Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS TYPOID PADA ANAK USIA 6 TAHUN


DI RSUD PARE KEDIRI
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik I
Keperawatan Anak
Dosen pembimbing : Widyasih S,Kep.Ns.,M.Kep

Oleh :
Elita Indah Sari 201701043

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi


tugas praktek keperawatan oleh mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Elita Indah Sari

NIM : 201701043

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak


Pada Kasus Typhoid.

Mahasiswa Pembimbing

(Elita Indah Sari) (Widyasih S,Kep.Ns.,M.Kep)


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS

A. DEFINISI
Demem tifoid adalah penyakit sistemik yang bersifat akut,
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Merupakan infeksi akut pada
usus halus dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan
saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella para typhi A,B dan C, ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid
dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
typoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air
kemih selama lebih dari 1 tahun.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi demam typhoid dengan perbedaan gejala klinis nya :
1. Demam tifoid akun non komplikasi
Demam typoid akut dikarakterisasi dengan adanya deman
berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan
anoreksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit
selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya
reseptor pada dada, abdomen dan punggung.
2. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam typoid akut keadaan mungkin dapat berkembang
menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan
keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi,
mulai dari melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan
abdomen.
3. Keadaan carier
Keadaan karier typoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier typoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmonella
thypi di feses.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis demam typoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 7-14 hari.
Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat.
Gejala klinis yang bisa ditemukan yaitu
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan
normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat napas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah
pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan,
jarang ditemui tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang stupor, koma atau gellisah.
Disamping gejala-gejala yang biasanya ditemukan tersebut mugkin
pula ditemukan gejala yang lain. Pada punggung ditemukan bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.
E. PATOFISIOLGI
Bakteri salmonella typhi masuk kedalam tubuh melalui makanan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung,
dan sebagian masuk ke usus halus, mencapai plague peyeri di ileum
terminalis yang hipertrofi. Salmonella typhi memiliki fimbria khusus yang
dapat menempel ke lapisan plague peyeri, sehingga bakteri dapat di
fagositisis. Setelah menempel, bakteri memproduksi protein yang
menganggu brush bonder ususdan memakan sel usus untuk membentuk
kerutan membrane yang akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri
dalam vesikel akan menyebrang melewati sitoplasma, sel usus dan di
presentasikan ke magkrofag.
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar
dari serangga system imun seperti polisakaridakapsul Vi. Penggunaan
magkrofag sebagai kendaraan dan gen salmonella patogencyti island 2 .
Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman
kemudian masuk kealiran darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi
bacteremia pertama yang asimtomatik. Salmonella typhi juga bersarang
dalam system retikuleondotelial terutama hati dan limfa, dimana kuman
meninggalkan sel fagosit berkembangbiak dan masuk sirkulasi darah lagi
sehingga terjadi bacteremia kedua dengan gejala sistemik. Salmonella
typhi menghasilkan endoktoksin yang berperan dalam inflamasi local
jaringan tempat kuman berkembang biak merangsang pelepasan zat
pirongendan leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala
sistemik lain. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh
darah sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin
berkembang, perforasi dapat terjadi.
Patway demam typhoid

bakteri salmonella typhi

Masuk tubuh melalui mulut bersama


makanan dan minuman

Bakteri terbawa ke Terjadi infeksi pada


saluran cerna saluran pencernaan

Bakteri mengadakan Diserap usus


Infeksi saluran cerna
multiplikasi di usus halus

Peningkatan flora Melalui pembuluh limfe


Gejala mual, muntah
normal diusus masuk pembuluh drarah
dan nafsu makan
menurun

Peristaltic usus Masuk ke organ tubuh


Suplay nutrisi tidak meningkat terutama hati dan limfa
adekuat

Basil yang tdk


Malabsorsi
Lemah, lesu, dihancurkan berkembang
Ketidakseimbangan biak dlm hati dan limfa
aktivitas dibantu
nutrisi kurang dari akan membesar
kebutuhan
Frekuensi BAB >
Intoleransi aktivitas 3x/hari
Masuk kembali kedalam
darah
Gangguan
keseimbangan
cairan tubuh Dan menyebar keseluruh
tubuh

Hipertermi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi bakteri salmonella
typhi yang spesifik dalam darah penderita, sehingga memungkinkan
diagnosis dalam beberapa jam. DNA (asam nukleat) gen flagelin
bakteri S,typhi dalam darah dengan teknik hibridasi asam nukleat dan
amplifikasi asam DNA dengan cara PCR melalui identifikasi antigen
Vi yang spesifik untuk S,typhi . metode ini spesifik dan lebih sensitive
untuk mendeteksi bakteri yang terinfeksi dalam darah.
2. Pemeriksaan rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah parifer lengkap sering ditemukan
leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositisis
dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Pada
pemeriksaan jenis leukosit demam typoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Kultur darah
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typoid akan tetapi
hasil negative tidak menginginkan demam typoid, karena mungkin
disebabkan beberapa hal berikut :
a. Telah mendapat terapi antibiotic
b. Volume darah yang timbul kurang
c. Riwayat vaksinasi
4. Uji widal
Uji widal digunakan untuk deteksi antibody terhadap kuman
salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman salmonella typhi dengan antibody disebut agglutinin.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka typoid yaitu :
a. Agglutinin O (dari tubuh kuman)
b. Agglutinin H (flagella kuman)
c. Agglutinin Vi (sampai kuman)
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang
digunakan. Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji widal yaitu :
a. Pengobatan dini dengan antibiotic
b. Gangguan pembentukan antybodi dan pemberian kortikosteroid
c. Waktu pengambilan darah
d. Darah endemic dan non endemic
e. Riwayat vaksinasi
f. Reaksi anamnestic

G. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring
adalah perawatan ditempat, termasuk makan, minum, mandi, buang air
besar, dan buang air kecil akan membantu proses penyembuhan.
Dalam perawatan perlu dijaga kebersihan perlengkapan yang dipakai.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid. Berdasarkan tingkat kesembuhan pasien diberi makan
bubur saring, kemudian bubur kasar, dan ditingkatkan menjadi nasi.
Pemberian bubur saring bertujuan untuk menghindari komplikasi dan
perdarahan usus.
3. Pemberian anti mikroba
Pemberian anti mikroba bertujuan untuk menghentikan dan
menghambat penyebaran kuman. Obat-obatan yang sering digunakan
adalah kloramfenikol, tiamfenikol, ampisilin, dan kontrimoksasol (
sufametaksosal 400mg + trimetoprin 80mg)

H. KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi didalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi parifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan atau
koagulasi intravascular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empyema dan peluritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonephritis, pielonefritis, perinefritis
f. Komplikasi tulang : osteomyelitis, periostitis, spondylitis, dan
artitis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, mengingimus, meningitis,
polyneuritis perifer, sindrom guilain-berre, psikosis dan sindrom
katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang


terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat
dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna.

I. KONSEP TUMBUH KEMBANG


`Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubah-
ubah; pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota
badan lain seperti tangan dan kaki. Peningkatan drastic dalam kekuatan
dan kemampuan untuk mengendalikan otot-ototbesar maupun kecil,
perkembangan hubungan social, pemikiran dan bahasa, serta munculnya
kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksi nya
tergantung pada kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan interaksinya
tergantung pada kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan
social.
Dalam proses tumbuh kembang ini mengolah tumbuh kembang anak usia
sekolah, hal ini disesuaikan umur anak yang diberikan asuham
keperawatan.
a. Karakteristik fisik
Berat badan bertambah 2kg sampai 4kg pertahun, tinggi badan usia
8tahun secara proporsional lengan tumbuh lebih panjang dari pada
badan, tinggi bertambah pada usia 9 tahun, gigi susu mulai tanggal,
memiliki 10-11 gigi permanen saat berusia 8 tahun dan kira-kira 26
gigi permanen saat usia 12 tahun.
b. Perkembangan motoric halus
Menunjukan peningkatan secara individu dan perhatian khusus seperti
menjahit, membuat model dan bermain alat music.
c. Kognitif
Dapat membalikan cara kerja, dapat melacak urutan kejadian kembali
sejak awal, memahami konsep dulu sekarang dan yang akan dating,
dapat mengeluhkan waktu, dapat menyebutkan objek sesuai golongan
dan sub golangan, memahami konsep tinggi, berat dan volume.
d. Bahasa
Menggunakan bahasa verbal, pemahaman terhadap pembicaraan
mungkin tertinggal dari pengertiannya tidak begitu egosentris, dapat
mempertimbangkan kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan
kata depan.
e. Psikososial
Berusaha agar berhasil disekolah, menikmati aktivitas santai bersama
teman sebaya. Permainan cenderung memisahkan lawan jenis, minat
pribadi, aktivitas dan hobi perkembangan pada saat ini.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien pada
berbagai tatanan layanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan
dengan menggunakan metode proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawabnya.

Tujuan asuhan keperawatan:

a. Mempertahankan kesehatan klien.


b. Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi
akibat penyakit.
c. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
d. Membantu klien terminal untuk meninggal dengan tenang.

1. Pengkajian
a. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas melibuti nama, jenis
kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, no.Regristasi,
pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam
masuk rumah sakit.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien thypoid biasanya
mengeluh adanya demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Umumnya yang dirasakan pada klien dengan demam typoid adalah
demam, perut terasa mual, adanya anorexia, diare atau konstipasi
dan bahkan menurunnya kesadaran.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien sebelumnya pernah mengalami
typoid atau penyakit menular lainnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama
atau penyakit lainnya.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami kostipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya
mengalami warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien
dengan demam typoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga
dapat meningkatkan kebutuhan cairan.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena haus tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien
dibantu
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran, dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suatu waham terhadap klien
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan
klien dirawat dirumah sakit dank lien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan Nampak cemas
2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses imflamasi kuman
salmonella typhi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Rencana tindakan rasional

No Diagnose SLKI SIKI RASIONAL


1 Hipertermi Kriteria hasil : Tindakan : 1. Monitor tanda-
berhubungan 1. Suhu tubuh membaik 1. Observasi tanda vital dan
dengan proses setelah dilakukan - Identifikasi observasi
imflamasi kuman manajemen hipertermi penyebab kemajuan
salmonella typhi dan kompres dingin hipertermia penurunan
2. Pucat menurun setelah - Monitor suhu tubuh suhu tubuh
dilakukan menajemen - Monitor haluaran 2. Meningkatkan
cairan urine pengetahuan
3. Takikardi menurun - Monitor komplikasi agar keluarga
setelah dilakukan akibat hipertermia lebih
manajemen hipertermi 2. Terapeutik kooperatif
dan pemberian obat - Longgarkan atau 3. Bedrest untuk
4. Tekanan darah lepaskan pakaian mengurangi
membaik setelah - Ganti linen setiap penggunaan
dilakukan manajemen hari atau lebih kalori dan
hipertermi sering jika mengontrol
mengalami keefektivan
hyperhidrosis terapi
- Hindari pemberian 4. Suhu pada
antipiretik atau malam hari
aspirin memuncak
- Berikan oksigen jiak dan pagi hari
perlu kembali
3. Edukasi normal
- Anjurkan tirah merupakan
baring karakteristik
4. Kolaborasi infeksi
- Kolaborasi salmonella
pemberian cairan typhi
elektrolit dan intra
vena, jika perlu
2 Deficit nutrisi Kriteria hasil : Tindakan : 1. Mengobserva
berhubungan 1. Porsi makanan yang 1. Observasi si
dengan mual dihabiskan meningkat - Identifikasi status mengetahui
muntah setelah di lakukan nutrisi kebutuhan
edukasi diet - Monitor asupan nutrisi klien
2. Kekuatan otot makanan 2. Membuat
menelan meningkat - Monitor berat badan data dasar
setelah dilakukan - Monitor hasil tentang
terapi menelan pemeriksaan status nutrisi
3. Diare menurun setelah labolatorium 3. Mengurangi
dilakukan manajemen 2. Terapeutik rasa tidak
diare - Lakukan oral hygine enak pada
4. Berat badan membaik sebelum makan jika mulut dan
setelah dilakukan perlu menghilangk
edukasi diet - Berikan makanan an sisa sisa
tinggi kalori dan makanan
tinggi protein
3. Edukasi
- Anjurkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jumlah
nutrient yang
dibutuhkan
3 Hipovolemia Kriteria hasil : Tindakan : 1. Pengeluaran
berhubungan 1. Frekuensi nadi, 1. Observasi haluaran
dengan asupan tekanan darah dan - Monitor frekuensi urine dan
yang tidak suhu tubuh membaik dan denyut nadi berat jenis
adekuat setelah dilakukan - Monitor tekanan akan
pemantauan tanda darah menyebabka
vital - Monitor monitor n hipovolemi
2. Intake cairan membaik jumlah, warna, dan 2. Pengurangan
setelah dilakukan berat jenis urine dalam
manajemen cairan - Monitor intake dan volume
3. Kekuatan nadi output cairan cairan dapat
membaik setelah - Identifikasi factor mengurangi
dilakukan manajemen resiko tekanan
cairan ketidakseimbangan darah/CVP.
cairan. 3. Denyun nadi
2. Terapeutik yang lemah
- Atur interval waktu mudah
pemantauan sesuai hilang dapat
dengan kondisi menyebabka
pasien n
- Dokumentasi hasil hipovolemia
pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
4 Intoleransi Kriteria hasil : Tindakan : 1. Meningkakan
aktivitas 1. Kecepatan 1. Observasi fungsi
berhubungan berjalan dan jarak - Identifikasi kesiapan pernapasan
dengan berjalan dan kemampuan dan
kelemahan meningkat setelah menerima informasi meminimalka
dilakukan terapi 2. Terapeutik n tekanan
aktifitas - Sediakan materi dan pada area
2. Kekuatan tubuh media pengaturan tertentu untuk
bagian atas dan aktivitas dan menurunkan
bawah meningkat istirahat resiko
setelah di berikan - Jadwalkan kerusakan
manajemen pemberian jaringan
program latihan pendidikan 2. Tirah baring
3. Keluhan lelah, kesehatan sesuai lama dapat
sianosis, perasaan kesepakatan menurunkan
lemah menurun 3. Edukasi kemampuan
setelah diberikan - Jelaskan karena
manajemen pentingnya keterbatasan
energy melakukan aktifitas yang
4. Aritmia saat aktifitas fisik/ menganggu
aktivitas menurun olahraga secara periode
setelah dilakukan rutun istirahat
manajemen - Anjurkan terlibat 3. Meningkatka
aritmia dalam aktivitas n relaksasi
5. Tekanan darah kelompok dan hambatan
membaik - Ajarkan cara energi
mengidentifikasi
target dan jenis
aktivitas sesuai
kemampuan.
BAB II

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang anak berumur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit dengan keluhan
utama demam selama 7 hari. Demam dirasakan terutama sore hari, naik perlahan,
kadang disertai menggigil. Demam disertai mual, muntah sebanyak 3x, pusing
dan nafsu makan berkurang. Demam tidak disertai pilek dan batuk. Tekanan darah
: 90/60 mmHg, Nadi : 98x/mnt, RR : 24x/mnt, Suhu : 38,6oC . Pasien tidak
mengeluh BAB cair. BAB berwarna merah atau kehitaman. Buang air kecil
seperti biasa. Pemeriksaan sistematis didapatkan lidah kotor pada permukaan dan
hiperemis pada tepi lidah.

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Nn. Pi
Ruang : Mawar
No.Register : 1234567
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Ds.Bendo, Pare-Kediri
Pekerjaan :-
Penghasilan :-
Status : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : -
Golongan Darah :B
Tanggal MRS : 17-02-2020
Tanggal Pengkajian : 17-02-2020
Diagnosa Medis : Demam Typhoid

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan utama : orang tua mengatakan anaknya demam.
b. Riwayat penyakit sekarang : orang tua pasien datang ke rumah
sakit dengan keluhan demam sejak 7 hari. Demam dirasakan
terutama sore hari, naik perlahan, kadang disertai menggigil.
Demam disertai mual, muntah sebanyak 3x, pusing dan nafsu
makan berkurang. Demam tidak disertai pilek dan batuk. Pasien
tidak mengeluh BAB cair. BAB berwarna merah atau kehitaman.
Buang air kecil seperti biasa.
c. Riwayat kesehatan dahulu :
1. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan BB :
- BB lahir : 3,2 kg
- Usia 1 tahun : 8kg
- Uaisa 3 tahun : 10 kg
- Usia 4 tahun : 12
- Usia saat ini : 15kg
2. Riwayat imunisasi
Jenis Usia Pemberian ke Reaksi setelah
pemberian imunisasi
BCG 2 minggu Pertama Panas
DPT 2,4,6 bulan Pertama, kedua, Panas
dan ketiga
Hepatitis 2bulan Pertama Panas
Polio 2&9 bulan Pertama & kedua -
Campak 9 bulan pertama panas

d. Riwayat penyakit keluarga : Tidak pernah mengalami keluhan


serupa sebelumnya.
III. Pola aktivitas
aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit
Pola makan dan minum
- Makan 3x sehari 3x sehari, 6 sendok
makan
- Minum 6-8 gelas/hari air 6-8gelas/ hari air
putih putih
Pola tidur Tidur siang 1jam, Tidur siang 30mnt,
waktu tidur malam tidur malam 4-5jam
8-9 malam dan sring terbangun
karena demam
Pola kebersihan diri Mandi 2x sehari Mandi 1x dilap
dibantu ibunya dibantu ibunya
Pola eliminasi
BAB 1x sehari, kuning Belum BAB
kecoklatan, bau
khas, konsistensi
lunak
BAK 4-6x sehari, kuning, 2x sehari, warna
bau pesing kuning dan bau
pesing

IV. Pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Kesadaran : composmetis
c. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Nadi : 98x/mnt
- RR : 24x/mnt
- Suhu : 38,6oC
d. Pemeriksaan status general :
1. Kepala : tidak tampak kelainan
2. Mata : mata cekung(+), konjungtiva anemis(-), sclera
ikterik (-)
3. THT : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, tidak tampak
kotor, tremor (+)
4. Thorak : bentuk normal
5. Paru :
- Inspeksi : dalam keadaan statis simetris, dalam
keadaan dinamis tidak ada ketinggalan gerak
- Palpasi : stem fremitus paru kanan sama dengan
paru kiri.
- Perkusi : sonor dikedua lapang paru, batas paru
normal
- Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-)
6. Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : S1,S2 tunggal, regular, gallop (-),
murmur(-)
7. Abdomen : bentuk datar, nyeri tekan epigastrium (-),
tugor baik(,3detik), bising usus normal tidak meningkat.
- Inspeksi : datar
- Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan
linen tidak teraba, turgor baik
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal (3x/mnt)
8. Eksremitas : akral hangat, petekie (-), CR<2dtk.
V. Data penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
Pemeriksaan hasil Nilai normal
Hemoglobin 13,2 gr % 11,7-15,5 %
Hematocrit 40 vol% 35-47
Trombosit 279.000/ul 150.000-440.000
leukosit 6.300/ul 3.600-11.000

VI. Penatalaksanaan
a. Diet lunak
b. Infus RL 20 tetes/mnt
c. Inj. Cefotaxim 2x1gr
d. Inj. Ranitidine 2xlamp
e. Drip B12 lamp/ 24jam
f. Paracetamol 3x 500mg

B. ANALISIS DATA

No Data Factor yang Diagnosa


berhubungan
1 Ds : orang tua Proses penyakit Hipertermi
mengatakan pasien:
- Mengeluh
demam, pusing,
dan lemas
Do :
- Suhu tubuh
meningkat
- Pasien tampak
gelisah
- Keringat berlebihan
- Tekanan darah
: 90/60 mmHg
- Nadi : 98x/mnt
- RR : 24x/mnt
- Suhu : 38,6oC
2 Ds : orang tua Ketidakmampuan Defisit nutrisi
mengatakan pasien : mencerna makanan
- Mengatakan mual,
muntah
- Pasien tidak nafsu
makan
Do :
- Bising usus 3x/mnt
- Mukosa mulut
kering
- Konjungtiva dan
selaput lender pucat
- Lidah tampak kotor
- Makan 1 porsi tidak
habis
3 Ds : orang tua Kekurangan intake Hipovolemia
mengatakan pasien : cairan
- Mengeluh
muntah dan
mual
Do :
- Mukosa bibir
kering
- Anak tampak
kurus
- Suhu tubuh
38,6oC

C. RUMUSAN DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses imflamasi kuman salmonella
typhi
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah
3. Hipovolemia berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose SLKI SIKI


1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
berhubungan dengan tindakan keperawatan klien sesering
proses imflamasi selama 2x24 jam mungkin
kuman salmonella diharapkan suhu tubuh 2. Anjurkan klien
typhi normal dengan kriteria berpaikaian tipis
hasil : dari bahan yang
- Suhu normal menyerap
- Nadi dan RR keringat
normal 3. Monitor intake
- Tidak mengalami dan output
pusing pasien
4. Memberikan
kompres dengan
air biasa (suhu
normal)
5. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
terapi antibiotic
dan antipiretik
2 Deficit nutrisi Setelah dilakukan 1. Monitor status
berhubungan dengan tindakan keperawatan nutrisi pasien
mual muntah selama 2x24 jam 2. Jelaskan pada
diharapkan nutrisi klien pasien tentang
dapat terpenuhi dengan pentingnya
kriteria hasil : makanan untuk
1. Muncul nafsu makan membantu proses
2. Pasien mau makan penyembuhan
3. Tawarkan pasien
snack yang
disukai
4. Jaga kebersihan
oral pasien
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
3 Hipovolemia Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
berhubungan dengan tindakan keperawatan untuk minum
asupan yang tidak selama 2x24 jam banyak
adekuat diharapkan intake dan 2. Kolaborasi
output seimbang dengan dengan
kriteria hasil : pemberian
1. Deficit cairan dapat cairan melalui
teratasi IV
2. Tidak ada tanda-tanda 3. Kolaborasi
dehidrasi dengan dokter
3. Turgor baik apabila terjadi
4. Membrane mukosa tanda-tanda
baik shok
4. Monitor status
nutrisi pasien

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari / tanggal Implementasi Evaluasi


Senin/ 17-02-2020 1. mengukur tanda-tanda S : orang tua mengatakan
08.00 vital badan anaknya masih panas
2. menganjurkan orang tua O :
untuk membatasi - suhu tubuh masih tinggi
aktifitas anak - pasien tampak lemah dan
3. memakai pakaian yang pucat
mudah menyerap - Tekanan darah
keringat : 90/60 mmHg
4. melakukan observasi - Nadi : 98x/mnt
TTV - RR : 24x/mnt
- Suhu : 38,6oC
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Senin / 17-02-2020 1. Mengkaji pola dan S : orang tua mengatakan
16.00
kebiasaan pasien anaknya masik kurang
2. Mengobservasi adanya nafsu makan dan mual
muntah muntah
3. Memberikan terapi O :
pemberian cairan dan
- pasien tampak pucat dan
nutrisi sesuai program lemah
4. Menganjurkan keluarga
- mukosa mulut kering
untuk memberi makan
- makan 1 porsi tidak habis
dalam porsi kecil tapi A : masalah belum taratasi
sering P : intervensi dilanjutkan
Selasa / 18-02-2020 1. mengukur tanda-tanda S : orang tua mengatakan
08.00
vital suhu badan anaknya sudah
2. menganjurkan orang tua berkurang panasnya
untuk membatasi O :
aktifitas anak - suhu tubuh sedikit
3. memakai pakaian yang menurun
mudah menyerap - pasien tidak pucat
keringat - Tekanan darah
4. melakukan observasi : 90/60 mmHg
TTV - Nadi : 90x/mnt
- RR : 20x/mnt
- Suhu : 37,2oC
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Selasa / 18-02-2020 1. Mengkaji pola dan S : orang tua mengatakan
kebiasaan pasien anaknya nafsu makan nya
2. Mengobservasi adanya membaik dan mual muntah
muntah berkurang
3. Memberikan terapi O :
pemberian cairan dan
- - pasien tidak pucat
nutrisi sesuai program - - mukosa mulut membaik
4. Menganjurkan keluarga
- - makan 1 porsi habis
untuk memberi makan A : masalah taratasi
dalam porsi kecil tapi sebagian
sering P : intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

A, Sucipta. Buku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam Tifoid Pada Anak.


Jurnal Skala Husada. 2015. Poltekkes-denpasar.ac.id

R, Vani & L, Keri. Manajemen Terapi Demam Tifoid : Kajian Terapi


Farmakologis dan Non Farmakologis. Jurnal, 2018. Jurnal.unpad.ac.id

Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta; EGC, 2004.

Suryana. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta; EGC, 1996

Nafiah, F. 2018. Kenali Demam Tifoid Dan Mekanismenya. Yogyakarta;


DEEPUBLIS.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia ;
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi I. Jakarta selatan; Penerbit
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ;
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi I. Jakarta Selatan ; Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ;
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi I. Jakarta Selatan ; Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.

Anda mungkin juga menyukai