Oleh
ROSITA IRIANTI DEHI
260120150506
TESIS
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
II.1.3 Farmakokinetik........................................................................ 8
iii
III.1 Subjek penelitian ................................................................................. 17
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) .....................................5
v
Bab I
Pendahuluan
beberapa sanagat berpotensi sebagai obat salah satunya yang bisa dimanfaatkan
Menurut beberapa penilitian dari kulit buah manggis (G. mangostana L.) itu sendiri,
antiinflamasi, anti jamur, antihistamin. Adapun beberapa senyawa dari kulit buah
butenil)- 9Hxanten-9-on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan
dilaporkan
1
Banyaknya minat dari bahan alam untuk melakukan pengembangan bentuk sediaan
farmasi sangat banyak. Hal ini berkaitan dengan sistem penghantaran obat (Drug
hisap karena sirup memiliki rasa yang baik dan mudah untuk dikonsumsi karena
farmakokinetik alpha mangostin dalam bentuk sediaan farmasi yaitu dalam bentuk
sediaan sirup, didalam dalam penelitian menggunakan hewan uji, dimana hewan ujia
bentuk sediaan belum dilakukan namun pada tahun (2013) sebuah riset
menyimpulkan bahwa pemberian alpha mngostin pada dosis 40 mg/kg secara oral
pada hewan uji tikus diperoleh kadar maksimum didalam darah sebesar 4,8µg/mL
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
profil farmakokinetik meliputi AUC, Cmax, Tmax, dan t1/2 alpha mangostin dari
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang dapat
dijabarkan, adalah:Berapa nilai AUC, Cmax, Tmax, t ½alpha mangostin pada plasma
darah hewan uji diberi sirup ekstrak manggis (Garcinia mangostana L.)?
2
I.3 Tujuan Penelitian
:AUC, Cmax, Tmax, t ½alpha mangostin pada plasma darah hewan uji diberi sirup
Hasil penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi data ilmiah profil
farmakokinetik herbal Indonesia meliputi (AUC, Cmax, Tmax, dan t ½), khususnya
Hasil penelitian ini dapat memastikan keamanan konsumsi khususnya sediaan sirup
3
4
Bab II
Klasifikasi Garcinia adalah genus terbesar dari tropis famili guttiferae yangberisi
sekitar 400 spesies pohon poligami, semak-semak,terdapat pada Asia tropis, Afrika
Manggis merupakan tanaman berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Guttiferales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
II.1.1.2 Morfologi
Manggis adalah tanaman buah tropika yang pertumbuhannya lambat, tetapi umurnya
juga panjang. Tanaman yangberasal dari biji umumnya membutuhkan 10–15 tahun
untuk mulai berbuah. Daunnya agak tebal, berbentuk lonjong. Batangnya lurus,
besarnya diperkirakan sebesar jeruk-garut, berkulit merah tuaatau ungu tua. Daging
buah manggis berwarna putih, bertekstur halus danrasanya manis bercampur asam
sehingga menimbulkan rasa khas dansegar. Getah manggis berwarna kuning (getah
kuning) terdapat semua jaringan utama tanaman (Cahyono dan Juanda, 2000).
Buah manggis adalah salah satu spesies terbaik dari genus Garcinia dan mengandung
5
salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Sudarsono et
al., 2002).
Banyak penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
sekunder yang ditemukan dalam beberapa tanaman tingkat tinggi termasuk manggis
(Pereset al., 2000).Xanton dapat diisolasi dari kulit, buah manggis, kulit kayu, dan
xanten-9-on. Keduanya senyawa tersebut lebih dikenal dengan nama alfa mangostin
bahwa xanthon yang diperoleh dari manggis memiliki aktivitas biologis yang seperti
Xanthon merupakan salah satu substansi kimia alami yang tergolong senyawa
tersebut pada berbagai genus garcina diantaranya adalah senyawa xanton (Ho, et al.,
2002).
6
Beberapa penelitian membuktikan aktivitas farmakologi dari Ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.). Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam
ekstrak kulit manggis ini memiliki peran penting dalam aktivitas farmakologi .
dalam suatu zat sehingga dapat memperkirakan efek farmakologi apa saja yang
II.1.2 α-Mangostin
α-Mangostin merupakan salah satu senyawa utama yang terdapat pada kulit buah
manggis. Buah manggis pada kondisi matang memiliki kandungan α-Mangostin lebih
tinggi dibandingkan ketika buah manggis muda yaitu sekitar dua kali lebih banyak
(Pothitirat,2009)
α-Mangostin memiliki pemerian zat berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol, eter, aseton, etilasetat, dan kloroform dan merupakan golongan
on, dengan rumus molekul C24H26O6 dan bobot molekul 410,46 (Yates dan Stout,
1958). Senyawa α-Mangostin terdiri dari beberapa jenis antara lain γ- mangostin dan
7
Gambar II.2 Struktur Kimia Alpha Mangostin
mangostin sebagai obat herbal meliputi penjaminan mutu dari G.mangostana dan
(kromatografi cair kinerja tinggi) dengan kolom C-18, fase gerak metanol:aquabidest
(95:5) dan detektor ultra violet (UV) dengan λ 319 nm. Selain itu dapat menggunakan
kolom yang sama tetapi menggunakan fase gerak asetonitril-0,2% asam formiat
dalam air (70:30) dengan detektor UV pada λ 240 nm (Teixeira dkk, 2003). Dan juga
dapat menggunakan kolom yang sama dengan fase gerak metanol-air (90:10),
II.1.3 Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah aspek pengetahuan yang mempelajari kinetika obat atau nasib
obat dalam tubuh. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi
8
dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat
(Gunawan, 2009).
Absorpsi proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi sistemik
(sirkulasi darah). kecepatan absorpsi obat imi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor yang harus yang mempengaruhi proses absorpsi diantaranya cara
pemberian obat, kelarutannya, derajat disosiasi, ukuran partikel dan berat molekul,
luas daerah absorpsi dan vaskularisasi daerah absorpsi. Pada pemberian melalui oral,
kelarutan obat merupakan hal yang perlu diperhatikan. Obat yang larut dalam lemak
lebih mudah diabsorpsi dibanding dengan yang kurang larut dalam lemak. Absorpsi
obat terjati apabila berupa partikel kecil, yaitu setelah obat mengalami disintegrasi
Distribusi merupakan proses yang terjadi setela obat diabsorpsi dan masuk di sistem
Faktor yang mempengaruhi distribusi obat adalah Ikatan dengan protein plasma,
aliran darah, perpindahan lewat membran dan kelarutan di dalam jaringan. Apabila
obat terikat kuat dengan protein plasma, obat bisa tetap berada dalam ruang vaskuler
sampai di buang. Jadi tidak akan dapat menimbulkan efek, sedangkan obat yang tidak
berikatan dengan protein plasma atau yang bebas dapat menembus membran biologis
9
Metabolisme merupakan suatu proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi di
dalam tubuh dan dikatalisasi oleh enzim yang bertujuan untuk mengakhiri efek
farmakologik atau efek toksik suatu obat. Proses metabolisme adalah dengan
mengubah obat yang tadinya lipofilik menjadi hidrofilik, non-polar menjadi polar.
Eksresi merupakan proses pengeluaran obat melalui oragan ekresi dalam bentuk
metabolit hasil metabolisme, tapi juga dapat dieksresikan dalam bentuk asalnya. obat
yang larut dalam air (hidrofilik) lebih cepat diekskresi dibanding dengan obat yang
larut dalam lemak (lipofilik), hal itu tidak dipakai pada saat ekskresi lewat paru-paru
(Bauer, 2008).
konsentrasi maksimal suatu senyawa dalam serum setelah pemberian pada dosis
farmakokinetik juga diperlukan untuk evaluasi efikasi dan keamanan suatu sediaan
yang diabsorpsi dalam darah mulai dari waktu awal pemberian pada 0 menit (t 0)
memperkirakan kadar puncak obat dalam darah. Tmax digunakan untuk mempekirakan
waktu pemberian obat sejak awal sampai tercapai C max, waktu paruh (t1/2) digunakan
10
untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh obat berkurang menjadi setangah
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan metode kromatografi yang telah
sistem kromatografi cair metode dasar adalah pada KCKT digunakan pompa tekan
dimana bertujuan untuk membantu sistem alir dari cairan fase gerak atau pengelusi.
Selain itu, pada KCKT proses elusi dapat terlindung dari udara yang berada di
Prinsip kerja dari KCKT adalah fase gerak dialirkan dimana menggunakan pompa,
lalu sampel diinjeksikan ke dalam fase gerak yang mengalir menuju kolom, sampel
Detektor Photodiode array (PDA) merupakan suatu detektor yang digunakan untuk
mendeteksi daerah UV hingga terlihat sinar tampak. Detektor PDA memiliki lampu
tungsten sebagai sumber cahaya yang memancarkan sinar dalam suatu kisaran dan
cell. Kisi-kisi akan memecah sinar polikromatik untuk setiap panjang gelombang
dengan intensitas yang selanjutnya diukur dengan sebuah dioda. Pada detektor PDA,
dimana seluruh panjang gelombang dapat diukur secara bersamaan. Keuntungan PDA
11
II.2 Kerangka Pemikiran
sekunder yang ditemukan dalam beberapa tanaman tingkat tinggi termasuk manggis
Xanthon merupakan salah satu substansi kimia alami yang tergolong senyawa
tersebut pada berbagai genus garcina diantaranya adalah senyawa xanton (Ho, et al.,
2002).
Pengujian farmakokinetik juga diperlukan untuk evaluasi efikasi dan keamanan suatu
besarnya/jumlah obat yang diabsorpsi dalam darah mulai dari waktu awal pemberian
pada 0 menit (t0) sampai waktu terakhir, konsentrasi maksimal (C max) yang digunakan
untuk memperkirakan kadar puncak obat dalam darah. T max digunakan untuk
mempekirakan waktu pemberian obat sejak awal sampai tercapai C max, waktu paruh
(t1/2) digunakan untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh obat berkurang
12
α-Mangostin memiliki pemerian zat berwarna kuning, larut dalam alkohol, eter,
memiliki titik leleh 181,6 – 182,6°C. sehingga dibuat dalam bentuk sediaan sirup
(Mahabussakaram, 1987).
bentuk sediaan belum dilakukan namun pada tahun (2013) sebuah riset
menyimpulkan bahwa pemberian alpha mngostin pada dosis 40mg/kg secara oral
pada hewan uji tikus diperoleh kadar maksimum didalam darah sebesar 4,8µg/mL
II.3 Premis
Premis 1 :
Kadar alfa mangostin dapat dianalisis menggunakan KCKT PDA dengan kadar alfa
mangostin 21,2 mg sebelum dibuat sediaan dan 16,56 mg setelah dibuat sediaan
Premis 2 :
Pemberian ektrak kulit buah manggis 1300 mg/kgBB pada hewan coba tikus jantan
13
Peremis 3 :
sekunder yang ditemukan dalam beberapa tanaman tingkat tinggi termasuk manggis
Premis 4 :
namun pada tahun (2013) sebuah riset menyimpulkan bahwa pemberian alpha
mangostin pada dosis 40mg/kg secara oral pada hewan uji tikus diperoleh kadar
maksimum didalam darah sebesar 4,8µg/mL yang dicapai pada waktu 63 menit itu
maka hipotesis yang diambil dalam penelitian ini yaitu alpha mangostin akan
terdeteksi pada plasma hewan uji yang sebelumnya telah diberikan minuman tablet
II.4 Hipotesis
maka hipotesis yang diambil dalam penelitian ini yaitu AUC alpha mangostin akan
terdeteksi pada plasma hewan uji yang diberikan tablet hisap ekstrak kulit manggis
(Garcinia mangostana L.) sebesar 4,8 µg/mL , konsentrasi maksimal (Cmax) 0.0408
14
kadar puncak obat dalam darah. Tmax yaitu 1 jam, waktu paruh (t1/2) untuk
memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh obat berkurang menjadi setangah dari
15
16
Bab III
Metodologi
dikeluarkan oleh BPOM pada tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah subjek minimal
untuk pengujian bioekivalensi obat adalah 12 subjek, kecuali dalam kondisi khusus
Tikus jantan putih Rattus norvegicus galur Wistar. Tikus tersebut diperoleh dari
III.3 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat gelas yang digunakan
(Ultimate 3000) kolom C18 (4,6 x 250 mm, 5 mm) spektrofotometer ultraviolet-sinar
tampak (Specord 200, Analitik Jenna), syringe 3 mL (Terumo), tabung eppendrof 1,5
mL, tabung konteiner darah dengan K2EDTA 5,4 mg (BD Vucatainer), timbangan
III.4 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alpha mangostin baku, sirup
ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.), aquabidest (Sakura medical), metanol
III.5 Metode
17
III.5.1.2 Penyiapan Sirup Ekstrak Kulit Manggis
Pembuatan sediaan herbal ekstrak kulit manggis dengan komposisi Na-cmc, gliserin,
Larutan standar alpha mangostin 2000 ppm diencerkan menjadi 25 ppm kemudian
maksimum
Alpha mangostin baku (5 mg dilarutkan dalam 100 mL) metanol, alpha mangostin
konsentrasi 12,5 ppm selanjutnya dari konsentrasi 12,5 ppm diambil 0,5 mL, 1,0 mL,
2,0 mL, 3,0 mL, 4,0 mL, dan 5,0 dilarutkan dengan metanol sampai 10 mL sehingga
memperoleh konsentrasi masing-masing 0,625ppm, 1,25 ppm, 2,5 ppm, 3,75 ppm, 5
18
2. Optimasi Kondisi KCKT alpha mangostin
gerak yang akan digunakan pada saat menganalisis alpha mangostin. Tahapan yang
dilakukan yaitu :
metanol)
ppm
ke dalam KCKT sebanyak 20 µL dengan fase gerak air dan metanol perbandingan
5:95 dengan kecepatan alir 1,2 ml/menit yang dideteksi pada panjang gelombang
319
4. Kemudian dicatat resolusi, waktu retensi¸ tailing factor untuk menentukan fase
1. Linieritas
Darah hewan uji yang tidak tablet hisap ekstrak kulit manggis diambil sebanyak 2
mL, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan berupa
baku alpha mangostin baku (5 mg alpha mangostin baku, larutkan dalam etanol
hingga 100 ml (50 µg/ml)) dipipet aliquot sebanyak 25 ml dan diencerkan dengan
etanol hingga 100 ml (12,55 µg/ml). Dari larutan tersebut dibuat beberapa variasi
konsentrasi sebagai berikut menggunakan pelarut etanol dan blanko plasma (0,3 ml)
19
:0,5 ml diencerkan hingga 10 ml (0,625 µg/ml), 1,0 ml diencerkan hingga 10 ml (1,25
ml,(3,75 µg/ml), 4,0 ml diencerkan hingga 10 ml,(5 µg/ml), dan 5,0 diencerkan
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm Selma 10 menit, diambil larutan
menggunakan methanol 500 µl. Larutan disaring dengan membran milipore 0,2µm,
selanjutnya disuntikkan kedalam kolom C18 instrumen KCKT sistem fase balik
sebanyak 200 µl dengan fase gerak yang digunakan metanol : H2O (95 :5), laju alir 1
ml/menit. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dan dihitung nilai koefisien korelasi (r),
nilai slope, dan intercept dari garis linier yang diperoleh, factor kapasitas, selektivitas,
2. Akurasi
rendah, sedang, dan tinggi masing-masing (0,625 µg/ml, 3,75 µg/ml, dan 6,25 µL).
disuntikkan kedalam kolom C18 instrumen KCKT sistem fase balik sebanyak 200 µl
dengan fase gerak yang digunakan metanol : H2O (95 :5), laju alir 1 ml/menit.
Penyuntikan dilakukan sebanyak 3 kali dan dihitung besar persen perolehan kembali
(Levita, 2014).
20
3. Uji Ketelitian (Presisi)
Dilakukan penyuntikan sebanyak 6 kali dengan konsentrasi yang sama dan interval
menghitung % RSD :
LOD atau limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
atau konsentrasi terendah yang bisa diukur dengan pasti(Riyanto. 2014).Baas deteksi
5. Batas Kuantitasi(LOQ)
LOQ atau limit kuantitasi adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang dapat
ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima (Riyanto. 2014)
21
III.5.3 Penetapan Profil Farmakokinetik dari Sediaan Tablet Hisap ekstrak
kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dihitung sebagai alpha
mangostin
1. Penyiapan Hewan Uji
Sediaan herbal ekstrak kulit manggis yang diberikan kepada hewan uji dibuat
kulit manggis kepada setiap subjek penelitian (n= 19) diberikan secara
ke-0, ke-30, ke-60, ke-120, dan ke-180. Darah dimasukkan kedalam tabung
2. Preparasi Sampel
22
4. Supernatan dimasukkan ke dalam vial HPLC dengan disaring terlebih dahulu
23
Daftar Pustaka
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ho, C. K., Huang, Chen. 2002. Garcinone E, a Xanthone Derivative, Has Potent
Cytotoxic Effect Against Hepatocellular Carcinoma Cell Lines. Planta Med.
James, PA., Oparil, S., Carter, BL., PharmD., Chusman, WC., Himmelfarb, CD, et
all. 2013. Evidence-Based Guidline for the Management of High blood
Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed to the Eight
Joint National Committee (JNC 8). JAMA : 284-427
24
Juanda, D., dan B. Cahyono. 2000. Ubi jalar. Budidaya dan analisis usaha tani.
Kanisius.
Jujun P., Duangrat C., Pootakham K., Tharav P., Pongpaibul Y, 2008. HPLC
vslidation for assy of mangostin in crude mangosteen extract and throat spray
preparation. Department of Pharmaceuticsl Sciences, Faculty of Pharmacy,
Chiang Mai University, Hal. 1-4.
Kumara, Amitya. 1988. Studi Pendahuluan tentang Validitas dan Reliabilitas (The
Test of Self Confidence). Laporan penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psiklogi
UGM.
Levita, J. (2014): Bioavailability Study of Sambiloto (Andrographis paniculata)
Herbs Infusion in Rabbit. Indonesian Journal of Pharmacy, 25 (3): 138 – 144
Peres, V., Nagem, T.J., de Olivera, F.F., (1997), Tryoxygenated Naturally Occuring
Xanthones, Phytochemistry
Puspitasari, L., Swastini, D.A. & Arisanti, C.I.., 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L .). Garuda Portal, 961,
p.5.
25
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002,
Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, Pusat Studi
Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Syamsudin, L.; Faizatun, L.; Rahayu, L. HPLC analysis and pharmacokinetic study
of mangostin after orally administration in rats. T. Pharm. Res. 2009, 2, 43–49.
26