Anda di halaman 1dari 31

VALIDASI METODE ANALISIS ALPHA MANGOSTIN UNTUK

PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIK DARI SEDIAAN

SIRUP EKSTRAK KULIT MANGGIS (G.mangostanaL.) PADA

TIKUS GALUR WISTAR JANTAN

Oleh
ROSITA IRIANTI DEHI
260120150506

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Magister Farmasi
Program Studi Magister Farmasi

PROGRAM MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI

ii
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v

Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

I.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

I.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 3

I.4.1 Kegunaan Teoritis ................................................................... 3

I.4.2 Kegunaan Praktis..................................................................... 3

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Penelitian, Hipotesis ............................................. 4

II.1 Kajian Pustaka ....................................................................................... 4

II.1.1 Manggis (Garcinia mangostana L.) ......................................... 4

II.1.2 α-Mangostin ............................................................................ 7

II.1.3 Farmakokinetik........................................................................ 8

II.1.4 Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) ............................. 11

II.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 12

II.3 Premis .................................................................................................. 13

II.4 Hipotesis .............................................................................................. 14

Bab III Metodologi .................................................................................................... 16

iii
III.1 Subjek penelitian ................................................................................. 17

III.2 Hewan Uji ............................................................................................ 17

III.3 Alat ...................................................................................................... 17

III.4 Bahan ................................................................................................... 17

III.5 Metode ................................................................................................. 17

III.3.1 Tahap Persiapan .................................................................... 17

III.3.2 Validasi Metode Analisis ...................................................... 19

III.3.3 Penetapan Profil Farmakokinetik dari Sediaan Sirup


ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dihitung
sebagai alpha mangostin ........................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.1 Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) .....................................5

Gambar II.2 Struktur Kimia Alpha Mangostin .............................................................. 8

v
Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati,

termasuk keanekaragaman tanamannya. Keanekaragaman tanaman Indonesia

beberapa sanagat berpotensi sebagai obat salah satunya yang bisa dimanfaatkan

adalah buah manggis, terutama pemanfaatan kulit buahnya.(Prihatman, 2000).

Menurut beberapa penilitian dari kulit buah manggis (G. mangostana L.) itu sendiri,

ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya,

antiinflamasi, anti jamur, antihistamin. Adapun beberapa senyawa dari kulit buah

manggis memiliki beberapa aktivitas farmakologi yaitu senyawa xanton, adapun

senyawa xanton yang telag teridentifikasi yaitu 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis

(3metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on and 1,3,6,7 tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-

butenil)- 9Hxanten-9-on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan

gamma-mangostin (Jinsart, 1992). Ho et al (2002). Sejauh ini, xanthone yang paling

banyak dipelajari adalah α-mangostin (α-MG) yanganti-oksidan, anti-proliferasi, pro-

apoptosis, kegiatan anti-inflamasi, anti-karsinogenik, dan anti-mikroba telah

dilaporkan

1
Banyaknya minat dari bahan alam untuk melakukan pengembangan bentuk sediaan

farmasi sangat banyak. Hal ini berkaitan dengan sistem penghantaran obat (Drug

Delivery System) untuk meningkatkan bioavailabilitas zat aktif. Pemilihan tablet

hisap karena sirup memiliki rasa yang baik dan mudah untuk dikonsumsi karena

penggunaannya praktis. Dalam ulasan ini, peneliti ingin mengetahui profil

farmakokinetik alpha mangostin dalam bentuk sediaan farmasi yaitu dalam bentuk

sediaan sirup, didalam dalam penelitian menggunakan hewan uji, dimana hewan ujia

yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar jantan.

Penelitian-penelitian terkait pemeriksaan farmakokinetik alpha mangostin dalam

bentuk sediaan belum dilakukan namun pada tahun (2013) sebuah riset

menyimpulkan bahwa pemberian alpha mngostin pada dosis 40 mg/kg secara oral

pada hewan uji tikus diperoleh kadar maksimum didalam darah sebesar 4,8µg/mL

yang dicapai pada waktu 63 menit (Syamsudin, L,2009).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

profil farmakokinetik meliputi AUC, Cmax, Tmax, dan t1/2 alpha mangostin dari

sediaan sirup dari ekstrak manggis (Garcinia mangostana L.)

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang dapat

dijabarkan, adalah:Berapa nilai AUC, Cmax, Tmax, t ½alpha mangostin pada plasma

darah hewan uji diberi sirup ekstrak manggis (Garcinia mangostana L.)?

2
I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukanprofil farmakokinetik meliputi

:AUC, Cmax, Tmax, t ½alpha mangostin pada plasma darah hewan uji diberi sirup

ekstrak manggis (Garcinia mangostana L.)

I.4 Kegunaan Penelitian

I.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi data ilmiah profil

farmakokinetik herbal Indonesia meliputi (AUC, Cmax, Tmax, dan t ½), khususnya

sediaan sirup ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.)

I.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat memastikan keamanan konsumsi khususnya sediaan sirup

ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L).

3
4

Bab II

Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis

II.1 Kajian Pustaka

II.1.1 Manggis (Garcinia mangostana L.)

II.1.1.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman

Klasifikasi Garcinia adalah genus terbesar dari tropis famili guttiferae yangberisi

sekitar 400 spesies pohon poligami, semak-semak,terdapat pada Asia tropis, Afrika

dan Polinesia, (Waterman danHussain, 1883; Chattopadhyay dan Kumar, 2006).

Manggis merupakan tanaman berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara

(Malaysia atau Indonesia). Di Indonesia manggis biasa dikenal dengan berbagai

macam namalokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggista

(Sumatera Barat), Manggusto (Sulawesi Utara),.Klasifikasi manggis secara

taksonomi adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Guttiferales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.


(http://www.warintek.ristek.go.id, Deputi Menegristek BidangPendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,4 Februari 2014)

Gambar II.1 Tanaman manggis(Garcinia mangostana L.)


Sumber :(ARS Systematic Botanists, 2008).

II.1.1.2 Morfologi

Manggis adalah tanaman buah tropika yang pertumbuhannya lambat, tetapi umurnya

juga panjang. Tanaman yangberasal dari biji umumnya membutuhkan 10–15 tahun

untuk mulai berbuah. Daunnya agak tebal, berbentuk lonjong. Batangnya lurus,

tingginya mencapai 25 m. Bunganya berwarna putih. Buahnya bulatseperti bola,

besarnya diperkirakan sebesar jeruk-garut, berkulit merah tuaatau ungu tua. Daging

buah manggis berwarna putih, bertekstur halus danrasanya manis bercampur asam

sehingga menimbulkan rasa khas dansegar. Getah manggis berwarna kuning (getah

kuning) terdapat semua jaringan utama tanaman (Cahyono dan Juanda, 2000).

II.1.1.3 Kandungan Kimia dan Aktivitas BiologisGarcinia mangostana L.

Buah manggis adalah salah satu spesies terbaik dari genus Garcinia dan mengandung

gula sakarosa,dekstrosa dan levulosa. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan

5
salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Sudarsono et

al., 2002).

Banyak penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)

mengandung beberapa senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa

tersebut diantaranya xanton, flavonoid, dantanin.Xanton merupakan metabolit

sekunder yang ditemukan dalam beberapa tanaman tingkat tinggi termasuk manggis

(Pereset al., 2000).Xanton dapat diisolasi dari kulit, buah manggis, kulit kayu, dan

daun manggis. Senyawa xanton yang sudah teridentifikasi, diantaranya adalah1,3,6-

trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis-9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis-9H-

xanten-9-on. Keduanya senyawa tersebut lebih dikenal dengan nama alfa mangostin

dan gamma mangostin (Jinsart, 1992). Beberapa penelitian telah menyimpulkan

bahwa xanthon yang diperoleh dari manggis memiliki aktivitas biologis yang seperti

antioksidan, antitumoral, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, antijamur, dan

antivirus (Suksamrarn et al, 2006;. Pedraza-Chaverriet al., 2008).

Xanthon merupakan salah satu substansi kimia alami yang tergolong senyawa

polifenolik. Penelitian dari Universitas Taichung di Taiwan hasil mengisolasi xanton

dan derivatnya, dari pericarp buah manggis diantaranya diketahui adalah, 3

isomangoestin, α-mangostin, γmangostin, Garcinone A, Garcinone B, C, D, dan

Garcinone E, maclurin, mangostenol, Hasil isolasi yang didapat para ilmuwan

tersebut pada berbagai genus garcina diantaranya adalah senyawa xanton (Ho, et al.,

2002).

6
Beberapa penelitian membuktikan aktivitas farmakologi dari Ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.). Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam

ekstrak kulit manggis ini memiliki peran penting dalam aktivitas farmakologi .

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia yang terkandung

dalam suatu zat sehingga dapat memperkirakan efek farmakologi apa saja yang

memungkinkan dapat terjadi (Puspitasari et al. 2013).

II.1.2 α-Mangostin

α-Mangostin merupakan salah satu senyawa utama yang terdapat pada kulit buah

manggis. Buah manggis pada kondisi matang memiliki kandungan α-Mangostin lebih

tinggi dibandingkan ketika buah manggis muda yaitu sekitar dua kali lebih banyak

(Pothitirat,2009)

α-Mangostin memiliki pemerian zat berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut

dalam alkohol, eter, aseton, etilasetat, dan kloroform dan merupakan golongan

xanton. α-Mangostin memiliki titik leleh 181,6 – 182,6°C. α-Mangostin memiliki

nama lain yaitu 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2, 8-bis (3-metil2butenil) -9H- xanthen-9-

on, dengan rumus molekul C24H26O6 dan bobot molekul 410,46 (Yates dan Stout,

1958). Senyawa α-Mangostin terdiri dari beberapa jenis antara lain γ- mangostin dan

β- mangostin (Mahabussakaram, 1987)

7
Gambar II.2 Struktur Kimia Alpha Mangostin

α-mangostin mewakili senyawa yang memiliki aktifitas klinik terutama pada

pengobatan herbal sehingga sangat beralasan untuk menentukan konsentrasi dari α-

mangostin sebagai obat herbal meliputi penjaminan mutu dari G.mangostana dan

produknya yang xanton biasanya merupakan satu-satunya kuantitas penanda.

Validasi metode senyawa α-mangostin dilakukan dengan menggunakan KCKT

(kromatografi cair kinerja tinggi) dengan kolom C-18, fase gerak metanol:aquabidest

(95:5) dan detektor ultra violet (UV) dengan λ 319 nm. Selain itu dapat menggunakan

kolom yang sama tetapi menggunakan fase gerak asetonitril-0,2% asam formiat

dalam air (70:30) dengan detektor UV pada λ 240 nm (Teixeira dkk, 2003). Dan juga

dapat menggunakan kolom yang sama dengan fase gerak metanol-air (90:10),

detektor UV pada λ 237 nm (Jujun dkk, 2008; Pothitirat dkk, 2008)

II.1.3 Farmakokinetik

Farmakokinetik adalah aspek pengetahuan yang mempelajari kinetika obat atau nasib

obat dalam tubuh. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),

distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi

8
dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat

(Gunawan, 2009).

Absorpsi proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi sistemik

(sirkulasi darah). kecepatan absorpsi obat imi dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Beberapa faktor yang harus yang mempengaruhi proses absorpsi diantaranya cara

pemberian obat, kelarutannya, derajat disosiasi, ukuran partikel dan berat molekul,

luas daerah absorpsi dan vaskularisasi daerah absorpsi. Pada pemberian melalui oral,

kelarutan obat merupakan hal yang perlu diperhatikan. Obat yang larut dalam lemak

lebih mudah diabsorpsi dibanding dengan yang kurang larut dalam lemak. Absorpsi

obat terjati apabila berupa partikel kecil, yaitu setelah obat mengalami disintegrasi

dari bentuk semula di tempat absorpsinya (Bauer, 2008).

Distribusi merupakan proses yang terjadi setela obat diabsorpsi dan masuk di sistem

sirkulasi darah, selanjutnya akan didistribusikan ke dalam berbagai ruang tubuh.

Faktor yang mempengaruhi distribusi obat adalah Ikatan dengan protein plasma,

aliran darah, perpindahan lewat membran dan kelarutan di dalam jaringan. Apabila

obat terikat kuat dengan protein plasma, obat bisa tetap berada dalam ruang vaskuler

sampai di buang. Jadi tidak akan dapat menimbulkan efek, sedangkan obat yang tidak

berikatan dengan protein plasma atau yang bebas dapat menembus membran biologis

dan berefek (Bauer, 2008).

9
Metabolisme merupakan suatu proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi di

dalam tubuh dan dikatalisasi oleh enzim yang bertujuan untuk mengakhiri efek

farmakologik atau efek toksik suatu obat. Proses metabolisme adalah dengan

mengubah obat yang tadinya lipofilik menjadi hidrofilik, non-polar menjadi polar.

proses metabolisme biasanya terjadi di hati dengan bantuan enzim-enzim

metabolisme diantaranya enzim mikrosom dan non-mikrosom (Bauer, 2008).

Eksresi merupakan proses pengeluaran obat melalui oragan ekresi dalam bentuk

metabolit hasil metabolisme, tapi juga dapat dieksresikan dalam bentuk asalnya. obat

yang larut dalam air (hidrofilik) lebih cepat diekskresi dibanding dengan obat yang

larut dalam lemak (lipofilik), hal itu tidak dipakai pada saat ekskresi lewat paru-paru

(Bauer, 2008).

Profil farmakokinetik berguna untuk menampilkan datauntuk memperkirakan

konsentrasi maksimal suatu senyawa dalam serum setelah pemberian pada dosis

tertentu ataupun rute administrasi yang berbeda (Dipiro, 2009).Pengujian

farmakokinetik juga diperlukan untuk evaluasi efikasi dan keamanan suatu sediaan

atau obat yang akan dikembangkan. Beberapa parameter farmakokinetik diantaranya

Area Under Curve (AUC) digunakan untuk memperkirakan besarnya/jumlah obat

yang diabsorpsi dalam darah mulai dari waktu awal pemberian pada 0 menit (t 0)

sampai waktu terakhir, konsentrasi maksimal (C max) yang digunakan untuk

memperkirakan kadar puncak obat dalam darah. Tmax digunakan untuk mempekirakan

waktu pemberian obat sejak awal sampai tercapai C max, waktu paruh (t1/2) digunakan

10
untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh obat berkurang menjadi setangah

dari nilai awalnya (Bauer, 2008).

II.1.4 Kromatograficair kinerja tinggi (KCKT)

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan metode kromatografi yang telah

dikembangkan dari metode kromatografi konvesional. Adapun perbedaan dari

sistem kromatografi cair metode dasar adalah pada KCKT digunakan pompa tekan

dimana bertujuan untuk membantu sistem alir dari cairan fase gerak atau pengelusi.

Selain itu, pada KCKT proses elusi dapat terlindung dari udara yang berada di

lingkungan luar (Soemarno, 2011).

Prinsip kerja dari KCKT adalah fase gerak dialirkan dimana menggunakan pompa,

lalu sampel diinjeksikan ke dalam fase gerak yang mengalir menuju kolom, sampel

diinjekan melalui injektor, selanjutnya terjadi pemisahan berdasarkan interaksi

sampel yang berupa molekul dengan fase diam (Hendayana, 2006).

Detektor Photodiode array (PDA) merupakan suatu detektor yang digunakan untuk

mendeteksi daerah UV hingga terlihat sinar tampak. Detektor PDA memiliki lampu

tungsten sebagai sumber cahaya yang memancarkan sinar dalam suatu kisaran dan

masuk ke dalam lampu deuterium. Selanjutnya , sinar polikromatik melewati flow

cell. Kisi-kisi akan memecah sinar polikromatik untuk setiap panjang gelombang

dengan intensitas yang selanjutnya diukur dengan sebuah dioda. Pada detektor PDA,

dimana seluruh panjang gelombang dapat diukur secara bersamaan. Keuntungan PDA

adalah dimana tingkat selektivitas yang tinggi (Taylor, 2015).

11
II.2 Kerangka Pemikiran

Banyak penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garciniamangostana L.)

mengandung beberapa senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa

tersebut diantaranya xanton, flavonoid, dantanin.Xanton merupakan metabolit

sekunder yang ditemukan dalam beberapa tanaman tingkat tinggi termasuk manggis

(Pereset al., 2000).

Xanthon merupakan salah satu substansi kimia alami yang tergolong senyawa

polifenolik. Penelitian dari Universitas Taichung di Taiwan hasil mengisolasi xanton

dan derivatnya, dari pericarp buah manggis diantaranya diketahui adalah, 3

isomangoestin, α-mangostin, γmangostin, Garcinone A, Garcinone B, C, D, dan

Garcinone E, maclurin, mangostenol, Hasil isolasi yang didapat para ilmuwan

tersebut pada berbagai genus garcina diantaranya adalah senyawa xanton (Ho, et al.,

2002).

Pengujian farmakokinetik juga diperlukan untuk evaluasi efikasi dan keamanan suatu

sediaan atau obat yang akan dikembangkan. Beberapa parameter farmakokinetik

diantaranya Area Under Curve (AUC) digunakan untuk memperkirakan

besarnya/jumlah obat yang diabsorpsi dalam darah mulai dari waktu awal pemberian

pada 0 menit (t0) sampai waktu terakhir, konsentrasi maksimal (C max) yang digunakan

untuk memperkirakan kadar puncak obat dalam darah. T max digunakan untuk

mempekirakan waktu pemberian obat sejak awal sampai tercapai C max, waktu paruh

(t1/2) digunakan untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh obat berkurang

menjadi setangah dari nilai awalnya (Bauer, 2008).

12
α-Mangostin memiliki pemerian zat berwarna kuning, larut dalam alkohol, eter,

aseton, etilasetat, dan kloroform dan merupakan golongan xanton. α-Mangostin

memiliki titik leleh 181,6 – 182,6°C. sehingga dibuat dalam bentuk sediaan sirup

(Mahabussakaram, 1987).

Penelitian-penelitian terkait pemeriksaan farmakokinetik alpha mangostin dalam

bentuk sediaan belum dilakukan namun pada tahun (2013) sebuah riset

menyimpulkan bahwa pemberian alpha mngostin pada dosis 40mg/kg secara oral

pada hewan uji tikus diperoleh kadar maksimum didalam darah sebesar 4,8µg/mL

yang dicapai pada waktu 63 menit (Syamsudin, L,2009)

II.3 Premis

Berdasarkan evidensi-evidensi ilmiah sebagaimana dikemukakan diatas secara

selektif dapat dirumuskan premis-premis sebagai berikut :

Premis 1 :

Kadar alfa mangostin dapat dianalisis menggunakan KCKT PDA dengan kadar alfa

mangostin 21,2 mg sebelum dibuat sediaan dan 16,56 mg setelah dibuat sediaan

tablet hisap (Hidayati,2017)

Premis 2 :

Pemberian ektrak kulit buah manggis 1300 mg/kgBB pada hewan coba tikus jantan

dan betina galur CF selama 7 hari tidak menyebabkan kematian

13
Peremis 3 :

penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)

mengandung beberapa senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa

tersebut diantaranya xanton, flavonoid, dantanin.Xanton merupakan metabolit

sekunder yang ditemukan dalam beberapa tanaman tingkat tinggi termasuk manggis

(Pereset al., 2000).

Premis 4 :

Pengujian farmakokinetik alpha mangostin dalam bentuk sediaan belum dilakukan

namun pada tahun (2013) sebuah riset menyimpulkan bahwa pemberian alpha

mangostin pada dosis 40mg/kg secara oral pada hewan uji tikus diperoleh kadar

maksimum didalam darah sebesar 4,8µg/mL yang dicapai pada waktu 63 menit itu

merupakan gambaran pada penelitian ini(Syamsudin, L,2009)

Berdasarkan kerangka pemikiran dan premis-premis yang telah diuraikan diatas,

maka hipotesis yang diambil dalam penelitian ini yaitu alpha mangostin akan

terdeteksi pada plasma hewan uji yang sebelumnya telah diberikan minuman tablet

hisap ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.)

II.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan premis-premis yang telah diuraikan diatas,

maka hipotesis yang diambil dalam penelitian ini yaitu AUC alpha mangostin akan

terdeteksi pada plasma hewan uji yang diberikan tablet hisap ekstrak kulit manggis

(Garcinia mangostana L.) sebesar 4,8 µg/mL , konsentrasi maksimal (Cmax) 0.0408

14
kadar puncak obat dalam darah. Tmax yaitu 1 jam, waktu paruh (t1/2) untuk

memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh obat berkurang menjadi setangah dari

nilai awalnyayang sebelumnya yaitu 8,5 jam

15
16

Bab III

Metodologi

III.1 Subjek Penelitian

Perhitungan jumlah subjek mengacu pada pedoman uji bioekivalensi yang

dikeluarkan oleh BPOM pada tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah subjek minimal

untuk pengujian bioekivalensi obat adalah 12 subjek, kecuali dalam kondisi khusus

yang perlu penjelasan. Kemudian dihitung kembali berdasarkan perhitungan statistika

diperoleh jumlah subjek dibutuhkan minimal 18-24 subjek.

1. Batas kemaknaan α diambil 5% (1-arah)

2. Probabilitas untuk menerima bioekivalensi dengan benar 90% (1-arah)

3. Koefisien variasi intrasubyek <20%

Perhitungan jumlah sampel : Perhitungan simpangan deviasi (SD) :

n = 2 S2 (Zα + Zβ) 2 CV = SD x 100%


d2 ẋ
n = 2 (0,2)2 (1,65 + 1,28)2 SD = 0,2 x 1
0,22 = 0,2
n = 18

III.2 Hewan uji

Tikus jantan putih Rattus norvegicus galur Wistar. Tikus tersebut diperoleh dari

penyedia hewan laboratorium (D’Wistar) Bandung,

III.2.1 Kriteria Inklusi :


- Tikus jantan Galur wistar (Rattus Norvegicus)
- Berat badan tikus 200-250 g
- Usia 8-12 minggu
III.2.2 Kriteria Eksklusi:
Tikus yang sedang sakit/mati selama pengujian

III.3 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat gelas yang digunakan

dilaboratorium, pipet volumetri, mikropipet (Dragonlab), pengaduk vortex (Hettich),

timbangan analitik (Ohaus Pioneer), sentrifugator (hettich), perangkat HPLC

(Ultimate 3000) kolom C18 (4,6 x 250 mm, 5 mm) spektrofotometer ultraviolet-sinar

tampak (Specord 200, Analitik Jenna), syringe 3 mL (Terumo), tabung eppendrof 1,5

mL, tabung konteiner darah dengan K2EDTA 5,4 mg (BD Vucatainer), timbangan

analitik (Ohaus Pioneer), dan vortex.

III.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alpha mangostin baku, sirup

ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.), aquabidest (Sakura medical), metanol

pro HPLC (Shimatsu)

III.5 Metode

III.5.1 Tahap Persiapan

III.5.1.1 Pengajuan Kode Etik


Pengajuan surat telaah etik penelitian kesehatan kepada Komisi Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran di Gedung Rumah Sakit

Pendidikan Universitas Padjadjaran Jl. Prof. Eyckman No. 38 Bandung

17
III.5.1.2 Penyiapan Sirup Ekstrak Kulit Manggis

Pembuatan sediaan herbal ekstrak kulit manggis dengan komposisi Na-cmc, gliserin,

sorbitol, sukralose, Na-benzoat dan aquadest dilarutkan dalam 100 ml aqudestilata

pada suhu 700 C.

III.5.1.3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum α-mangostin Baku

Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan spektrofotometer ultraviolet.

Larutan standar alpha mangostin 2000 ppm diencerkan menjadi 25 ppm kemudian

diukur panjang gelombangnya dan dibaca serapannya pada panjang gelombang

maksimum

III.5.1.4 Penyiapan Larutan Standar

1. Larutan Stock alpha mangostin

Alpha mangostin baku (5 mg dilarutkan dalam 100 mL) metanol, alpha mangostin

baku diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV untuk mendapatkan

panjang gelombang maksimumnya. Selanjutnya dilakukan pengenceran dipipet 25

mL larutan stock kemudian diencerkan ke dalam 100 mL metanol sehingga diperoleh

konsentrasi 12,5 ppm selanjutnya dari konsentrasi 12,5 ppm diambil 0,5 mL, 1,0 mL,

2,0 mL, 3,0 mL, 4,0 mL, dan 5,0 dilarutkan dengan metanol sampai 10 mL sehingga

memperoleh konsentrasi masing-masing 0,625ppm, 1,25 ppm, 2,5 ppm, 3,75 ppm, 5

ppm, dan 6,25 ppm.

18
2. Optimasi Kondisi KCKT alpha mangostin

Penetuan optimasi kondisi pada instrumen KCKTdilakukan untuk menentukan fase

gerak yang akan digunakan pada saat menganalisis alpha mangostin. Tahapan yang

dilakukan yaitu :

1. Larutan baku alpha mangostin dengan konsentrasi 50 ppm (5 mg dalam 100 mL

metanol)

2. Diencerkan menggunakan fase gerak air : metanol 5: 95 hingga konsentrasi 12,5

ppm

3. Kemudian disaring menggunkan membrane milipore 0,2 µm, larutan disuntikkam

ke dalam KCKT sebanyak 20 µL dengan fase gerak air dan metanol perbandingan

5:95 dengan kecepatan alir 1,2 ml/menit yang dideteksi pada panjang gelombang

319

4. Kemudian dicatat resolusi, waktu retensi¸ tailing factor untuk menentukan fase

gerak yang akan digunakan selanjutnya (Kumara, 1988)

III.5.2 Validasi Metode Analisis

1. Linieritas

Darah hewan uji yang tidak tablet hisap ekstrak kulit manggis diambil sebanyak 2

mL, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan berupa

plasma dihasilkan diambil dan dipindahkan ke dalam tabung eppendorf.. Larutan

baku alpha mangostin baku (5 mg alpha mangostin baku, larutkan dalam etanol

hingga 100 ml (50 µg/ml)) dipipet aliquot sebanyak 25 ml dan diencerkan dengan

etanol hingga 100 ml (12,55 µg/ml). Dari larutan tersebut dibuat beberapa variasi

konsentrasi sebagai berikut menggunakan pelarut etanol dan blanko plasma (0,3 ml)

19
:0,5 ml diencerkan hingga 10 ml (0,625 µg/ml), 1,0 ml diencerkan hingga 10 ml (1,25

µg/ml), 2,0 ml diencerkan hingga 10 ml (2,5 µg/ml), 3,0 ml diencerkan hingga 10

ml,(3,75 µg/ml), 4,0 ml diencerkan hingga 10 ml,(5 µg/ml), dan 5,0 diencerkan

hingga 10 ml,(6,25 µg/ml). Selanjutnya ditambahkan methanol 3 x volume plasma ,

kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm Selma 10 menit, diambil larutan

bening selanjutnya diuapkan.setelah didapatkan ekstrak kemudian dilarutkan

menggunakan methanol 500 µl. Larutan disaring dengan membran milipore 0,2µm,

selanjutnya disuntikkan kedalam kolom C18 instrumen KCKT sistem fase balik

sebanyak 200 µl dengan fase gerak yang digunakan metanol : H2O (95 :5), laju alir 1

ml/menit. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dan dihitung nilai koefisien korelasi (r),

nilai slope, dan intercept dari garis linier yang diperoleh, factor kapasitas, selektivitas,

jumlah plateoritis, keterulangan injeksi (Levita, 2014).

2. Akurasi

Larutan diatas (digunakan pada uji linieritas) selanjutnya diambil 3 konsentrasi

rendah, sedang, dan tinggi masing-masing (0,625 µg/ml, 3,75 µg/ml, dan 6,25 µL).

Masing-masing larutan disaring dengan membran milipore 0,2µm, selanjutnya

disuntikkan kedalam kolom C18 instrumen KCKT sistem fase balik sebanyak 200 µl

dengan fase gerak yang digunakan metanol : H2O (95 :5), laju alir 1 ml/menit.

Penyuntikan dilakukan sebanyak 3 kali dan dihitung besar persen perolehan kembali

(Levita, 2014).

20
3. Uji Ketelitian (Presisi)

Dilakukan penyuntikan sebanyak 6 kali dengan konsentrasi yang sama dan interval

yang pendek. Kemudian dihitung % Relative Standard Deviation (RSD). Rumus

menghitung % RSD :

Dimana ; SD : standar deviasi dan x : Konsetrasi rata-rata sampel

4. Batas Deteksi (LOD)

LOD atau limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko

atau konsentrasi terendah yang bisa diukur dengan pasti(Riyanto. 2014).Baas deteksi

ditentukan jika puncak (S) sama dengan 3 kali N (Noise).

LOD dapat dihitung dengan persamaan : LOD = x + 3 SD, dimana: x : merupakan

konsentrasi rata-rata blanko, SD : Standar deviasi dari blanko.

5. Batas Kuantitasi(LOQ)

LOQ atau limit kuantitasi adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang dapat

ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima (Riyanto. 2014)

21
III.5.3 Penetapan Profil Farmakokinetik dari Sediaan Tablet Hisap ekstrak
kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dihitung sebagai alpha
mangostin
1. Penyiapan Hewan Uji

Sediaan herbal ekstrak kulit manggis yang diberikan kepada hewan uji dibuat

dengan cara Setiap subjek akan mendapatkan lima kali perlakuan

pengambilan darah, dengan prosedur : diberikan 15 ml sediaan herbal ekstrak

kulit manggis kepada setiap subjek penelitian (n= 19) diberikan secara

peroral, kemudian dilakukan pengambilan darah sebanyak 3 ml pada menit

ke-0, ke-30, ke-60, ke-120, dan ke-180. Darah dimasukkan kedalam tabung

vakum yang berisi antikoagulan yaitu K2EDTA lalu disentrifugasi dengan

kecepatan putaran 3000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan larutan

jernih dan endapan. Dilakukan analisis dengan menggunakan High

Performance Liquid Chromatography (HPLC).

2. Preparasi Sampel

Sebelum sampel dianalisis dengan menggunakan HPLC terlebih dahulu dilakukan

penyiapan sampel dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Dipipet aliquot 200 µl sampel plasma dan dipindahkan ke tabung eppendorf

2. Ditambahkan 800 µl metanol. Campuran tersebut divortex selama 1 menit

dengan kecepatan tinggi.

3. Disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.

22
4. Supernatan dimasukkan ke dalam vial HPLC dengan disaring terlebih dahulu

menggunakan membran milipore 0,2 µm

5. Selanjutnya sampel di ukur menggunakan alat HPLC

23
Daftar Pustaka

Bauer A Larry. 2008. Applied Clinical Pharmacokinetics.Second edition.Washington


: Mc Graw Hill Medical

Chattopadhyay, S. K. and S. Kumar. 2006. Identification and quantification oftwo


biologically active polyisoprenylated benzophenones xanthochymoland
isoxanthochymol in Garcinia species using liquid chromatography–tandem
mass spectrometry. J. Chromatogr. B 844:67–83.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

Dipiro.JT. 2009.Pharmacoterapy Handbook 7th edition.Mc Graw Hill; New


York.

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hendayana, Sumar. 2006, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektrolisis


Modern, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hidayati, Wulan.2017. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana Linn.) dan Ekstrak Asam Gelugur (Garcinia atroviridis
Griff.) Sebagai Nutrasetikal

Ho, C. K., Huang, Chen. 2002. Garcinone E, a Xanthone Derivative, Has Potent
Cytotoxic Effect Against Hepatocellular Carcinoma Cell Lines. Planta Med.

James, PA., Oparil, S., Carter, BL., PharmD., Chusman, WC., Himmelfarb, CD, et
all. 2013. Evidence-Based Guidline for the Management of High blood
Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed to the Eight
Joint National Committee (JNC 8). JAMA : 284-427

Jinsart W, Ternai et al.1992. Inhibition Of Wheat Embryo Calcium - Dependent


Protein Kinase and Other Kinases by Mangostin and Gammamangostin,
Phytochemistry

24
Juanda, D., dan B. Cahyono. 2000. Ubi jalar. Budidaya dan analisis usaha tani.
Kanisius.

Jujun P., Duangrat C., Pootakham K., Tharav P., Pongpaibul Y, 2008. HPLC
vslidation for assy of mangostin in crude mangosteen extract and throat spray
preparation. Department of Pharmaceuticsl Sciences, Faculty of Pharmacy,
Chiang Mai University, Hal. 1-4.

Kumara, Amitya. 1988. Studi Pendahuluan tentang Validitas dan Reliabilitas (The
Test of Self Confidence). Laporan penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psiklogi
UGM.
Levita, J. (2014): Bioavailability Study of Sambiloto (Andrographis paniculata)
Herbs Infusion in Rabbit. Indonesian Journal of Pharmacy, 25 (3): 138 – 144

Mahabussakaram, W., 1987. Chemical constituent of Garcinia mangostana. J Nat


Prod. 50(3): 474-8.

Pedraza-Chaverri, J.; Cárdenas-Rodríguez, N.; Orozco-Ibarra, M.; Pérez-Rojas, J.M.


2008. Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food Chem.
Toxicol., 46, 3227–3239.

Peres, V., Nagem, T.J., de Olivera, F.F., (1997), Tryoxygenated Naturally Occuring
Xanthones, Phytochemistry

Peters. D. 1989 Medicated Lozenges. In Pharmaceutical Dosage Form. Tablets.


Vol.1.2nd edition. (H.A Lieberman, L. Lachman, and J. B. Schwartz, eds).
Marcel Dekker Inc. New York.

Pothitirat, W and Gritsanapan, 2008. W. Quantitative analysis of total mangostins in


Garcinia mangostana fruit rind. J. Health Res, 22(4):161-166.

Puspitasari, L., Swastini, D.A. & Arisanti, C.I.., 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L .). Garuda Portal, 961,
p.5.

Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji. Yogyakarta : Deepublish.

25
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002,
Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, Pusat Studi
Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Suksamran., A. 2006. Cytotoxic Prenylated Xantons From the Young Fruit of


Garcinia mangostana, Chem. Pharm. Bull., 54; 301-305

Syamsudin, L.; Faizatun, L.; Rahayu, L. HPLC analysis and pharmacokinetic study
of mangostin after orally administration in rats. T. Pharm. Res. 2009, 2, 43–49.

Waterman, P. G. and R. A. Hussain. 1883. Systematic Significance of


Xanthones,Benzophenones and Biflavonoids in Garcinia. Biochem. System.
Ecol.11(1):21-28.

26

Anda mungkin juga menyukai