Anda di halaman 1dari 17

UJI KUALITAS AIR

“ANALISIS KUALITAS AIR”

NAMA PENELITI : HAYYUNA TAQIA


TAHUN TERBIT : RABU, 18 MEI 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120
liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang
memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang
sangat penting adalah kebutuhan untuk minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai
persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di kota besar, dalam
hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam
kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi oleh
industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke
masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa tahun terakhir ini masyarakat merasa bahwa AMDK
semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot
air minum isi ulang (DAMIU). DAMIU adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk
keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya air
minum isi ulang (AMIU) lebih murah dari AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga
1/4 dari harga AMDK.
Namun dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum ada informasi yang
jelas dari segi proses maupun peraturan tentang peredaran dan pengawasannya. Di Sulawesi
Utara, kasus diare lebih banyak dideteksi berdasarkan gejala klinis yaitu sebesar 5,4%
(Riskesdas, 2007). Penyakit diare termasuk dalam penyakit yang menonjol di Sulawesi Utara
dengan menduduki peringkat ke 2 dan dengan jumlah kasus 32.589. Sedangkan di Kota
Manado kasus diare dideteksi yaitu sebesar 3,1%. ( DinkesSulut, 2008).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan
oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan
domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak
negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi
ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi,2003).
Pembangunan di negara ini semakinhari semakin pesat. Pesatnya laju pembangunan ini
menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan terhadap kualitas lingkungan,
antara lain terjadinya degradasi kualitas air. Dampak suatu kegiatan terhadap keseimbangan
lingkungan memang merupakan suatu hal yang sulit dihilangkan sepenuhnya.Satu-satunya
upaya yan dapat dilakukan adalah meminimumkan pengaruh yang mungkin muncul.Sumber
daya air yang strategis dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas adalah air
sungai.Air sungai merupakan sumber daya alam yang potensial menerima beban pencemaran
limbah kegiatan manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang (Effendi,
2003).
Kegiatan manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah
tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah.
Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan
turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber
daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negative lainnya
(Bahar, 1985).
Menurut Johanis (2002) di negara berkembang, sampah seharusnya ditampung pada lokasi
pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill. TPA-TPA yang ada di Indonesia
masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa ada
lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air dan udara di
sekitar TPA.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma (2000) bahwa banyak air yang digunakan masyarakat
tidak layak lagi digunakan karena telah tercemar akibat kegiatan manusia seperti membuang
sampah di aliran sungai (sampah mengandung senyawasenyawa kimia anorganik antara lain,
nitrit, nitrat, ammonia, kalsium , kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD,
pH dan mikrobiologi / total koliform kosentrasinya sangat tinggi),kegiatan
pertambangan,industry,kegiatan ruma tangga dll (Putra, 2012).Adapun menjadi permasalahan
dala penelitian ini adalah terjadinya penurunan kualitas air yang digunakan masyarakat di
Indonesia yang dapat berakibat pada kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air?
2. Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air?
3. Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air?
4. Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air?
5. Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas Lingkungan?
6. Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel ?
7. Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel?
8. Bagaimana Analisis kualitas air?
9. Bagaimana dampak pencemaran air terhadap lingkungan dan kesehatan ?
10. Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air?
C. Tujun
1. Untuk Mengetahui Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air.
3. Untuk Mengetahui Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air.
4. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa
Air.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis
Kualitas Lingkungan.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel Sampel .
7. Untuk Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis kualitas air.
9. Untuk Mengetahui Bagaimana dampak pencemaran air terhadap lingkungan dan
kesehatan.
10. Untuk Mengetahui Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis kualitas Air
Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu
hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau
penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno analisis yang
artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali,
dan luein yang berarti melepas sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas
kembali atau menguraikan. Kata analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis
yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.
Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam berbagai bidang. Baik dalam bidang
ilmu bahasa, ilmu sosial maupun ilmu alam (sains) dan lain-lain. Dalam ilmu bahasa atau
linguistik analisa didefinisikan sebagai suatu kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah
bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis
dimengerti sebagai upaya dan proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai
hal yang ada di dalamnya. Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan definisi analisa
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu bahan menjadi senyawa-
senyawa penyusunnya. Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan komposisi
suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan kegiatan analisanya adalah
bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan digunakan dalam Analisis berbagai factor
penyebab kesehatan.Misalnya Analisis Kualitas Air,udara dan Makanan.
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik
fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif
terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar
terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air
minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik
dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air
bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan
kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks
dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan
transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari
pertanian dan perkotaan.
B. Jens-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air
Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator) karakteristik air.
Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan peran fungsionalnya
(Wardoyo, 1992:)
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik (warna, suhu,
total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis dan jumlah
parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung pada jenis kegiatan
yang diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air tersebut.
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)
c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton, fungi,
hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH, alkalinitas,
salinitas, kekeruhan)
b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau modus operandi
parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter lain, khususnya
terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD, COD,
keragaman jenis).
Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air (untuk kelas
1, kelas 2, dan lain-lain).
b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter kunci bagi
suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu parameter lain
(BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening, atau
sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan
karena terdapatnya mikro organisme seperti plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-
ion metal alami seperti besi dan mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang
berasal dari limbah industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota
air. Disamping itu warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik,
yang melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.
b. Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak berasa. Air yang
berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada
air, menunjukkan terdapatnya organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan
pencemar yang dapat mengganggu kesehatan.
c. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang mutlak dilakukan.
Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan. Suhu air yang normal berkisar
± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain,
air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah
cair yang panas ke badan air. Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut
mengalami proses degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan
suhu air. Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .

d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)


Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan
pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang
terbawa ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap
kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air
meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.
2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada beberapa
parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi/aktifitas ion
hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam
keseimbangan yang dinamis dengan air(H2O) yang membentuk suasana untuk semua reaksi
kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak
pernah habis. H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan
unsur banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada
sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka
nilai pH akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion
hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa. pH yang
ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah,
menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi
organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air
yang juga bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung di
lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan kehidupan ikan
dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi. Kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran secara alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut.
Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-
tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer
dan kandungan mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C
yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen
dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa oksigen
terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan
alat DO-meter.
c. BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan Oksigen
Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-
proses mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat
organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air. Pengukuran BOD diperlukan
untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan
untuk mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat
organik adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka
selama proses penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air. Disamping itu kehabisan
oksigen dapat mengubah keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau
busuk. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air,
dan proses tersebut berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk
supaya 100% bahan organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu
5 hari, pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai 75%,
sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan
dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi adalah jumlah
O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik yang terdapat dalam 1
liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat
organik baik yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan
dengan proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan
antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan
BOD5/COD = 0,40 – 0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
C. Nilai Ambang Batas (NAB)
Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana manusia mampu
menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40 jam atau 5 hari dalam
seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.
Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan yang sebenernya Nilai
ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat kimia berbahaya, karena pertimbangan risiko,
tingkat frekuensi dan tingkat kefatalan yang ditimbulkan oleh zat kimia tersebut maka perlu
diupayakan adanya pengendalian. Penetapan nilai ambang ini merupakan.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta penjelasannya:
1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin tinggi DO
maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO maksimal ialah 9ppm. ppm
ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm ialah singkatan dari part per million
atau sama dengan mg/L.
2.BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh makhluk hidup
dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin banyak mikrobanya dan
membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan semakin rendah kualitas air.
3. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah tingkat
kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk mengurai dan
sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.
4. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air. semakin
rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds meter yang mudah untuk
didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat tersebut kedalam air.
Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang ditetapkan oleh pemerintah.
namun seperti yang kita tahu, peraturan hanyalah sebuah peraturan tanpa adanya penegakan
dan tindak lanjut dari ketetapan tersebut. semoga saja setiap batas batas kualitas air, udara
dan tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak membuat alam ini dan penghuninya menjadi
rusak.
Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :
1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric
2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk, air saluran,
mata air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak pada
suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian atas
dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.
5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.
6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.
7. Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan suhu yang
cukup besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.
8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan lebih
dingin dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar oksigen yang rendah dan
relatif stabil.
9. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air meteroik yang
ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampungan air hujan.
a. Prinsip Pengambilan Sampel
ü Menentukan lokasi pengambilan sampel
ü Menentukan titik pengambilan sampel.
ü Melakukan pengambilan sampel
ü Melakukan pengawetan sampel
ü Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.
b. Bahan Pemeriksaan
Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam renang, air
pemandian umum.
Ada 2 macam sampel air :
a. Sampel sesaat (grab sampel)
Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu. Contoh : sampel yang diambil
dari sumber air permukaan, sumber air persediaan.
b. Sampel gabungan waktu
Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama, tetapi pada waktu yang
berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24 jam.
Sampel masing-masing diambil dalam kapasitas ± 120 ml setiap interval waktu tertentu atau
satu jam sekali. Sampel-sampel kemudian dicampur pada akhir periode pengambilan sampel.
Jika zat pengawet diperlukan, masukkan zat tersebut kedalam wadah yang masih kosong
(setelah dicuci dengan sampel), sehingga semua bagian atau porsi dari gabungan sampel akan
diawetkan segera setelah diambil dan digabungkan. Sampel gabungan waktu digunakan
untuk menentukan komponen-komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak berubah. Jumlah
/ volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan dan dilaboratorium
tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk pemeriksaan fisika air diperlukan ± 2 liter.
b. Untuk pemeriksaan kimia air diperlukan ± 5 liter.
c. Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan ± 100 ml.
c. Alat dan reagen
a) Alat
Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel sebagai berikut:
1. Alat pengambil sampel
2. Alat lain
3. Wadah untuk menyimpan sampel
Berikut penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan contoh :
1. Alat pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk keperluan
pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru logam)
2. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah penyimpan tanpa ada
sisa bahan tersuspensi didalamnya.
4. Mudah dan aman dibawa.
5. Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan
Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung pada jenis
pemeriksaan yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di Puskesmas terbatas, maka
yang digunakan adalah alat pengambil contoh tipe sederhana.
Alat pengambil contoh tersebut adalah :
1. Alat pengambil contoh sederhana
Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air permukaan secara
langsung. Botol biasa yang diberi pemberat untuk digunakan pada kedalaman tertentu.
Pemberat ini diikat dengan kawat kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat
besi, sebab besi mudah berkarat, sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air
dengan menambah tinggi kadar besi.
2. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar
Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada
kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.
3. Alat pengambil contoh setempat secara tegak.
Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat
lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini
adalah tipe Ruttner.
4. Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan zat padat
tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air. Contoh alat ini
adalah tipe USDH.
5. Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume
yang diambil.
Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang tercemar, agar
diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
6. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi tutup, sehingga
alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.Contoh alat ini adalah tipe Casella.
7. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.
b) Reagen
Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang dapat digunakan adalah :
1. Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat
pengambilan contoh.
2. Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat menggunakan perahu.
3. Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.
c) Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam yang
berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam.
Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada waktu pengambilan
contoh berikutnya, misalnya pengambilan pertama hari senin jam 06.00 pengambilan
berikutnya hari selasa jam 07.00 dan seterusnya. Waktu pengambilan contoh dilakukan
berdasarkan keperluan sebagai berikut :
1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu
pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survai.
2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan kualitas
air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap, tergantung pada jenis sumber
air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut
a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama setahun.
b. Sungai / saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali selama
setahun.
c. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama setahun.
d. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
e. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
f. Air meteorik sesuai dengan keperluan.
g. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan.
c. Cara pengambilan sampel
a. Menentukan lokasi pengambilan sampel :
b. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi
pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan sampel :
c. Lokasi pengambilan sampel air permukaan :
Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan
danau / waduk
d. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan pada :
1. Sumber air alamiah :Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit
pencemaran.
2. Sumber air tercemar :Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau
dihilir sumber pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkanYaitu lokasi pada tempat penyadapan pemenfaatan
sumber air tersebut.
4. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :
a) Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.
b) Ditengah danau / waduk.
c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
d) Tempat keluarnya air danau / waduk.
e. Menentukan titik pengambilan contoh
a) Air permukaan.Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau /
waduk , dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :
-Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik, contoh diambil pada satu titik di tengah sungai
pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
-Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 / detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing
pada ada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
2. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik,contoh diambil minimum pada enam titik
masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari
permukaan air.
3. Di danau / waduk, titik pengambilan contoh di danau / waduk dengan ketentuan :
(1). Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua titik
dipermukaan dan di dasar danau / waduk.
4. Danau / waduk dengan kedalaman antara 10-30 meter, contoh diambil pada tiga titik,
yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk.
5. Danau / waduk dengan kedalaman antara 30 – 100 m, contoh diambil pada empat titik,
yaitu di permukaan, di lapisan termoklin ( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di
dasar danau / waduk.
(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh dapat
ditambah sesuai dengan keperluan.

f. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.Tahapan pengambilan
contoh untuk keperluan ini adalah :
1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.
2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung
sementara hingga merata.
4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari
setiap titik harus sama.
g. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)
Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Cara langsung
Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut: :
Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume ± 300 ml serta dilengkapi
dengan tutup asah.
- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan
aliran air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan
menggunakan sifon.
1. Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara
selama pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.
Contoh siap untuk dianalisis.
2. Dengan alat khusus
Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai berikut :
-Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai
volume ± 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).
- Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
3. Label
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah contoh diberi label. Pada label dicantumkan
keterangan mengenai :
a. Nomor contoh
b. Nama petugas pengambil contoh
c. Tanggal dan jam pengambilan contoh
d. Tempat pengambilan contoh
e. Jenis pengawet yang digunakan.
4. Pemeriksaan di Lapangan
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung setelah
pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar listrik,
alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan,
yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca, bahan
pengawet yang ditambahkan dan nama petugas.
3. Pengolahan pendahuluan contoh
a. Penyaringan
Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai berikut :
b. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan.
c. Masukkan ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang
mempunyai ukuran pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.
d. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan keperluan.
e. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan gelas ukur.
2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak.
3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 % dan Diethyl
ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam labu ekstrak dan kocok
selama 2 menit.
4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit ± 10 menit.
5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati tuangkanlah
lapisan fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm dan berisi Na2SO4 bebas air
setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus.
6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.
7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.
8. Bilas kolom dengan pelarut Hexana ± 20 ml.
9. Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.
10. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak
Kualitas air merupakan subjek yang sangat kompleks dan dicerminkan dari jenis pengukuran
dan indikator air yang digunakan. Pengukuran akan lebih akurat jika dilakukan di tempat
karena air berada dalam kondisi yang ekuilibrium dengan lingkungannya. Pengukuran di
tempat umumnya akan mendapatkan data mendasar seperti temperatur, pH, kadar oksigen
terlarut, konduktivitas, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik
fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif
terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar
terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air
minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik
dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air
bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan
kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks
dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan
transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari
pertanian dan perkotaan.
Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik terhadap biota
air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya terhadap biota air adalah akan
banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada manusia banyak penyakit yang dapat
disebabkan seperti diare,penyakit kulit,dan banyak penyakit lain.
B. Saran
Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup maka dari itu sangat
penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga sumber air dari pencemaran karena
air yang tercemar tidak layak diguanakan hal ini akan berdampak berkurangnya sumber air
bersih untuk kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI

Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American Public Health
Association (APHA) 21st ed. (2005), Method 2540 C (Total Dissolved Solids Dried at
180oC)

Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public Health
Association (APHA) 21st. Edition (2005), Method 2540 D (Total Suspended Solid Dried at
103-105oC).

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Vantha. 2012. Penentuan Kadar Fosfat (PO4).http://rosyidputra98.blog spot.com/


2012/03/penentuankadar- fosfatpo4.html?m=1

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Keputusan Menteri Negara
lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai