Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

S DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN LANSIA DI RT 04/ RW 04 KELURAHAN

KOTO GADANG, KECAMATAN KINALI, PASAMAN BARAT

OLEH :

ALHAFIZHAH SYAFTI

1913905

KELOMPOK F

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan keluarga. Apabila setiap anggota keluarga sehat akan tercipta keluarga yang sehat
pula. Masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga dapat mempengaruhi
peran keluarga. Membangun Indonesia sehat seharusnya dimulai dengan membangun
keluarga yang sehat sesuai dengan budaya keluarga (Sudiharto, 2007: 22)

Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan


melalui praktek keperawatan keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan
keperawatan keluarga yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, yaitu mengenal masalah
kesehatan, memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, melakukan
tindakan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan memelihara lingkungan
sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga, serta memanfaatkan sumber
daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Sri, Arita, 2008)

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dalam penulisan ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga tahap perkembangan pada dewasa akhir

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
c. Menyusun intervensi keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
d. Melakukan implementasi yang telah disusun kepada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Keluarga Tn. S
dengan Tahap Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto
Gadang.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan
Tahap Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga sangat veriatif sesuai dengan orientasi teori menjadi dasar
pendefinisiannya.Banyak ahli mengatakan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan ditemukan beberapa pengertian
keluarga :
a. Pendapat yang menganut teori interaksional memandang keluarga sebagai suatu
arena berlangsungnya pada interaksi kepribadian, sedangkan mereka yang
berinteraksi pada perspektif system social memandang keluarga sebagai bagian
social terkecil yang terdiri dari seperangkat kompenen yang sangat bergantung
dan dipengaruhi oleh struktur internal dan system-sistem lain.
b. Menurut Spradley dan Allender (1996) dalam Padila (2012), keluarga merupakan
satu atau lebih individu yang tinggal bersama sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam ikatan social, peran dan tugas.
c. Menurut UU No.10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami, istri, anak-anak, atau suami, istri, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.
d. Menurut Friedman (1998) dalam Padila (2012), keluarga merupakan Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Struktur Keluarga
Menurut Padila (2012), Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia
yang terdiri dari bermacam-macam diantaranya:
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disaran melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disaran melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.
d. Patrilokal
Partrilokal adalah suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
e. Keluarga Kawin
Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagian dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri
3. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan.Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai
tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normative. Tipe-tipe
keluarga adalah, (Padila, 2012) :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga yang
melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua campuran
atau orang tua tiri.
2) Pasangan suami istri terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier tunggal
atau karier keduanya.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari
perceraian.
4) Bujangan dewasa sendirian.
5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan.
6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tuda anak-
anaknya sudah berpisah.
b. Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dan hubungan
tanpa nikah.
2) The stepparent family
keluarga dengan orang tuan tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak bersama.
4) The non marital heterosexsual cohibiting family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti –ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and Lesbyan family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagai suami –
istri (marital partners)
6) Cohibiting couple
Orang dewasa yang bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat –alat rumah tangga bersama yang
saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8) Group netwurk family
Keluarga ini dibatasi aturan atau nilai –nilai, hidup bersama atau kedekatan
satu sama laina dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga
bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang –orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetap berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010) 5 fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dapat dipelajari dan
dikembagkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota
keluargadapat mengembangkan konsep diri positif.Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan
dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakanmodal dasar dalam
memberi hubungan dengan oranglain di luar keluarga / masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anak –anak dapat meniru tingkah laku positif dari kedua orang tua mereka.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial
(Friedman 1986 dikutip oleh Dyah 2011). Sosialisasi dimulai sejakmanusia lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak
yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang–orang yang ada di
sekitarnya. Kemudian beranjak balita dia belajar bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar meskipun demikian keluarga tetap berpern penting dalam
bersosilisasi.Keberhasilan perkembanganindivdu dan keluarga dicapai melalui
interaksi hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma –norma, budaya, dan perilaku
melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktek asuhan keperawatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
memepengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluargayang
dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
5. Lima Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
Menurut Fridman (2010), Ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus di lakukan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang
di alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga maka segeralah melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga mempuyai keterbatasan
agar meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini
dapat di lakukan di rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi
(Suparyanto , 2012).
d. Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi
keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak pada
kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas
kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010)
6. Tahap – tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010), Mengenai tahap perkembangan keluarga membagi dalam
8 tahap perkembangan, yaitu :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini antara lain yaitu :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, kelima yaitu persiapan
menjadi orang tua.
5) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child-bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi Klasik Le Master (1975) dan 46 orang tua ditanyakan 17% tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan
2) Peningkatan perselisihan dan argument
3) Interupsi dalam jadal argument
4) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.

Adapun tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain :

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).


2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap
bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi Role learing anggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekoah
(sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
yaitu :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu atau bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi,
mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
4) Pembagian waktu (individu, pasangan dan anak), pembagian tanggung jawab,
dan merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
linkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pegembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini yaitu :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman, membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga
baru di masyarakat
3) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya,
4) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarganya
5) Berperan suami istri, kakek dan nenek, menciptakan lingkungan rumah yang
dapt menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (Middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu :
1) Mempunyai lebih banyak dan waktu kebebasan dalam mengolah minat sosial
dan waktu santai
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
3) Keakraban dengan pasangan
4) Persiapan masa tua / pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Keluarga lanjut usia memiliki tugas perkembangan keluarga yaitu :
1) Penyesuaian tahap masa pensiundengan cara merubah cara hidup
2) Menerima kematian pasanganya, kawan dan mempersiapkan kematian,
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan Life Review masa lalu
B. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lanjut Usia (Lansia)1.Pengertian LansiaMenurut World Health Organisation
(WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrindan lain sebagainya. Haltersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosiallansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living(Fatmah, 2010).

2. Batasan Lansia
WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun.
b. Usia tua (old) :75-90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
3. Proses menua
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan
sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia
terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
4. Perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M,
2011, 2011).
a. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia:
Jaaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi..
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut
akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur
otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4. Sistem kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia
adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan
ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA
Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5. Sistem respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6. Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi oleh ginjal.
8. Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (Daya ingat, Ingatan)
2. IQ (Intellegent Quotient)
3. Kemampuan Belajar (Learning)
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi

c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin
matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1. Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama pendengaran.
2. Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman
dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan
fisik dan kesehatan.
3. Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan
dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4. Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5. Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6. Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali

5. Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Tahap Usia Lansia


Tugas-tugas perkembangan usia lanjut menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1992)
adalah sebagai berikut :
a. Menyadari diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyadari diri dengan masa pensiun dan berkurangnyaincoma(penghasilan
keluarga)
c. Menyadari diri dengan kematian pasangan hidup
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sesuai
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. Menyadari diri dengan peran sosial secara luwes
6. Peran Perawat Dalam Keluarga Dengan Tahap Usia Dewasa
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran
sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko
terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia
adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain
hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya
pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah
wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya peningkatan
kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya promotif dan
preventif merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk mengurangi angka
kesakitan pada lansia.

C. KONSEP DASAR PENYAKIT DIABETES MELITUS


1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Smeltzer & Suzane, 2014).Diabetes
Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah (Brunner & Suddarth, 2015).
Kejadian diabetes mellitus Tipe II adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat dari kadar glukosa didalam darah yang tinggi (hiperglikemia).
Glukosa yang tinggi di sebabkan oleh jumlah hormon insulin yang kurang atau
jumlah insulin cukup bahkan lebih, tetapi kurang efektif atau resistensi insulin
(Sjaifoellah,2008). Dikatakan DM Tipe II jika pasien menderita DM dan didiagnosa
oleh dokter sedangkan Tidak DM Tipe II jika pasien tidak menderita DM dan
didiagnosa oleh dokter.
Diabetes Mellitus Tipe II dikenal sebagai non insulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM) yang merupakan penyakit hiperglikemi terjadi akibat penurunan
sensitivitas insulin (resistensi insulin) atau penurunan jumlah produksi insulin yang
disebabkan karena reseptor insulin yang buruk (Brunner & Suddarth, 2015).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan
anjuran klasifikasi Diabetes Mellitus American Diabetes Association (ADA) :
a. Diabetes Mellitus tipe 1, Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes Mellitus Tipe I atau disebut juga dengan insulin dependent
(tergantung insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin oleh karena itu
tubuh tidak dapat menghasilkan insulin. Pada diabetes mellitus tipe I, badan
kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik, virus
atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien
diabetes mellitus tipe I. Diabetes mellitus tipe I disebabkan oleh faktor genetik
(keturunan), faktor imunologik dan faktor lingkungan (Hasdianah, 2012).
Diabetes Mellitus tipe Iini terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam
sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans Pankreas. Kehilangan sel beta pada Diabetes Mellitus tipe I
adalah kesalahan reaksi autoimun tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi
pada tubuh. Saat ini Diabetes Mellitus tipe hanya dapat diobati dengan
menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa
darah melalui alat monitor pengujian darah (Hasdianah, 2012).
b. Diabetes Mellitus Tipe II, Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
Diabetes Mellitus Tipe II atau disebut juga dengan Insulin Requirement
(membutuhkan insulin) adalah mereka yang membutuhkan insulin sementara
atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, oleh karena itu
badan tidak dapat berespon terhadap insulin. Penyebabnya tidak hanya satu
yaitu akibat resistensi insulin yaitu banyaknya jumlah insulin tetapi tidak
dapat berfungsi. Bisa juga karena kekurangan insulin atau karena gangguan
sekresi atau produksi insulin. Diabetes Mellitus tipe 2 menjadi semakin umum
oleh karena faktor resikonya yaitu obesitas dan kurangnya olahraga. Faktor
yang mempengaruhi timbulnya Diabetes Mellitus yaitu usia lebih dari 65
tahun, obesitas, stress dan riwayat keluarga (Hasdianah, 2012).
c. Diabetes Mellitus tipe 3
Diabetes Mellitus Gestasional adalah Diabetes yang terjadi hanya selama
kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin 6 dan
protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. Gestasional Diabetes Mellitus
(GDM) bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah
melahirkan. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) dapat disembuhkan, namun
memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) bersifat sementara, bila tidak
ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin dan ibu
(Hasdianah, 2012).

3.  Etilogi Diabetes Melitus


Diabetes mellitus tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi
sel-sel insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Sehingga
keadaan ini dapat dikatakan sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya. Ketidakmampuan ini dilihat dari
berkurangnya produksi insulin pada glukosa, maupun pada rangsangan glukosa yang
diberikan bersama bahan perangsang sekresi lainnya. Berarti sel beta di pancreas
berespon terhadap glukosa (Smeltzer & Bare, 2008).
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleansi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa darah akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
keburukan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe
II.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur jika glukosa darahnya
tinggi. Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat badan,
karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. (Brunner & Suddarth, 2015)

5. Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus


Pasien yang menderita DM Tipe II sama sekali tidak memperlihatkan gejala
apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeiksaan darah dilaboratorium dan
melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemi yang lebih berat, pasien tersebut
biasanya mengalami peningkatan frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia),
rasa haus (polidipsi), cepat lelah, somnolen, kehilangan tenaga, merasa tidak fit, dan
mudah sakit berkepanjangan, biasanya ini terjadi pada usia di atas 30 tahun. Biasanya
mereka tidak mengalami ketoasidosis (Brunner & Suddart, 2015).
Diabetes Mellitus Dapat digolongkan menjadi gejala akut dan kronik :
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain sangat bervariasi,
mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly),
yaitu: Banyak makan (polifagia), Banyak minum (polidipsia), Banyak
kencing (polyuria)
2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala :
Banyak minum, Banyak kencing, Nafsu makan mulai berkurang/berat
badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
Mudah lelah. Bila tidak segera diobati akan timbul rasa mual bahkan
penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.
3) Gejala kronik Diabetes Mellitus
Gejala kronik yang sering yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus adalah sebagai berikut : kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capek, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan, gigi mudah goyah
dan mudah lepas, serta para ibu hamil sering mengalami keguguran
atau kematian janin dalam kandungan (Hasdianah, 2012).

6. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi pada diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Komplikasi Metabolik Akut
a. Infeksi
Pada penderita DM ditemukan lebih banyak kuman dan jamur
ditubuhnya.Pada keadaan normal, kuman-kuman yang masuk kedalam tubuh
akan dilawan dan dibunuh oleh pasukan pertahanan tubuh, yaitu sel darah
putih atau leukosit. Pada penderita diabetes, pada waktu kadar gula darah
tinggi lebih dari 200 mg/dl, kekutan sel darah putih untuk pergerakan,
penempelan, fagositos sel dan kemampuan membunuh kuman akan
berkurang. Oleh karena itu, kuman yang masuk menjadi lebih sukar untuk
dibunuh dan terus berkembang biak sehingga infeksi menjadi lebih sukar
untuk sembuh, apalagi infeksi di kaki (Ulfah Nurrahmi, 2015).
Pada diabetes mellitus tipe 2 yang belum terkendali (gula darahnya masih
tinggi), apabila terjadi infeksi berat seperti infeksi paru atau borok di kaki,
gula darah semakin meningkat secara mendadak. Dalam keadaan tersebut,
gejala klasik diabetes akan menjadi lebih berat.
b. Hiperglikemia
Dapat berupa, Ketoasidosis Diabetikum (KAD), Hiperosmolar Non
Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hiperglikemia adalah terjadinya
peningkatan kadar gula darah yaitu apabila kadar gula darah lebih dari 250 mg
% dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi pernapasan kussmaul, mual
muntah, penurunan kesadaran sampai koma. Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
menempati peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh hipoglikemia
(Hasdianah, 2012).
c. Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut Diabetes Mellitus (DM).
Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah. Hipoglikemia
murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah < 60 mg/dl. Reaksi
hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadadak, meskipun glukosa
darah masih > 100 mg/dl. Hipoglikemia yaitu apabila kadar gula darah lebih
rendah dari 60 mg% dan gejala yang muncul yaitu, palpitasi, tachikardi, mual
muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
Koma hipoglikemia adalah koma atau penurunan kesadaran karena glukosa
darah < 30 mg/dl (Hasdianah, 2012).
Hipoglikemia reaktif adalah gejala hipoglikemia yang terjadi 3-5 jam
sesudah makan.Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh
pemakaian Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea
dan insulin. Kelebihan dosis akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik
(Hasdianah, 2012).
2) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis atau komplikasi jangka panjang diabetes dapat
menyerang semua organ dalam tubuh. Umumnya terjadi pada semua
pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati
Diabetik dibagi menjadi dua yaitu makroangiopati (makrovaskular) dan
mikroangiopati (mikrovaskular). Komplikasi kronik DM yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :
a. Mikrovaskular terdiri dari ginjal dan mata
b. Makrovaskular terdiri dari penyakit jantung koroner, pembuluh darah
kaki, dan pembuluh darah otak.
c. Neuropati : mikro dan makrovaskular
(Hasdianah, 2012).

7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus


1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapi tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar gula darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Bagi pasien obesitas pada penderita DM tipe II. Penurunan berat badan
merupakan kunci dalam penanganan diabetes. Penurunan berat badan bagi individu
obesitas menjadi faktor utama untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes. Obesitas
akan disertai peningkatan resistensi terhadap insulin dan merupakan salah satu faktor
penyebab utama yang menyertai diabetes tipe II. Sebagian penderita diabetes tipe II
yang obesitas memerlukan insulin atau obat oral untuk mengendalikan kadar glukosa
darah.

2) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan
lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat
(resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena
dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan
kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol dan menurunkan
kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi
penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena penyakit
kardiovaskuler pada
diabetes.
Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/ dl (14 mmol/ L) dan menunjukkan adanya keton dalam urin tidak
boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menjadi negative dan
kadar glukosa darah telah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa darah
yang tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormone dan
katekolamin. Peningkatan hormone ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.

3) Pemantauan kadar glukosa darah


Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri Self-
Monitoring of Blood Glucose (SMBG), penderita diabetes kini dapat mengatur
terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini
memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemiadan
berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan
mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang (Brunner & Suddarth, 2015)
D. TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

1. TAHAP PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA (KK) :
2. UMUR KK :
3. JENIS KELAMIN :
4. AGAMA :
5. STATUS PERKAWINAN :
6. PENDIDIKAN TERAKHIR :
7. PEKERJAAN :
8. ALAMAT :
9. KOMPOSISI KELUARGA
Ditampilkan dalam bentuk tabel dan genogram beserta penjelasan genogram.

No Nama Jenis Umur Hub dg KK Pendidikan Pekerja Imunisasi


Kelamin Terakhir an

Genogram

Biasanya dalam pembuatan genogram di buat dalam bentuk tiga generasi


keturunan keluarga dengan simbol-simbol yang dipakai sebagai berikut :

: Laki-laki : Bercerai

: Perempuan : Meninggal
: Pasien

: Pasien

10. TIPE KELUARGA


Biasanya tipe keluarga pada saat ini yaitu pada tipe keluarga dengan tahap
dewasa akhir.

11. SUKU BANGSA


Biasanya mengkaji asal suku bangsa keluarga untuk mengidentifikasi
budaya suku terkait dengan kesehatan. Jika ada perbedaan budaya bagaimana
adaptasinya (berhasil atau tidak, kendala yang dirasakan sehubungan dengan
proses adaptasi) .

12. AGAMA
Biasanya agama serta kepercayaan yang dianut keluarga sama. Biasanya
berdominan dengan agama Islam dan menjalankan ibadah sesuai agama Islam
dengan baik.

13. STATUS SOSIAL EKONOMI


Biasanya status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu, status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga.

14. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA


Biasanya rekreasi keluarga pergi bersama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI
Biasanya tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak terakhir
dari keluarga inti.

2. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BELUM TERPENUHI


Biasanya mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI


Biasanya mengenai riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi).

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA SEBELUMNYA


Biasanya mengenai riwayat kesehatan pada keluarga sebelumnya yang
menyangkut pada kesehatan dari pihak suami dan istri.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. KARAKTERISTIK RUMAH
Biasanya bagaimana keluarga memodifikasi lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan ventilisasi yang baik dapat mengurangi
faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.

2. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS RW


Biasanya bagaimana karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.

3. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA


Biasanya mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.Tinggal didaerah sekarang sudah berapa lama dan
apakah sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat.

4. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI DENGAN


MASYARAKAT
Biasanya mengenai waktu yang digunakan untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang mana ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi
dengan keluarga lainnya.

5. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA


Biasanya yang termasuk sistem pendukung keluaraga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang sehat, fasilitas mencakup fasilitas fisik, psikologis dan social.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. POLA KOMUNIKASI KELUARGA
Biasanya cara berkomunikasi antar anggota keluarga pada tahap dewasa
akhir (terbuka dan tertutup)

2. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA


Biasanya Kekuatan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik

3. STRUKTUR PERAN (Peran Masing-Masing Anggota Keluarga )


Biasnya menggambarkan peran dari masing masing anggota keluarga baik
secara formal maupun non formal

4. NILAI DAN NORMA KELUARGA


Biasnya mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan

V. FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI AFEKTIF
Biasanya keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar
tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota
keluarga itu sendiri

2. FUNGSI SOSIALISASI
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluara tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.

3. FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN


Biasanya fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelu meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah. Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas keperawatan
keluarga yaitu

a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan


b. Pengambilan keputusan mengenai tindkan kesehatan yang tepat
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
4. FUNGSI REPRODUKSI
Biasanya mengenai berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengedalikan jumlah anggota keluarga

5. FUNGSI EKONOMI
Biasnya mengenai sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

VI. STRESS DAN KOPING


1. STRESSOR JANGKA PENDEK
Biasanya yaitu stressor yang dihadapi keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan

2. STRESSOR JANGKA PANJANG


Biasanya yaitu stressor yang dihadapi keluarga dalam waktu lebih dari 6
bulan.

3. KEMAMPUAN KELUARGA BERESPON TERHADAP STRESSOR


Biasanya bagaimana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor

4. STRATEGI KOPING KONSTRUKTIF YANG DIGUNAKAN


Biasanya mengenai bagaimana strategi koping apa yang digunakan bila
menghadapi permasalahan

5. STRATEGI KOPING/ ADAPTASI DISFUNGSIONAL


Biasanya mngenai adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.

VIII. HARAPAN KELUARGA


Biasanya keluarga berharap dapat menyelesaikan masalah yang ada pada
tahap dewasa akhir dengan baik.

2. TAHAP PERUMUSAN DIAGNOSA


Setelah kita mengetahui masalah kesehatan prioritas yang dihadapi keluarga
(klien), kita memilih masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan asuhan keperawatan
dan kemudian menetapkan diagnosa keperawatannya.Penetapan diagnosa keluarga
selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor potensial terjadinya penyakit, dan
kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatannya. Formula perumusan
diagnosa keperawatan adalah problem, etiologi, simtom (P, E, S) contoh:
a. Resiko penularan penyakit demam berdarah pada anak usia sekolah yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kebersihan lingkungan
b. Resiko malnutrisi pada anak yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam masalah kesehatan keluarga.
Skoring

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.


b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
skor
x bobot
angka tertinggi

Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot)
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran

1. Sifat Masalah: 1
a. Tidak/ kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtera/ 2
potensial 1

2. Kemungkinan untuk 2
Diubah:
2
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat diubah 0

3. Potensial Dicegah: 1
a. Tinggi 3
b. Rendah
c. Cukup 2
1

4. Menonjol Masalah: 1
a. Masalah berat, harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah, tapi 1
tidak perlu ditangani 0
c. Masalah tidak
dirasakan.
TOTAL

3. TAHAP PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Setelah dianogsa keperawatan diterapkan, langkah berikutnya adalah perumusan
rencana asuhan keperawatan.Rencana asuhan keperawatan merupakan kesimpulan
tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilakuakan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan diagnosa keperawatan yang telah diterapkan.

a. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun
dengan jelas dan benar
b. Rencana tersebut harus realistis, dan dapat dilaksanakan
c. Rencana harus sesuai dengan fasalfah dan tujuan serta kebijaksanaan penerintah
dan institusi layanan kesehatan tersebut.
d. Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga arena keluarga
sebagai objek dan subjek pelayanan. Keikutsertaan keluarga terutama dalam
menetukan kebutuhankesehatan dan masalah kesehatan, menentukan prioritas,
memilih tindakan yang tepat, mengimplementasikan, mengevluasi hasil tindakan
e. Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah
masalah atau meringankan masalah yang sedang dihadapi
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA (KK) : Tn.S
2. UMUR KK : 75 tahun
3. JENIS KELAMIN : Laki-laki
4. AGAMA : Islam
5. STATUS PERKAWINAN : Menikah
6. PENDIDIKAN TERAKHIR : SD
7. PEKERJAAN : Pensiunan
8. ALAMAT : Koto Gadang, Kecamatan
Kinali, Kabupaten Pasaman
Barat
9. KOMPOSISI KELUARGA
N Nama Jenis Umur Hub dg KK Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
o Kelamin Terakhir

1 Tn. S L 75 Suami SD Pensiunan -

2 Ny. W P 72 Istri SD IRT -

3 Tn. K L 32 Anak S1 Wiraswasta Lengkap

4 Ny. P P 31 Menantu S1 Guru Lengkap

5 An. D P 5 Cucu Belum - lengkap


sekolah

Genogram
Deskripsi Genogram :

Keluarga Tn. S tinggal dirumah miliknya sendiri bersama istrinya (Ny. S),
anaknya (Tn. K), menantunya (Ny. P) dan cucunya (An. D). Di rumah yang
ditinggali Tn. S, ada dua KK yaitu Tn. S dan Tn. K.

10. TIPE KELUARGA


Tipe keluarga Tn. S adalah keluarga besar (Extended Family) yang terdiri
dari Tn. S sebagai kepala keluarga serta kakek, Ny. W sebagai nenek, Tn. K
sebagai anak, Ny. P sebagai menantu dan An. D sebagai cucu yang tinggal satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan.

11. SUKU BANGSA


Asal suku bangsa yaitu Tn. S dan Ny. W sama-sama berasal dari suku
Jawa. Mereka bisa menerima kebiasaan mereka satu sama lain dan mempunyai
kebiasaan yang hampir sama jadi tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok
untuk memicu perselisihan.

12. AGAMA
Agama yang dianut keluarga Tn. S adalah agama Islam.

13. STATUS SOSIAL EKONOMI


Anggota keluarga yang mencari nafkah yaitu Tn. S dan Tn. K. Penghasilan
keluarga Tn. S perbulannya ± 2. 500 000. Harta benda yang dimiliki yaitu
perabotan, alat transportasi (2 buah motor, 1 buah rumah, dan lain-lain. )
14. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA
Keluarga Tn. S mengisi waktu luang dengan menonton televisi, namun
jarang untuk berekreasi keluar.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI
Keluarga Tn. S dan Ny. W memiliki 3 orang anak yang mana anak pertama
berumur 51 tahun, kedua berumur 46 tahun dan anak terakhir berusia 32 tahun.
Anak terakhir Tn. S & Ny. W sudah menikah & memiliki anak. Jadi keluarga
Tn. S dan Ny. W berada pada tahap perkembangan keluarga lansia.

2. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BELUM TERPENUHI


Saat ini keluarga Tn. S dan Ny. W sudah memenuhi semua tugas
perkembangan keluarga karena keluarga bisa menerima masa pensiun dari
pekerjaannya, mempersiapkan kematian seperti lebih giat beribadah serta
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. RIWAYAT KELUARGA INTI


Menurut Ny. W dalam keluarga ada yang ada menderita penyakit, yaitu
Ny. W menderita penyakit Diabetes Melitus sejak 2 tahun yang lalu dan Ny.W
rutin memeriksakan gula darahnya sekali sebulan. Sedangkan Tn. S saat ini
tidak memiliki keluhan spesifik mengenai kesehatannya, hanya terkadang
mengalami demam, flu, batuk atau sakit ringan lainnya.

4. RIWAYAT KELUARGA SEBELUMNYA


Menurut Ny. W penyakit DM yang dideritanya akibat keturunan dari
keluarga ayah Ny. W, ia juga menuturkan bahwa almarhum adik dan ayah Ny.
W meninggal karena DM

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. KARAKTERISTIK RUMAH
Tn. S dan keluarga tinggal disebuah rumah dengan luas rumah yaitu ± 20 x
20 meter yang bertipe rumah semi permanen dan berkepemilikan pribadi.
Jumlah kamar 3 buah. Pemanfaatan dapur, WC/toilet, dan kamar sudah sesuai
dengan kegunaannya. Septic tank berada di belakang rumah yang berjarak ± 10
meter dari rumah. Sumber air minum yang dikonsumsi keluarga adalah air
sumur dan kadang juga menggunakan air galon. Kamar mandi ada 2 buah dan
WC juga ada 2 buah dengan tempat terpisah dan kloset jongkok. Sampah
limbah RT Tn. S biasanya dibakar dipekarangan rumah. Kondisi lingkungan
rumah Tn. S keadaannya rapi, di bagian belakang terdapat kandang kambing
dan ayam milik Tn. K .

ST WC
KM KM K. AYAM
WC

K. KAMBING

KT KT RM DAPUR

TERAS
RT & RK
KT

TERAS GARASI

2. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS RW


Keluarga Tn. S aktif berinteraksi dengan masyarakat, biasanya keluarga
Tn. S aktif dalam kegiatan sosial masyarakat seperti kebiasaan masyarakat
membawa takjil untuk berbuka di masjid dekat tempat tinggal Tn. S.

3. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA


Menurut Tn. S tinggal di rumah yang saat ini mereka tempati sejak tahun
1976 hingga saat ini. Keluarga Tn. S merupakan warga transmigrasi dari pulau
jawa ke sumatera barat.
4. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI DENGAN
MASYARAKAT
Keluarga Tn. S terlibat aktif dalam kegiatan yang ada di masyarakat seperti
acara gotong royong, wirid dan kegiatan keagamaan di masyarakat. Saat ada
tetangga atau sepupu yang mengadakan acara, Tn. S dan Ny. W juga ikut
membantu.

5. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA


Saat ini di keluarga terdapat anggota keluarga yang sakit, yaitu Ny. W
yang menderita diabetes melitus. Hubungan satu anggota keluarga dengan yang
lainnya baik dan sudah terbiasa saling tolong menolong.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. POLA KOMUNIKASI KELUARGA
Menurut Ny. W dalam keluarganya berkomunikasi biasa menggunakan
bahasa jawa. Komunikasi keluarga berlangsung efektif dan dua arah.

2. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA


Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. S dan Ny. W selalu
memutuskan secara bersama-sama atau musyawarah. Biasanya perbedaan
pendapat yang ada selalu bisa diatasi jika bermusyawarah.

3. STRUKTUR PERAN
Tn. S adalah sebagai kepala keluarga berkewajiban memberi nafkah untuk
keluarga dan dibantu oleh Tn. K (anak Tn. S) yang tinggal serumah dengan Tn.
S. Ny. W dan Ny. P berperan sebagai istri dan menantu mengurus rumah dan
ikut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

4. NILAI DAN NORMA KELUARGA


Menurut Ny. W nilai dan norma yang dianut berdasarkan agama Islam dan
juga sopan santun baik dalam berbicara maupun bertingkah laku dan saling
menghargai sesama.
V. FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI AFEKTIF
Tn. S dan Ny. W selalu saling mendukung satu sama lain dalam menerima
masa pensiun dari pekerjaannya, mempersiapkan kematian seperti lebih giat
beribadah serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. FUNGSI SOSIALISASI
Hubungan antara anggota keluarga Tn. S sejauh ini baik.

3. FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah (pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab, persepsi keluarga terhadap masalah) yaitu menurut
Ny.W ia telah mengetahui tentang penyakit diabetes yang dideritanya.
Penyebabnya adalah akibat keturunan dari keluarga & Ny. W menyadari ia
harus rajin mengontrol pola makannya.
b. Pengambilan keputusan mengenai masalah kesehatan yang sedang dialami
yaitu Ny. W menuturkan bahwa ia telah melakukan kontrol terhadap
penyakit diabetes yang dideritanya sebulan sekali cek gula darah dan tetapi
Ny. W tidak pernah menkonsumsi obat untuk diabetes.
c. Kemampuan keluarga menciptakan lingkungan yang sehat yaitu Tn. S dan
Ny. W selalu rutin untuk membersihkan lingkungan rumahnya, seperti
membersihkan pekarangan dan termasuk kandang ayam dan kambing yang
berada disebelah rumah keluarga Tn. S.
d. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
keluarga Tn. S sangat bergantung pada fasilitas pelayanan kesehatan
khususnya Ny. W karena penyakit diabetes yang dideritanya, Ny. W
merasa sangat terbantu dengan fasilitas pelayanan kesehatan dan jaminan
BPJS yang dimilikinya.
4. FUNGSI REPRODUKSI
Saat ini jumlah anak keluarga Tn. S adalah tiga orang. Ketiga anak Tn. S &
Ny. W sudah berkeluarga dan memiliki anak. Saat ini cucu Tn. S & Ny. W ada
5 orang.
5. FUNGSI EKONOMI
Keluarga Tn. S sudah mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
papan keluarga.

VI. STRESS DAN KOPING


1. STRESSOR JANGKA PENDEK
Menurut Tn. S yang menjadi stressor adalah cemas dengan kondisi
lingkungan saat ini yang sedang di gemparkan dengan wabah COVID-19.

2. STRESSOR JANGKA PANJANG


Ny. W merasa cemas dengan penyakit diabetes, ditambah lagi usia yang
kian menua menambah resiko komplikasi penyakit semakin besar.

3. KEMAMPUAN KELUARGA BERESPON TERHADAP STRESSOR


Keluarga Tn. S sangat memahami akan kondisi lingkungan saat ini yang
sedang tidak kondusif karena adanya wabah COVID-19, keluarga Tn. S
menanggapinya dengan melakukan himbauan pemerintah untuk tetap dirumah
saja dan melakukan social distancing.

Selain itu, keluarga Tn. S menangani masalah kecemasan terhadap


penyakit diabetes yang dialami oleh Ny. W adalah dengan memberikan
dukungan untuk menjaga pola makan dan membantu dalam mengontrol gula
darah Ny. W.

4. STRATEGI KOPING KONSTRUKTIF YANG DIGUNAKAN


Keluarga Tn. S dan keluarga sudah membawa Ny. W ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan penyakitnya. Selain itu, salah satu anak dari
Ny. W juga berprofesi sebagai bidan, sehingga dapat lebih mudah untuk
mengontrol gula darah Ny. W, sehingga dapat lebih menjaga pola makan.

5. STRATEGI KOPING/ ADAPTASI DISFUNGSIONAL


Keluarga Tn. S tidak menggunakan adaptasi disfungsional dalam
menghadapi permasalahan.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan
No Tn. S Ny. W Tn. K Ny. P An. D
Fisik

1 Keadaan KU : Baik KU : Baik KU : Baik KU: Baik KU: Baik


umum
TB: 165 cm TB: 154 cm TB: 178 cm TB: 156 cm TB: 113 cm

BB : 79 kg BB : 60 kg BB : 80 kg BB: 52 kg BB: 19,5 kg

TD : 130/80 TD : 120/80 TD: 130/70 TD: 120/80 TD: -


mmHg mmHg mmHg mmHg
N: 102x/i
N : 80x/i N : 89x/i N: 93x/i N: 90x/i
S: 36,6°C
S : 37,1°C S : 37,3°C S: 37,0°C S: 36,8°C

2 Kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
tampak tampak tampak tampak tampak
bersih, bersih, bersih, bersih, bersih,
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
tidak ada, tidak ada, tidak ada, tidak ada, tidak ada,
lesi tidak lesi tidak lesi tidak lesi tidak lesi tidak
ada. ada. ada. ada. ada.
3 Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
tampak tampak tampak tampak tampak
pendek, panjang, pendek, panjang, panjang,
lurus, ikal, rambut lurus, lurus, lurus,
rambut warna putih rambut rambut rambut
warna putih warna hitam warna hitam warna hitam
4 Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis, tidak tidak tidak
anemis, sclera tidak anemis, anemis, anemis,
sclera tidak ikterik, sclera tidak sclera tidak sclera tidak
ikterik, penglihatan ikterik, ikterik, ikterik,
penglihatan kabur, penglihatan penglihatan penglihatan
kabur, palpebra baik, baik, baik,
palpebra tidak palpebra palpebra palpebra
tidak oedema tidak tidak tidak
oedema oedema oedema oedema
5 Hidung Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki-
ka, polip (-), ka, polip (-), ka, polip (-), ka, polip (-), ka, polip (-),
tidak ada ada lendir, tidak ada tidak ada tidak ada
lendir, penciuman lendir, lendir, lendir,
penciuman baik penciuman penciuman penciuman
baik baik baik baik
6 Telinga Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki-
ka, telinga ka, telinga ka, telinga ka, telinga ka, telinga
tampak tampak tampak tampak tampak
bersih, bersih, bersih, bersih, bersih,
fungsi fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengara pendengara pendengara pendengara pendengara
n baik n baik n baik n baik n baik
7 Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
bibir kering, bibir kering, bibir bibir bibir
lidah bersih, lidah bersih, lembab, lembab, lembab,
nafas tidak nafas tidak lidah bersih, lidah bersih, lidah bersih,
berbau, berbau, nafas tidak nafas tidak nafas tidak
tidak ada tidak ada berbau, berbau, berbau, ada
caries gigi, caries gigi, tidak ada tidak ada caries gigi,
plak (+), plak (+), caries gigi caries gigi ada nada
ada ada beberapa
beberapa beberapa gigi yang
gigi yang gigi yang berlubang.
sudah sudah
ompong ompong
8 Leher Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
pembengka pembengka pembengka pembengka pembengka
kan tiroid kan tiroid kan tiroid kan tiroid kan tiroid
9 Dada I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris
ki-ka ki-ka ki-ka ki-ka ki-ka

P : fremitus P : fremitus P : fremitus P : fremitus P : fremitus


ki-ka ki-ka ki-ka ki-ka ki-ka

P : sonor P : sonor P : sonor P : sonor P : sonor

A : A : A : A : A :
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler

10 Abdomen I : Tidak I : Tidak I : Tidak I : Tidak I : Tidak


tampak, tampak, tampak, tampak, tampak,
lesi, lesi, lesi, lesi, lesi,
hiperpigme hiperpigme hiperpigme hiperpigme hiperpigme
ntasi ntasi ntasi ntasi ntasi

P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada
pembengka pembengka pembengka pembengka pembengka
kan kan kan kan kan
abnornal abnornal abnornal abnornal abnornal

P : BU P : BU P : BU P : BU P : BU
10x/i 12x/i 14x/i 11x/i 13x/i

A : nyeri A : nyeri A : nyeri A : nyeri A : nyeri


tekan (-) tekan (-) tekan (-) tekan (-) tekan (-)

11 Ekstrimitas Tidak ada Tampak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Atas kelainan lesi bekas kelainan kelainan kelainan
pergerakan luka yang pergerakan pergerakan pergerakan
pada sedikit pada pada pada
ekstrimitas menghitam, ekstrimitas ekstrimitas ekstrimitas
bagian atas, Tidak ada bagian atas, bagian atas, bagian atas,
oedema (-) kelainan oedema (-) oedema (-) oedema (-)
pergerakan
pada
ekstrimitas
bagian atas,
oedema (-)
12 Ekstrimitas Edema : Edema : Edema : Edema : Edema :
Bawah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Varises : Varises : Varises : Varises : Varises :


Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

13 Genitalia Tidak ada Tdk ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
BAK lancar BAK sering BAK lancar BAK lancar BAK lancar
pada malam
hari

VIII. HARAPAN KELUARGA


Menurut Ny. W ia berharap keluarganya dapat mempertahankan rasa saling
peduli antar anggota keluarga. Untuk penyakit yang di derita Ny. W ia berharap dapat
terus mengontrol diabetes yang dialaminya dan mempertahankan kebiasaannya dalam
diit setiap harinya.

ANALISA DATA

No Analisis Data Diagnosa Keperawatan


.
1. DS: Ketidakefektifan manajemen
 Ny. W mengatakan menderita penyakit gula kesehatan keluarga
(diabetes) sejak 2 tahun yang lalu
No Analisis Data Diagnosa Keperawatan
.
 Ny. W mengatakan akhir-akhir ini (6bulan) masih
memakan makanan yang mengandung gula
tambahan seperti roti, teh, dll, wlaupun dengan
kadar gula sedikit.
 Ny. W mengatakan tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan secara teratur kepelayanan kesehatan,
hanya mengontrol gula darah dengan cek gula darah
sekali sebulan
 Ibu W mengatakan tidak pernah mengikuti olah raga
lansia
 Ibu W mengatakan tidak pernah minum obat diabet

DO:
 Kadar gula darah Ny. W pada saat pengkajian
adalah 179 gr/dl (puasa).
 Tekanan darah ibu W 130/80 mmHg
 Ibu W terlihat tampak lelah
 Tampak ada bekas luka yang menghitam di lengan
Ny. W

2. DS: Ketidakefektifan pemeliharaan


 Ny. W mengatakan masih ada makanan yang manis- kesehatan
manis
 Ny. W mengatakan tidak pernah minum obat
diabetes
 Ny. W mengatakan kadang meminum susu diabet
yang menurut Ny. W dapat sedikit mempengaruhi
gula darahnya.
DO:
 Ibu W tampak tidak pernah minum obat diabetes
 Ibu W tampak masih mengkonsumsi makanan dan
minuman yang dapat menyebabkan kadar gula
darahnya naik seperti roti, the.
 Hasil pemeriksaan fisik : TD = 130/80 mmHg
 GDP : 179 mg/dl
SKORING

1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan


Kriteria Bobot Total Pembenaran
Sifat masalah: 1 3/3x1= 1 Ny. W mengalami masalah penyakit
Sejahtera (3) diabetes sejak 2 tahun yang lalu, namun
Defisit kesehatan (3) Ny. W masih suka makan makanan yang
Ancaman kesehatan mengandung gula seperti teh dan roti.
(2)
Faktor risiko (1)
Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Ny. W mengetahui tentang
Mudah (2) penatalakasanaan tekanan darah tinggi,
Sebagian (1) tetapi untuk Ibu W masih belum
Tidak dapat (0) mematuhi diet rendah gula untuk
mengatasi diabetnya dan jarang
kepelayanan kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin atau untuk
pemeriksaan kesehatan. Hanya dengan
cek gula darah setiap bulan.
Kemungkinan 1 2/3x1= 2/3 Ibu W mengetahui masalah diabetesnya
dicegah: sejak 2 tahun yang lalu, tetapi tidak
Tinggi (3) pernah meminum obat untuk menurunkan
Cukup (2) gula darah.
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1/1x1= 1 Anak-anak Ny. W mengetahui masalah
Membutuhkan diabet yang dialami Ny. W, namun kadar
perhatian segera (2) gula darah ibu W belum cukup dianggap
Tidak membutuhkan mengganggu kondisi ibu W saat ini
perhatian segera (1) karena ibu W masih mampu melakukan
Tidak dirasakan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan .
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Total 5 3 2/3

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan


Kriteria Bobot Total Pembenaran
Sifat masalah: 1 1/3x1= 1/3 Ny. W mengatakan jarang ke pelayanan
Sejahtera (3) kesehatan seperti puskesmas. Ny. W
Defisit kesehatan (3) mendatangi pelayanan kesehatan jika
Ancaman kesehatan badannya dirasa sudah sakit
(2)
Faktor risiko (1)
Kemungkinan diubah: 2 1/2x2=1 Pada saat ini tahap perkembangan keluarga
Mudah (2) dalam tahap perkembangan lansia. Tetapi
Sebagian (1) Ny. W tinggal serumah dengan anak,
Tidak dapat (0) menantu & cucunya.
Kemungkinan 1 2/3x1= 2/3 Ny. W mengatakan khawatir dengan
dicegah: kondisinya yang terjadi saat ini. Apalagi
Tinggi (3) adik & orang tua Ny. W meninggal karena
Cukup (2) diabetes juga.
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 2/2x1=1 Jika tidak segera ditangani & dilakukan
Membutuhkan perawatan, penyakit diabetes yang dialami
perhatian segera (2) Ny. W akan mengakibatkan dampak yang
Tidak membutuhkan buruk.
perhatian segera (1)
Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Total 5 3 2/6

Prioritas Masalah Keperawatan


No Keluhan Skor
1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan 3 2/3
Ny. W mengalami masalah diabetes sejak 2 tahun yang lalu, namun Ny. W
masih suka makan makanan yang meningkatkan gula darahnya seperti the
dan roti sehingga meningkatkan resiko diabetesnya.
2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 3 3/6
Ny. W menunjukkan perilaku kurang sehat dalam menjalani pengobatan
penyakitnya seperti ibu W tidak pernah meminum obat diabetes, Ny. W
masih sering melanggar atau tidak patuh terhadap diet diabetesnya.
NURSING CARE PLANING (NCP)

No Data Diagnosa NOC NIC

1 DS: Domain 1: Promosi Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal


 Ny. W mengatakan menderita Kesehatan masalah diabetes masalah
penyakit gula (diabetes) sejak 2 Domain IV: Pengetahuan Pendidikan kesehatan tentang
Kelas 2: Manajemen kesehatan dan perilaku hipertensi (5610)
tahun yang lalu
kesehatan Kelas S: Pengetahuan kesehatan
 Ny. W mengatakan akhir-akhir ini Kelas S (pengetahuan kesehatan) 1. Bina HAM dengan keluarga
(6bulan) masih memakan Ketidakefektifan Pengetahuan: Manajemen
2. Kaji pengetahuan keluarga
makanan yang mengandung gula manajemen penyakit kronis (diabetes) 1874
tambahan seperti roti, teh, dll, kesehatan pada tentang diabetes
wlaupun dengan kadar gula keluarga Keluarga mampu menyebutkan
3. Beri reinforcement (+) atas
pengertian diabetes dengan
sedikit.
bahasanya sendiri dan bantuan jawaban keluarga
 Ny. W mengatakan tidak leaflet.
melakukan pemeriksaan 4. Jelaskan dan diskusikan
Diabetes Melitus adalah Suatu
kesehatan secara teratur peningkatan kadar gula dalam pengertian diabetes
kepelayanan kesehatan, hanya darah yang tidak normal
5. Beri kesempatan keluarga
mengontrol gula darah dengan cek
gula darah sekali sebulan untuk bertanya
 Ibu W mengatakan tidak pernah 6. Menjawab pertanyaan keluarga
mengikuti olah raga lansia 7. Motivasi keluarga untuk
 Ibu W mengatakan tidak pernah
mengulang
minum obat diabet
8. Beri reinforcement (+) atas
DO: jawaban keluarga
 Kadar gula darah Ny. W pada saat
pengkajian adalah 179 gr/dl
(puasa).  Kaji pengetahuan keluarga
Keluarga mampu menyebutkan 3
 Tekanan darah ibu W 130/80 tentang penyebab diabetes
mmHg dari 6 penyebab diabetes dengan  Beri reinforcement (+) atas
 Ibu W terlihat tampak lelah bahasa sendiri : jawaban keluarga
 Tampak ada bekas luka yang
 Jelaskan dan diskusikan
menghitam di lengan Ny. W 1. Keturunan
penyebab diabetes
2. Kurang gerak
3. Fungsi sel pankreas  Motivasi keluarga untuk
berkurang mengulang
4. Perubahan karena usia
 Beri reinforcement (+) atas
lanjut
5. BB berlebihan jawaban keluarga
6. Faktor makanan (makanan
manis, makanan siap saji,
makanan berlemak)
 Kaji pengetahuan keluarga
Keluarga mampu menyebutkan
tentang tanda gejala diabetes
4 dari 7 tanda dan gejala diabetes
 Beri reinforcement (+) atas
dengan bahasa sendiri :
jawaban keluarga
1. Sering Haus  Jelaskan dan diskusikan tanda
2. Rasa lapar yang terus dan gejala diabetes
menerus
 Beri kesempatan keluarga
3. Sering BAK (terutama
malam hari) untuk bertanya
4. Cepat lelah  Menjawab pertanyaan keluarga
5. BB berkurang drastis
6. Kesemutan  Motivasi keluarga untuk
7. Pengelihatan kabur mengulang
 Beri reinforcement (+) atas
jawaban keluarga

 Kaji pengetahun keluarga


tentang akibat lanjut diabetes
Keluarga mampu menyebutkan 3
 Beri reinforcement (+) atas
dari 7 akibat lanjut diabetes :
jawaban keluarga
1. Luka yang sukar sembuh
 Jelaskan dan diskusikan akibat
2. Kematian jaringan perufer
(ujung jari) lanjut diabetes
3. Ulkus diabetikum (kematian  Beri kesempatan keluarga
jaringan yang luas) pada
untuk bertanya
kaki
4. Penyempitan pembuluh  Menjawab pertanyaan keluarga
darah arteri  Motivasi keluarga untuk
5. Penyakit pembuluh darah ke
mengulang
otak
6. Penyakit jantung  Beri reinforcement (+) atas
7. Penyakit ginjal jawaban keluarga

Keluarga mampu mengambil Keluarga mampu mengambil


keputusan keputusan
Domain IV: Pengetahuan kesehatan 5250: dukungan membuat
dan perilaku keputusan
Kelas Q: Perilaku kesehatan.  Beri kesempatan keluarga
untuk mengambil keputusan
Keluarga memutuskan untuk
merawat anggota keluarga  Bimbing keluarga untuk
dengan masalah gastritis mengambil keputusan
 Beri reinforcement (+) atas
keputusan keluarga

Keluarga mampu melakukan Keluarga mampu melakukan


perawatan perawatan
Koping keluarga (2600) Terapi keluarga (7150)
 Kaji pengetahuan keluarga
Keluarga dapat menyebutkan
tentang cara merawat diabetes
cara merawat diabetes
 Beri reinforcement (+) atas
Cara merawat diabetes: jawaban keluarga
1. Perencanaan makanan yang
 Jelaskan dan diskusikan cara
tepat untuk penderita
diabetes merawat diabetes
2. Olahraga yang teratur  Berikan kesempatan keluarga
3. Sering mengikuti
untuk bertanya
penyuluhan tentang diabetes
mellitus  Menjawab pertanyaan
4. Melakukan upaya keluarga
pencegahan seperti
 Motivasi keluarga untuk
perawatan kaki dan kuku
5. Senam kaki diabetes mengulang
 Beri reinforcement (+) atas
jawaban keluarga

keluarga mampu menyebutkan  Kaji pengetahuan keluarga


dan mendemonstrasikan senam
tentang senam kaki diabetes
kaki diabetes  Berikan reinforcement positif

1. Dengan tumit yang diletakkan  Jelaskan & demonstrasikan


di lantai, gerakan jari-jari kaki langkah-langkah senam kaki
ke atas dan kebawah, ulangi
diabetes
sebanyak 2 set x 10 repetisi.
2. Angkat telapak kaki kiri ke  Beri kesempatan keluarga
atas dengan bertumpu dengan bertanya
tumit, lakukan gerakan
 Jawab pertanyaan keluarga
memutar keluar dengan
pergerakan pada telapak kaki  Minta keluarga
sebanyak 2 set x 10 repetisi, mendemontrasikan kembali
lakukan gerakan bergantian
senam kaki diabetes
pada kaki yang satunya.
3. Angkat kaki sejajar, gerakan  Berikan reinformcement
kaki ke depan dan kebelakang positif atas keberhasilan
sebanyak 2 set x 10 repitisi. keluarga
4. Angkat kaki sejajar gerakan
telapak kaki ke depan dan ke
belakang sebanyak 2 set x 10
repetisi.
5. Selanjutnya luruskan salah
satu kaki dan angkat. Lalu
putar kaki pada pergelangan
kaki, lakukan gerakan seperti
menulis di udara dengan kaki
dari angka 0 hingga 10
dilakukan secara bergantian.
6. Letakkan selembar koran
dilantai. Kemudian bentuk
kertas koran tersebut menjadi
seperti bola dengan kedua
belah kaki
7. Lalu buka kembali bola
tersebut menjadi lembaran
seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Gerakan ini
dilakukan hanya sekali saja
8. Kemudian robek koran
menjadi 2 bagian, lalu
pisahkan kedua bagian koran
tersebut. Sebagian koran di
sobek - sobek menjadi kecil -
kecil dengan kedua kaki.
9. Kemudian pindahkan
kumpulan sobekan - sobekan
tersebut dengan kedua kaki
lalu letakkan sobekkan kertas
pada bagian kertas yang utuh
tadi. Lalu bungkus semua
sobekan - sobekan tadi dengan
kedua kaki kanan dan kiri
menjadi bentuk bola.

Keluarga mampu memodifikasi Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan lingkungan
Domain IV : pengetahuan Dukungan keluarga (7140)
kesehatan dan perilaku
 Kaji pengetahuan keluarga
Keluarga mampu menyebutkan 2
tentang lingkungan yang baik
dari 2 cara memodifikasi
untuk penderita diabetes
lingkungan yang baik bagi
 Beri reinforcement (+) atas
penderita gastritis :
jawaban keluarga
1. Menciptakan lingkungan yang
 Jelaskan dan diskusikan
bersih, rapi dan nyaman
lingkungan yang baik untuk
2. Menjaga lingkungan dari benda-
penderita diabetes
benda tajam atau benda yang
 Minta keluarga untuk
beresiko menyebabkan luka.
mengulang
 Beri reinforcement (+) atas
jawaban keluarga

Keluarga mampu memanfaatkan Keluarga mampu


fasilitas kesehatan memanfaatkan fasilitas
Kelas Q: Perilaku sehat kesehatan
Kepuasan pasien: Akses pada
sumber perawatan (3000)
1. Kaji pengetahuan keluarga
Keluarga mampu menyebutkan tentang pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan : 2. Beri reinforcement (+)
1. Puskesmas 3. Menjelaskan manfaat serta
2. Rumah sakit macam-macam pelayanan
3. Dokter / Praktek klinik kesehatan yang dapat
4. Bidan dikunjungi
4. Beri kesempatan keluarga
Keluarga mampu menyebutkan untuk bertanya
manfaat pelayanan kesehatan : 5. Jawab pertanyaan keluarga
1. Tempat berobat 6. Minta keluarga mengulangi
2. Tempat pemeriksaan kesehatan kembali
3. Tempat konsultasi kesehatan 7. Beri reinforcement (+)
8. Dukungan keluarga untuk
memutuskan tindakan
memanfaat pelayanan
kesehatan
9. Beri reinforcement (+)

IMPLEMENTASI
Diagnosa Tanda
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan tangan
1 Ketidakefektifan Jumat, 9 Mei  Membina HAM dengan keluarga S:
manajemen 2020
kesehatan Jam 17.00  Melakukan pengkajian terhadap Ny.
 Keluarga mengatakan bersedia untuk
WIB W & keluarga
dilakukan pengkajian.
 Mengobservasi lingkungan tempat
 Keluarga mengatakan bahwa Ny. W
tinggal Ny. W & keluarga
mengalami DM

O:

 Ny. W & keluarga tampak antusias


saat dilakukan pengkajian
 Ny. W tampak menjawab seluruh
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

A:

 Keluarga berpartisipasi dalam


pelaksanaan pengkajian

P:

 Pengkajian selesai, dilanjutkan TUK 1


mengenal masalah diabetes.

2 Ketidakefektifan Senin, 11 TUK 1 :


manajemen Mei 2020
kesehatan Jam 13.00 S:
WIB  Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang pengertian diabetes  Keluarga mengatakan diabetes adalah
gula darah tinggi
 Memberikan reinforcement (+) atas
jawaban keluarga  Keluarga mengatakan penyebab
diabetes adalah keturunan, pola
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
makan, BB berlebihan, kurang gerak.
pengertian diabetes
Diabetes Melitus adalah Suatu  Keluarga mengatakan tanda dan gejala

peningkatan kadar gula dalam darah diabetes adalah sering BAK terutama

yang tidak normal malam hari, sering lapar & haus,


kesemutan.
 Memberi kesempatan keluarga
bertanya  Keluarga mengatakan akibat lanjut dai
diabetes adalah luka yang sulit
 Menjawab pertanyaan keluarga
sembuh, penyakit jantung & penyakit
 Meminta keluarga mengulang kembali
ginjal.
apa yang telah dijelaskan
O:
 Memberikan reinforcement positif
 Keluarga tampak lancar menyebutkan
 Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang pengertian, penyebab dan
tentang penyebab diabetes
tanda gejala & akibat lanjut diabetes.
 Memberikan reinforcement positif
 Keluarga tampak serius dan antusias
atas jawaban keluarga
 Interaksi tampak baik
 Mejelaskan kepada keluarga tentang
penyebab diabetes
Penyebab diabetes adalah A:
7. Keturunan  Keluarga mampu mengenal masalah
8. Kurang gerak kesehatan yang dialami keluarga
9. Fungsi sel pankreas berkurang P:
10. Perubahan karena usia lanjut
11. BB berlebihan  Intervensi dilanjutkan pada TUK 2
12. Faktor makanan (makanan manis, yaitu mengambil keputusan yang tepat
makanan siap saji, makanan untuk merawat anggota keluarga yang
berlemak)
sakit
 Memberi kesempatan keluarga
bertanya
 Menjawab pertanyaan
 Meminta keluarga mengulang kembali
apa yang telah dijelaskan
 Memberikan reinforcement positif
atas jawaban keluarga
 Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang tanda dan gejala diabetes
 Memberikan reinforcement positif
atas jawaban keluarga
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
tanda dan gejala diabetes
Tanda dan gejalanya adalah :
8. Sering Haus
9. Rasa lapar yang terus menerus
10. Sering BAK (terutama malam
hari)
11. Cepat lelah
12. BB berkurang drastis
13. Kesemutan
14. Pengelihatan kabur
 Memberi kesempatan keluarga
bertanya
 Menjawab pertanyaan keluarga
 Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang akibat lanjut diabetes
 Memberikan reinforcement positif
atas jawaban keluarga
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
akibat lanjut diabetes
Akibat lanjutnya adalah :
8. Luka yang sukar sembuh
9. Kematian jaringan perufer (ujung
jari)
10. Ulkus diabetikum (kematian
jaringan yang luas) pada kaki
11. Penyempitan pembuluh darah
arteri
12. Penyakit pembuluh darah ke otak
13. Penyakit jantung
14. Penyakit ginjal
 Memberi kesempatan keluarga
bertanya
 Menjawab pertanyaan keluarga
Rabu, 13 Mei TUK 2:
2020
S:
Jam 15.00  Mengkaji pengetahuan keluarga
WIB  Keluarga mengatakan sudah bisa
tentang bagaimana cara mengambil
mengambil keputusan untuk merawat
keputusan untu merawat anggota
Ny. W
keluarga yang sakit
 Menjelaskan bagaimana cara
O:
mengambil keputusan untu merawat
 Interaksi tampak baik, keluarga tidak
anggota keluarga yang sakit
ada yang meninggalkan ruangan
 Memberi kesempatan keluarga untuk
 Ny. W & keluarga tampak memahami
mengambil keputusan
yang disampaikan oleh mahasiwa
 Membimbing keluarga untuk
mengambil keputusan dengan
A:
memberikan arahan dan
 Keluarga mampu memutuskan untuk
pertimbangan-pertimbangan kepada
merawat anggota keluarga yang sakit
keluarga untuk mengambil keputusan
P:
 Memberi reinforcement positif atau
 Intervensi dilanjutkan pada TUK 3
keputusan keluarga
yaitu cara merawat anggota keluarga
dengan diabetes mellitus.

Rabu, 20 TUK 3 :
Mei 2020
Jam 14.00  Mengkaji pengetahuan keluarga S:
 Keluarga mengatakan bersedia untuk
tentang cara merawat anggota merawat Ny. W
keluarga denagan diabetes  Keluarga mampu memilih tindakan
 Memberikan reinforcement positif perawatan diabetes di rumah yaitu
menjaga diet sehat untuk penderita
atas jawaban keluarga
diabetes, mengikuti jadwal olahraga
 Menjelaskan kepada keluarga tentang secara teratur minimal jalan pagi,
cara perawatan diabetes mengkonsumsi obat herbal dan senam
DM.
Cara perawatan gastritis adalah :
 Perencanaan makanan yang O:
tepat  Keluarga tampak mempertimbangkan
setiap keputusan
 Olahraga teratur
 Keluarga tampak antusias dalam
 Sering mengikuti penyuluhan mengambil keputusan setiap kegiatan
tentang diabetes yang akan dilakukan
 Melakukan upaya pencegahan
A:
seperti perawatan kuku
 Keluarga mampu memutuskan tindakan
 Mengkonsumsi obat herbal yang tepat dalam merawat anggota
 Melakukan latihan senam DM keluarga dengan hipertensi tercapai.

 Meminta keluarga menyebutkan P:


kembali apa yang telah dijelaskan.
 Lanjutkan TUK 3 kemampuan keluarga
dalam merawat lansia
Kamis, 21 TUK 3:
Mei 2020 1. Mengkaji pengetahuan keluarga
S:
Jam 14.00
tentang cara perawatan diabetes
WIB  Keluarga mengatakan latihan yang
melakukan senam DM
bisa dilakukan untuk mengatasi akibat
2. Memberikan reinforcement (+)
lanjut dari diabetes adalahdengan
3. Menjelaskan kepada keluarga
melakukan senam DM.
tentang cara perawatan diabetes
 Keluarga mengatakan ingin
dengan melakukan senam DM.
mendukung Ny. W melakukan senam
Langkah-langkah senam DM:
DM untuk mengatasi masalah Ny. W
4. Dengan tumit yang diletakkan di
O:
lantai, gerakan jari-jari kaki ke
 Keluarga mampu menyebutkan
atas dan kebawah, ulangi
kembali langkah-langkah senam DM.
sebanyak 2 set x 10 repetisi
 Keluarga tanpak mendemontrasikan
5. Angkat telapak kaki kiri ke atas
langkah-langkah senam DM
dengan bertumpu dengan tumit,
A:
lakukan gerakan memutar keluar
Keluarga mampu merawat anggota
dengan pergerakan pada telapak
keluarga dengan mendukung Ny. W
kaki sebanyak 2 set x 10 repetisi,
untuk melakukan senam DM
lakukan gerakan bergantian pada
P:
kaki yang satunya
 Intervensi dilanjutkan pada TUK 4
6. Angkat kaki sejajar, gerakan kaki yaitu cara memodifikasi lingkungan
ke depan dan kebelakang yang baik bagi penderita diabetes
sebanyak 2 set x 10 repitisi
7. Angkat kaki sejajar gerakan
telapak kaki ke depan dan ke
belakang sebanyak 2 set x 10
repetisi.
8. Selanjutnya luruskan salah satu
kaki dan angkat. Lalu putar kaki
pada pergelangan kaki, lakukan
gerakan seperti menulis di udara
dengan kaki dari angka 0 hingga
10 dilakukan secara bergantian
9. Letakkan selembar koran dilantai.
Kemudian bentuk kertas koran
tersebut menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki.
10. Lalu buka kembali bola tersebut
menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki.
Gerakan ini dilakukan hanya
sekali saja.
11. Kemudian robek koran menjadi 2
bagian, lalu pisahkan kedua
bagian koran tersebut. Sebagian
koran di sobek - sobek menjadi
kecil - kecil dengan kedua kaki
12. Kemudian pindahkan kumpulan
sobekan - sobekan tersebut
dengan kedua kaki lalu letakkan
sobekkan kertas pada bagian
kertas yang utuh tadi. Lalu
bungkus semua sobekan -
sobekan tadi dengan kedua kaki
kanan dan kiri menjadi bentuk
bola.

 Mendemontrasikan langkah-
langkah senam DM
 Meminta keluarga
mendemonstrasikan kembali apa
yang telah dijelaskan tentang
senam DM
 Memberikan reinforcement (+)
 Memotivasi kelaurga untuk
membantu Ny. W malakukan
senam DM setiap hari.
Jumat, 22 TUK 4
Mei 2020
S:
Jam 16.00  Mengkaji pengetahuan keluarga
WIB Keluarga mengatakan lingkungan
tentang cara memodifikasi yang baik untuk penderita penderita
lingkungan yang baik bagi penderita diabetes adalah lingkungan yang tidak
diabetes ada benda berbahaya yang
 Memberikan reinforcement (+) menyebabkan kecelakaan dan luka.
 Menjelaskan pada keluarga cara O:
memodifikasi lingkungan yang baik  Keluarga terlihat senang saat diberi
bagi penderita diabetes, yaitu : informasi tentang lingkungan yang
 Menciptakan lingkungan baik untuk penderita diabetes
bersih, rapi dan nyaman  Keluarga tampak antusias dengan
 Menjaga lingkungan dari interaksi
benda-benda tajam atau benda A:
yang beresiko menyebabkan Keluarga mampu memodifikasi
luka.Memberi kesempatan lingkungan
keluarga untuk bertanya P:
 Menjawab pertanyaan keluarga Intervensi dilanjutkan pada TUK 5
 Meminta keluarga mengulangi yaitu memanfaatkan pelayanan
kembali apa yang telah di jelaskan kesehatan yang dapat dikunjungi

 Memberikan reinforcement (+) atas


jawaban keluarga
Sabtu, 23 TUK 5
Mei 2020
Jam 17.00  Kaji pengetahuan keluarga tentang S:
WIB
pelayanan kesehatan
 Beri reinforcement (+)  Keluarga mengatakan manfaat
 Menjelaskan macam-macam pelayana kesehatan yang ada yaitu
pelayanan kesehatan dan manfaatnya untuk berobat dan pemeriksaan
yaitu  Keluarga mengatakan akan
 Puskesmas memanfaatkan pelayanan kesehatan
 Rumah sakit serta tempat pelayanan serta waktu
 Dokter / Praktek klinik kunjungan
 Bidan O:
Manfaat pelayanan kesehatan Keluarga mampu menyebutkan
mamfaat pelayanan kesehatan serta
 Tempat berobat
tempat pelayanan serta waktu
 Tempat pemeriksaan
kunjungannya
kesehatan
A:
 Tempat konsultasi kesehatan
Keluarga mampu menggunakan
 Beri kesempatan keluarga untuk
pelayanan kesehatan
bertanya
P:
 Menjawab pertanyaan keluarga
Intervensi dilanjutkan dengan
 Mendorong atau memotivasi keluarga
kunjungan tidak terduga
untuk mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan
 Mendukung keluarga untuk
memutuskan tindakan untuk
menggunakan pelayanan kesehatan
agar dapat mengurangi atau mengatasi
gastritis
 Mengevaluasi adanya peningkatan
kesembuhan dari gastritis setelah
menggunakan fasilitas kesehatan
 Memberi reinforcement positif (+)
DOKUMENTASI
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga
(Duvall dan Logan,1986)

LansiaMenurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang


telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.

Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran
sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko
terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia
adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi,
gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya


pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup
sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah wajib
menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk
dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya peningkatan
kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya promotif dan preventif
merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan
pada lansia.
B. SARAN
Diharapkan asuhan keperawatan keluarga ini memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa kesehatan, khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien tahap perkembangan keluarga
anak usia sekolah dengan kesulitan belajar pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Anda mungkin juga menyukai