Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA

e.c CA PARU + WSD DI RUANG ….


RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
RESA AULIA DAMAYANTI
NIM 102017034

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUN G
2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Sel

Kanker adalah penyakit yang tidak menular namun dapat bertumbuh atau berubah yang

terjadi pada organ kita, sel yang tidak terkendali dan Sel abnormal tersebut untuk menyerang

jaringan biologis yang dapat menyerang dengan pertumbuhan langsung maupun menyebar ke

organ yang lain. Tapi pada kanker paru tidak dapat terkendali karena salah satu faktor resiko

pada kanker paru adalah perokok (Depkes RI, 2017)

kanker paru menyebabkan penimbunan atau penumpukan cairan disekitar rongga

paru-paru yang sering disebut dengan (efusi pleura). Efusi pleura merupakan akumulasi

cairan tidak normal di rongga pleura yang di akibatkan oleh transudasi dan eksudasi

permukaan pleura (kahirani, 2018)

Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul di rongga pleura

yang dapat menyebabkan paru kolaps atau mengempis sebagian atau seluruhnya

(smelzer&bare, 2017).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar anatomi fisiologi pernafasan


Paru-paru merupakan alat pernapasaan utama. Paru-paru mengisi rongga dada.

Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh

darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Paru-paru adalah

organ yang terbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi

daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landau rongga

toraks, diatas diafragman. Paru-paru mempunyai permukaan dalam yang memuat tampak

paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi

sebagian sisi depan jantung.

Saluran nafas bagian bawah yang dilalui udara adalah

1. Trachea

Disokong pleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang

panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus

utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat

menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.

2. Bronkus

Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan

lebar, merupakan kelanjutan dari trachea yang arahnya hampir vertical. Bronkus kiri

lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang

lebih tajam. Cabang utama bronchus segmentalis. Bronkus dan brobkiolus dilapisi oleh

sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang

berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi menuju laring.

3. Bronkiolus

membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai

kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara

pertukaran gas.

4. Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, sel

alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alvioler tipe II sel-

sel yang aktif secara metabolic, mensekresi surfactant, suatu fosfilipid yang melapisi

permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak tidak kolaps. Sel alveolar tipe III

adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda

asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

5. Alveoulus

Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga. Terdapat pada petenkim

paru-paru, yang meruapakan ujung dari pernapasan, dimana kedua sisi merupakan

tempat pertukaran darah.

6. Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung

hawa, alveoli).

C. ETIOLOGI

Koes irianto (2015) menyatakan Penyebab faktor resiko pada kanker paru adalah

meroko. Asap rokok merupakan penyebab utama munculnya kanker paru karena diketahui

bahwa asap rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia sementara 50 jenis kandungan

didalamnya bersifat karsinogen dan beracun. Faktor resiko kanker paru adalah
1. Pria

2. berusia lebih dari 40 tahun

3. menggunakan tembakau untuk merokok

4. hidup dalam lingkungan asap tembakau.

Selain merokok juga ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker

paru-paru.

1. Tidak ada asupan buah-buahan segar dan sayuran secara berkepanjangan dan makanan

kaya vitamin A.

2. Asupan makanan yang di awetkan atau di panggang (berbekyu) secara berkala.

3. Paparan terhadap uap hasil bakaran dupa secara berkepanjangan.

4. Ras atau faktor keturunan (lung cancer,2017)


D. PATOFISIOLOGI

Bahan kimia atau polusi udara

Bahan Iritasi mukosa


karsinogenik bronkus

Peningkatan jumlah sel Infeksi kronik


membran mukosa
bronkus
Peradangan kronik Hipersekresi atau Peningkatan timbunan
kelebihan pengeluaran mukus
Pembentukan massa Pembentukan
jaringan parut Bersihan jalan
Batuk dan hemoptisis
nafas tidak efektif
Penyebaran sel kanker ke
kelenjar regional Bau sputum di mulut
Obstruksi bronkus

Pleura Anoreksia
Hipoventilasi

Nyeri pleura BB turun


Pertukaran gas

Perubahan status Salah interpretasi Nutrisi kurang dari kebutuhan


kesehatan

anietas Kurang pengetahun


E. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada kanker paru-paru akan muncul saat perkembangan abnormal,

dari sejak awal perkembangan sampai ke stadium yang parah memerlukan waktu bertahun-

tahun. Bahkan ada yang tidak tampak adanya tanda dan gejala di bawah ini apabila di rasakan

sebaiknya langsung periksa ke dokter (1) batuk-batuk yang lama pada orang merokok (2)

kesulitan bernafas (napas pendek) (3) batuk mengeluarkan darah (4) sering mengalami infeksi

paru (pneunonia atau bronchitis) (5) adanya nyeri dada, bahu dan bagian punggung (6) suara

yang berubah dari biasanya (7) pergerakan dada berkurang dan terhambat bagian yang

mengalami efusi pleura (8) perkusi meredup di atas efusi pleura. (berta dan puspita, 2017)

F. TINDAKAN MEDIS

Wuryano, 2016 mengatakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien efusi pleura

adalah

1. Terapi non farmakologi

a. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dan

sesak nafas maka cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan sesegera

mungkin untuk mencegah terjadinya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih

banyak maka pengeluaran cairan berikutnya dilakukan 1 jam kemudian.

b. Irigasi cairan gam fisiologis atau larutan antiseptik.

c. pleurodosis untuk mencegah terjadinya efusi setelah insfirasi.

2. Terapi farmakologi

a. Antibiotik

b. Cefazolin digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri obat ini

digunakan sebelum atau setelah operasi agar tidak infeksi.

c. Keterolak di indikasi untuk penatalaksaaan terhadap untuk nyeri akut sedang atau

berat.

G. PROSEDUR DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan labolatorium
2. Foto toraks merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan kecurigaan

terkena kanker paru.

3. CT-Scan toraks dilakukan sebagai evaluasi lanjut pada pasien kanker paru, dan diperluas

hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis.

4. Bronkoskopi adalah prosedur utama yang dapat menetapkan diagnosis kanker paru.

5. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histologi didapat terutama

melalui biopsi bronkus.

6. Biopsi jarum halus adalah metode utama mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan

sitologi.

7. Pemeriksaan transthoracal biopsi dapat dilakukan untuk mendapatkan spesimen untuk

pemeriksaan sitologi.

8. Tindakan biopsi pleura dapat dilakukan untuk mendapatkan spesimen pada pleura.

9. Jika hasil sitologi negatif, tetapi masih ada kecerigaan keganasan, maka penilaian ulang

atau CT-Scan toraks dianjurkan (kemenkes)

H. DIET

Golongan bahan makanan Dianjurkan Tidak di anjurkan

Sumber karbohidrat Nasi, roti, mie, macaroni,


dan hasil olah tepung-
tepungan lain, seperti, cake,
tarcis, pudding, dodol, dan
ubi, karbohidrat sederhana
seperti gula pasir

Sumber protein hewani Daging sapi, ayam, ikan, Dimasak dengan banyak
telur, susu, dan hasil olah minyak atau kelapa atau
sperti keju dan eskrim santan kental
Sumber protein nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan banyak
kacangan dan hasil olahanya, minyak atau kepala santan
seperti tahu, tempe kental

Sayuran Semua jenis sayuran,


terutama jenis B, seperti
bayam, buncis, daun
singkong, kacang panjang,
labu siam, dan wortel di
kukus,rebus,tumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah kering
dan jus buah

Lemak dan minyak Minyak goreng,mentega, Santan kental


margarin, santan encer

Minuman Sop drink, madu, sirup, the, Minuman rendah energi


kopi encer

Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu yang tajam seperti


bawang merah, bawang cabe dan merica
putuh, salam dan kecap

I. DATA FOKUS PENGKAJIAN SESUAI TEORI

1. Pengkajian data subjektif dan objektif

a. Data demografi/identitas

1. Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Status, Alamat.

2. Biodata penanggung jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama,

Status, Alamat.

3. Riwayat kesehatan : Keadaan umum, TTV, dan keluhan-keluhan pasein.

b. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang menyebabkan pasien datang

kerumah sakit atau mencari pengobatan/pertolongan. Biasanya pada pasien dengan

efusi pleura didapat keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada akibat iritasi pleura yang

bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan tanda-tanda sesak

nafas, batuk, nyeri dada, berat badan menurun dan tanda lainnya. Dan juga perlu

tanyakan sejak kapan keluhan tersebut mulai timbul, apa tindakan yang telah di

lakukan untuk menurunkan atau mengatasi keluhan-keluhan tersebut.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti

TBC, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dan sebagainya. Hal ini perlu

ditanyakan untuk mengetahui apakah ada faktor predisposisi atau tidak.

e. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB, paru, dan

lain-lain.

f. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawat di rumah sakit yang mempengaruhi

perubahan persepsi tetang kesehatan, yang bisa menimbulkan persepsi yang salah

terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan obar-obatan.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi, perlu

juga ditanyakankebiasaan makan dan minum sebelum dan setelah masuk rumah

sakit. Pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat

dari sesak nafas dan nyeri dada.

3. Pola eliminasi

Dalam pola eliminasi perlu ditanyakan kebiasaan sebelum dan sesudah masuk

rumah sakit. Karena kebiasaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, sehingga akibat

pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik.

4. Pola kativitas dan latihan

Karena adanya sesak nafas pasien akan mengalami kelemahan pada pasien saat

mengalami sesak nafas.

5. Pola istirahat dan tidur


Pasien akan mengalami gangguan tidur karena sesak nafas dan nyeri,

hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa kurang nyaman karena suasana

yang berbeda dengan suasana rumah.

6. Pola hubungan peran

Pasien akan mengalami perubahan peran saat sakit.

7. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kaji apakah kehidupan agama klien berubah atau tidak saat berada di rumah

sakit.

a. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura menurut

(SDKI,2017) adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera luka insisi.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jumlah oksigen yang

masuk sirkulasi.

c. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan luka insisi di dada kanan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko masuknya patogenik di area selang atau

area luka.

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

f. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan.

g. Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan asupan acairan.

h. Hambatan religiusitas berhubungan dengan terpasangnya selang WSD.

J. RENCANA KEPERAWATAN DAN MEYERTAKAN HASIL SESUAI TEORI BERBASIS

HASIL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai