Askep Keluarga DM (Alhafizhah Syafti-1913905)
Askep Keluarga DM (Alhafizhah Syafti-1913905)
S DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN LANSIA DI RT 04/ RW 04 KELURAHAN
OLEH :
ALHAFIZHAH SYAFTI
1913905
KELOMPOK F
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan keluarga. Apabila setiap anggota keluarga sehat akan tercipta keluarga yang sehat
pula. Masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga dapat mempengaruhi
peran keluarga. Membangun Indonesia sehat seharusnya dimulai dengan membangun
keluarga yang sehat sesuai dengan budaya keluarga (Sudiharto, 2007: 22)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dalam penulisan ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga tahap perkembangan pada dewasa akhir
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
c. Menyusun intervensi keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
d. Melakukan implementasi yang telah disusun kepada Keluarga Tn. S dengan Tahap
Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Keluarga Tn. S
dengan Tahap Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto
Gadang.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. S dengan
Tahap Perkembangan Lansia Akhir di RT 04/ RW 04 Kelurahan Koto Gadang.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Batasan Lansia
WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun.
b. Usia tua (old) :75-90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
3. Proses menua
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan
sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia
terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
4. Perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M,
2011, 2011).
a. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia:
Jaaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi..
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut
akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur
otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4. Sistem kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia
adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan
ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA
Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5. Sistem respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6. Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi oleh ginjal.
8. Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (Daya ingat, Ingatan)
2. IQ (Intellegent Quotient)
3. Kemampuan Belajar (Learning)
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi
c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin
matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1. Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama pendengaran.
2. Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman
dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan
fisik dan kesehatan.
3. Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan
dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4. Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5. Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6. Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali
6. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi pada diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Komplikasi Metabolik Akut
a. Infeksi
Pada penderita DM ditemukan lebih banyak kuman dan jamur
ditubuhnya.Pada keadaan normal, kuman-kuman yang masuk kedalam tubuh
akan dilawan dan dibunuh oleh pasukan pertahanan tubuh, yaitu sel darah
putih atau leukosit. Pada penderita diabetes, pada waktu kadar gula darah
tinggi lebih dari 200 mg/dl, kekutan sel darah putih untuk pergerakan,
penempelan, fagositos sel dan kemampuan membunuh kuman akan
berkurang. Oleh karena itu, kuman yang masuk menjadi lebih sukar untuk
dibunuh dan terus berkembang biak sehingga infeksi menjadi lebih sukar
untuk sembuh, apalagi infeksi di kaki (Ulfah Nurrahmi, 2015).
Pada diabetes mellitus tipe 2 yang belum terkendali (gula darahnya masih
tinggi), apabila terjadi infeksi berat seperti infeksi paru atau borok di kaki,
gula darah semakin meningkat secara mendadak. Dalam keadaan tersebut,
gejala klasik diabetes akan menjadi lebih berat.
b. Hiperglikemia
Dapat berupa, Ketoasidosis Diabetikum (KAD), Hiperosmolar Non
Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hiperglikemia adalah terjadinya
peningkatan kadar gula darah yaitu apabila kadar gula darah lebih dari 250 mg
% dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi pernapasan kussmaul, mual
muntah, penurunan kesadaran sampai koma. Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
menempati peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh hipoglikemia
(Hasdianah, 2012).
c. Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut Diabetes Mellitus (DM).
Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah. Hipoglikemia
murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah < 60 mg/dl. Reaksi
hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadadak, meskipun glukosa
darah masih > 100 mg/dl. Hipoglikemia yaitu apabila kadar gula darah lebih
rendah dari 60 mg% dan gejala yang muncul yaitu, palpitasi, tachikardi, mual
muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
Koma hipoglikemia adalah koma atau penurunan kesadaran karena glukosa
darah < 30 mg/dl (Hasdianah, 2012).
Hipoglikemia reaktif adalah gejala hipoglikemia yang terjadi 3-5 jam
sesudah makan.Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh
pemakaian Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea
dan insulin. Kelebihan dosis akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik
(Hasdianah, 2012).
2) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis atau komplikasi jangka panjang diabetes dapat
menyerang semua organ dalam tubuh. Umumnya terjadi pada semua
pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati
Diabetik dibagi menjadi dua yaitu makroangiopati (makrovaskular) dan
mikroangiopati (mikrovaskular). Komplikasi kronik DM yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :
a. Mikrovaskular terdiri dari ginjal dan mata
b. Makrovaskular terdiri dari penyakit jantung koroner, pembuluh darah
kaki, dan pembuluh darah otak.
c. Neuropati : mikro dan makrovaskular
(Hasdianah, 2012).
2) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan
lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat
(resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena
dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan
kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol dan menurunkan
kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi
penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena penyakit
kardiovaskuler pada
diabetes.
Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/ dl (14 mmol/ L) dan menunjukkan adanya keton dalam urin tidak
boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menjadi negative dan
kadar glukosa darah telah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa darah
yang tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormone dan
katekolamin. Peningkatan hormone ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.
1. TAHAP PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA (KK) :
2. UMUR KK :
3. JENIS KELAMIN :
4. AGAMA :
5. STATUS PERKAWINAN :
6. PENDIDIKAN TERAKHIR :
7. PEKERJAAN :
8. ALAMAT :
9. KOMPOSISI KELUARGA
Ditampilkan dalam bentuk tabel dan genogram beserta penjelasan genogram.
Genogram
: Laki-laki : Bercerai
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
: Pasien
12. AGAMA
Biasanya agama serta kepercayaan yang dianut keluarga sama. Biasanya
berdominan dengan agama Islam dan menjalankan ibadah sesuai agama Islam
dengan baik.
V. FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI AFEKTIF
Biasanya keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar
tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota
keluarga itu sendiri
2. FUNGSI SOSIALISASI
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluara tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
5. FUNGSI EKONOMI
Biasnya mengenai sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot)
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran
1. Sifat Masalah: 1
a. Tidak/ kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtera/ 2
potensial 1
2. Kemungkinan untuk 2
Diubah:
2
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat diubah 0
3. Potensial Dicegah: 1
a. Tinggi 3
b. Rendah
c. Cukup 2
1
4. Menonjol Masalah: 1
a. Masalah berat, harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah, tapi 1
tidak perlu ditangani 0
c. Masalah tidak
dirasakan.
TOTAL
a. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun
dengan jelas dan benar
b. Rencana tersebut harus realistis, dan dapat dilaksanakan
c. Rencana harus sesuai dengan fasalfah dan tujuan serta kebijaksanaan penerintah
dan institusi layanan kesehatan tersebut.
d. Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga arena keluarga
sebagai objek dan subjek pelayanan. Keikutsertaan keluarga terutama dalam
menetukan kebutuhankesehatan dan masalah kesehatan, menentukan prioritas,
memilih tindakan yang tepat, mengimplementasikan, mengevluasi hasil tindakan
e. Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah
masalah atau meringankan masalah yang sedang dihadapi
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA (KK) : Tn.S
2. UMUR KK : 75 tahun
3. JENIS KELAMIN : Laki-laki
4. AGAMA : Islam
5. STATUS PERKAWINAN : Menikah
6. PENDIDIKAN TERAKHIR : SD
7. PEKERJAAN : Pensiunan
8. ALAMAT : Koto Gadang, Kecamatan
Kinali, Kabupaten Pasaman
Barat
9. KOMPOSISI KELUARGA
N Nama Jenis Umur Hub dg KK Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
o Kelamin Terakhir
Genogram
Deskripsi Genogram :
Keluarga Tn. S tinggal dirumah miliknya sendiri bersama istrinya (Ny. S),
anaknya (Tn. K), menantunya (Ny. P) dan cucunya (An. D). Di rumah yang
ditinggali Tn. S, ada dua KK yaitu Tn. S dan Tn. K.
12. AGAMA
Agama yang dianut keluarga Tn. S adalah agama Islam.
1. KARAKTERISTIK RUMAH
Tn. S dan keluarga tinggal disebuah rumah dengan luas rumah yaitu ± 20 x
20 meter yang bertipe rumah semi permanen dan berkepemilikan pribadi.
Jumlah kamar 3 buah. Pemanfaatan dapur, WC/toilet, dan kamar sudah sesuai
dengan kegunaannya. Septic tank berada di belakang rumah yang berjarak ± 10
meter dari rumah. Sumber air minum yang dikonsumsi keluarga adalah air
sumur dan kadang juga menggunakan air galon. Kamar mandi ada 2 buah dan
WC juga ada 2 buah dengan tempat terpisah dan kloset jongkok. Sampah
limbah RT Tn. S biasanya dibakar dipekarangan rumah. Kondisi lingkungan
rumah Tn. S keadaannya rapi, di bagian belakang terdapat kandang kambing
dan ayam milik Tn. K .
ST WC
KM KM K. AYAM
WC
K. KAMBING
KT KT RM DAPUR
TERAS
RT & RK
KT
TERAS GARASI
3. STRUKTUR PERAN
Tn. S adalah sebagai kepala keluarga berkewajiban memberi nafkah untuk
keluarga dan dibantu oleh Tn. K (anak Tn. S) yang tinggal serumah dengan Tn.
S. Ny. W dan Ny. P berperan sebagai istri dan menantu mengurus rumah dan
ikut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
2. FUNGSI SOSIALISASI
Hubungan antara anggota keluarga Tn. S sejauh ini baik.
2 Kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
tampak tampak tampak tampak tampak
bersih, bersih, bersih, bersih, bersih,
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
tidak ada, tidak ada, tidak ada, tidak ada, tidak ada,
lesi tidak lesi tidak lesi tidak lesi tidak lesi tidak
ada. ada. ada. ada. ada.
3 Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
tampak tampak tampak tampak tampak
pendek, panjang, pendek, panjang, panjang,
lurus, ikal, rambut lurus, lurus, lurus,
rambut warna putih rambut rambut rambut
warna putih warna hitam warna hitam warna hitam
4 Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis, tidak tidak tidak
anemis, sclera tidak anemis, anemis, anemis,
sclera tidak ikterik, sclera tidak sclera tidak sclera tidak
ikterik, penglihatan ikterik, ikterik, ikterik,
penglihatan kabur, penglihatan penglihatan penglihatan
kabur, palpebra baik, baik, baik,
palpebra tidak palpebra palpebra palpebra
tidak oedema tidak tidak tidak
oedema oedema oedema oedema
5 Hidung Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki-
ka, polip (-), ka, polip (-), ka, polip (-), ka, polip (-), ka, polip (-),
tidak ada ada lendir, tidak ada tidak ada tidak ada
lendir, penciuman lendir, lendir, lendir,
penciuman baik penciuman penciuman penciuman
baik baik baik baik
6 Telinga Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki- Simetris ki-
ka, telinga ka, telinga ka, telinga ka, telinga ka, telinga
tampak tampak tampak tampak tampak
bersih, bersih, bersih, bersih, bersih,
fungsi fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengara pendengara pendengara pendengara pendengara
n baik n baik n baik n baik n baik
7 Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
bibir kering, bibir kering, bibir bibir bibir
lidah bersih, lidah bersih, lembab, lembab, lembab,
nafas tidak nafas tidak lidah bersih, lidah bersih, lidah bersih,
berbau, berbau, nafas tidak nafas tidak nafas tidak
tidak ada tidak ada berbau, berbau, berbau, ada
caries gigi, caries gigi, tidak ada tidak ada caries gigi,
plak (+), plak (+), caries gigi caries gigi ada nada
ada ada beberapa
beberapa beberapa gigi yang
gigi yang gigi yang berlubang.
sudah sudah
ompong ompong
8 Leher Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
pembengka pembengka pembengka pembengka pembengka
kan tiroid kan tiroid kan tiroid kan tiroid kan tiroid
9 Dada I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris
ki-ka ki-ka ki-ka ki-ka ki-ka
A : A : A : A : A :
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada
pembengka pembengka pembengka pembengka pembengka
kan kan kan kan kan
abnornal abnornal abnornal abnornal abnornal
P : BU P : BU P : BU P : BU P : BU
10x/i 12x/i 14x/i 11x/i 13x/i
11 Ekstrimitas Tidak ada Tampak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Atas kelainan lesi bekas kelainan kelainan kelainan
pergerakan luka yang pergerakan pergerakan pergerakan
pada sedikit pada pada pada
ekstrimitas menghitam, ekstrimitas ekstrimitas ekstrimitas
bagian atas, Tidak ada bagian atas, bagian atas, bagian atas,
oedema (-) kelainan oedema (-) oedema (-) oedema (-)
pergerakan
pada
ekstrimitas
bagian atas,
oedema (-)
12 Ekstrimitas Edema : Edema : Edema : Edema : Edema :
Bawah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
13 Genitalia Tidak ada Tdk ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
BAK lancar BAK sering BAK lancar BAK lancar BAK lancar
pada malam
hari
ANALISA DATA
DO:
Kadar gula darah Ny. W pada saat pengkajian
adalah 179 gr/dl (puasa).
Tekanan darah ibu W 130/80 mmHg
Ibu W terlihat tampak lelah
Tampak ada bekas luka yang menghitam di lengan
Ny. W
IMPLEMENTASI
Diagnosa Tanda
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan tangan
1 Ketidakefektifan Jumat, 9 Mei Membina HAM dengan keluarga S:
manajemen 2020
kesehatan Jam 17.00 Melakukan pengkajian terhadap Ny.
Keluarga mengatakan bersedia untuk
WIB W & keluarga
dilakukan pengkajian.
Mengobservasi lingkungan tempat
Keluarga mengatakan bahwa Ny. W
tinggal Ny. W & keluarga
mengalami DM
O:
A:
P:
peningkatan kadar gula dalam darah diabetes adalah sering BAK terutama
Rabu, 20 TUK 3 :
Mei 2020
Jam 14.00 Mengkaji pengetahuan keluarga S:
Keluarga mengatakan bersedia untuk
tentang cara merawat anggota merawat Ny. W
keluarga denagan diabetes Keluarga mampu memilih tindakan
Memberikan reinforcement positif perawatan diabetes di rumah yaitu
menjaga diet sehat untuk penderita
atas jawaban keluarga
diabetes, mengikuti jadwal olahraga
Menjelaskan kepada keluarga tentang secara teratur minimal jalan pagi,
cara perawatan diabetes mengkonsumsi obat herbal dan senam
DM.
Cara perawatan gastritis adalah :
Perencanaan makanan yang O:
tepat Keluarga tampak mempertimbangkan
setiap keputusan
Olahraga teratur
Keluarga tampak antusias dalam
Sering mengikuti penyuluhan mengambil keputusan setiap kegiatan
tentang diabetes yang akan dilakukan
Melakukan upaya pencegahan
A:
seperti perawatan kuku
Keluarga mampu memutuskan tindakan
Mengkonsumsi obat herbal yang tepat dalam merawat anggota
Melakukan latihan senam DM keluarga dengan hipertensi tercapai.
Mendemontrasikan langkah-
langkah senam DM
Meminta keluarga
mendemonstrasikan kembali apa
yang telah dijelaskan tentang
senam DM
Memberikan reinforcement (+)
Memotivasi kelaurga untuk
membantu Ny. W malakukan
senam DM setiap hari.
Jumat, 22 TUK 4
Mei 2020
S:
Jam 16.00 Mengkaji pengetahuan keluarga
WIB Keluarga mengatakan lingkungan
tentang cara memodifikasi yang baik untuk penderita penderita
lingkungan yang baik bagi penderita diabetes adalah lingkungan yang tidak
diabetes ada benda berbahaya yang
Memberikan reinforcement (+) menyebabkan kecelakaan dan luka.
Menjelaskan pada keluarga cara O:
memodifikasi lingkungan yang baik Keluarga terlihat senang saat diberi
bagi penderita diabetes, yaitu : informasi tentang lingkungan yang
Menciptakan lingkungan baik untuk penderita diabetes
bersih, rapi dan nyaman Keluarga tampak antusias dengan
Menjaga lingkungan dari interaksi
benda-benda tajam atau benda A:
yang beresiko menyebabkan Keluarga mampu memodifikasi
luka.Memberi kesempatan lingkungan
keluarga untuk bertanya P:
Menjawab pertanyaan keluarga Intervensi dilanjutkan pada TUK 5
Meminta keluarga mengulangi yaitu memanfaatkan pelayanan
kembali apa yang telah di jelaskan kesehatan yang dapat dikunjungi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga
(Duvall dan Logan,1986)
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran
sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko
terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia
adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi,
gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.