Oleh :
Elita Indah Sari 201701043
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 201701043
Mahasiswa Pembimbing
A. DEFINISI
Demem tifoid adalah penyakit sistemik yang bersifat akut,
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Merupakan infeksi akut pada
usus halus dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan
saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella para typhi A,B dan C, ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid
dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
typoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air
kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi demam typhoid dengan perbedaan gejala klinis nya :
1. Demam tifoid akun non komplikasi
Demam typoid akut dikarakterisasi dengan adanya deman
berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan
anoreksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit
selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya
reseptor pada dada, abdomen dan punggung.
2. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam typoid akut keadaan mungkin dapat berkembang
menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan
keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi,
mulai dari melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan
abdomen.
3. Keadaan carier
Keadaan karier typoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier typoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmonella
thypi di feses.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis demam typoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 7-14 hari.
Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat.
Gejala klinis yang bisa ditemukan yaitu
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan
normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat napas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah
pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan,
jarang ditemui tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang stupor, koma atau gellisah.
Disamping gejala-gejala yang biasanya ditemukan tersebut mugkin
pula ditemukan gejala yang lain. Pada punggung ditemukan bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.
E. PATOFISIOLGI
Bakteri salmonella typhi masuk kedalam tubuh melalui makanan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung,
dan sebagian masuk ke usus halus, mencapai plague peyeri di ileum
terminalis yang hipertrofi. Salmonella typhi memiliki fimbria khusus yang
dapat menempel ke lapisan plague peyeri, sehingga bakteri dapat di
fagositisis. Setelah menempel, bakteri memproduksi protein yang
menganggu brush bonder ususdan memakan sel usus untuk membentuk
kerutan membrane yang akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri
dalam vesikel akan menyebrang melewati sitoplasma, sel usus dan di
presentasikan ke magkrofag.
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar
dari serangga system imun seperti polisakaridakapsul Vi. Penggunaan
magkrofag sebagai kendaraan dan gen salmonella patogencyti island 2 .
Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman
kemudian masuk kealiran darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi
bacteremia pertama yang asimtomatik. Salmonella typhi juga bersarang
dalam system retikuleondotelial terutama hati dan limfa, dimana kuman
meninggalkan sel fagosit berkembangbiak dan masuk sirkulasi darah lagi
sehingga terjadi bacteremia kedua dengan gejala sistemik. Salmonella
typhi menghasilkan endoktoksin yang berperan dalam inflamasi local
jaringan tempat kuman berkembang biak merangsang pelepasan zat
pirongendan leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala
sistemik lain. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh
darah sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin
berkembang, perforasi dapat terjadi.
Patway demam typhoid
Hipertermi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi bakteri salmonella
typhi yang spesifik dalam darah penderita, sehingga memungkinkan
diagnosis dalam beberapa jam. DNA (asam nukleat) gen flagelin
bakteri S,typhi dalam darah dengan teknik hibridasi asam nukleat dan
amplifikasi asam DNA dengan cara PCR melalui identifikasi antigen
Vi yang spesifik untuk S,typhi . metode ini spesifik dan lebih sensitive
untuk mendeteksi bakteri yang terinfeksi dalam darah.
2. Pemeriksaan rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah parifer lengkap sering ditemukan
leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositisis
dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Pada
pemeriksaan jenis leukosit demam typoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Kultur darah
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typoid akan tetapi
hasil negative tidak menginginkan demam typoid, karena mungkin
disebabkan beberapa hal berikut :
a. Telah mendapat terapi antibiotic
b. Volume darah yang timbul kurang
c. Riwayat vaksinasi
4. Uji widal
Uji widal digunakan untuk deteksi antibody terhadap kuman
salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman salmonella typhi dengan antibody disebut agglutinin.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka typoid yaitu :
a. Agglutinin O (dari tubuh kuman)
b. Agglutinin H (flagella kuman)
c. Agglutinin Vi (sampai kuman)
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang
digunakan. Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji widal yaitu :
a. Pengobatan dini dengan antibiotic
b. Gangguan pembentukan antybodi dan pemberian kortikosteroid
c. Waktu pengambilan darah
d. Darah endemic dan non endemic
e. Riwayat vaksinasi
f. Reaksi anamnestic
G. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring
adalah perawatan ditempat, termasuk makan, minum, mandi, buang air
besar, dan buang air kecil akan membantu proses penyembuhan.
Dalam perawatan perlu dijaga kebersihan perlengkapan yang dipakai.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid. Berdasarkan tingkat kesembuhan pasien diberi makan
bubur saring, kemudian bubur kasar, dan ditingkatkan menjadi nasi.
Pemberian bubur saring bertujuan untuk menghindari komplikasi dan
perdarahan usus.
3. Pemberian anti mikroba
Pemberian anti mikroba bertujuan untuk menghentikan dan
menghambat penyebaran kuman. Obat-obatan yang sering digunakan
adalah kloramfenikol, tiamfenikol, ampisilin, dan kontrimoksasol (
sufametaksosal 400mg + trimetoprin 80mg)
H. KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi didalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi parifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan atau
koagulasi intravascular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empyema dan peluritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonephritis, pielonefritis, perinefritis
f. Komplikasi tulang : osteomyelitis, periostitis, spondylitis, dan
artitis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, mengingimus, meningitis,
polyneuritis perifer, sindrom guilain-berre, psikosis dan sindrom
katatonia.
1. Pengkajian
a. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas melibuti nama, jenis
kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, no.Regristasi,
pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam
masuk rumah sakit.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien thypoid biasanya
mengeluh adanya demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Umumnya yang dirasakan pada klien dengan demam typoid adalah
demam, perut terasa mual, adanya anorexia, diare atau konstipasi
dan bahkan menurunnya kesadaran.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien sebelumnya pernah mengalami
typoid atau penyakit menular lainnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama
atau penyakit lainnya.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami kostipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya
mengalami warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien
dengan demam typoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga
dapat meningkatkan kebutuhan cairan.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena haus tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien
dibantu
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran, dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suatu waham terhadap klien
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan
klien dirawat dirumah sakit dank lien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan Nampak cemas
2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses imflamasi kuman
salmonella typhi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Seorang anak berumur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit dengan keluhan
utama demam selama 7 hari. Demam dirasakan terutama sore hari, naik perlahan,
kadang disertai menggigil. Demam disertai mual, muntah sebanyak 3x, pusing
dan nafsu makan berkurang. Demam tidak disertai pilek dan batuk. Tekanan darah
: 90/60 mmHg, Nadi : 98x/mnt, RR : 24x/mnt, Suhu : 38,6oC . Pasien tidak
mengeluh BAB cair. BAB berwarna merah atau kehitaman. Buang air kecil
seperti biasa. Pemeriksaan sistematis didapatkan lidah kotor pada permukaan dan
hiperemis pada tepi lidah.
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Nn. Pi
Ruang : Mawar
No.Register : 1234567
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Ds.Bendo, Pare-Kediri
Pekerjaan :-
Penghasilan :-
Status : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : -
Golongan Darah :B
Tanggal MRS : 17-02-2020
Tanggal Pengkajian : 17-02-2020
Diagnosa Medis : Demam Typhoid
VI. Penatalaksanaan
a. Diet lunak
b. Infus RL 20 tetes/mnt
c. Inj. Cefotaxim 2x1gr
d. Inj. Ranitidine 2xlamp
e. Drip B12 lamp/ 24jam
f. Paracetamol 3x 500mg
B. ANALISIS DATA
C. RUMUSAN DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses imflamasi kuman salmonella
typhi
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah
3. Hipovolemia berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta; EGC, 2004.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia ;
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi I. Jakarta selatan; Penerbit
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ;
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi I. Jakarta Selatan ; Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ;
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi I. Jakarta Selatan ; Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.