ibu pasien kemudian membawa pasien ke rumah sakit. Pasien pernah dibawa ke
dokter layanan primer dua hari yang lalu namun belum ada perbaikan. Riwayat Muntah,
BAB cair, kejang, dan penurunan kesadaran disangkal. Riwayat tersedak ASI disangkal.
Saat di IGD, mata dilihat cekung, napas cuping hidung, tangan dan kaki dirasakan dingin,
bibir terlihat kering, dan kurang aktif. Pasien masih mau minum, BAK dirasa sedikit dan
jarang.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat kejang ada usia 7 bulan
 Riwayat sakit flu Singapur usia 2 tahun
 Riwayat obat penurun panas dan obat racikan batuk pilek dari dokter layanan primer 2 hari
yang lalu namun tidak ada perbaikan

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat asma dalam keluarga disangkal
1. Objektif :
Keadaan Umum : Tampak sesak napas
Kesadaran : Compos mentis x/m
Nadi : 120 x/menit.
Pernapasan : 43 x/menit.
Suhu : 40.2 C
BB : 14 kg
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna kulit sawo matang, efloresensi (-), Scar (-), Ikterus pada kulit (-), pucat pada telapak
tangan dan kaki (+), eritema palmar (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula serta
tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, deformasi (-).
Mata
Cekung (+), Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks cahaya normal, pergerakan mata ke segala
arah baik. Edema subkonjungtiva (-).
Hidung
Napas cuping hidung, Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam
perabaan baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan.
Telinga
Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus(-), pendengaran baik.
Mulut
Bibir kering. Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), hipertofi
ginggiva (-), gusi berdarah(-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau napas khas (-), faring tidak
ada kelainan.
Leher
Kelenjar tiroid tidak teraba, JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), Spider nevi (-).
Paru-paru
I : Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor pada kedua lapangan paru kanan dan kiri
A: Vesikuler (+) meningkat, ronkhi basah halus nyaring pada seluruh kedua lapangan paru
(+), wheezing (-)

Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas jantung dalam batas normal
A : HR = 120x/menit, bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Perut
I : Datar
P : Hepar dan lien tak teraba, supel, nyeri tekan Epigastrium (-)
P : Timpani
A : Bising usus (+) Normal
Extremitas
Edema (-/-), akral dingin, sianosis (-/-), clubbing finger (-/-), atrofi otot (-/-), turgor
menurun.
Alat kelamin : tidak diperiksa

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Hemaglobin : 11.3 gr/dl
Hematokrit : 32.5%
Sel Darah Putih : 6.900 /mm3
Sel Darah Merah : 4.250.000/mm3
Trombosit : 188.000/mm3

B. PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX


Interprestasi :
Cor:
 Bentuk besar normal
 Hilus kanan prominen
Pulmo:
 Parenkim dan bronchovaskular meningkat
 Tampak infiltrate perihilar dan paracardial paru kiri
 Diafragma normal
 Sinus costofrenikus lancup

Kesan :
Jantung dalam batas normal
Gambaran bronchopneumonia

2. Assesment(penalaran klinis) :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sesak napas disertai dengan demam tinggi, batuk berdahak dan pilek. Dahak kental dan
kuning, sulit dikeluarkan. Demam naik turun walaupun sudah diberikan obat penurun panas
sejak 5 hari yang lalu.. Mengigil (+) keringat malam (-) mimisan (-). Batuk lebih sering
kambuh saat pasien tidur di malam hari. Selang dua hari setelah demam, batuk dan pilek
pasien terlihat sesak dan napasnya terengah-engah. Sesak terlihat terus menerus, tidak
disertai suara mengi atau mengorok. Pasien jadi kurang nafsu makan. Karena sesak
bertambah parah ibu pasien kemudian membawa pasien ke rumah sakit. Pasien pernah
dibawa ke dokter layanan primer dua hari yang lalu namun belum ada perbaikan. Riwayat
Muntah, BAB cair, kejang, dan penurunan kesadaran disangkal. Riwayat tersedak ASI
disangkal. Saat di IGD, mata dilihat cekung, napas cuping hidung, tangan dan kaki
dirasakan dingin, bibir terlihat kering, dan kurang aktif. Pasien masih mau minum, BAK
dirasa sedikit dan jarang.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, compos
mentis, nadi 120 kali per menit, frekuensi napas 43 kali per menit, suhu 40.3°C, berat badan
14 kg, mata cekung, bibir kering, napas cuping hidung (+) dan ronki basah halus nyaring +/
+.
Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hemoglobin 11,3 gr/dl,
leukosit 6.900/ul, trombosit 188.000/ul, eritrosit 4.200.000/ul, dan hematokrit 32.5%. Dari
hasil rontgen Thorax didapatkan gambaran bronkopneumonia.
Pasien datang dengan keluhan utama sesak napas, dari keluhan ini dapat dipikirkan
adanya kelainan pada paru-paru, jantung, metabolik seperti asidosis maupun uremia, atau
adanya kelainan pada otak. Dari alloanamnesis tidak didapatkan keluhan buang air kecil
sehingga kemungkinan kelainan metabolik dapat disingkirkan. Dari alloanamnesa dan
pemeriksaan fisik juga tidak didapatkan riwayat kejang dan penurunan kesadaran sehingga
kelainan pada sentral dapat disingkirkan. Selain itu dari hasil pemeriksaan fisik jantung
didapatkan dalam batas normal sehingga penyebab kelainan jantung juga dapat
disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan kelainan sesak yang terjadi diakibatkan oleh
kelainan pada paru paru.
Dari alloanamnesis, didapatkan pasien mengalami batuk berdahak, pilek, serta
demam, sehingga dapat dipikirkan adanya suatu infeksi. Selain itu dari hasil auskultasi paru
didapatkan ditemukan adanya peningkatan suara napas vesikular dan suara napas tambahan
berupa ronki basah halus nyaring pada seluruh lapangan paru yang khas pada
bronkopneumonia. Diagnosis bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan pedoman
diagnosis klinis bronkopneumonia WHO dimana gejala yang muncul pada pasien ini adalah
sesak napas dengan napas cuping hidung, riwayat demam, batuk, pilek, dan dari auskultasi
didapatkan suara tambahan berupa ronkhi basah halus nyaring, disertai dengan adanya
infiltrat pada rontgen thorax berupa gambaran bronkopneumonia.
Bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinik. Gejala-gejala klinis
tersebut antara lain:
a. Adanya retraksi epigastric, intercostal, suprasternal
b. Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung
c. Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
d. Demam, dypsneu, kadang disertai muntah dan diare
e. Batuk biasanya tidak ada pada awal penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa hari yang
mula-mula kering kemudian menjadi produktif
f. Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
g. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan predominan PMN
h. Pada pemeriksaan rontgen thorax ditemukan adanya infiltrate interstisial dan infiltrate
alveolar serta gambaran bronkopneumonia
WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tatalaksana yang lebih sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan menjadi:
1. Bronkopneumonia sangat berat; bila terdapat sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum, makan anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotic
2. Bronkopneumonia berat; bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum,
maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik
3. Bronkopneumonia; bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernapasan yang cepat yakni >60
kali per menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 kali per menit pada anak usia 2
bulan - 1 tahun; >40 kali per menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia; hanya batuk tanpa ada gejala dan tanda seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi penyebab bronkopneumonia.
Identifikasi penyebab bronkopneumonia dapat dilakukan melalui kultur sputum/ bilasan
cairan lambung, kultur atau swab nasofaring atau tenggorokan, terutama virus dan dengan
deteksi antigen bakteri.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran napas dan paru dapat melalui berbagai
cara, antara lain dengan inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di
nasofaring dan orofaring, perluasan langsung dari tempat lain, dan penyebaran secara
hematogen.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Mekanisme daya tahan
traktur respiratorius bagian bawah sangan efisien untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel tersebut
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
6. Drainase system limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
7. Fagositosis, aksi enzimatik, dan respon immune-humoral terutama dari immunoglobulilin A
(Ig-A)
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru
perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bronkopneumonia dalam perjalanan
penyakitnya akan menjalani beberapa stadium, yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama); mengacu pada peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran
darah dan permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi dari sel
mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen yang bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin
untuk melemaskan otot polos vascular paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal
ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitial sehinga terjadi
pembengkakakn dan edema antar kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan koarbondioksida makan perpindahan gas ini paling berpengaruh
dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya); lobus dan lobulus yang terkena menjadi
padat tidak mengandung udara, warna menjadi merah adan pada perabaan seperti hepar.
Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit, nautrofil, eksudaty, dan banyak sekali eritrosit
dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium hepatitasi kelabu (3-8 hari); lobus masih tetap padat dan warna merah berubah
menjadi pucat kelabu terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yanf
terinfeksi. Permukaan pleura suram karena diliputi oelh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan
leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler tidak lagi kongesti.
4. Stadium resolusi (7-11 hari); terjadi sewakti respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa
sel fibrin dan eksudasi lisis. Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fiberin diresorbsi dan menghilang.
Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan pembarian antibiotic sedini mungkin
agar sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu terapi suportif berupa pemberian oksigen 2
lpm sudah tepat. Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia, menurunkan usaha untuk
bernapas, dan mengurangi kerja miokardium. Oksigen penting diberikan kepada anak yang
menunjukkan gejala adanya retraksi dinding dada bagian bawah yang dalam; SPO2 <90%;
frekuensi napas 40 kali per menit atau lebih; merintih setiap kali bernapas untuk bayi muda;
dan adanya head nodding atau anggukan kepala. Pemberian oksigen 2 lpm atau 0.5 lpm
untuk neonatus.
Untuk kebutuhan cairan, sesuai dengan berat badan yairu 14 kg, sehingga pasien
diberikan cairan Tridex melalui mikrodrip infus dengan kecepatan 50 tetes per menit.
Tridex terdiri dari Na 60 meq, Cl 50 meq, K 10 meq, lactate 20 meq, anhydrous glucose 27
g, (NaCl 2.34 g, KCl 0.75 g, Na lactate 2.24 g) dengan Osmolaritas 290 mOsm dan energi
sebesar 108 kkal. Sedangkan untuk mengatasi demamnya pasien diberikan antipiretik
parasetamol yang diberikan selama pasien demam. Dosis yang digunakan adalah 10-15
mg/kgBB/ kali pemberian dan dapat diulang pemberiannya setiap 4-6 jam.
Pemberian antibiotic berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Pada kasus ini, dipilih antibiotic cefotaxime yang merupakan antibiotic sefalosporin
generasi ketiga dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun negatif. Dosis
cefotaxime yaitu 50-180 mg/kgBB/hari dalam 2-4 dosis terbagi.

3. Plan
DIAGNOSIS KERJA
Observasi dypsneu + febris et causa bronkopneumonia berat

TERAPI
Non Farmakologis
- O2 2 liter/menit
- Edukasi mengenai bronkopneumonia, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya jika
timbul keluhan, dan dasar pengobatan
Farmakologis
IVFD Tridex 50 tpm micro
Inj. Cefotaxime 3x500 mg
PO Paracetamol 3x I ½ cth
Nebulizer/ 8 jam : ventolin + Pulmicort
PO ambroxol syr 3x1 cth

Rencana pemeriksaan (-)

FOLLOW UP
Tanggal 05/11/2019
S Sesak nafas berkurang, batuk berdahak (+)
O : Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah Tidak diukur
Nadi 110 x/menit
Pernafasan 24x/menit
Temperature 36,9 C
Keadaan Spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran kelenjar tiroid (-), KGB
(-)
Thorax :
Pulmo Vesikuler (+) meningkat, ronkhi basah halus nyaring (+)
pada kedua lapangan paru, wheezing (-)
Jantung HR= 110 x/menit, regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas Edema (-)
A Bronkopneumonia
P  IVFD Tridex 50 tpm
 Inj. Cefotaxime 3x500 mg
 PO Paracetamol 3x I ½ cth
 Nebulizer/ 8 jam : ventolin + Pulmicort
 PO ambroxol syr 3x1 cth

Tanggal 06/11/2019
S batuk berdahak (+) sesak (-)
O : Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah Tidak diukur
Nadi 120 x/menit
Pernafasan 22x/menit
Temperature 36,9 C
Keadaan Spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran kelenjar tiroid (-), KGB
(-)
Thorax :
Pulmo Vesikuler (+) meningkat, ronkhi (+) minimal pada kedua
lapangan paru, wheezing (-)
Jantung HR= 120 x/menit, regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas Edema (-)
A Bronkopneumonia
P  IVFD Tridex 40 tpm
 Inj. Cefotaxime 3x500 mg
 PO Paracetamol 3x I ½ cth
 Nebulizer/ 8 jam : ventolin + Pulmicort
 PO ambroxol syr 3x1 cth

Tanggal 07/11/2019
S batuk berdahak (+)
O : Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah Tidak diukur
Nadi 119 x/menit
Pernafasan 20x/menit
Temperature 36,9 C
Keadaan Spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran kelenjar tiroid (-), KGB
(-)
Thorax :
Pulmo Vesikuler (+) meningkat, ronkhi (+) minimal pada kedua
lapangan paru, wheezing (-)
Jantung HR= 119 x/menit, regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas Edema (-)
A Bronkopneumonia
P  IVFD Tridex 40 tpm
 Inj. Cefotaxime 3x500 mg
 PO Paracetamol 3x I ½ cth
 Nebulizer/ 12 jam : ventolin + Pulmicort
 PO ambroxol syr 3x1 cth

Tanggal 08/11/2019
S batuk berdahak (+) berkurang
O : Keadaan umum Tampak sakit ringan
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah Tidak diukur
Nadi 120 x/menit
Pernafasan 21x/menit
Temperature 36,9 C
Keadaan Spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran kelenjar tiroid (-), KGB
(-)
Thorax :
Pulmo Vesikuler (+) meningkat, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung HR= 120 x/menit, regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas Edema (-)
A Bronkopneumonia
P  IVFD Tridex 40 tpm
 Inj. Cefotaxime 3x500 mg
 PO Paracetamol 3x I ½ cth
 PO ambroxol syr 3x1 cth

Tanggal 08/11/2019
S batuk berdahak (+) berkurang
O : Keadaan umum Tampak sakit ringan
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah Tidak diukur
Nadi 120 x/menit
Pernafasan 21x/menit
Temperature 36,9 C
Keadaan Spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran kelenjar tiroid (-), KGB
(-)
Thorax :
Pulmo Vesikuler (+) meningkat, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung HR= 120 x/menit, regular, murmur (-), gallop(-)
Abdomen Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas Edema (-)
A Bronkopneumonia
P  IVFD Tridex 40 tpm
 PO Cefixime 2x50 mg (1/2 cth)
 PO Paracetamol 3x I ½ cth prn
 PO ambroxol syr 3x1 cth
 Rencana pulang besok pagi
Pendidikan : Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya
penyakit yang dideritanya dan menjelaskan pentingnya untuk menjaga polah hidup
sehat seperti makan makanan bergizi, olah raga teratur, tidur yang cukup dan
menjaga kebersihan.
Konsultasi : Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis anak
apabila keluhan berulang
Kontrol :
Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan
Nasihat Setiap hari di bangsal dan Edukasi keluarga pasien dapat
kunjungan ulang setelah menjalani gaya hidup sehat,
selesai pengobatan rawat mengajarkan cara cuci tangan 5
inap langkah, dan menjelaskan
tanda2 dehidrasi pada anak
TINJAUAN PUSTAKA
PENATALAKSANAAN BRONKOPNEUMONIA

KLASIFIKASI
Gejala ISPA Untuk Golongan Umur <2 bulan
a. Bronkopneumonia berat, adanya nafas cepat (fast breating) yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding
dada bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing).

b. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

Gejala ISPA Untuk Golongan Umur 2 bulan – <5 tahun


a. Bronkopneumonia sangat berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas
sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing).

b. Bronkopneumonia berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas
cepat sesuai umur. Batas nafas cepat ( fast breathing) pada anak umur 2 bulan - <1
tahun adalah 50 kali atau lebih per menit dan untuk anak umur 1 - <5 tahun adalah 40
kali atau lebih permenit.

c. Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

Jumlah Kunjungan Berulang


Penentuan jumlah kunjungan berulang pasien dilihat dari kembalinya pasien ke rumah sakit
setelah dirawat inap pertama kali, termasuk bagi penderita bronkopneumonia sangat
bervariasi. Hal ini bergantung dari status pasien, apabila pasien berstatus sembuh dapat
kembali lagi dikarenakan pasien tersebut menderita kembali penyakit tersebut (rekurens),
sehingga perlu dirawat inap kembali. Status pulang berobat jalan dapat kembali lagi
dikarenakan perlu memeriksa, mengontrol, mengambil obat guna perbaikan keadaan pasien,
namun setelah pemeriksaan pasien dapat dirawat inap lagi dikarenakan tidak memungkinkan
unutuk berobat jalan. Status pulang atas permintaan sendiri dapat kembali dirawat inap
dikarenakan tidak dapat ditangani di rumah.
Lama Rawatan
Penentuan lama rawatan pada pasien rawat inap, termasuk bagi penderita bronkopneumonia
sangat bervariasi. Hal ini tergantung dari jenis penyakit, tindakan medis rumah sakit dan
sebagainya. Menurut penelitian Irfan (2002) di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan
tahun 1999-2000 lama rawatan penderita pneumonia pada balita yang dirawat inap adalah < 7
hari yaitu 101 orang (72,7%) dan ≥ 7 hari yaitu 38 orang (27,3%). Menurut penelitian
Marbun (2009) di Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan Tahun 2004-2007 lama rawatan rata-rata
penderita pneumonia pada balita adalah 4,5 hari.

PENCEGAHAN
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus. Pencegahan primer
bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian bronkopneumonia. Upaya
yang dapat dilakukan anatara lain :

a. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu kali (pada
usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali (pada usia 2-11
bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B sebanyak 3 kali
(0-9 bulan).

b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberika ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.

c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar
ruangan.

d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.

Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang telah sakit
agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang
dilakukan antara lain :

a. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri antibiotik


benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan suportif, nilai setiap hari.

b. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi.

c. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.

Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :

a. Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit.

b. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses
pemberian makan.

c. Berikan anak cairan tambahan untuk minum.

d. Tingkatkan pemberian ASI.

e. Legakan tenggorok dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman.

f. Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti: bernapas menjadi sulit, pernapasan


menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk, jika terdapat tanda-
tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas kesehatan.

PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksaan umum
 Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr
 Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
b. Penatalaksanaan khusus
 mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal
 obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi.
 Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis
Antibiotik :

Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut
kelompok usia.

1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :

- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
- sefalosporin generasi ke-3

2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)

- beta laktam amoksisillin


- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)

- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)


- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat
peroral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat. Antibiotik intravena yang
dianjurkan adalah : ampisilin dan kloramfenikol, ceftriaxone, dan cefotaxim. Pemberian
antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik
intra vena.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :


1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
DIAGNOSIS BANDING
Keadaan yang menyerupai bronkopneumonia ialah :
 Bronkiolitis akut

Merupakan suatu sidrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi dan anak kecil
yang berumur kurang dari 2 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh RSV ( 50%).
Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas, disertai batuk pilek,
tanpa disertai

kenaikan suhu, atau hanya subfebril. Ada sesak napas yang makin lama makin hebat,
pernapasan dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung disertai retraksi daerah
intercostal dan suprasternal, anak gelisah dan sianosis.

 Tuberkulosis

Penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis, yang ditandai dengan


batuk lama lebih dari 30 hari, demam lama yang subfebril dan berulang tanpa sebab
yang jelas, dapat disertai keringat malam. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi, anoreksia dan pembesaran
KGB yang tidak sakit dan biasanya multipel.

KOMPLIKASI
Dengan penggunaan antibiotik komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi
yang dapat dijumpai adalah pleural effusion, empyema, otitis media akut. Komplikasi lain
seperti meningitis, pericarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang terlihat.

PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan cukup, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang daripada 1%. Anak dalam keadaan kurang energi protein dan yang datang
terlambat menunjukan mortalitas lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Wilson LM. Pathophysiology: clinical concepts of disease processes. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 1994.
2. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja B, Pudjadi AH, Kosim MS, et al.
Standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi ke-I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.
hlm. 351-4.
3. Kliegman RM, Stanton BMD, St. Geme J, Schor NF, Behrman RE. Nelson buku ajar ilmu
kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.
4. Bennet NJ, Steele RW. Pediatric pneumonia [internet]. USA: Medscape LLC.; 2014 [Disitasi
2020 Apr 12]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/967822- medication
5. UNICEF. The challenge:pneumonia is the leading killer of children [internet]. New York:
UNICEF; 2014 [disitasi 2020 Apr 12]. Tersedia: http://www.childinfo.org/pneumonia.html

Mason RJ, Broaddus VC, Martin T, King TE, Schraugnagel D, Murray JF, et al.
Murray and Nadel’s text book of respiratology medicine volume 1. Edisi ke-1.
Netherland: Elseiver Saunders; 2005.

Anda mungkin juga menyukai