TUTORIAL LBM 3
BLOK SISTEM METABOLISME DAN IMUNOLOGI
“ BADANKU LEMAS ”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
I Putu Restu Surya P (016.06.0032)
Iffah Putri Andini (018.06.0002)
Putu Bany Surya Buana Putri (018.06.0004)
Septian Suci Yatiningsih (018.06.0020)
Wahyu Septhian Adiguna (018.06.0026)
Gde Pande Rodriawan (018.06.0036)
Kamila Safitri (018.06.0056)
Komang Laksmi Anggadewi (018.06.0058)
Dinda Novita M (018.06.0062)
Restu Kurniawan (018.06.0082)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 3 yang berjudul ‘BADANKU LEMAS’ dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 3 yang berjudul ‘BADANKU LEMAS’ meliputi seven jumps step yang
dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Dina Qurratu Aini, MHPE, sebagai dosen fasilitator SGD 6 yang
senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Masalah 2
1.3 Manfaat Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial 3
2.2 Skenario LBM 3 3
2.3 Pembahasan LBM 3 3
2.3.1 Klarifikasi Istilah 4
2.3.2 Identifikasi Masalah 4
2.3.3 Brain Stroming 4
2.3.4 Rangkuman Permasalahan 9
2.3.5 Learning Issue 10
2.3.6 Referensi 10
2.3.7 Pembahasan Learning Issue 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA 27
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
secara kolektif disebut aktivator protrombin. (2) Aktivator protrombin
mengatalisis pengubahan protrombin menjadi trombin. (3) Trombin bekerja
sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
1.2 Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3.1 Klasifikasi Istilah (Terminologi)
2.3.3 Brainstroming
1. Apa yang menyebabkan Ny. Titin mudah lelah, berdebar-debar, dan nafsu
makannya menurun ?
Jawab :
Anemia ialah suatu keadaan penurunan kapasitas penyaluran oksigen
dari darah yang biasanya sebagai akibat dari pengurangan jumlah sel darah
4
merah sampai di bawah batas normal. Hal ini menurunnya metabolisme
tubuh, dan ATP yang dihasilkan juga menurun mengakibatkan tubuh
kekurangan energi sehingga tubuh kita mudah lelah dan lemah. Selain itu
anemia dapat mengakibatkan gangguan metabolisme protein, dan lemak
yang menyebabkan pemecahan lemak meningkat dan akan menurunkan
nafsu makan.
Kurangnya penyaluran O2 pada penderita anemia akan dikompensasi
oleh mekanisme adaptasi seperti peningkatan volume plasma, volume
luaran jantung (cardiac output), frekuensi pernapasan dan konsentrasi 2.3
difosfogliserat pada sel darah merah, suatu zat perantara dari jalur
glikolitik yang meningkatkan pengeluaran O2 dari hemoglobin.
Mekanisme ini dapat menghilangkan pengaruh dari anemia ringan sampai
sedang pada orang sehat tetapi kurang efektif pada orang yang menderita
gangguan fungsi paru atau jantung. Hal tersebutlah yang menyebabkan
jantung kita berdebar-debar ketika mengalami anemia. (Robbins, 2013)
5
dikaitkan dengan penyakit jantung, walaupun ada perbedaan namun
apabila tidak mendapatkan tatalaksana yang baik dapat berindikasi pada
penyakit jantung.
6
sel–sel jaringan akan berkurang yang dapat mengakibatkan hypoxia
jaringan. Ketika sel – sel jaringan mengalami hipoxia karena kekurangan
oksigen sebagai sumber makanan, maka akan menyebabkan vasodilatasi
dan tekanan darah akan menurun. (Hendrata, 2010)
7
o Ferrous glukonat 3 x 1 tab
b. Berikan edukasi kepada pasien mengenai diet : berikan makanan
bergizi tinggi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari
protein hewani
c. Vitamin c : vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi
8
2.2.4 Rangkuman Permasalahan
IBU HAMIL
Anemia
Mekanisme
Klasifikasi Etiologi Komplikasi
pembentukan
SDM
9
2.3.4 Learning Issues
1. Bagaimana proses pembentukan sel darah merah ?
2. Klasifikasi anemia ?
3. Berdasarkan skenario anemia jenis apa yang dialami ny. Titin apa
tatalaksana dan etiloginya ?
4. Apa yang terjadi pada janin ny.Titin jika terdapat keluhan seperti
skenario?
5. Ukuran normal vital sign dan pemeriksaan penunjang laboratorium
pada perbedaan umur, jenis kelamin, saat hamil dan tidak hamil ?
6. Gejala klinis dan komplikasi anemia ?
7. Faktor penyebab anemia ?
2.3.5 Referensi
Anemia yaitu keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari jantung yang diperoleh
dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau
jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman
dan Mentzer, 2006). Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia
didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi
patologis.Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu
penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Seperti berikut ini ,anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya
kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-
laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36%
pada perempuan.
10
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa
anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan
berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang
mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling sering
adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara
berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah (
hematopoiesis yang tidak efektif).
11
disebut penginduksi pertumbuhan. Telah dikemukakan empat pengiduksi
pertumbuhan yang utama dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.
Salah satunya adalah interleukin-3, yang memulai pertumbuhan dan
reproduksi hampir semua jenis commited stem cells yang berbeda-beda,
sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe-tipe yang
spesifik. Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan dan bukan
memicu diferensiasi sel-sel. Diferensiasi sel adalah fungsi dari rangkaian
protein yang lain, yang disebut penginduksi diferensiasi. Maing-masing
protein ini akan menyebabkan satu tipe commited stem cells untuk
berdiferensiasi sebanyak satu langkah atau lebih menuju ke sel darah
dewasa bentuk akhir. Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan
penginduksi diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh faktor-faktor di luar
sumsum tulang. Contohnya, pada eritrosit (sel darah merah), paparan darah
dengan oksigen yang rendah dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam jumlah
yang sangat banyak, seperti yang akan dibicarakan kemudian dalam bab
ini. Pada sel darah putih, penyakit infeksi akan menyebabkan
pertumbuhan, diferensiasi, dan akhirnya pembentukan sel darah putih tipe
tertentu yang diperlukan untuk memberantas setiap infeksi. (Guyton &
Hall, 2011)
Gambar. Urutan pembelahan sel-sel pluripoten untuk membentuk berbagai sel darah
sirkulasi.
Tahap-Tahap Diferensiasi Sel Darah Merah
Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah
merah adalah proeritroblas, yang tampak pada permulaan Gambar 32-3.
Dengan rangsangan yang sesuai, sejumlah besar sel ini dibentuk dari sel-
sel punca CFU-E. Begitu proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan
membelah beberapa kali, sampai akhirnya membentuk banyak sel darah
merah yang matang. Sel-sel generasi pertama ini disebut eritroblas basofil
sebab dapat dipulas dengan zat warna basa; sel yang terdapat pada tahap
ini mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin. Pada generasi berikutnya,
12
seperti yang tampak pada sel sudah dipenuhi oleh hemoglobin sampai
konsentrasi sekitar 34 persen, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa
akhirnya diabsorbsi atau didorong keluar dari sel. Pada saat yang sama,
retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit
karena masih mengandung sejumlah kecil materi basofilik, yaitu terdiri
atas sisa-sisa aparatus Golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma
lainnya. Selama tahap retikulosit ini, sel-sel berjalan dari sumsum tulang
masuk ke dalam kapiler darah dengan cara diapedesis (terperas melalui
pori-pori membran kapiler). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit
normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2 hari, dan sel
kemudian menjadi eritrosit matang. Oleh karena waktu hidup retikulosit
ini pendek, maka konsentrasinya di antara semua sel darah merah
normalnya kurang sedikit dari 1 persen. (Guyton & Hall, 2011)
13
Gambar. Pembentukan Sel Darah Merah
2. Kalsifikasi anemia ?
Jawab :
Jenis jenis Anemia yaitu :
1. Anemia Gizi = Defisiensi factor makanan
2. Anemia Pernisiosa = Anemia yang disebabkan tubuh tidak
mampu menyerap vitamin B12, padahal vitamin B12 sangat
essensial untuk pembentukan sel darah merah
3. Anemia Aplastik = Anemia yang disebabkan gagalnya tulang
menghasilkan sel darah merah walaupun bahan sudah tersedia.
Dimana hal ini disebabkan karena detruksi oleh sebab bahan
kimia toksik seperti benzene , dan detruksi tersebut menyebabkan
penurunan produksi sel darah merah, leukosit dan trombosit.
4. Anemia penyakit ginjal= anemia disebabkan oleh ginjal itu
sendiri tidak dapat mensekresikan eritropoetin sehingga produksi
sel darah merah berkurang.
5. Anemia Perdarahan = anemia yang disebabkan karena
perdarahan atau hilangnya darah secara berlebih baik karena luka
maupun karena menstruasi.
14
6. Anemia Hemolitik : Anemia yang disebabkan karena pecahnya
eritrosit dalam sirkulasi secara berlebihan. (IPD FK Unair, 2015)
Jenis-jenis anemia :
1. Berdasarkan patofisiologi, dibagi menjadi :
Anemia perdarahan
Anemia Hemolisis
Anemia gagal Sumsum tulang
2. Berdasarkan morfologi sel, dibagi menjadi :
Anemia Mikrositik (MCV <80 FL)
Anemia Normositik (MCV 80-100 FL)
Anemia Makrositik (MCV >100 FL ). Anemia makrositik
juga dibagi menjadi 2 yaitu Anemia Megaloblastik dan
Anemia Non Megaloblastik. (Guyton and Hall, 2011)
3. Berdasarkan skenario anemia jenis apa yang dialami ny. Titin apa
tatalaksana dan etiloginya ?
Jawab :
Berdasarkan skenario Ny. Titin mengalami anemia defisiensi besi dan
juga anemia megablastik. Belum dapat dipastikan dengan jelas anemia
jenis apa yang dialami Ny. Titin. Untuk dapat memastikannya dibutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang lengkap.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di
Negara maju maupun Negara yang sedang berkembang. Hal ini
disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk
menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang
berlebihan yang diakibatkan perdarahan. (Hoffbrand.AV, et al, 2005)
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik (makrositosis) merupakan kelainan sel
darah merah dimana dijumpai anemia dengan volume sel darah merah
15
(SDM) lebih besar dari normal dan ditandai oleh banyak sel imatur besar
dan SDM disfungsional (megaloblas) di sumsum tulang akibat adanya
hambatan sintesis Deoxyribose nuclei acid (DNA) dan/atau sintesis
Ribonucleic acid (RNA) dalam proses sel darah merah. (Sudoyo, 2015)
16
memang dianggap untuk memulihkan besi tubuh secara cepat
yaitu pada kehamilan tua, pasien hemodialisis. (Bakta IM, 2007,
hal 26-39; Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25- 34)
Ada beberapa contoh preparat besi parenteral: - Besi Sorbitol
Sitrat (Jectofer) Pemberian dilakukan secara intramuscular dalam
dan dilakukan berulang
Terapi lainnya berupa:
Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang
bergizi dengan tinggi protein dalam hal ini diutamakan protein
hewani.
Vitamin C: pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat
vitamin C ini akan membantu penyerapan besi. Diberikan dengan
dosis 3 x 100mg.
Transfusi darah: pada anemia defisiensi besi ini jarang
memerlukan transfusi kecuali dengan indikasi tertentu. (Bakta IM,
2007, hal 26- 39; Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33)
Anemia Megaloblastik
Perawatan medis
Evaluasi biasanya dapat dilakukan pada pasien rawat jalan.
Pengobatan tergantung pada etiologi makrositosis, keberadaan dan
tingkat keparahan anemia, dan gejala yang ditimbulkan,. Setelah kajian
laboratorium yang sesuai diperoleh, pasien anemia dapat di transfusi
dengan packed red cell apabila dalam keadaan kedaruratan
(dekompensasi, rencana operasi segera). Jika suatu obat diperkirakan
menjadi penyebab anemia makrosirtik, terutama jika hemolisis yang
terjadi, hentikan pemberian obat tersebut. Pasien kekurangan vitamin B12
atau folat harus mendapat terapi pengganti, asam folat 1 mgatau hari
dapat diresepkan pada pasien denagn defisiensi folat. Intra-muskular
vitamin B12 (1001000mcg/ bulan), berlangsung terus menerus dapat
diberikan. Pasien yang diduga menyalahgunakan alcohol dinasehatkan
17
untuk menghindarinya. Mengobati keganasan, penyakit granulomatosa,
dan PPOK menurut standar terapi untuk masing-masing penyakit. Rawat
inap mungkin diperlukan untuk mengobati beberapa anemia makrositosis,
terutama leukemia akut.
18
banyak mengandung zat besi. Beberapa makanan yang mengandung
besi tinggi adalah daging, telur, ikan, hati, kacang kedelai, kerang,
tahu, gandum. Yang dapat membantu penyerapan besi adalah
vitamin C, cuka, kecap. Dan yang dapat menghambat adalah
mengkonsumsi banyak serat sayuran, penyerapan besi teh, kopi,
`oregano`. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang
sebagai penyebab utama. Penyebab paling sering pada lakilaki
adalah perdarahan gastrointestinal, dimana dinegara tropik paling
sering karena infeksi cacing tambang. Pada wanita paling sering
karena menormettorhagia. (Bakta IM, 2007,)
Anemia Megaloblastik
Metabolisme vitamin B12 dan/atau asam folat yang tidak efektif.
Kurangnya pasokan vitamin b12 dan/atau asam folat dari makanan,
Gangguan transport vitamin B12 dan/atau asam folat, atau gangguan
peningkatan vitamin B12 dan/atau asam folat oleh reseptornya
(defisiensi enzim)
Aklorhidria diinduksi malabsorbso
Defisiensi faktor intrinsik (anemia pernisiosa atau gastrektomi)
Reseksi dan bypass ileum - Penyakit celiac
Persaingan biologis absorbsi vitamin B12 pada infeksi parasit
Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan) pada difertikulosis,
fistula, anastomosis usus
Malabsorbsi selektif vitamin B12 (anemia megaloblastik)
1 juvenile kongenital dan drug induced)
Pankreatitis kronis
Anestesi dengan nitrous ixide (biasanya membutuhkan contoh
yang berulang)
Defisiensi asam folat:
Kekurangan asupan
Alkoholisme
19
Peningkatan kebutuhan: kehamilan, bayi, proliferasi sel yang cepat,
dan sirosis
Malabsorbsi (kongenital dan drug induced)
Reseksi usus dan jejunum
4. Apa yang terjadi pada janin Ny.Titin jika terdapat keluhan seperti
skenario?
Jawab:
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin
dibawah 11g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Anemia dapat
berakibat fatal pada janin. Pada Ibu hamil yang mengalami anemia akan
menyebabkan gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari Ibu ke
plasenta janin sehingga dapat mempengaruhi fungsi plasenta. Anemia pada
Ibu hamil mengakibatkan gangguan plasenta (terjadi hipertofi) sehingga
menyebabkan gangguan pada plasenta yang berakibat hypoxia plasenta
dan gangguan fungsinya. Apabila fungsi plasenta menurun atau terganggu,
maka tumbuh kembang janin akan terganggu, berat bayi lahir rendah dan
peningkatan kematian perinatal.
20
Usia Kecepatan Nadi / menit
Bayi baru lahir 70-170 x/menit
1-6 tahun 75-160 x/menit
6-12 tahun 80-120 x/menit
Dewasa 60-100 x/menit
Usia lanjut 60-100 x/menit
Atlit kondisi baik 50-100 x/menit
21
Ukuran normal WBC (Pedoman Interpretasi Data Klinik)
Rentang nilai sel darah merah pada orang dewas (Robbins, 2013)
22
tampak pucat dibagian konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan
jaringan dibawah kuku. Gejala umum yang biasa terjadi pada penderita
anemia ini bisanya dapat dilihat pada saat kadar hemogobin sudah turun
dibawah 7 g/dl. (Sudoyono, 2009)
23
kekurangan gizi yang tidak dapat dijelaskan, bahkan jika mereka makan
akanan yang sehat dan seimbang.
Ada dua penyebab anemia: (1) tubuh tidak memproduksi cukup sel
darah merah, dan (2) ada kekurangan hemoglobin. Hemoglobin adalah
protein yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen ke jaringan di
dalam tubuh. Hemoglobin terletak di dalam sel darah merah dan berikatan
dengan oksigen untuk memudahkan transportasi. Ketika ada kekurangan
hemoglobin atau sel darah merah, oksigen tidak dapat melakukan
perjalanan melalui tubuh ke jaringan.
Dengan orang yang anemia, tubuh harus bekerja lebih keras untuk
mengirimkan oksigen ke jaringan. Tergantung pada luasnya anemia,
seseorang mungkin mengalami gejala yang berkisar pada tingkat
keparahan: orang dengan anemia dapat merasa sedikit lelah atau sangat
lelah. Anemia juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kelemahan,
kehilangan ingatan, masalah berpikir, kedinginan, sembelit, kesemutan,
kehilangan darah, kehilangan produksi sel darah merah, dan kerusakan sel
darah.
24
Penyebab anemia lainnya termasuk keturunan, masalah dengan
sumsum tulang, sel darah merah yang cacat, serangan autoimun, defisiensi
vitamin, tumor, dan kehamilan. Anemia aplastik terjadi ketika sumsum
tulang tidak dapat membuat jumlah sel darah merah yang
memadai. Beberapa bayi prematur mengalami anemia karena kadar protein
yang kurang berkembang. Anemia sel sabit adalah kelainan genetik yang
menyebabkan sel darah merah berbentuk tidak normal. Dengan gangguan
autoimun, tubuh akan menyerang sel darah merahnya sendiri.
25
BAB III
PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Dari hasil diskusi LBM 6 ini dapat disimpulkan bahwa, anemia
adalah pengurangan jumlah sel drah merah, kuantitas hemoglobin, dan
volume sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Karena jumlah
efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Dari sekian banyak jenis anemia, anemia yang
paling banyak mengenai Ibu hamil adalah anemia defisiensi besi (ADB)
dan megaloblastik. ADB sendiri dapat diakibatkan oleh kurangnya asupan
besi ataupun adanya perdarahan menahun. Sedangkan anemia
megaloblastik dikarenakan defisiensi asam folat (vitamin B9) dan B12,
yang dapat mengganggu sintesis DNA sehingga pembentukan sel darah
merah akan terganggu (imatur). Kedua anemia ini memiliki gejala khas
yang berbeda, dan tatalaksana yang berbeda pula.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. 2017 . Pendekatan Diagnosa Terapi Terhadap Penderita Anemia.
Diunduh pada; http://ejournal.iikmpbali.ac.id/index.php/BHJ
27
LAMPIRAN
28
29