Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA e.

CA PARU + WSD DI RUANG ….

RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RESA AULIA DAMAYANTI

NIM 102017034

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

BANDUNG

2020
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Depkes RI (2009) mengatakan, Kanker adalah penyakit tidak

menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal yang terus

menurus. Dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitar organ

paru paru dan sel kanker tersebut akan menjalar ke tempat organ yang jauh

dari tempat awalnya. Sel kanker bersifat ganas dan dapat tumbuh dari

setiap jenis sel di organ tubuh manusia. Tapi pada kanker paru tidak

dappat terkendali karena salah satu faktor resiko pada kanker paru adalah

merokok (The Indonesian Journal OF public Heal, 2017)

Purba (2015) mengatakan Ca paru atau sering disebut juga kanker

paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru-paru maupun yang

berasal dari paru-paru itu sendiri. Keganasan itu sendiri disebabkan oleh

kumpulan perubahan genetik pada sel saluran nafas. Sistem pernapasan

bagian bawah yang berasal dari mukosa percabangan bronkus. (Poltekes

Kemenkes Yogyakarta, 2019)

kanker paru menyebabkan penimbunan atau penumpukan cairan

disekitar rongga paru-paru yang sering disebut dengan (efusi pleura). Efusi

pleura merupakan akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang di

akibatkan oleh transudasi dan eksudasi di permukaan pleura (kahirani,

2018)
Anderson (2011) mengatakan, Efusi pleura adalah kondisi dimana

udara atau cairan berkumpul di rongga pleura yang dapat menyebabkan

paru kolaps atau mengempis sebagian atau seluruhnya dan suatu keadaan

terjadinya tambahan udara, cairan atau darah di dalam rongga pleura. Jika

adanya tambahan cairan. Yang menyebabkan tekanan udara pada jaringan

paru, sehingga pengembangan paru akan terganggu dan akan

menyebabkan sesak nafas. Sesak nafas dapat penyebabkan gangguan

aktivitas pada sehari-hari maka sehingga akan dilakukan tindakan dengan

obat-obatan atau pemasangan water seal drainage (WSD) untuk

mengeluarkan udara, darah, atau cairan di dalam rongga pleura (Indonesia

Journal Of Nursing Research, 2019)

George & papagiannopoulos (2015) mengatakan, water seal

drainage (WSD) adalah tindakan medis untuk mengerluarkan udara atau

cairan yang ada di dalam rongga pleura. Pemasangan (WSD) akan

mengurangi keluhan sesak nafas dan ada resikonya, resiko terjadinya

infeksi untuk itu jika seseorang yang terpasang WSD harus latihan

pernafasan diafragma yang fungsinya untuk mempercepat pengembangan

paru sehingga nafas lebih efektif (Indonesia Juornal Of Research, 2019)


B. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar anatomi fisiologi pernafasan

Di rongga dada terdapat paru-paru, paru di bungkus oleh selaput

tipis yang bernama pleura, pleura terbagi menajdi dua yaitu pleura

viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput tipis yang

langsung membungkus paru-paru, dan pleura pariental adalah selaput yang

menempel pada rongga dada. Paru-paru dan dinding dada mempunyai

struktur elastis, dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara

paru dan dinding dada sehingga paru-paru mudah bergeser pada dinding

dada karena memiliki struktur yang elastis. Fungsi paru-paru yaitu untuk

pertukaran gas antara darah dan atmosfer atau lapisan gas. Pertukaran gas

bertujuan untuk menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeluarkan

karbon di oksida. Oksigen dan karbo dioksida terus berubah sesuai dengan

aktivitas dan metabolisme seesorang, akan tetapi pernafasan harus tetap


dapat berjalan agar pemasukan kandungan oksigen dan karbo dioksida

bisa normal. (hedu, 2016)

C. ETIOLOGI

Koes irianto (2015) menyatakan Penyebab faktor resiko pada

kanker paru adalah meroko. Asap rokok merupakan penyebab utama

munculnya kanker paru karena diketahui bahwa asap rokok mengandung

lebih dari 4000 zat kimia sementara 50 jenis kandungan didalamnya

bersifat karsinogen dan beracun. Faktor resiko kanker paru adalah

1. Pria

2. berusia lebih dari 40 tahun

3. menggunakan tembakau untuk merokok

4. hidup dalam lingkungan asap tembakau.

Selain merokok juga ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko

terkena kanker paru-paru.

1. Tidak ada asupan buah-buahan segar dan sayuran secara

berkepanjangan dan makanan kaya vitamin A.

2. Asupan makanan yang di awetkan atau di panggang (berbekyu) secara

berkala.

3. Paparan terhadap uap hasil bakaran dupa secara berkepanjangan.

4. Ras atau faktor keturunan (lung cancer,2017)


Penyebab efusi pleura adalah

Infeksi :

1. Tuberculosis

2. Pneumonia

3. Abses paru

4. Perforasi esophagus

5. Abses subfrenik

Non-infeksi

1. Karsinoma paru

2. Karsinoma pleura primer atau sekunder

3. Karsinoma mediastinum

4. Tumor ovarium

5. Bendungan jantung gagal jatung

6. Gagal hati

7. Gagal ginjal

8. Hipotiroidisme

9. Kilotoraks

10. Emboli paru


D. PATOFISIOLOGI

Bahan karsinogenik Merokok, polusi industri Nyeri ansietas


mengendap kurang vitamin A,C defisiensi
pengetahuan

Perubahan epitel silia Karsinoma sel besar


dan mukosa/ulserasi Penyebaran neoplsatik
bronkus kemediastinum timbul
Kanker paru-paru karena pleuritik

Hiperolasi, metaplasi
Iritasi, ulserasi, pneumoni
Karsinoma sel
adenokarsinoma skuamosa,karsinoma
Himoptisis
bronkus menjadi
berkembang maka batuk
Mengandung mokus
timbul lebih sering
berlebih

Menyumbat jalan nafas Ketidak efektifan Ketidakefektifan


bersihan jalan nafas pola nafas
Sesak nafas
Anemis Gangguan pertukaran
Malas gas resiko syok Dipsnea ringan
makan/anoreksia hipovolemik
Kelelahan

Ketidak seimbangan Membesar/metastase Obstruksi bronkus


nutrisi kurang dari Intoleransi aktifitas
kebutuhan
Karsinoma sel bronchial alveolus
• Gagal jantung kiri Peradangan pleura
• Obstruksi vena cava superior
Permeabel membran Cairan protein dari
• Asietas pada sirosis getah bening masuk
kapiler meningkat
• Dialisis peritonial rongga pleura

• Obstruksi fraktur urinarius • Peningkatan tekanan kapiler,


sistemik/pulmonal Konsentrasi protein
cariran pleura
Terdapat jaringan nekrotik • Penurunan tekanan koloid meningkat
pada septa osmotik&pleura
• penurunan tekanan intra pleura Eksudat
Kongesti pada pembuluh
limfe
Gangguan tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid
Reabsorsi cairan terganggu osmotik intrapleura

Transudat

Penumpukan cairan pada


Gangguan pertukaran
rongga pleura
gas

Ekspansi paru Penekanan pada abdomen Drainase

Sesak nafas
Anoreksia Resiko tinggi terhadap
tindakan drainase dada

Ketidakseimbangan nutrisi
Nyerii, resiko infeksi
kurang dari kebutuhan

Ketidakefektifan pola
Insufisiensi oksigenasi
nafas

Gangguan metabolisme
O2 Suplai 02 menurun

Energi berkurang Gangguan rasanyaman

Intolerasi aktivitas Defisit perawatan diri


E. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada kanker paru-paru akan muncul saat

perkembangan abnormal, dari sejak awal perkembangan sampai ke

stadium yang parah memerlukan waktu bertahun-tahun. Bahkan ada yang

tidak tampak adanya tanda dan gejala di bawah ini apabila di rasakan

sebaiknya langsung periksa ke dokter (1) batuk-batuk yang lama pada

orang merokok (2) kesulitan bernafas (napas pendek) (3) batuk

mengeluarkan darah (4) sering mengalami infeksi paru (pneunonia atau

bronchitis) (5) adanya nyeri dada, bahu dan bagian punggung (6) suara

yang berubah dari biasanya (7) pergerakan dada berkurang dan terhambat

bagian yang mengalami efusi pleura (8) perkusi meredup di atas efusi

pleura. (berta dan puspita, 2017)

Tanda dan gejala efusi pleura (1) sesak nafas (2) nyeri dada (3)

kesulitan bernafas (4) peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi (5)

keletihan (6) batuk.

F. TINDAKAN MEDIS

Penatalaksanaan pada efusi pleura :

1. Tirah baring

2. Antibiotik

3. Pleurodesis

4. Thorakosentesis
Wuryano, 2016 mengatakan tindakan medis yang dilakukan pada

pasien efusi pleura adalah

1. Terapi non farmakologi

a. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subjektif

seperti nyeri, dan sesak nafas maka cairan efusi sebanyak 1-1,2

liter perlu dikeluarkan sesegera mungkin untuk mencegah

terjadinya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka

pengeluaran cairan berikutnya dilakukan 1 jam kemudian.

b. Irigasi cairan gam fisiologis atau larutan antiseptik.

c. pleurodosis untuk mencegah terjadinya efusi setelah insfirasi.

2. Terapi farmakologi

a. Antibiotik

b. Cefazolin digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi

bakteri obat ini digunakan sebelum atau setelah operasi agar tidak

infeksi.

c. Keterolak di indikasi untuk penatalaksaaan terhadap untuk nyeri

akut sedang atau berat.

G. PROSEDUR DIAGNOSTIK

Data penunjang pada kanker paru :

1. Pemeriksaan labolatorium

2. Foto toraks merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan

kecurigaan terkena kanker paru.


3. CT-Scan toraks dilakukan sebagai evaluasi lanjut pada pasien kanker

paru, dan diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai

kemungkinan metastasis.

4. Bronkoskopi adalah prosedur utama yang dapat menetapkan diagnosis

kanker paru.

5. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histologi

didapat terutama melalui biopsi bronkus.

6. Biopsi jarum halus adalah metode utama mendapatkan spesimen untuk

pemeriksaan sitologi.

7. Pemeriksaan transthoracal biopsi dapat dilakukan untuk mendapatkan

spesimen untuk pemeriksaan sitologi.

8. Tindakan biopsi pleura dapat dilakukan untuk mendapatkan spesimen

pada pleura.

9. Jika hasil sitologi negatif, tetapi masih ada kecerigaan keganasan,

maka penilaian ulang atau CT-Scan toraks dianjurkan (kemenkes)

Data penunjang efusi pleura :

1. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada)

2. Biopsi pleura

3. Laboratorium

H. DIET

Golongan bahan Dianjurkan Tidak di anjurkan


makanan
Sumber karbohidrat Nasi, roti, mie, macaroni,
dan hasil olah tepung-
tepungan lain, seperti,
cake, tarcis, pudding,
dodol, dan ubi,
karbohidrat sederhana
seperti gula pasir
Sumber protein hewani Daging sapi, ayam, ikan, Dimasak dengan
telur, susu, dan hasil olah banyak minyak atau
sperti keju dan eskrim kelapa atau santan
kental
Sumber protein nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan
kacangan dan hasil banyak minyak atau
olahanya, seperti tahu, kepala santan kental
tempe
Sayuran Semua jenis sayuran,
terutama jenis B, seperti
bayam, buncis, daun
singkong, kacang panjang,
labu siam, dan wortel di
kukus,rebus,tumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah kering
dan jus buah
Lemak dan minyak Minyak goreng,mentega, Santan kental
margarin, santan encer
Minuman Sop drink, madu, sirup, Minuman rendah
the, kopi encer energi
Bumbu Bumbu tidak tajam, Bumbu yang tajam
seperti bawang merah, seperti cabe dan merica
bawang putuh, salam dan
kecap

I. DATA FOKUS PENGKAJIAN SESUAI TEORI

1. Pengkajian data subjektif dan objektif

a. Data demografi/identitas

1. Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,

Status, Alamat.
2. Biodata penanggung jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin,

Pekerjaan, Agama, Status, Alamat.

3. Riwayat kesehatan : Keadaan umum, TTV, dan keluhan-

keluhan pasein.

b. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang

menyebabkan pasien datang kerumah sakit atau mencari

pengobatan/pertolongan. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura

didapat keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan

bernafas.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan

tanda-tanda sesak nafas, batuk, nyeri dada, berat badan menurun

dan tanda lainnya. Dan juga perlu tanyakan sejak kapan keluhan

tersebut mulai timbul, apa tindakan yang telah di lakukan untuk

menurunkan atau mengatasi keluhan-keluhan tersebut.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita

penyakit seperti TBC, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites,

dan sebagainya. Hal ini perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah

ada faktor predisposisi atau tidak.

e. Riwayat penyakit keluarga


Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura

seperti Ca paru, asma, TB, paru, dan lain-lain.

f. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawat di rumah sakit yang

mempengaruhi perubahan persepsi tetang kesehatan, yang bisa

menimbulkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan

kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol dan penggunaan obar-obatan.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui

status nutrisi, perlu juga ditanyakankebiasaan makan dan

minum sebelum dan setelah masuk rumah sakit. Pasien dengan

efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat

dari sesak nafas dan nyeri dada.

3. Pola eliminasi

Dalam pola eliminasi perlu ditanyakan kebiasaan sebelum dan

sesudah masuk rumah sakit. Karena kebiasaan umum pasien

yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan

menimbulkan konstipasi, sehingga akibat pencernaan pada

struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik.

4. Pola kativitas dan latihan


Karena adanya sesak nafas pasien akan mengalami kelemahan

pada pasien saat mengalami sesak nafas.

5. Pola istirahat dan tidur

Pasien akan mengalami gangguan tidur karena sesak nafas dan

nyeri, hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa kurang

nyaman karena suasana yang berbeda dengan suasana rumah.

6. Pola hubungan peran

Pasien akan mengalami perubahan peran saat sakit.

7. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kaji apakah kehidupan agama klien berubah atau tidak saat

berada di rumah sakit.

a. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura

menurut (SDKI,2017) adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera luka insisi.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jumlah

oksigen yang masuk sirkulasi.

c. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan luka insisi di

dada kanan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko masuknya patogenik di

area selang atau area luka.

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.


f. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan

makanan.

g. Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan asupan acairan.

h. Hambatan religiusitas berhubungan dengan terpasangnya selang

WSD.

J. RENCANA KEPERAWATAN DAN MEYERTAKAN HASIL SESUAI

TEORI BERBASIS HASIL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai