Anda di halaman 1dari 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene:

1.      Body image
      gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri , misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2.      Praktik sosial
      pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene
3.      Status sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4.      Pengetahuan
      pengetahuan Personal Hygiene  sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus ia harus selalu menjaga kebersihan
kakinya.
5.      Budaya
      di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan
6.      Kebiasaan seseorang
      ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, seperti penggunaan
sabun, sampo dan lain-lain
7.      Kondisi fisik
pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE


  

Sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:


1.        Citra tubuh (Body Image).
Citra tubuh mempengaruhi cara seseorang memelihara hygiene.Jika seorang klien rapi sekali
maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan
perawawatan hygienis. Klien yang tampak berantakan atau tidak peduli dengan hygiene atau
pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemampuan klien berpartisipasi
dalam hygiene harian(Potter & Perry, 2009).
Body image  seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya (Wartonah, 2004).
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang tubuhnya, termasuk
penampilan, struktur atau fungsi fisik. Citra tubuh dapat berubah karena operasi, pembedahan,
menderita penyakit, atau perubahan status fungsional. Maka perawat harus berusaha ekstra untuk
meningkatkan kenyamanan dan penampilan hygiene klien (Potter & Perry, 2009).
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu
(Stuart & Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005).

2.    Praktik sosial.
Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal
hygiene.Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi. Selama masa kanak-kanak,
kebiasaan keluarga mempengaruhi hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi dan
jenis hygienemulut. Pada masa remaja, hygienepribadi dipengruhi oleh teman. Misalnya remaja
wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa
dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan
pada lansia beberapa praktikhygieneberubah karena kondisi hidupnya dan sumber yang tersedia
(Potter & Perry, 2009).
Menurut Wartonah, 2004 Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene.

3.    Status sosial ekonomi.


Status ekonomi akan mempengaruh jenis dan sejauh mana praktik  hygiene dilakukan.
Perawat harus sensitif terhadap status ekonomi klien dan pengaruhnya terhadap kemampuan
pemeliharaanhygieneklien tersebut. Jika klien mengalami masalah ekonomi, klien akan sulit
berpartisipasi dalam akifitas promosi kesehatan seperti hygienedasar. Jika barang perawatan
dasar tidak dapat dipenuhi pasien, maka perawat harus berusaha mencari alternatifnya. Pelajari
juga apakah penggunaan produk tersebut merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan oleh
kelompok sosial klien. Contonya, tidak semua klien menggunakan deodorant atau
kosmetik (Potter & Perry, 2009).
Selain itu, menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008), pendapatan  dapat
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi
seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk
melakukan personal hygiene yang baikdibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti
kamar mandi, peralatanmandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat
gigi, sampo, dan lain-lain).

4.    Pengetahuan dan motivasi kesehatan.


Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karenapengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentangpentingnya hygiene dan Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harustermotivasi untuk memelihara personal
higiene. Individu dengan pengetahuan tentangpentingnya personal higene akan selalu menjaga
kebersihan dirinya untuk mencegahdari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam
pratiwi, 2008).
Pengetahuan tentang hygieneakan mempengaruhi praktik hygiene.  Namun, hal ini saja tidak
cukup, karena motivasi merupakan kunci penting pelaksanaan hygiene.  Kesulitan internal yang
mempengaruhi akses praktik hygieneadalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan.
Atasi hal ini dengan memeriksa kebutuhan klien dan memberikan informasi yang tepat. Berikan
materi yang mendiskusikan kesehatan sesuaidengan prilaku yang ingin dicapai, termasuk
konsekuensi jangka panjang dan pendek bagi klien. Klien berperan penting dalam menentukan
kesehatan dirinya karena perawatan diri merupakan hal yang paling dominan pada kesehatan
masyarkat kita. Banyak keputusan pribadi yang dibuat tiap hari membentuk gaya hidup dan
lingkungan sosial dan fisik (Pender, Murdaugh, dan Parsons, 2002 dalam Potter & Perry, 2009).
Penting untuk mengetahui apakah klien merasa dirinya  memiliki risiko. Contohnya: apakah
klien merasa berisiko menderita penyakit gigi, penyakit gigi bersifat serius, dan apakah menyikat
gigi dan menggunakan benang gigi dapat mengurangi risiko ini? Jika klien mengetahui risiko
dan dapat bertindak tanpa konsekuesi negatif, mereka lebih cenderung untuk menerima koneling
oleh perawat (Potter & Perry, 2009).
5.    Variabel Budaya.
 Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuanperawatan personal higiene.
Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,mengikuti praktek perawatan personal
higiene yang berbeda. Keyakinan yangdidasari kultur sering menentukan defenisi tentang
kesehatan dan perawatan diri.Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang berbeda,
perawat menghindarimenjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar
kebersihannya(Potter & Perry, 2005).
Beberapa budaya tidak menganggap sebagai hal penting ( Galanti, 2004 dalam Potter &
Perry, 2009). Perawat tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan jika klien memiliki
praktik higieneyang berbeda dari dirinya. Di Amrika Utara, kebiasaan mandi adalah setiap hari
sedangkan pada budaya lain hal ini hanya dilakukan satu kali seminggu (Potter & Perry, 2009).

6.    Kebiasaan atau Pilihan pribadi.


Setiap pasien memiliki keinginanindividu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur,
dan melakukan perawatanrambut. Pemilihan produk didasarkan pada selera pribadi, kebutuhan
dan dana. Pengetahuan tentang pilihan klien akan membantu perawatan yang terindividualisai.
Selain itu, bantu klien untuk membagun praktik higienebaru jika ada penyakit. Contohnya,
perawat harus mengajarkan perawatan higienekaki pada penderita diabetes (Potter & Perry,
2009).

7.    Kondisi Fisik Seseorang.


Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan ketangkasan untuk
melakukanhigiene. Contohnya: pada klien dengan traksi atau gips, atau terpasang infus
intravena. Penyakit dengan rasa nyeri membatasi ketangkasandan rentang gerak. Klien di bawah
efek sedasi tidak memiliki koordinasi mental untuk melakukan perawatan diri. Penyakit kronis
(jantung, kanker, neurologis, psikiatrik) sering melelahkan klien. Genggaman yang melemah
akibat artritis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien untuk menggunakan sikat gigi,
handuk basah, atau sisir. (Potter & Perry, 2009).

Anda mungkin juga menyukai