Anda di halaman 1dari 5

PROFESI (Profesional Islam) Media Publikasi

Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.


Website: ejournal.stikespku.ac.id

3.1.6 Nyeri Kepala Pada Responden Sebelum Dan Differences


Sesudah Diberikan Intervensi Akupresur Berdasarkan tabel 3.1.6 dapat dijelaskan bahwa
Nyeri kepala responden sebelum dan sesudah nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan
diberikan intervensi akupresur pada lansia hipertensi intervensi akupresur adalah sebesar 4,50, dengan
adalah sebagai berikut: standar deviasi sebesar 1,850 dan sesudah dilakukan
intervensi akupresur adalah sebesar 1,40, dengan
Tabel 6. Identifikasi Nyeri Kepala Responden standar deviasi sebesar
Sebelum dan Sesudah Akupresur Pada Pasien Lansia 1,353.
Hipertensi Sedangkan berdasarkan pengujian dependent
P sample T Test diperoleh P value 0,000 (P value <
Nyeri Kepala Mean Std.deviation 0,05), artinya ada perbedaan pengaruh nyeri setelah
value
Sebelum dilakukan intervensi akupresur.
1,850
Akupresur 4,50
,478
Sesudah 3.1.7 Perbedaaan Rata-Rata Tekanan Darah
1,353
Akupresur 1,40 Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi
Paired 2,100 Relaksasi Autogenik dan Aku-presur
Samples Test Perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan
3,100
,000
Paired sesudah relaksasi autogenik dan terapi akupresur
adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Perbedaaan Rata-Rata Tekanan Darah Sesudah Iberikan Intervensi


Relaksasi Autogenik Dan Akupresur Pada Pasien Lansia Hipertensi

Variable N Mean Mean Different Std. Error Mean P value


Tehnik relaksasi 20 -1.1834 .11654
Akupresur_________20 -1.0250___________-.15845______________________.10350 0,664

* Uji Independent T Test

Berdasarkan tabel 3.1.7, dari hasil 3.2.1 Karakteristik Responden


perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat Karakteristik responden berdasarkan usia yang
bahwa jumlah N adalah sebanyak 20 responden terbanyak lanjut usia (elderly) 60-74. Perubahan pada
untuk masing-masing perlakuan. Mean yang sistem kardiovaskuler lansia mengalami penurunan
dihasilkan pada teknik relaksasi autogenik kemampuan memompa darah 1% setiap tahun. Umur
sebesar -1,1834, sedangkan pada teknik aku- merupakan salah satu Faktor penyebab hipertensi yang
presur sebesar -1,0250. Selanjutnya Standard tidak bisa dimodifikasi (Nuraini, 2015). Karakteristik
Error of Mean pada teknik relaksasi sebesar responden berdasarkan usia yang terbanyak lanjut usia
0,11654 dan pada teknik akupresur sebesar (elderly) 60-74. Seiring meningkatnya lansia berakibat
0,10350. meningkatnya kasus hipertensi. Bertambahnya umur
Sebelum uji T, terlebih dahulu dilakukan uji akan diikuti peningkatan tekanan darah sebagai
kesamaan varian dengan F Test, artinya jika varian akibat pengerasan pembuluh nadi (Divine, 2012).
sama, maka t menggunakan equal variance assumed Peningkatan tekanan darah yang terjadi lansia karena
dan jika varian berbeda maka menggunakan equal menurunnya elastisitas arteri pada proses menua
variance not assumed. Kriteria pengujian Ho diterima (Padila, 2013). Arteriosklerosis atau pengerasan arteri
jika P value > 0,05. Dari hasil perhitungan pengujian inilah serigkali memicu peningkatan tekanan darah
independent sample T Test, diperoleh hasil P value pada lanjut usia (Wade, 2016).
sebesar 0,316 (P value > 0,05). Hal ini berarti bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan Riskesdas
tidak terdapat perbedaan antara teknik relaksasi dan (2013) yang melaporkan bahwa dengan meningkatnya
teknik akupresur. umur pada lansia, maka mengalami kecenderungan
peningkatan kasus hipertensi.
3.2 Pembahasan

1
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin value <0,05), artinya ada perbedaan pengaruh
yang terbanyak adalah perempuan. Hasil penelitian tekanaan darah sistolik maupun diastolik setelah
Anwar dan Andriani (2010) menunjukkan bahwa dilakukan intervensi relaksasi autogenik.
jumlah responden lansia hipertensi yang terbanyak Nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum
adalah perempuan yaitu sebesar 61,8%. Pada populasi dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar 100,20
umum, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi MmHg dan setelah dilakukan intervensi menjadi 84,20
dibandingkan perempuan (39% laki-laki dan 31% MmHg. Artinya terdapat selisih penurunan 16 MmHg.
perempuan). Aziza (2007) menyebutkan bahwa resiko Berdasarkan pengujian dependent sample T Test pada
hipertensi lebih besar pada laki-laki dibandingkan tekanan sistolik di peroleh P value 0,000 dan tekanan
perempuan, dan akan menurun seiring bertambahnya diastolik dengan uji Wilcoxon diperoleh hasil P value
umur. Jumlah lansia hipertensi terbanyak adalah 0,01 (P value <0,05), artinya ada perbedaan pengaruh
perempuan. Hal ini dimungkinkan karena tekakan darah sistolik maupun diastolik setelah
kecenderungan perempuan lebih banyak melakukan dilakukan intervensi akupresur.
aktifitas di rumah pada saat pengambilan data dan Nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan
lebih banyak yang bersedia berpartisipasi menjadi intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar 5,05 dan
responden penelitian ini. Penelitian ini sesuai dengan mengalami penurunan menjadi 1,05 setelah intervensi.
Riskesdas (2013) bahwa proporsi penderita hipertensi Artinya ada penurunan nyeri kepala sebesar 4,0.
pada perempuan cenderung lebih banyak daripada Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample
laki-laki (perempuan 28,8% dan laki laki 22,8%). T Test diperoleh P value 0,000 (P value <0,05), artinya
Karakteristik responden berdasarkan agama ada perbedaan pengaruh nyeri kepala setelah
terbanyak pada intervensi relaksasi autogenik adalah dilakukan intervensi relaksasi autogenik.
Islam. Berdasarkan pendidikan, penderita hipertensi Nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan
terbanyak adalah yang tidak sekolah. Karakteritik intervensi akupresur adalah sebesar 4,50, dan
responden berdasarkan pekerjaan, yang terbanyak mengalami penurunan menjadi 1,40 setelah intervensi.
adalah yang bekerja sebagai petani. Kondisi ini sesuai Artinya terdapat penurunan nyeri kepala sebesar 3,10.
dengan data demografi dari desa Ngargomulyo dan Berdasarkan pengujian dependent sample T Test
juga adanya kemungkinan akibat pola makan yang diperoleh P value 0,000 (P value <0,05), artinya ada
kurang baik sesuai hasil Riskesdas (2013). perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi
akupresur.
3.2.2 Perbedaaan Tekanan Darah Sebelum Dan Dari pengujian independent sample T Test
Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi diperoleh hasil P value sebesar 0,316 (lebih besar dari
Autogenik Dan Akupresur < 0,05). Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan
Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum antara teknik relaksasi dan teknik akupresur.
dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah Secara umum tekanan darah sangat dipengaruhi
sebesar 173,85 MmHg dan setelah intervensi menjadi oleh kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan
134,00 MmHg, artinya terdapat penurunan rata-rata TPR. Oleh karena itu, peningkatan salah satu dari
39, 85 MmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik ketiganya yang tidak dikompensasi dapat
sebelum dilakukan intervensi relaksasi autogenik menyebabkan hipertensi.
adalah sebesar 95,15 MmHg, dan setelah intervensi Hipertensi bisa disebabkan akibat peningkatan
aktifitas susunan saraf simpatis. Stres jangka panjang
menjadi 80,20 MmHg, artinya mengalami penurunan
mengakibatkan pengaktifan sistem simpatis dan
14,95 MmHg.
mengakibatkan kelebihan genetik reseptor
Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
norepineprin di jantung atau otot polos vaskuler.
dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar 179,25 (Corwin, 2009).
MmHg, menurun menjadi sebesar 138,10 MmHg Mekanisme ini akan berpengaruh terhadap
setelah dilakukan intervensi. Artinya ada penurunan eksresi natrium dan air oleh ginjal, kepekaan
sebesar 41,15 MmHg. Sedangkan berdasarkan baroreseptor, respon vaskuler, dan skekresi renin.
pengujian dependent sample T Test pada tekanan Renin adalah hormon yang dikeluarkan oleh ginjal
sistolik di peroleh P value 0,000 dan diastolik dengan yaitu aparatus jukstaglomerulus (JG) sebagai respon
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh P value 0,000 (P terhadap penurunan tekanan darah atau penurunan

2
PROFESI (Profesional Islam) Media Publikasi
Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

konsentrasi natrium plasma. Apabila tekanan darah diaktifkan oleh parasympathetic nervous system,
naik maka sel sel otot polos mengurangi pelepasan cabang lain dari sistem saraf otonom. Seluruh sistem
renninnya. Renin beredar di dalam darah di hati tubuh dan pikiran kembali ke keadaan harmonis dan
mengubah angio-tensinogen menjadi angiotension I. seimbang. Detak jantung dan pernapasan menjadi
Angiotension I bereaksi dengan enzim (angiotension- lebih lambat, ketegangan otot dan tekanan darah
conver-ting enzyme, ACE) mengaktifkan angiotension
menurun, metabolisme melambat dan aktivitas mental
I menjadi angiotension II yang bersifat konstriktor
yang lebih tenang. Respons relaksasi memunculkan
pada system vaskuler. Reaksi ini menyebabkan
proses penyembuhan diri yang menyebabkan tubuh
sintesis hormon mineralokortikoid atau aldosteron.
Aldosteron menyebabkan peningkatan resorpsi istirahat, perbaikan dan penyembuhan, meningkatkan
natrium dan berakibat rearbsorbsi air sehingga volume sistem kekebalan tubuh dan mengembalikan
plasma meningkat dan meningkatkan aliran plasma, keseimbangan emosional. Teknik relaksasi mendalam
peningkatan curah jantung, dan secara langsung yang komprehensif dikembangkan pada tahun l932
meningkatkan tekanan darah. oleh seorang psikiater Jerman, Dr. Johannes Schultz
Penurunan tekanan darah mempengaruhi mengembangkan serangkaian latihan sederhana atau
peningkatan produksi renin dan kadar natium di dalam perintah sugestif otomatis yang memungkinkan
darah. Peningkatan renin tersebut akan mengubah seseorang beralih dari keadaan kecemasan berubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Selanjutrnya menjadi kedamaian dalam waktu yang sangat singkat
angiotension I secara cepat bereaksi dengan (Sauders S & Chairman, 2006). Hasil penelitian
angiotensin-converting enzym menjadi angiotension II Dwiyanti
yang berfungsi sebagai vasokonstriktor untuk (2015), menyatakan bahwa adanya pengaruh terapi
meningkatkan kontraksi otot polos dan peningkatan relaksasi autogenik terhadap tekanan darah tinggi pada
resistensi perifer total sistemik serta merangsang hipertensi.
kortek adrenal memproduksi aldosteron. Kadar kalium Stres pada lansia karena trauma pasca bencana
plasma yang rendah juga menghambat sekresi merapi akan mampu menurunkan kadar hormon
aldosteron yang menyebabkan volume darah menurun serotonin dan melatonin yang menjadikan factor
sehingga curah jantung menurun (Ridwan, 2009). pemicu meningkatnya tekanan darah. Upaya untuk
Hipertensi dapat disebabkan oleh gangguan mengatasi gangguan tekanan darah ini adalah dengan
transport aktif dari pompa Na+ dan K+. Kondisi ini relaksasi autogenik. Relaksasi meningkatkan kualitas
akan diikuti dengan kenaikan Ca2+ intraseluler dan jumlah waktu tidur , mengurangi rasa sakit,
sehingga otot lebih mudah berkontraksi yang meelepaskan ketegangan, mengatasi stress,
mengakibatkan munculnya efek simpatis atau meninmbulkan rasa damai dan penerimaan (Padila,
vasokontriksi (Ridwan, 2009). Epineprin (adrenalin) 2013). Terapi relaksasi autogenik akan mengubah
juga dilepaskan ke dalam darah selama stress dan
pikiran kllien menjadi tentaram dan berakibat
cemas yang menyebabkan detak jantung meningkat,
meningkatnya hormon serotonin dan melatonin yang
pembuluh darah menyempit dan kepala pusing (Wade,
2016). berakibat menurunnya tekanan darah pasien tentram
Terapi Autogenik mengembalikan keseimbangan (Muhrosin, Susilo & Novitasari, 2016).
fisik dan emosional yang kita butuhkan pada saat stres Hasil penelitian Wicaksono, Aini Haryani
yang berlebihan dengan cara mengembalikan (2016), menunjukkan relaksasi autogenik efektif
keseimbangan fisik dan emosional yang sehat. Terapi terhadap tekanan darah lanjut usia dengan nilai p =
ini memungkinkan kita untuk mematikan respons stres 0,000 (a=0,05) untuk tekanan darah systole dan p
dan beralih pada lawannya yaitu respon relaksasi dan value = 0,003 (a =0,05) untuk tekanan darah diastole
mengembalikan keseimbangan alami tubuh kita dengan penurunan rata-rata tekanan darah sebesar
(Rodin, 2017). Metode ini berfokus pada berbagai 21,429/ 11,905 mmHg.
manifestasi fisik relaksasi dalam tubuh yang dapat Pada saat dilakukan terapi relaksasi auto-genik,
membantu menyeimbangkan kembali keseluruhan keadaan fisik istirahat secara mendalam akan
sistem tubuh dan pikiran, dengan menguasainya mengatasi respons sistem yang dirasakan. Hal ini
sendiri (Bird, 2006). diaktifkan oleh parasympathetic nervous system,
Keadaan fisik istirahat secara mendalam akan cabang lain dari system saraf otonom. Seluruh sistem
mengatasi respons stres yang dirasakan. Kondisi ini tubuh dan pikiran kembali ke keadaan harmonis dan

3
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

seimbang. Detak jantung dan pernapasan menjadi diberikan akupresur. Akupresur membantu
lebih lambat, ketegangan otot dan tekanan darah memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah
menurun yang akan mampu menurunkan sakit kepala. (Padila, 2013). Stimulasi titik akupresur akan mampu
Terapi auto-genik akan mampu memperbaiki merangsang endorpin yang membuat pasien merasa
kerusakan vaskuler pada hipertensi dengan tenang dan nyaman. Stimulasi titik akupresur juga
menurunkan resistensi pembuluh darah otak (Nurarif akan merangsang dilepaskannya histamin yang
& Kusuma, 2013). menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Proses
Terdapat penurunan sakit kepala pada terapi tersebut berakibat menurunkan tekanan darah dan
relaksasi sebanyak 96% pada indeks sakit kepala sakit kepala dengan cara terjadinya vasodilatasi dan
pasien dibandingkan dengan 25% pada pasien menurunnya resistensi pembuluh darah (Nurarif &
kelompok alprazolam (p <0,001). Pada responden Kusuma, 2013). Kedua manfaat akupresur tersebut
yang diberikan terapi relaksasi, kadar kortisol plasma dapat menurunkan tekanan darah lansia (Majid &
rata-rata ditemukan secara signifikan lebih rendah Rini, 2016).
pada mereka yang menderita sakit kepala kronis Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam
selama lebih dari 5 tahun (Dickinson, dkk, 2008) penelitian ini karena adanya faktor yang sulit
Akupresur dapat membantu meringankan gejala dikendalikan antara lain: stres, pola diet, aktivitas dan
atau mengurangi atau menghilangkan gejala sakit faktor lingkungan responden.
kepala dan ketegangan yang mampu menurunkan
tekanan darah tinggi. Adapun titik titik penekanan 4. SIMPULAN
yang dilakukan adalah meliputi: titik Taichong (H3) Karakteristik responden berdasarkan usia yang
terletak 3 jari dari lipatan jari kaki I dan II. Titik ini terbanyak adalah lanjut usia (elderly) 60-74, jenis
membersihkan panas hati dan mengatasi sakit kepala. kelamin yang terbanyak adalah perempuan, agama
Titik Zusanli (Lb 36) terletak 4 jari dibawah patela terbanyak adalah Islam, pendidikan yang terbanyak
lutut, Titik ini mempunyai fungsi menambah energi adalah tidak sekolah, dan pekerjaan yang terbanyak
dan menjernihkan panas lambung serta meningkatkan adalah petani.
daya tahan tubuh. Titik Hegu (UB 4) terletak di Setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik
punggung tangan pada puncak yang paling tinggi jika terjadi penurunan rata rata tekanan darah sistolik
ibu jari dan jari telunjuk dirapatkan, berfungsi sebesar 39,85 MmHg dan diastolik sebesar 14,95
mengatasi sakit kepala depan dan samping. Titik Ist.1 MmHg.
terletak diantara 2 alis, berfungsi untuk membuyarkan Setelah dilakukan intervensi akupresur terjadi
hambatan energi daerah kepala depan yaitu mengatasi penurunan nilai rata-rata tekanan darah sistolik 41,15
sakit kepala bagian depan dan pusing. Titik Baihul (Tu MmHg dan diastolik mengalami penurunan sebesar 16
20) terletak dipuncak kepala yang berfungsi MmHg.
membuyarkan energi daerah kepala atas, sakit kepala Ada perbedaan pengaruh tekanaan darah sistolik
atas dan pusing. Akupresur titik Fungche (KE 20) maupun diastolik setelah dilakukan intervensi
berada di lekukan tengkuk atas di bawah kepala, 2 jari relaksasi autogenic maupun akupresur.
dari garis tengah tengkuk dan Jianjing (KE 21) berada Setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik
pada lekukan di atas bahu, lurus ke bawah dengan terjadi penurunan rata rata nyeri kepala sebesar 4,0
daun telinga, mempunyai fungsi melancarkan energi dan setelah dilakukan intervensi akupresur terjadi
daerah samping kepala, nyeri kepala (Depkes RI, 2009 penurunan nilai rata-rata nyeri kepala sebesar 3,10.
& Kemenkes RI, 2015). Perangsangan pada titik-titik Ada perbedaan pengaruh nyeri kepala setelah
tersebut akan menghasilkan enzim endorpin (substansi dilakukan intervensi relaksasi autogenic maupun
sejenis morfin) dari otak yang menimbulkan rasa akupresur.
nyaman dan dapat menurunkan kadar kortisol dalam Pengujian independent sample T Test diperoleh
darah melalui pengaturan HPA axis (Syaifullah, 2010). hasil P value sebesar 0,316 (lebih besar dari < 0,05).
Hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan teknik
terapi akupresur menunjukkan perbedaan yang relaksasi dengan teknik akupresur.
bermakna. Perbedaan tersebut terlihat dari penurunan Hendaknya perawat menggunakan terapi
rata-rata tekanan darah antara sebelum dan sesudah relaksasi autogenik dan terapi akupresur sebagai terapi

4
PROFESI (Profesional Islam) Media Publikasi
Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan


pada lansia yang mengalami hipertensi akibat trauma
bencana.
Hendaknya diajarkan kepada para mahasiswa
keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan
pada pasien hipertensi dengan melihat sumber daya
yang ada di masyarakat seperti dengan terapi relaksasi
autogenik dan terapi akupresur.
Perlunya penelitian eksperimen penggabungan
terapi relaksasi dan akupresur sebagai satu kesatuan
terapi dengan cara dikombinasikan.

5. REFERENSI
Anwar, S., Andriani, I. (2010). Analisa Hubungan
Faktor Demografi dan Hipertensi Terhadap
Terjadinya Cedera Pada Lansia Di Posbindu
Matahari RW 09 Kelurahan Kota Baru Bekasi
Barat. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
UMJ, Vol. 6, 107202.
Aziza, L. (2007). Hipertensi, the Silent Killer. Jakarta:
Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Bird, J. (2006). Autogenic Therapy, International
Therapist Issue.
Corwin, E,J. (2009). Buku saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman
Pelatihan Akupresur untuk Petugas
Kesehatan, Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat kesehatan
Komunitas.
Dickinson, et al. (2008). Relaxation for the mana-
gement of primary hypertension in adults: a
Cochrane review. Newcastle University,
Institute of health and Society.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. (2015). Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang:
www.dinkesjatengprov.go.id
Divine, J.G. (2012). Program Olahraga Tekanan Darah
Tinggi Panduan untuk mengatur

Anda mungkin juga menyukai