Anda di halaman 1dari 25

A.

Persalinan dan Bayi Baru Lahir Umur 1 jam

1. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Menurut Sumarnah (2009) persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa
bantuan. (Manuaba, 1998 dalam Shofa Ilmiah, 2015). Persalinan
merupakan suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang
wanita melahirkan bayinya yang diawali dengan kontraksi uterus yang
teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan
pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam.
b. Etiologi Persalinan
Beberapa teori timbulnya persalinan menurut Manuaba (2014), yaitu:
1) Teori Penurunan Hormon
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan dimulai maka terjadi
penururnan kadar hormon progesteron. Progesteron merupakan
hormon penting untuk mempertahankan kehamilan. Progesteron
berfungsi menunrukan kontraktilitas dengan cara meningkatkan
potensi membran istirahat pada sel miometrium sehingga
menstabilkan Ca membrane dan kontraksi berkurang, uterus rileks
dan tenang. Ketika hormon ini mengalami penurunan sehingga
otot rahim lebih sensitive terhadap oksitoksin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.
2) Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen merupakan hormon yang dominan dalam kehamilan.
Hormon ini memiliki dua fungsi yaitu meningkatkan sensivitas otot

6
7

rahim dan memudahkan peneriman rangsangan dari luar seperti


rangsangan oksitoksin.
3) Teori Reseptor Oksitoksin dan Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi
berlangsung lama dengan persiapan semakin meningkatnya
reseptor oksitoksin. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga
terjadi braxton hicks.
4) Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik akan merangsang akhiran saraf
sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang
mengakibatkan SAR (Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen
Bawah Rahim) berkerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan
retraksi.
5) Induksi Persalinan
Persalinan juga dapat ditimbulkan oleh gangguan malinaria yang
dimasukkan ke dalam kanal servikalis dengan tujuan merangsang
fleksus frankenhauser, amniotomi dan oksitoksin drips.
c. Tanda dan Gejala Persalinan
Adapun beberapa tanda dan gejala akan dialami saat seorang wanita
hamil mendekati persalinan yaitu:
1) Lightening
Terjadi lightening. Lightening yang mulai dirasakan kira-kira dua
minggu sebelum persalinan adalah penurunan bagian presentasi
bayi kedalam pelvis minor.
2) Perubahan Serviks
Perubahan serviks mendekati persalinan menjadikan serviks
semakin matang. Hasil pemeriksaan serviks menunjukkn bahwa
serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak kemudian
menjadi lebih lembut, dan terjadi sedikit penipisan.
8

3) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke sembilan hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendur, fundus uteri lebih rendah dari sebelumnya dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.
Keadaan ini menyebabkan kandung kemih tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut dengan
pollikasuria.
4) False labor
His pendahuluan bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa diperut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
dan bila dibawa jalan berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix

Adapun berikut ini yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah:

1) Timbulnya kontraksi uterus


Biasanya juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut:
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
c) Sifatnya teratur, interval semakin lama makin pendek dan
kekuatannya semakin besar.
d) Semakin beraktivitas akan menambah kekuatan kontraksi

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks yaitu


his dengan frekuensi minimal 3 kali dalam 10 menit. Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan, dan pembukaan
serviks.

2) Penipisan dan pembukaan serviks


Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
9

3) Bloody show (lendir disertai darah dari jalan lahir)


Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
4) Premature rupture of membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukan lengkap atau hampir lengkap. Tetapi terkadang ketuban
pecah pada pembukaan kecil. Dengan demikian diharapkan persalinan
akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

d. Faktor yang mempengaruhi persalinan


Persalinan dapat berlangsung dengan normal apabila ketiga faktor fisik
yaitu passage, power, dan passanger, dan juga terdapat faktor lainnya
yaitu psikologis, dan penolong.
1) Passage
Passage adalah jalan lahir. Jalan lahir dibagi atas bagian keras dan
bagian lunak. Bagian keras meliputi tulang-tulang panggul dan bagian
lunak meliputi uterus, otot dasar panggul, dan perineum. Janin harus
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. Menurut Caldwell & Moloy (1933, dalam
Kebidanan teori dan asuhan) jenis-jenis panggul dapat dibagi menjadi:
a) Ginekoid, merupakan jenis panggul paling baik untuk wanita
dengan bentuk pintu atas panggul (PAP) hampir bulat. Panjang
diamter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa.
Ditemukan pada 45% wanita.
b) Android, umumnya dimiliki oleh pria dengan bentuk PAP hampir
segitiga. Panjang diameter anteroposterior sama dengan diameter
transversa, tetapi lebih mendekati sakrum (bagian belakang pendek
10

dan gepeng, bagian depan menyempit ke muka). Ditemukan pada


15% wanita.
c) Antropoid, jenis panggul dengan bentuk PAP agak lonjong seperti
telur. Diameter anteroposterior lebih panjang dibanding diameter
transversa. Ditemukan pada 35% wanita.
d) Platipeloid, bentuk panggul menyempit pada arah muka belakang.
Diameter anteroposterior jauh lebih kecil dibanding diameter
transversa. Ditemukan pada 5% wanita.
2) Power
Power atau kekuatan yang mendorong janin pada saat persalinan
adalah his, kontraksi otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah
his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga
mengedan ibu.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His
dibedakan menjadi his pendahuluan dan his persalinan. His
pendahuluan atau his palsu, yang sebenarnya merupakan peningkatan
dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan bersifat tidak teratur
dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak
menyebabkan nyeri yang mancar dari pinggang ke perut bagian bawah
seperti his persalinan.
Perasaan nyeri bergantung pada ambang nyeri dari seorang yang
ditentukan oleh kondisi jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom,
artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat dipengaruhi dari
luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan. Sifat his yang normal
adalah:
a) Kontraksi rahim dimulai dari kornu.
b) Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi di fundus uteri.
c) Otot rahim yang tidak berkontraksi tidak kembali ke panjang
semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah
rahim.
11

d) Pada saat his terjadi perubahan pada servik yaitu menipis dan
membuka.
Hal-hal yang harus diobservasi pada his persalinan adalah
frekuensi, amplitudo atau intensitas, aktivitas his, durasi his,
datangnya his terjadi sering, teratur atau tidak, dan masa relaksasi.
Tenaga mengejan, setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban
pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama
disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Tenaga ini
serupa dngan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tetapi
jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul
suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya,
mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya
ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.
Tanpa tenaga mengejan ini janin tidak dapat lahir, misal pada
penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta
setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
3) Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin bergerak di
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor
yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Janin dapat memengaruhi persalinan karena presentasi dan
ukurannya.
Pada presentasi kepala, tulang-tulang masih dibatasi fontanel
dan sutura yang belum keras, tepi tulang dapat menyisip di antara
tulang yang satu dengan tulang yang lainnya (disebut dengan
moulage atau molase) sehingga ukuran kepala bayi jauh lebih kecil.
4) Psikologis
a) Perubahan psikologis ibu bersalin
12

Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak bergantung


pada kondisi biologis. Pada ibu bersalin terjadi beberapa
perubahan psikologis yaitu seperti rasa cemas pada bayinya
yang akan lahir, kesakitan saat kontraksi dan nyeri, dan
ketakutan saat melihat darah. Rasa takut dan cemas yang
berpengaruh dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya
persalinan, his kurang baik, dan pembukaan yang kurang
lancar. Perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh
terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang
dialami ibu berlebihan maka akan berujung pada stress.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi psikologis ibu
yaitu seperti kebiasaan adat, hubungan dari orang terdekat pada
kehidupan ibu, dan pengalaman persalinan sebelumnya. Karena
banyaknya perubahan yang dialami ibu bersalin, maka penolong
persalinan seperti bidan dituntut untuk melakukan asuhan
sayang ibu. Pada asuhan sayang ibu, penolong persalinan harus
memberikan dukungan psikologis dengan cara meyakinkan ibu
bahwa persalinan merupakan proses yang normal dan
meyakinkan bahwa ibu dapat melaluinya. Penolong persalinan
dapat mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Hal tersebut dapat menunjukan
bahwa ibu mendapat perhatian lebih dan diberi dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi oleh suami dan keluarga.
b) Pengaruh psikologis terhadap proses persalinan
Perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki
masa persalinan sebagian besar berupa persaan takut dan
cemas, terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum
mempunyai pengalaman persalinan. Oleh sebab itu maka
penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena
perasaan takut akan menambah rasa nyeri serta mengangkan
13

otot-otot serviksnya dan akan mengganggu pembukaannya.


Pada fase persalinan terjadi peningkatan kecemasan dengan
makin meningkatnya kecemasan akan makin meningkatkan
intensitas nyeri. Perasaan nyaman dan tenang ibu pada masa
persalinan dapat diperoleh dari dukungan suami, keluarga,
penolong persalinan, dan lingkungan. Perasaan ini dapat
membantu ibu untuk mempermudah proses persalinan.
c) Penolong
Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk membantu ibu
dalam menjalankan proses persalinan. Faktor penolong
memegang peranan penting dalam membantu ibu bersalin
karena mempengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi.

e. Klasifikasi Persalinan
Persalinan berdasarkan caranya yaitu:
1) Persalinan biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi dengan kekuatan ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung <24 jam.
2) Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan dengan bantuan alat-
alat atau melalui dinding perut dengan operasi SC.
3) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

f. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan


1) Kebutuhan fisiologis ibu bersalin
Menurut Abraham Maslow (2016) kebutuhan dasar manusia adalah
suatu kebutuhan manusia yang paling dasar yang apabila tidak
terpenuhi akan terjadi ketidak seimbangan di dalam diri manusia.
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar
pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang
14

harus perhatikan untuk dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan


nutrisi, eliminasi, hygiene, istirahat, posisi, dan ambulasi,
pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum, serta kebutuhan akan
pertolongan persalinan yang terstandar.

2) Kebutuhan psikologis
Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal fisiologis yang
dialami oleh setiap ibu bersali, sekaligus merupakan suatu hal yang
menakjubkan bagi ibu dan keluarga. Namun, rasa khawatir, takut
maupun cemas akan muncul pada saat memasuki proses persalinan.
Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat kecemasan
pada ibu bersalin yang cenderung meningkat.

g. Tahapan persalinan
1) Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten, ketika pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm. Fase laten berlangsung 8
jam (APN, 2008). Fase aktif, ketika pembukaan serviks mulai dari 4
cm sampai lengkap (10 cm), berlangsung selama 6 jam. Fase ini
dibagi menjadi 3 sub fase atau periode yaitu periode akselerasi
dimana pembukaan berlangsung lambat dari pembukaan 3-4 cm.
Periode ini berlangsung 2 jam. Periode dilatasi maksimal, pembukaan
berlangsung cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm periode ini
berlangsung 2 jam. Periode deselerasi, periode ini berlangsung sangat
lambat dari pembukaan 9 cm menjadi lengkap (10 cm) periode ini
berlangsung 2 jam.
15

2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multi gravida.
Gejala utama dari kala II adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi ≥40 detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap
diikuti keinginan mengejan karena fleksus frankenhauser
tertekan.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala bayi membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turt lahir dari dahi, muka, dagu
yang melewati perineum.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar yaitu
penyesuaian kepala dan punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada ocsiput dan dibawah dagu, arahkan
kebawah untuk melahirkan bahu belakang
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak digenggam untuk melahirkan
sisa badan bayi.
(3) Bayi kemudian lahir diikuti oleh air ketuban.

3) Kala III
Dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai plasenta lahir
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, jika lebih maka harus diberi
penanganan lebih atau dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapt
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda yaitu tali pusat
16

memanjang di depan vulva, terjadi semburan darah dari jalan lahir,


dan uterus globuler.

4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adalah:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien
c) Kontraksi uteris
d) Terjadi perdarahan

g. Asuhan kebidanan pada Persalinan


1) Asuhan Persalinan Kala I
Asuhan kebidanan kala I dapat direncanakan berdasarkan analisis
masalah. Rencana dan penatalaksanaan dibuat agar dapat memantau
perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam
kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan respons fisik
terhadap persalinan, memeriksa bagaimana janin bereaksi saat
persalinan, membantu memahami apa yang sedang terjadi sehingga
ibu dapat berperan serta aktif salam menentukan asuhan, membantu
keluarga dalam merawat ibu selama proses persalinan, mengenali
masalah secepatnya dan mengambil keputusan yang tepat. Adapun
asuhan yang diberikan yaitu:
(a) Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin (partograf)
Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi pemeriksaan
fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam
mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I.
17

Tabel Pemantauan pada Persalinan


Parameter Frekuensi pada fase Frekuensi pada fase
Laten
Aktif
TD Setiap 4 jam Setiap 4 jam
SUHU Setiap 4 jam Setiap 4 jam
NADI Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
KONTRAKSI Setiap 1 jam Setiap 30 menit
PEMBUKAAN Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
PENURUNAN Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
*Dinilai pada saat pemeriksaan dalam
(b) Dukungan emosional
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan
ciri dari asuhan kebidanan. Asuhan yang mendukung artinya
kehadiran yang aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Anjurkan suami dan atau anggota keluarga untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan.
(c) Pengendalian nyeri
Cara untuk mengurangi rasa sakit pada proses persalinan adalah
mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan
rangsangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi fisik dan
mental negatif, serta emosiomal ibu terhadap rasa sakit. Pemijatan
secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan
nyaman selama persalinan.
(d) Posisi dan mobilitas
Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama
persalinan dan anjurkan pendamping untuk membantu ibu berganti
posisi. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri, atau jongkok dapat
membantu turunnya kepala bayi dan sering memperpendek proses
persalinan.
18

(e) Pencegahan infeksi


Kepatuhan dalam menjalankan praktik pencegahan infeksi yang
baik akan melindungi ibu, penolong dan keluarga dari infeksi.
Lingkungan yang bersih merupakan hal penting untuk mewujudkan
persalinan yang bersih dan aman.
(f) Persiapan persalinan
Persiapan persalinan sangat beragam dari instansi ke instansi lain
karena memiliki protap atau aturan masing-masing.
(g) Perispan alat
Pastikan semua peralatan dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi
dengan baik, termasuk peralatan pertolongan persalinan, peralatan
penjahitan laserasi atau lupa episiotomi, dan peralatan resusitasi
bayi baru lahir. Semua peralatan dan bahan yang akan digunakan
tersebut harus dalam keadaan desinfektan tingkat tinggi atau steril.
(h) Perisapan penolong
Persiapan penolong adalah memastikan penerapan prinsip
pencegahan infeksi yang sesuai standar, termasuk cuci tangan dan
penggunaan alat pelindung diri yang harus selalu dipakai pada saat
melakukan pertolongan persalinan sampai melakukan penjahitan
laserasi.
(i) Persiapan ibu dan janin
Prinsip asuhan yang diberikan selama persalinan adalah asuhan
sayang ibu, untuk itu anjurkan ibu selalu didampingi oleh suami
dan atau keluarga terdekatnya selama proses persalinan. Selain
dukungan, perhatikan pula kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu selama
proses persalinan.
(j) Tanda bahaya kala I
Tanda bahaya yang harus diperhatikan dan diwaspadai pada kala
satu adalah:
- Tekanan darah ibu lebih dari 140/90 mmHg
- Suhu tubuh ibu lebih dari 380C
- Nadi ibu lebih dari 100 kali per menit
19

- DJJ tidak normal (normal 120-160 kali per menit)


- Kontraksi kurang dari 3 kali dalam 10 menit dan berlangsung
kurang dari 40 detik.
- Pembukaan serviks pada partograf melewati garis waspada
pada fase aktif.
- Cairan amnion bercampur mekonium/ darah/ berbau.
- Volume urine sedikit dan pekat.
(k) Pendokumentasian
Manajemen kebidanan atau alur pikir seorang bidan dikenal dengan
tujuh langkah varney yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, analisis, penatalaksanaan).

2) Asuhan Persalinan Kala II


Asuhan pada ibu bersalin adalah asuhan yang dibutuhkan saat proses
persalinan. Asuhan kala II merupakan kelanjutan dari asuhan kala I
persalinan. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin
Pemantauan kesejahteraan pada ibu selama kala dua meliputi hal
berikut.
(1) Tanda-tanda vital
(2) Kandung kemih dipastikan dalam keadaan kosong
(3) Pengeluaran pervagina (lendir darah yang bertambah banyak,
cairan ketuban)
(4) Penilaian terhadap dilatasi serviks, dan adanya dorongan untuk
meneran

Pemantauan kesejahteraan pada janin selama kala dua, denyut


jantung janin (frekuensi, ritme, dan kekuatan), penurunan kepala,
cairan ketuban (warna, bau dan volume), dan adanya kaput atau
molase pada kepala janin.
20

b) Pertolongan persalinan
Pertolongan persalinan kala II dimulai jika sudah terdapat tanda
dan gejala kala II yaitu (JNPK-KR, 2008):
(1) Ibu merasa ada dorongan ingin meneran bersama terjadinya
kontraksi.
(2) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
(3) Perineum menonjol.
(4) Vulva membuka.

Tanda pasti kala II, tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa
dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah pembukaan
serviks telah lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui
introitus vagina

c) Persiapan Penolong Persalinan


(1) Sarung Tangan
Sarung tangan DTT/ Steril harus selalu dipakai selama
melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi,
episiotomy, pennjahitan laserasi dan asuhan bayi baru lahir.
(2) Perlengkapan pelindung diri
Pelindung diri merupakan penghalang atau barier antara
penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk
menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan.
harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau
ikat rambut pada saat menolong persalinan.
(3) Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
Ibu dapat melaksanakan persalinan ditempat tidur dengan
kasur yang dilapisi kain penutup bersih, kain tebal, dan pelapis
antibocor (plastik). Penyiapan tempat dan lingkungan untuk
kelahiran bayi.
21

(4) Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh


yang berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai dari
sebelum kelahiran bayi.

d) Penatalaksanaan fisiologis kala II


(1) Membimbing ibu untuk meneran
Memimpin ibu meneran selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,
kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilicus
yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan
nilai apgar rendah.
(2) Posisi ibu
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu
dapat mengubah posisi secara teratur selama kala dua karena
hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi
meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-
plasenter tetap baik.
(3) Menolong kelahiran bayi
(a) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran.
(b) Dua kekuatan yaitu, his dan meneran akan mendorong
kepala bayi sehingga kepala bayi membuka pintu berturut-
turut ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka, serta kepala
seluruhnya.
(c) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti dengan putar paksi luar
yaitu penyesuaian kepala dan punggung.
- Setelah putaran paksi luar, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan berikut.
- Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah
dagu, kemudian tarik cunam kebawah untuk
22

melahirkan bahu depan dan cunam keatas untuk


melahirkan bahu belakang.
- Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi.
- Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
- Lamanya kala II untuk primigravida 120 menit dan
multigravida 60 menit. (Sulistyawati. 2010).

e) Deteksi komplikasi persalinan


Tidak semua persalinan berlangsung normal dan lancar, ditemukan
beberapa kejadian komplikasi pada persalinan yang menyebabkan
kegawatdaruratan yaitu seperti bahu macet, letak muka, letak
sungsang, dan gemeli.
f) Pendokumentasian
Pendokumentasian pada kala II sama seperti pada kala I meliputi
sunjektif, objektif, analisis, dan penatalaksanaan atau dikenal
dengan istilah SOAP . pengumpulan data pada kala dua lebih
difokuskan karena merupakan data perkembangan dari kala I.

3) Asuhan Persalinan Kala III

Kala III persalinan merupakann kelanjutan proses kala persalinan


sebelumnya, dimulai setelah lahirnya bayi sampai dengan lahirnya
plasenta. Pada kala III Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (APN, 2008). Kala III
juaga disebut sebagai kala uri, yang biasana berlangsung antara 5-15
menit.
Asuhan untuk ibu harus diberikan berdasarkan pemahaman proses
fisiologis. Dalam asuhan persalinan normal, setelah bayi lahir,
dilakukan manajemen aktif kala III. Hal pertama yang dilakukan yaitu
memeriksa adanya janin kedua. Evaluasi ada tidaknya janin kedua
dilakukan dengan palpasi uterus, jika ada janin selanjutnya akan
23

teraba bagian janin, serta tinggi fundus uteri lebih tinggi dari pusat.
Jika tidak ada janin kedua biasanya uterus teraba diskoid setinggi
pusat. Setelah diyakini tidak ada janin, lakukan manajemen aktif kala
III, penyuntikkan oksitoksin 10 IU secara intramuskular untuk
menimbulkan kontraksi uterus sehingga mempercepat lahirnya
plasenta dan meminimalkan terjadinya perdarahan. Selanjutnya
dilakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), melahirkan
plasenta, serta masase uterus.
4) Asuhan Persalinan Kala IV
Kala IV dimulai sejak lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu
(PP IBI, 2016). Ada beberapa hal yang perlu dipantau pada kala ini
yaitu kondisi ibu meliputi tanda-tanda vital ibu, konsistensi uterus,
pengeluaran perdarahan dan kondisi bayi.

h. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi


Menurut Depkes (2007) lima benang merah tersebut adalah:
1) Membuat keputusan klinik
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3) Pencegahan infeksi
4) Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
5) Rujukan

2. Bayi Baru Lahir


Saat dilahirkan bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku
dan kesiapan interaksi sosial. Periode neonatal yang berlangsung sejak
bayi lahir sampai usia 28 hari merupakan waktu berlangsungya
perubahan fisik yang drastis pada bayi baru lahir. Transisi dari
kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan
memerlukan kemampuan bayi dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan yang dialami. Ada beberapa perubahan fisiologis yang akan
dialami bayi baru lahir untuk mampu bertahan hidup.
24

JNPKR-KR (2008) yaitu manajemen bayi baru lahir normal


yaitu bayi cukup bulan, air ketuban jernih dan tidak bercampur
mekonium, bayi menangis atau bernapas, tonus otot bayi baik lalu baru
memberikan asuhan bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal
mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu
b. Berat badan lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Lingkar dada 30-38 cm
f. Frekuensi jantung 120-160 denyut/menit
g. Pernapasan 40-60 kali/menit
h. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
j. Kuku agak panjang (melewati jari) dan lemas
k. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
(perempuan), kedua testis sudah turun ke dalam skrotum (laki-laki)
l. Reflek bayi sudah terbentuk dengan baik
m. Bayi berkemih dalam 24 jam pertama
n. Pengeluaran mekoneum dalam 24 jam pertama

Asuhan segera dan pengkajian bayi baru lahir sehat

a. Pemeliharaan suhu
Pencegahan kehilangan panas setelah lahir merupakan hal penting
yang perlu dilakukan. Suhu bayi yang normal berkisar antara 36,5-
37,5oC. Upaya untuk mencegah kehilangan panas pada bayi dapat
dilakukan dengan menyelimuti bayi, memakaikan topi, serta
melakukan kontak kulit ke kulit atau dengan perawatan metode
kanguru. Selain itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi, diantaranya:
25

1) Mengurangi atau menghilangkan sumber kehilangan panas pada


bayi
2) Memantau suhu tubuh bayi
3) Menghindari prosedur yang tidak perlu
4) Tidak memandikan bayi segera setelah lahir
5) Melakukan pemeriksaan fisik dalam waktu satu jam pertama
kelahiran, sebaiknya dalam satu jam pertama bayi masih
diletakkan di atas perut ibu untuk melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD). Roesli (2008) IMD yaitu proses menyusu sendiri,
minimal satu jam pertama pada bayi baru lahir. IMD tidak boleh
terlambat karena reflek menghisap pada bayi baru lahir akan
mencapai puncaknya pada usia 20-30 menit dan refleks ini akan
berkurang dan melemah.
b. Pemeliharaan pernapasan
Pemeliharaan fungsi pernapasan sangat penting dilakukan. Bidan
atau tenaga kesehatan lain yang kompeten harus segera melakukan
resusitasi pada bayi yang mengalami kesulitan bernapas secara
spontan segera setelah lahir. Untuk memelihara fungsi pernapasan
normal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, sebagai berikut.
1) Mempertahankan suhu hangat bayi. Suhu yang hangat akan
membantu menstabilkan upaya bayi dalam bernapas.
2) Menghindari prosedur yang tidak perlu. Hindari prosedur yang
sebenarnya tidak diperluka, yaitu menghisap lendir disaluran
pernapasan pada bayi yang sudah menangis spontan, melakukan
rangsang taktil yang berlebihan, segera memandikan bayi
setelah lahir, segera melakukan pemeriksaan fisik pada bayi
baru lahir.
c. Pemotongan tali pusat
Pemotongan tali pusat dilakukan dengan menjepit tali pusat di dua
tempat dengan klem. Klem pertama diletakkan 3 cm dari pusat bayi,
klem kedua diletakkan 2 cm dari klem pertama, kemudian tali pusat
dipotong di tengah-tengah klem. Waktu optimal untu penjepitan tali
26

pusat setelah persalinan masih belum jelas. Beberapa ahli


menganjurkan menunda pemotongan tali pusat sehingga pernapasan
bayi stabil dan pulsasi berhenti (tali pusat berhenti berdenyut) untuk
memastikan bayi mendapatkan tambahan transfusi plasenta. Hal ini
dibantah oleh ahli lain yang berpendapat bahwahal tersebut
mengakibatkan ikterus pada bayi baru lahir
d. Evaluasi APGAR
Penilaian awal setelah bayi lahir yang digunakan saat ini meliputi
dua hal yaitu apakah bayi menangis/bernapas spontan dan apaka
tonus otot aktif atau bayi bergerak aktif. Penilaian dilakukan dengan
maksimal 20 detik pertama setelah bayi lahir. Hal tersebut
digunakan untuk menentukan apakah bayi memerlukan tindakan
resusitasi (tidak lagi menunggu waktu 1 menit dari pengkajian
Apgar). Apgar dapat digunakan untuk memantau kondsi janin
selanjutnya.
e. Bounding Attachment
Bounding merupakan proses pembentukan, sedangkan attachment
dapat diartikan membangun ikatan. Jadi bounding attachment
adalah sebua proses pembentukan dan peningkatan hubungankasih
sayang dan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Hal ini
merupakan proses interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua
yang bersifat saling mencintai, memberikan mereka pemenuhan
kebutuhan emosional yang saling membutuhkan. Bounding
attachment terjadi mulai dari kala III, dilakukan kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi serta ayah.
f. Resusitasi
Resusititasi bayi baru lahir merupakan suatu prosedur yang
dilakukan untuk menangani byai yang gagal nafas secara spontan.
Tindakan resusitasi dilakukan tidak menunggu nilai apgar, karena
semakin lambat memualai maka kegagalan resusitasi akan semakin
besar.
27

g. Pemberian salep mata

JPNKR-KR (2008) menyatakan bahwa salah satu perawatan segera


bayi baru lahir adalah melakukan pencegahan infeksi pada mata
yaitu dengan memberikan salep antibiotika yaitu salep tetrasiklin 1
%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam
setelah kelahiran karena upaya profilaksis infeksi mata mata ini
tidak akan efektif jika diberikan lebih dari satu jam kelahiran
(WHO, 2014).
h. Pemberian vitamin K 1
JNPK-KRR (2008) menyatakan bahwa Karena sistem pembekuan
darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan
berisiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah kejadian
perdarahan, maka pada semua bayi baru lahir, diberikan suntikan
vitamin K1 (Phytomenadio ne) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra
muskular pada antero lateral paha kiri.
i. Pemberian HB0

B. Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai dari beberapa
jam setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Saifuddin, 2009).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun
2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup dan penyebab terbesar kematian ibu selama
tahun 2010 sampai tahun 2013 yaitu perdarahan. Survei SDKI juga
melaporkan bahwa cakupan kunjungan nifas pada tahun 2013 hanya
86,64% lebih rendah dari cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
(90,88%). Hal ini memberi gambaran bahwa apabila jumlah cakupan
nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan,
28

diartikan ada kecendrungan terjadi komplikasi persalinan di masa


nifas atau masa nifas yang tidak terawasi/ terkontrol oleh tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan. Jika semakin besar jarak
persalinan dengan kunjungan nifas maka semakin besar resiko
kematian ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2. Tahapan Dalam Masa Nifas
Tahapan pada masa nifas (Wong, 2002) terbagi atas tiga tahap berikut.
a. Tahap immediate postpartum yaitu tahapan yang terjadi dalam
waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
b. Tahap early postpartum yaitu tahapan yang terjadi setelah 24 jam
persalinan sampai akhir minggu pertama post partum.
c. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu
kedua sampai minggu keenam setelah persalinan.
Pada tahap immediate postpartum dan early postpartum perlu
dilakukan pengawasan yang ketat karena berpotensi sering terjadi
bahaya komplikasi postpartum antara lain resiko terjadinya
perdarahan dan syok hipovolemia. Pada tahap late postpartum
terjadi perubahan secara bertahap pada sistem reproduksi.
3. Adaptasi Fisiologis Masa Nifas
Merupakan uatu keadaan dimana tubuh ibu kembali ke keadaan
semula, seperti sebelum hamil;

a. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas,


tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan
akan naik sedikit (37,50 – 380C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium.
2) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per
menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
29

cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada


kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah.
Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
saat postpartum menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.
4) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-
tanda syok.
b. Laktasi
Pengeluaran ASI terjadi karena adanya rengsangan dari isapan
bayi yang dapat mengeluarkan hormone prolaktin dan oksitosin.
c. Involusi uterus
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil dari 1000 gram
sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan
berat 30 gram.
Tabel : Tahapan Involusi Uterus
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gr
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gr
56 hari (8 minggu) Normal 30 gr
Sumber : Saifuddin, 2009
d. Pengeluaran Lochea

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lochia rubra ( crueta ) : berisi darah segar dan sisa – sisa
selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
30

mekonium selama 2 hari pasca persalinan.


2) Lochia sanguinolenta : berwana merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
3) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
4) Lochia alba : cairan putih setelah 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai