Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan suatu pondasi sangat penting fungsinya pada suatu


kontruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah
tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri
dan bangunan luar yang bekerja ke lapisan tanah di bawahnya.
Perencanaan pondasi perlu diperhitungkan besarnya beban yang bekerja dan
juga daya dukung tanah setempat. Apabila pondasi yang direncanakan tidak
mencapai tanah keras, maka akan terjadi penurunan yang tidak merata yang
mengakibatkan kerusakan pada bangunan.
Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk mendukung beban bangunan serta
meneruskan beban - beban menuju ke tanah dasar. Kapasitas daya dukung
pondasi tiang pancang harus lebih besar dari besar beban yang terjadi
sehingga dapat menahan bangunan secara aman.
Arifin, (2008), dasar perhitungan pondasi tiang pancang dan pondasi bor pile
di antaranya daya dukung singel pile dan group pile, analisa gaya geser
negatif, Karena mengakibatkan beban tambahan, secara umum pondasi tiang
pancang atau pondasi bor pile mempunyai ketentuan antara lain : untuk
meneruskan gaya vertikal yang bekerja padanya untuk di teruskan kelapisan
tanah pendukung; dengan adanya hubungan antara kepala tiang yang satu
dengan lainnya mampu menahan bentuk ke arah mendatar. Dalam desain
hendaknya diperhatikan perubahan daya dukung yang mungkin terjadi di
lapangan, oleh karena itu hendaknya konstruksi didesain untuk berbagai
kemungkinan faktor aman baik selama masa konstruksi, pasca konstruksi,
dan angka keamanan selama masa penggunaan konstruksi (Alwan dan
Indarto, 2010).
Pertiwi, (2006) menyatakan bahwa apabila nilai daya dukung (Pult) sondir
lebih kecil dari daya dukung (Pult) Jack, maka nilai koreksi lebih kecil 1 dan
jika sebaliknya Pult sondir lebih besar dari Pult Jack, maka nilai koreksi lebih
besar 1. Hasil penelitian Manoppo (2010) menunjukkan perbedaan yang
cukup besar antara nilai kapasitas dukung tiang pancang kelompok Qu.kel.lab.
dari percobaan di laboratorium dibandingkan dengan kapasitas dukung
kelompok Qu.kel.teori perhitungan teori dari Meyerhof dan Ranjan. Untuk itu
diperlukan faktor koreksi ataupun penelitian lebih lanjut dengan uji beban di
lapangan dengan skala ukuran tiang pancang yang lebih besar dan lebih
banyak untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan Nugroho,
(2011), secara umum penambahan lapisan perkuatan berupa geotekstil dan
grid bambu memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatan daya
dukung pondasi. Dari data pengujian dapat disimpulkan secara sederhana
bahwa daya dukug selimut tiang pada tanah kering yang mengalami
pembasahan (perendaman) dalam 1 hari kekuatannya turun antara 35 % – 60
% dan bila mengalami perendaman sampai 3 hari kekuatannya hilang hingga
lebih dari 65 % (Ukiman, 2011).
Perhitungan daya dukung tiang pancang sangat diperlukan untuk
mendapatkan perencanaan pondasi yang memenuhi persyaratan. Banyaknya
data yang diperlukan dengan metode perhitungan yang tidak sedikit, maka
dalam artikel ilmiah ini perlu dilakukan analisis perhitungan dari berbagai
metode dan dibandingkan hasil satu sama lainnya, sehingga didapatkan
perbedaan nilai daya dukung antara metode yang satu dengan yang lainnya.
BAB II

STUDI ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG

Bahan untuk menganalis daya dukung pondasi tiang pancang menggunakan


data pondasi tiang pancang. Beberapa metode pengumpulaan data antara lain
:

- Metode observasi dengan mengambil data yang berhubungan dengan


data teknis gedung dan pondasi tiang pancang diperoleh langsung dari
lokasi proyek.
- Pengambilan data yang diambil meliputi gambar lengkap (denah,
potongan, detail – detail), denah pondasi, detail pondasi lengkap dengan
ukurannya, data penyelidikan tanah yaitu data sondir.
- Membaca studi kepustakaan dengan membaca dan mengutip isi buku
yang berhubungan dengan permasalahan yang ditinjau untuk melengkapi
dan menyelesaikan tulisan artikel ini.

Data Gedung

Denah gedung seperti pada Gambar 1, data gedung untuk perhitungan adalah
:
- Fungsi Bangunan : Rumah Sakit
- Mutu Material : Mutu beton (fc') K- 350 = 35 Mpa Mutu baja (fy)
U-
400 = 400 Mpa
- Berat Jenis Beton : 2.4 ton/m3
- Standart : SNI ( Standart Nasional Indonesia)
Gambar 1. Denah Gedung

Data Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang yang digunakan pada gedung adalah seperti terlihat
pada Gambar 2 dengan data sebagai berikut:
- Kedalaman pondasi tiang pancang (h) = 16 m,
- pondasi tiang pancang (d) = 40 cm

Gambar 2. Detail pondasi tiang pancang

Data Sondir

Grafik hubungan antara kedalaman dengan tahanan ujung konus (qc) atau CR
dan jumlah hambatan lekat (JHL) atau TSF dapat dilihat pada Gambar 3.
Tahapan Analisis Data

Analisis daya dukung tiang pancang dilakukan berdasarkan data-data tanah


maupun data struktur. Berdasarkan metode Meyerhoff, metode Begeman,
metode E.E.De Beer, metode umum, dan metode Trofimenkove didapatkan
nilai daya dukung pondasi tiang tunggal untuk kemudian digunakan untuk
menentukan jumlah tiang pancang dan daya dukung tiang kelompok.
Berdasarkan hasil dari semua metode dianalisis perbedaan dan persamaan
satu sama lainnya, kemudian disimpulkan (Gambar 4).
Gambar 3. Grafik data sondir
Mulai

Pengumpulan data
1. Data tanah

2. Data struktur

Perhitungan dan Analisa Pembebanan SAP 2000

Perhitungan Daya Dukung Tiang Metode Meyerhoff


Metode Begeman
Metode E.E.De Beer
Metode Umum
Perhitungan Jumlah Tiang Metode Trofimenkove

Perhitungan Daya Dukung Tiang Kelompok

Perbandingan Daya Dukung dari


Beberapa Metode

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4. Diagram alir penelitian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Analisa Pembebanan

Hasil perhitungan dan analisa pembebanan baik gaya normal maupun


momen yang bekerja pada pondasi kolom 1, kolom 3, kolom 5, dan pondasi
pada kolom 7 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Gaya Normal dan Momen Pada Kolom


Nama Dimensi kolom Gaya normal Momen
kolom (m) ( ton ) ( tm )
1 0.8 x 0.8 489.21 12.43
3 0.9 x 0.9 649.81 12.86
5 0.9 x 0.9 647.63 12.84
7 0.8 x 0.8 486.93 12.44
3.2. Daya Dukung Tiang Pancang

Hasil evaluasi daya daya dukung tiang pancang tunggal dan tiang
pancang kelompok berdasarkan data sondir dengan menggunakan beberapa
metode Meyerhoff, metode Begeman, metode E.E.De Beer, metode umum,
dan metode Trofimenkove dengan menggunakan persamaan-persamaan 1, 2,
3, 4 dan Persamaan 5. Hasil perhitungannya seperti terlihat pada Tabel 2.

Metode Meyerhof

Perhitungan daya dukung tiang pancang menurut metode Meyerhof


menggunakan Persamaan 1.
Pu = 1/3 . qc . Ap + 1/5 . K . JHP (1)

Metode Begeman

Daya dukung tiang pancang metode Begeman didapat dengan


Persamaan 2.
qc.A JHP.Q
Pall = + (2) 35

Metode E.E.De Beer

Menurut metode E.E.De Beer, perhitungan daya dukung tiang pancang


dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 3.
Pu = qc . A (3)

Metode Umum

Hasil perhitungan daya dukung tiang pancang menurut metode Umum


dapat dihitung dengan Persamaan 4.
kb.qc.A+ks.JHP.Q FK

Pall = (4)
Metode Trofimenkove

Persamaan 5 digunakan untuk menghitung daya dukung tiang pancang


metode Trofimenkove.
JHP
kb.qc.A+ ( ).Q
Pall = D (5)
FK

Tabel 2. Hasil perhitungan daya dukung tiang pancang


Metode Meyerhof Begeman E.E.De Beer Umum Trofimenkove
P Tiang
Tunggal 109,88 81,29 71,01 102,3 115,25
(ton)
Jlh P grup Jlh P grup Jlh P grup Jlh P grup Jlh P grup
Kolom
Tiang (ton) Tiang (ton) Tiang (ton) Tiang (ton) Tiang (ton)
Kolom 1 6 502,3 9 531,8 10 504,1 7 520,6 6 526,92
7 8 7
Kolom 3 9 718,9 12 692,5 14 688,9 9 669,3 9 754,08
4 9 4 5
Kolom 5 9 718,9 12 692,5 14 688,9 9 669,3 9 754,08
4 9 4 5
Kolom 7 6 502,3 9 531,8 10 504,1 7 520,6 6 526,92
7 8 7

3.3. Perbandingan Beberapa Metode

Berdasarkan perhitungan daya dukung tiang tunggal didapatkan bahwa


metode Meyerhoft dan metode umum lebih realistis, karena setelah dirata-
ratakan ternyata ratarata daya dukung tiang tunggal didapat sebesar 95,95 ton
mendekati nilai daya dukung tiang tunggal metode Meyerhoft dan metode
umum (Gambar 5).
Jumlah tiang pancang dari masing-masing metode berbeda satu sama
lainnya, karena nilai daya dukung tiang tunggal yang berbeda-beda pula.
Kolom kiri (kolom 1 dan 7) jumlah tiangnya sama demikian juga kolom
tengah (kolom 3 dan 5) memiliki jumlah tiang pancang yang sama pula. Nilai
daya dukung tunggal yang rendah akan menghasilkan jumlah tiang yang
lebih besar dibandingkan nilai daya dukung tunggal yang tinggi. Hal ini
terjadi pada metode Meyerhof, umum dan Trofimenkove (Gambar 6). Jumlah
tiang pancang sangat mempengaruhi nilai daya dukung tiang kelompok
(Gambar 7), semakin banyak tiang pancang yang digunakan, maka nilai daya
dukung tiang kelompok juga semakin besar dan semakin aman untuk
memikul beban konstruksi, hanya tidak ekonomis.

D 140
ay 120
a
100
du
ku 80
ng 60
(to
n) 40
20
0
hof n
ema e er Umum
menkave ta-rata
Meyer eB
eg
B E.D Trofi Ra
E.

Gambar 5. Perbandingan perhitungan daya dukung tiang tunggal


16
14
Ju 12
ml Kolom 1
ah 10
Ti Kolom 3
8
an Kolom 5
g 6
Kolom 7
4
2
0
Meyerhof Begeman E.E.De Beer Umum Trofimenkave

Gambar 6. Jumlah tiang pancang untuk masing-masing metode


Da
ya
Du 800
ku
ng 700
Ti
an 600
g Kolom 1
500
Ke
Kolom 3
lo 400
m Kolom 5
po 300 Kolom 7
k
(to 200
n)
100

0
Meyerhof Begeman E.E.De Beer Umum Trofimenkave

Gambar 7. Nilai daya dukung tiang kelompok


4. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis didapatkan kesimpulan sebagai berikut :


1. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung tiang tunggal dengan
menggunakan metode Langsung dan Meyerhof (1956) diperoleh P netto
= 109.88 ton, metode Begeman diperoleh P netto = 81.29 ton, metode
E.E.De Beer diperoleh P netto = 71.01 ton, metode Umum diperoleh P
netto = 102.30 ton, metode Trofimenkove (1974) diperoleh P netto =
115.25 ton. Metode Meyerhoft dan metode Umum lebih realistis, karena
nilainya mendekati nilai rata-rata daya dukung tiang tunggal sebesar
95,95 ton.
2. Jumlah tiang pancang dari masing-masing metode berbeda satu sama
lainnya, karena nilai daya dukung tiang tunggal yang berbeda-beda pula.
Nilai daya dukung tunggal yang rendah akan menghasilkan jumlah tiang
yang lebih besar dibandingkan nilai daya dukung tunggal yang tinggi, hal
ini terjadi pada metode Meyerhof, umum dan Trofimenkove. Jumlah
tiang pancang sangat mempengaruhi nilai daya dukung tiang kelompok,
semakin banyak tiang pancang yang digunakan, maka nilai daya dukung
tiang kelompok juga semakin besar dan semakin aman untuk memikul
beban konstruksi, akan tetapi kurang ekonomis.
BAB III

Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Dengan


Memperhitungkan Pengaruh Likuifaksi Pada Proyek Pembangunan Hotel
Di Lombok

A. Data Tanah
Data tanah yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah berupa
data bore log. Hal tersebut dikarenakan pada pengerjaan proyek hanya
dilakukan uji bore log dan tidak dilakukan uji laboratorium guna
mendapatkan parameter fisis tanah lainnya. Maka dari itu perlu dilakukan
korelasi NSPT guna mendapatkan parameter fisis tanah lainnya.

B. Korelasi Data Nspt


Sebagai tahap awal dalam menentukan parameter fisis tanah lainnya, nilai
NSPT dari data bore log harus dikoreksi terlebih dahulu terhadap muka air
tanah dan juga tegangan overburden [1]. Koreksi terhadap muka air tanah
(N1) dan koreksi terhadap tegangan overburden (N2) dapat ditentukan dengan
rumus berikut :
(1)

(2)

(3) Parameter fisis tanah yang dibutuhkan untuk


perencanaan selanjutnya adalah berat jenis tanah (γ), sudut geser tanah (Ø)
dan kerapatan relatif (relative density, Dr). Dalam melakukan korelasi kali
ini, penulis menggunakan tabel korelasi J.E. Bowles [2].

C. Analisa Zona Likuifaksi


Untuk mengetahui lapisan tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi,
maka perlu dilakukan analisa zona likuifaksi pada lapisan tanah yang jenuh
air [6]. Pada penulisan tugas akhir ini analisa zona likuifaksi dilakukan
berdasarkan aspek tegangan dari data NSPT, yaitu setiap kedalaman 0.5 meter.
Analisa likuifaksi dapat dianalisa dengan perumusan sebagai berikut :
Lapisan tanah berpotensi likuifaksi apabila memiliki nilai SF < 1 . Dimana
SF = CRRM / CSR. Zona lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi dapat
dilihat pada Gambar 2, dimana zona likuifaksi adalah ketika CRRM < CSR.

Gambar 2. Grafik Hubungan

CRRM, CSR vs Kedalaman


Berdasarkan Gambar 2 di atas maka dapat diketahui bahwa total tebal
lapisan yang mengalami likuifaksi adalah 12.5 meter.

D. Permodelan Struktur Bangunan Atas


Permodelan struktur bangunan atas dilakukan dengan program bantu
analisa struktur SAP 2000. Permodelan ini bertujuan untuk mendapatkan
reaksi perletakan di dasar gedung yang nantinya akan digunakan pada
perhitungan perencanaan pondasi. Struktur yang dimodelkan adalah
bangunan hotel yang terdiri dari 13 lantai. Permodelan dilakukan untuk dua
kondisi. Kondisi pertama adalah permodelan saat kondisi tidak likuifaksi
dan kondisi kedua adalah permodelan saat kondisi likuifaksi.

IV. PERENCANAAN PONDASI


A. Daya Dukung Tanah Untuk Tiang Pancang
Perhitungan daya dukung tanah untuk tiang pancang dilakukan
berdasarkan data NSPT yang telah dikoreksi terhadap muka air tanah dan
tegangan overburden. Setelah dilakukan koreksi maka selanjutnya dapat
dihitung daya dukung tanah untuk tiang pancang (QULTIMATE) dengan
diameter tiang rencana 600 mm, 800 mm, dan 1000 mm. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan persamaan Meyerhof [1], sebagai berikut :
QULTIMATE (Cn Aujung)(Cli Asi) (7)
Pada saat kondisi likuifaksi, maka daya lekat tanah (friction) pada
kedalaman tanah yang mengalami likuifaksi menjadi hilang atau sama
dengan nol. Daya dukung tanah pada saat kondisi likuifaksi dan tidak
likuifaksi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Kedalaman VS Daya Dukung Tanah untuk Kondisi


Likuifaksi (L) dan Kondisi Tidak Likuifaksi (TL)
B. Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang
Jenis pondasi tiang pancang yang digunakan dalam penulisan tugas akhir
ini adalah tiang pancang beton precast spun pile. Perencanaan kebutuhan
jumlah pondasi tiang pancang dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai
berikut :
1) Kondisi 1 adalah kondisi tidak likuifaksi, tetap meninjau beban
gempa, dan SF = 5.
2) Kondisi 2 adalah kondisi likuifaksi, meninjau beban gempa, dan SF =
1.5.
3) Kondisi 3 adalah kondisi tidak likuifaksi, namun tetap meninjau
beban gempa, dan SF = 2.
4) Kondisi 4 adalah kondisi tidak likuifaksi, tidak meninjau beban
gempa, dan SF = 3.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam merencanakan jumlah kebutuhan
pondasi tiang pancang.

Jenis Tiang Pancang

Pada tahap awal, pondasi direncanakan menggunakan tiang pancang beton


precast spun pile diameter 600mm, 800mm dan 1000mm. Namun apabila
dalam perhitungan lebih lanjut jenis tiang pancang yang direncanakan tidak
memenuhi syarat, maka akan diganti dengan jenis pondasi yang
memungkinkan untuk dipakai.

Kedalaman Tiang

Untuk menentukan kedalaman tiang pancang, dipakai nilai Qijin tanah


dimana setara dengan ½ Qallowable axial bahan tiang pancang. Qallowable
bahan tiang diketahui 229.5 ton, dan nilai ½ Qallowable bahan adalah 114.75
ton. Sehingga dipakai kedalaman tiang pada 26 meter dengan Qijin tanah
sebesar 130.01 ton.

Gaya Reaksi di Perletakan Bangunan

Gaya reaksi perletakan didapatkan berdasarkan joints reaction pada program


bantu analisa SAP 2000. Nilai yang dipakai adalah Fz, Mx, dan My.

Konfigurasi Tiang Pancang

Konfigurasi tiang pancang direncanakan dengan jarak antar tiang (S) = 2.5D,
sedangkan jarak tiang ke tepi pile cap terluar = D, dengan D adalah diameter
tiang.
PMAX dan PMIN Satu Tiang

Gaya yang terjadi pada 1 tiang akibat beban reaksi perletakan, dapat dihitung
dengan persamaan berikut :

(8)

Efisiensi Tiang Pancang Grup

Efisiensi tiang pancang grup didapatkan berdasarkan perumusan Sieler


Keeney sebagai berikut :
(9)

Pijin Tekan dan Pijin Tarik

Setelah didapatkan daya dukung tanah ultimate pada perhitungan


sebelumnya, maka selanjutnya perlu ditentukan Pijin satu tiang yang berguna
sebagai batasan dari Pmax dan Pmin satu tiang yang terjadi. Pijin satu tiang
dapat dihitung sebagai berikut :
1) Pijin = Qultimate / SF
2) Pijin grup = Pijin tekan x Effisiensi
3) Pijin berlebih = Pijin grup x Persentase lebih
Kontrol PMAX dan PMIN Satu Tiang

Gaya aksial maksimum dan minimum yang terjadi pada satu tiang harus
dikontrol agar tidak melebihi batas ijinnya. P MAX satu tiang dikontrol
terhadap PIJIN TEKAN BERLEBIH dan PMIN satu tiang dikontrol terhadap
PIJIN TARIK BERLEBIH. Hasil kontrol tersebut nantinya akan menentukan jumlah
kebutuhan pondasi tiang pancang. Jumlah kebutuhan pondasi dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Kebutuhan Pondasi
Kondisi Dimen
Perencanaa Jumlah si
n Tiang Tiang
KONDISI 1 192 1000
mm
KONDISI 2 192 800
mm
KONDISI 3 192 600
mm
KONDISI 4 256 600
mm

C. Konfigurasi Pondasi Tiang Pancang

Berdasarkan perhitungan kebutuhan pondasi tiap joint yang


direncanakan, maka didapatkan beberapa jenis pilecap. Tipe pilecap yang
ada berdasarkan kebutuhan jumlah tiang pancang yang direncanakan dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2
Tipe Pile Cap
Ti Diam Juml Konfigurasi Dimensi
pe eter ah n(kolo m(bar x(met y(met
Pil Tiang Tian m) is) er) er)
e (mm) g
cap
Ti 600 4 2 2 2.7 2.7
pe
1
Ti 600 6 2 3 2.7 4.2
pe
2
Ti 800 4 2 2 3.6 3.6
pe
3
Ti 800 8 4 2 7.6 3.6
pe
4
Ti 1000 4 2 2 4.5 4.5
pe
5
Ti 1000 8 4 2 9.5 4.5
pe
6

D. Kontrol Ketahanan Tiang Terhadap Gaya Horizontal

Setelah direncanakan untuk dapat menahan gaya-gaya reaksi


diperletakan, pondasi tiang pancang juga perlu dikontrol terhadap gaya
horizontal. Defleksi dan momen yang terjadi pada tiang pancang tidak
boleh melebihi batasan yang telah ditentukan. Berikut adalah perumusan
untuk menentukan defleksi dan momen yang terjadi pada tiang :
1) Menentukan nilai T
E. Kontrol Material Tiang Terhadap Likuifaksi

Pada saat terjadi likuifaksi, maka tanah pada lapisan tersebut kehilangan
tegangan antar partikelnya akibat dari meningkatnya tekanan air pori.
Lapisan tanah yang mengalami likuifaksi akan bergerak secara horizontal
dan akan membawa seluruh lapisan tanah yang ada di atasnya[3]. Maka dari
itu perlu dilakukan kontrol terhadap momen yang terjadi pada tiang saat
likuifaksi. Sketsa lapisan tanah saat likuifaksi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sketsa Potongan Lapisan Tanah Saat Likuifaksi

(10)
2) Menentukan nilai defleksi (δP) pada tiang
< 2.54 cm
(11)

3) Menentukan nilai momen (Mp) pada tiang


< MCRACK (12)

Hasil kontrol ketahanan tiang pancang


terhadap gaya horizontal untuk semua jenis pile
cap yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3
Gambar 5. Grafik Tegangan Tanah Horizontal Saat Likuifaksi [3]

Kontrol Tiang Pancang Terhadap Gaya Lateral Berdasarkan perhitungan didapat momen seb
berikut :
Tip Diam Kontrol Kontrol
e eter Defleksi Momen
Pilec Tiang Defle Keteran Mp Keteran
ap (mm) ksi gan (ton. gan
(cm) m)
Tipe 600 0.65 OK - OK
1 18.6
5
Tipe 600 0.11 OK -3.32 OK
2
Tipe 800 0.29 OK - OK
3 17.5
MA = 299.8 ton.m > MULTIMATE = 117 ton.m
3
(NOT OK)
Tipe 800 0.29 OK - OK
4 17.5
3
Tipe 1000 0.30 OK - OK
5 27.5
4
Tipe 1000 0.30 OK - OK
6 27.5
4
Nilai MA > MULTIMATE tiang, maka precast spun pile D800 tidak dapat digunakan kar
tidak aman terhadap likuifaksi yang terjadi. Maka selanjutnya perencanaan pondasi pada kondis
menggunakan jenis bored pile.

Titik A merupakan zona perbatasan antara lapisan likufaksi dan non


likuifaksi. Pada titik tersebut merupakan letak momen terbesar akibat
pergerakan horizontal tanah saat likuifaksi. Momen di titik A dapat diperoleh
dengan cara menghitung tegangan vertikal dan tengan horizontal tanah
terlebih dahulu [4]. Setelah itu sehingga diperoleh gaya yang bekerja pada
tiang. Lapisan tanah likuifaksi hanya menerima 30% dari tegangan
overburden total [5]. Sehingga didapat grafik tegangan horizontal tanah
seperti pada Gambar 5.
F. Perencanaan Bored Pile

Pondasi bored pile direncanakan berdasarkan kebutuhan dari gaya dan


momen yang akan di terima pada satu tiang. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut : 1) Pmax satu
tiang = 258.4 ton
2) MA = 299.8 ton.m
Berdasarkan nilai Pmax dan MA maka dapat direncanakan bored pile
dengan menggunakan program bantu pcaColumn.
Direncanakan bored pile dengan data sebagai berikut :
1)Diameter = 800 mm
2)Tebal selimut = 40 mm
3)Mutu beton = 50 MPa
4)Dimensi tulangan = #32 (32mm)
5)Jumlah tulangan = 43 buah
6)Dimensi sengkang = #10 (10mm)
7)Jenis sengkang = spiral

2998 kN.m
2850 kN
5000 kN

3214kN.m

Gambar 6. Hasil Output pcaColumn


Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai gaya dan momen yang
diterima 1 tiang lebih kecil dari kapasitas tiang itu sendiri. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa bored pile yang direncanakan dapat menerima
gaya dan momen yang ada.

G. Perencanaan Pile Cap

Pile cap harus direncanakan agar tahan terhadap gaya geser akibat
kolom maupun akibat tiang dan juga dapat menahan momen lentur pada
penampang kritis.

Kontrol Geser Ponds 1) Geser satu arah

(13)
(14)

2) Geser dua arah


(15)

(16)

Pu punch = Pu + Wu – P tiang daerah kritis (


1
3) Geser akibat tiang 8
)
(17)
(19)

(20)

Hasil kontrol geser ponds dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4
Kontrol Geser Ponds untuk Seluruh Tipe Pile Cap
Tip Geser Ponds Akibat Kolom Geser Ponds
e (ton) Akibat
Pile Geser satu arah Geser Dua Tiang
cap arah Pancang
(ton)
Vu ØV Kont Pu, Vc Kont τu τ Kont
c rol pun rol c rol
ch
Tip 174 896. OK 379. 0.08 OK 0.8 2. OK
e1 .61 51 55 13 11
Tip 104 1394 OK 481. 826 OK 0.3 2. OK
e2 .66 .56 92 .41 97 11
Tip 376 1195 OK 693. 826 OK 1.8 2. OK
e3 .18 .34 02 .41 36 11
Tip 693 2523 OK 585. 826 OK 0.6 2. OK
e4 .31 .50 44 .41 80 11
Tip 375 1494 OK 692. 826 OK 0.4 2. OK
e5 .41 .18 40 .41 49 11
Tip 750 3154 OK 685. 826 OK 0.4 2. OK
e6 .82 .37 00 .41 49 11

Perencanaan Tulangan Pile Cap

Tulangan lentur untuk pile cap pondasi direncakan untuk dua arah.
Perhitungan dilakukan untuk tulangan bagian bawah, sedangkan tulangan
bagian atas direncakan ½ dari kebutuhan tulangan bawah. Hasil perhitungan
untuk kebutuhan tulangan pile cap dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.
Penulangan Pile cap

Tipe Kebutuhan Kebutuhan


Pileca Tulangan Tulangan
p arah X arah Y
Tipe 1 16D25 - 150 16D25 - 150
Tipe 2 24D25 - 150 20D25 - 100
Tipe 3 28D25 - 100 28D25 - 100
Tipe 4 61D36 - 50 54D25 - 100
Tipe 5 28D25 - 150 28D25 - 150
Tipe 6 63D25 - 50 55D25 - 150
H. Perencanaan Biaya Kebutuhan Tiang Pancang

Perencanaan biaya dilakukan hanya terhadap harga kebutuhan bahan dari


tiang pancang dan tidak meninjau faktor-faktor pengaruh harga lainnya.
Harga tiang pancang ditentukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari
sebuah kontraktor di Indonesia. Harga kebutuhan bahan tiang pancang untuk
seluruh kondisi perencanaan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.
Harga Kebutuhan Bahan Tiang Pancang

Kondisi Jumlah Dimensi Total Harga


Tiang
Kondisi 192 D1000 Rp
1 6,240,000,000
Kondisi 192 D800 Rp
2 19,925,218,545
Kondisi 192 D600 Rp
3 3,744,000,000
Kondisi 256 D600 Rp
4 4,992,000,000

BAB IV
Analisis Perbandingan Pondasi Tiang Pancang Dengan Pondasi Sumuran
Pada Jembatan Pagotan Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan Ditinjau
Dari Segi Biaya, Kekuatan, Dan Metode Pelaksanaannya.

a) LANDASAN TEORI A. Pondasi Tiang Pancang

Tiang pancang adalah bagian – bagian konstruksi yang dibuat dari kayu,
beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (menstranmisikan) beban –
beban permukaan ke tingkat – tingkat yang lebih rendah di dalam massa tanah
(Bowles, 1991)
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada di bawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja
padanya (Sardjono, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada
lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman
> 8 m (Bowles 1991).

B. Pondasi Sumuran
Pengertian Pondasi Sumuran (caisson). Pondasi sumuran adalah suatu
bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan apabila tanah
dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Pondasi ini dicor ditempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Pondasi sumuran ini mempunyai nama – nama lain seperti : Tiang bor, Kaison
(caisson), Kaison bor (drilled caisson), Pier, Drilled pier. (Hardiyatmo, 393).

C. Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang

Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji
SPT. Meyerhof (1976) mengusulkan persamaan untuk menghitung tahanan ujung
tiang :

Qb = Ab (38 N) (ton) ….. dengan nilai maksimum. …...……..(3.5)


Dalam perhitungan daya dukung tiang pancang Jembatan Pagotan, Kec.
Arjosari, Kab. Pacitan dipakai rumus :
Qb = Ab (20 N) (ton) ……………..………………………....(3.6)
Dimana : Qb = tahanan ujung tiang (ton)
Ab = luas permukaan tiang (m2) = ¼ D2
N = N-SPT
Dalam menghitung tahanan gesek satuan (f s), Meyerhof (1976)
menyarankan:

fs = x N x Ap (kN/m2) ……….…………………………(3.7)
Dimana : = tegangan referensi= 100 kN/m2

Ap = luas selimut (m2) = . .L

D. Daya Dukung Pondasi Sumuran

Untuk pondasi dalam yang berbentuk sumuran dengan Df > 5B Terzaghi


menyarankan persamaan daya dukung dengan nilai-nilai faktor daya dukung sama,
hanya gaya lekat pada dinding pondasi (friction) diperhitungkan (Hardiyatmo,
1996:76).
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bored pile dari data SPT memakai
metode Reese dan Wright (1977). Untuk N ≤ 50 maka :
Qb = qb x Ab
= 2N x Ab …. ……………………………..……………….…(3.8)
Daya dukung selimut beton pada tanah homogen dapat dituliskan dalam
bentuk :
Q s = qs x L x p ………………………………..………….…..….(3.9)
Untuk N < 53 maka :
2
,
= = 0,0302 ton/ft
2 2 2
,
qs = N ton/ft = 0,0302 ton/(0,3048) = 0,32 N

ton/m qs = 0,32 x N-SPT (ton/m2) p = x D

dimana : Qs = tahanan gesek dinding ultimit (ton)


Ab = ¼ x x D2 qs = hambatan
lekat (ton/m2)

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian


Agar penulisan tugas akhir ini mampu mencapai sasarannya, maka
diperlukan suatu metode penelitian. Metode penelitian merupakan urutan
langkahlangkah yang sistematis dan berfokus pada tujuan penelitian, sehingga
jalannya penelitian tersebut menjadi terarah.
Jenis penelitian tugas akhir yang penulis lakukan ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode yang digunakan dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
perkiraan ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam penelitian
kuantitatif, data yang diperoleh tidak hanya dikumpulkan dan disusun tetapi meliputi
analisa terhadap data tersebut. Hasil analisa pada penelitian kuantitatif menunjukkan
suatu jumlah atau angka. Penelitian ini bertujuan mendapatkan perbandingan biaya,
kekuatan, dan metode pelaksanaan dari dua konstruksi pondasi yang diteliti.
Untuk mendukung analisa tersebut, penulis mengambil contoh Proyek
Pembangunan jembatan Pagotan Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan.
B. Diagram alir penelitian

Mulai

Data Primer :Harga bahan, upah pekerja, sewa alat, data pehitungan struktur, SNI, BOW

Data Sekunder : metode pelaksanaan,alat-alat,dan kesulitan pondasi tiang pancang


Tahap I
Pondasi sumuran Pondasi tiang pancang

Menganalisis Metode Data Metode


pelaksanaan pelaksanaan

Menganalisis alat – alat yang Data alat – alat


digunakan yang digunakan
Tahap II
Pembahasan

Merencanakan jumlah, dimensi Data dimensi dan kekuatan


dan kekuatan pondasi sumuran pondasi tiang pancang

Menghitung volume pekerjaan, harga satuan Data Rencana Anggaran biaya


pekerjaan berdasarkan Analisa Biaya pekerjaan pondasi tiang pancang
Konstruksi dari SNI/BOW diperoleh RAB, berdasarkan Analisa Biaya
dan menganalisis biaya pondasi sumuran Konstruksi dari SNI/BOW

Perbandingan analisis metode pelaksanaan, alat-alat ,


kesulitan , dan biaya kedua konstruksi pondasi

Tahap III
Kesimpulan
Tahap IV

Selesai
Tahap V
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Perbandingan dari kedua konstruksi
No Perbandingan Tiang Pancang Sumuran
1. Beban
a) Abutment 455,703 ton 455,703 ton
b) Pier 1 604,893 ton 604,893 ton

c) Pier 2 676,376 ton 676,376 ton


2. Kekuatan tiap satu pondasi 75,51 ton 88,53 ton
3. Diameter
a) Abutment 0,6 m 2m
b) Pier 1 0,6 m 2m

c) Pier 2 0,6 m 2m
4. Kedalaman 26 m 8,5 m
5. Jumlah pondasi
a) Abutment 12 buah 8 buah
b) Pier 1 18 buah 12 buah

c) Pier 2 21 buah 15 buah


6. Tebal poer 1,2 m 0,6 m
7. Jarak baris pondasi as ke as
a) Abutment 1,5 m 5m
b) Pier 1 1,5 m 5m

c) Pier 2 1,5 m 5m
8. Tulangan
a) Abutment
- Atas
Tulangan pokok 43 D25-200 180 D25-100
Tulangan bagi 14 D25-200 45 D25-400

Lanjutan Tabel 1.
No Perbandingan Tiang Pancang Sumuran
- Bawah
Tulangan pokok 2x43 D25-200 54 D25-150 20
Tulangan bagi 2x14 D25-200 D25-400
b) Pier 1
- Atas
46 D25-200 22 180 D25-100
Tulangan pokok
D25-200 52 D25-400
Tulangan bagi
- Bawah
2x46 D25-200 130 D25-100
Tulangan pokok
2x22 D25-200 33 D25-400
Tulangan bagi
c) Pier 2
- Atas 51 D25-200 22 230 D25-100
Tulangan pokok D25-200 58 D25-400
Tulangan bagi
- Bawah 2x51 D25-200 130 D25-100
Tulangan pokok 2x22 D25-200 33 D25-400
Tulangan bagi
Tabel 2. Perbandingan biaya antara pondasi tiang pancang dengan pondasi sumuran

Tiang Pancang Sumuran

No. Uraian Volume Rp Uraian kode Volume Rp


1 PEKERJAAN PERSIAPAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Pek. pembersihan lokasi 750 m3 3623248.99 Pek. pembersihan lokasi OE.3.1 1680 m2 8116077.73

Pek. Pengukuran dan 1.9872 m3 186871.76 Pek. Pengukuran dan SI.2 1.9872 m3 186871.76

pemasangan bouplank pemasangan bouplank

2 PEKERJAAN TANAH PEKERJAAN TANAH

Pek. galian tanah biasa 216.12 m3 3765076.16 Pek. Galian tanah biasa 0-1 m OE-3.2(1) 769.75 m3 13409991.57

Pek. Urugan pilihan 10.5 m3 668845.38 Pek. Urugan pilihan OE-3.3(2) 21 m3 1337690.763

3 PEKERJAAN BETON Urugan biasa OE-3.3(1) 194.11 m3 9389339.757

Pek. Beton K 250 1788.66 m3 1248434605 Pek. Galian tanah 0-2 m D 2 m OE-3.2(5) 377.78 m3 14857075.82

Pek. Tulangan Polos 36918.71 m3 472221982.9 Pek. Galian tanah 2-4 m D 2 m OE-3.2(6) 403.69 m3 20956573.06

Pek. Perancah 3.7056 m3 47397.79859 Pek. Galian tanah 4-6 m D 2 m OE-3.2(7) 345.4 m³ 22413447.12

4 PEKERJAAN TIANG PANCANG Pek. Galian tanah 6-8 m D 2 m OE-3.2(8) 345.4 m³ 26943584

Pengadaan tiang pancang D 600 mm 2106 m' 1596137400 Pek. Galian tanah 8-10 m D 2 m OE-3.2(9) 172.7 m³ 15736860.93

Pemancangan tiang pancang D 600 mm 2106 m' 244505035.5 PEKERJAAN BETON

Percobaan pembebanan tiang pancang 2 bh 3838170 Pek. Beton K 350 OE-7.1(3) 1597.48 m³ 1273384390
Pemotongan tiang pancang 27 bh 1142799.46 Pek. Beton K 250 OE-7.1(6) 685.75 m³ 491811389.6

Penyambungan tiang pancang 27 bh 4279721.31 Pek. Tulangan Polos OE-7.3(1) 133917.1 kg 1712914465

Pek. Perancah OE-7.1(13) 4.13 m³ 11948216.3

Pengadaan Casing B.1. 3 bh 18600000

Pemasangan Casing B.2 55 bh 8663130.076

Jumlah 3578851154 Jumlah = 3650669104

Jadi Selisih Biaya = 71817949.96


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis didapatkan kesimpulan sebagai berikut :


1. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung tiang tunggal dengan menggunakan metode Langsung
dan Meyerhof (1956) diperoleh P netto = 109.88 ton, metode Begeman diperoleh P netto = 81.29
ton, metode E.E.De Beer diperoleh P netto = 71.01 ton, metode Umum diperoleh P netto = 102.30
ton, metode Trofimenkove (1974) diperoleh P netto = 115.25 ton. Metode Meyerhoft dan metode
Umum lebih realistis, karena nilainya mendekati nilai rata-rata daya dukung tiang tunggal sebesar
95,95 ton.
2. Jumlah tiang pancang dari masing-masing metode berbeda satu sama lainnya, karena nilai daya
dukung tiang tunggal yang berbeda-beda pula. Nilai daya dukung tunggal yang rendah akan
menghasilkan jumlah tiang yang lebih besar dibandingkan nilai daya dukung tunggal yang tinggi,
hal ini terjadi pada metode Meyerhof, umum dan Trofimenkove. Jumlah tiang pancang sangat
mempengaruhi nilai daya dukung tiang kelompok, semakin banyak tiang pancang yang
digunakan, maka nilai daya dukung tiang kelompok juga semakin besar dan semakin aman untuk
memikul beban konstruksi, akan tetapi kurang ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA
Alwan, I., dan Indarto, (2010), Pengaruh Variasi Kadar Air Terhadap Daya Dukung Pondasi Tiang
Type Friction Pile pada tanah Ekspansif, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh
November Surabaya.
Arifin, (2008), Analisa Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang dan Bor Pile
Jembatan Suramadu, Neutron, Vol.8, No.2: 1-13
Manoppo, F., J., (2010), perilaku tiang pancang miring pada daya dukung tiang pancang kelompok
akibat beban vertikal di tanah pasir, Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2, Hal 81 – 84
Nugroho, S.,A., (2011), Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal pada Tanah Gambut dengan Kombinasi
Geotekstil dan Grid Bambu, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 18 No. 1, : 31-40.
Pertiwi, D., (2006), Korelasi Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang dengan Menggunakan Data-data
Sondir dan Jack in Pile, Jurnal Aksial, Majalah Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 8, No. 1 : 36-42.
Ukiman, (2011), Penurunan Daya Dukung Tahanan Selimut Pondasi Tiang pada Tanah yang
Mengalami Pembasahan, Orbith, Vol. 7 No. 3: 383-387.

Anda mungkin juga menyukai