PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini perkembangan jaman telah membawa dampak perubahan pada
berbagai aspek. Dampak perubahan yang terjadi begitu cepat dan mudah diamati
yaitu aspek sosial. Perubahan sosial yang terjadi bukan hanya menuju ke arah
kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Hal itu sudah terjadi
sejak jaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung
demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.
Setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat selalu memunculkan resiko
kehidupan sosial atau ketidakpastian sosial. Tatanan sosial yang baru (modern)
lebih menekankan pada rasionalisasi yang bersifat progresif dalam dunia
kemasyarakatan.
Berbagai media baik cetak maupun elektronik menampilkan perilaku
sosial masyarakat seperti korupsi, kekerasan, perusakan, kejahatan seksual,
pencurian, dan lain sebagainya. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk
menuntut ilmu dan mendidik siswa menjadi manusia berakal nampaknya
berbanding terbalik. Siswa melakukan tindakan melanggar norma sosial misalnya
tindakan asusila, tawuran, tidak jujur dan tindakan lain yang melanggar nilai-nilai
sosial kemasyarakatan..
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
A. Bagaimana perubahan sosial yang sedang terjadi di Indonesia saat ini?
B. Bagaimana kondisi pendidikan kita saat ini?
C. Bagaimana peran pendidikan dalam perubahan sosial masyarakat di
Indonesia?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perubahan Sosial
Definisi Perubahan Sosial Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu
keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya. Perubahan
sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi
tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia
dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 2000).
William F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu pengertian
tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada
pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial.
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat. Dengan kata lain perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat.
Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai
pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-
pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari
kelompok kelompok sosial.
A. Landasan Landasan Teori
Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua tipe teori evolusi
mengenai cara masyarakat berubah, yakni teori unilinier (semua sama) dan teori
multilinier (tidak semua masyarakat sama).
2
Inti teori evolusi, ialah asumsi mengenai kemajuan budaya, di mana
kebudayaan Barat dianggap sebagai tahap kebudayaan yang maju dan
superior/sempurna.
Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Penganut teori ini memandang setiap elemen masyarakat memberikan
fungsi terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu
bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula.
Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan
itu berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam
kebudayaan (menjadi cara hidup masyarakat).
Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pengikut teori ini, yang konstan dalam kehidupan masyarakat
adalah konflik sosial, bukannya perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat
dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas
kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial
berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian adanya.
Menurut Karl Marx, konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting
dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Perubahan akan menciptakan
kelompok dan kelas sosial baru.
B. Bentuk perubahan sosial
Bentuk perubahan sosial yaitu
a) Perubahan Sosial secara Lambat Perubahan sosial secara lambat dikenal
dengan istilah evolusi, merupakan perubahan-perubahan yang memerlukan waktu
lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti. Ciri
perubahan secara evolusi ini seakan perubahan itu tidak terjadi di masyarakat,
berlangsung secara lambat dan umumnya tidak mengakibatkan disintegrasi
kehidupan.
3
b) Perubahan Sosial secara Cepat Perubahan sosial yang berjalan cepat disebut
revolusi. Selain terjadi secara cepat, juga menyangkut hal-hal yang mendasar bagi
kehidupan masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering
menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial
Menurut Soekanto (2000), penyebab perubahan sosial dalam suatu
masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar.
Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain
bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan
dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor
penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan,
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
a) Tahap-tahap perubahan sosial
Menurut Soekanto (1981: 95), suatu proses perubahan tentang struktur dan
fungsi sistem- sistem sosial setidaknya terjadi dalam tiga tahap:
Invensi; yakni suatu proses dimana perubahan itu didasari dari dalam
masyarakat itu sendiri, diciptakan oleh masyarakat itu sendiri yang kemudian
munculah perubahan- perubahan.
Konsekwensi; yaitu adanya hasil dari pada adopsi terhadap perubahan tersebut.
Suatu perubahan yang terjadi baik dari faktor-faktor yang berasal dari masyarakat
itu sendiri maupun berasal dari luar masyarakat itu (hasil teknologi baru) tidak
selalu menghasilkan akibat- akibat yang sama. Adakalanya terjadi perubahan kecil
yang dampaknya kurang berarti, akan tetapi telah terjadi suatu perubahan. Di lain
pihak akan terlihat bahwa dalam berbagai bidang perubahan terjadi dengan lambat
sekali di dalam suatu masyarakat, dalam hal ini diwakili oleh para pemimpinnya.
Dari suatu proses perubahan akan lebih mudah terjadi apabila masyarakat yang
bersangkutan bersikap terbuka terhadap hal- hal atau masalah baru baik dari luar
maupun dari dalam.
4
2. Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan
membentuk latihan. Pendidikan selanjutnya diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan Pendidikan adalah upaya
mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal
baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral
sosial sebagai pedoman hidupnya (Sudjana, 2004:2). Dengan kata lain pendidikan
merupakan proses pengembangan kemampuan dalam rangka mempengaruhi
peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah
sebuah proses perubahan sikap dan perilaku manusia agar dapat secara aktif
mengembangkan potensi diri yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada dirinya
yang dilakukan melalui usaha sadar, terorganisir, terencana, dan berlangsung
sepanjang hayat untuk memanusiakan manusia.
A. Fungsi Pendidikan
Fungsi Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan tujuan
pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Thomas (1981) mengungkapkan bahwa ada
tiga fungsi utama yang diharapkan dari dunia pendidikan yaitu:
the administrator’s production function, the psycologist’s production function
dan the economic’s production function.
5
B. Hubungan Perubahan Sosial dengan Pendidikan
Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya
menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat sesuai dengan
perubahan sosial. Proses perubahan sosial yang terjadi seringkali tidak teratur dan
tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara
erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan. Perubahan teknologi yang
serba cepat jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-institusi
masyarakat sehingga munculnya kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain
sebagainya merupakan dampak negatif yang tidak bisa dicegah. Untuk itulah
pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan
teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam
menghadapi perubahan.
1) Perubahan sosial yang sedang terjadi di Indonesia saat ini
Perkembangan sosial di Indonesia dimulai dengan reformasi yang
membawa perubahan terhadap tantanan kehidupan. Reformasi merupakan suatu
proses perbaikan dengan melakukan koreksi terhadap unsure-unsur yang rusak,
dengan tetap mempertahankan elemen budaya dasar yang masih fungsional, tanpa
merubah bentuk masyarakat dan budaya secara total dan mendasar. Transformasi
adalah perubahan yang sifatnya lebih cepat, total, mendasar dan menyeluruh.
Sedangkan deformasi merupakan kerusakan pada keteraturan sosial tersebut.
Perubahan yang cepat tersebut harus mampu mempertahankan “cultural
continuity”, dan disini suatu unsur yang amat perlu dipertahankan adalah
kesepakatan-kesepakatan nilai (commonality of values) yang pernah dicapai
selama lebih dari 60 tahun silam Akibat gejala sosiologis fundamental, maka
terjadi pergeseranpergeseran yang diantaranya sebagai berikut:
a. Pergeseran Struktur Kekuasan: Otokrasi menjadi Oligarki, Kekuasaan
terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat (demos)
tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi
dsb.). Krisis dlm representative democracy dan civil society.
6
b. Kebencian Sosial Yang Tersembunyi (Socio– Cultural Animosity). Pola
konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung fanatik Orba
dengan pendukung Reformasi, tetapi justru meluas antar suku, agama, kelas
sosial, kampung dsb. Sifatnyapun bukan vertical antara kelas atas dan bawah
tetapi justru lebih sering horizontal, antara rakyat kecil, sehingga konflik yang
terjadi bukan konflik yang korektif tetapi destruktif (tidak fungsional tetapi
disfungsional). Kita menjadi “self destroying nation”.
2. Konflik sosial yang terjadi di Indonesia bukan hanya konflik terbuka (manifest
conflict) tetapi lebih berbahaya lagi adalah “hidden atau latent conflict” antara
berbagai golongan.
3. Kondisi pendidikan Indonesia saat ini
Makalah ini akan memfokuskan pembahasan pada kondisi kurikulum,
kelembagaan, profesionalisme guru dan strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Kurikulum: Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan, kurikulum berhubungan dengan
usaha mengembangkan peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai. Seringkali
kurikulum juga diartikan sebagai mata pelajaran. Menurut Wina Sanjaya, proses
perencanaan kurikulum memiliki ketentuan, yaitu:
1) Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgement ahli bidang studi.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan faktor pendidikan, ahli
tersebut menentukan mata pelajaran apa yang harus diajarkan pada siswa;
2) Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan
beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa, urutan bahan pelajaran, dan
lain sebagainya;
3) Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan pada penggunaan
metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat
7
menguasai materi pelajaran. Isu aktual terkait kurikulum baru tahun 2013 di
antaranya adalah masalah materi pelajaran dan kesiapan sumber daya manusia
(guru). Banyak kritik yang menyangsikan kurikulum tersebut dapat dipraktikkan
dengan baik, karena kualitas guru yang belum kondusif dan penyatuan sejumlah
mata pelajaran yang terkesan dipaksakan.
b. Kelembagaan
Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan
uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan
umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara pendidikan umum
dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan dari pemikiran Islam
klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu ghairuh syariah
dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981:
182).
Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri ini kita
anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu belum bisa
ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena hanya mampu
melahirkan sosok manusia yang “pincang” (Maarif, 1987:3). Jenis pendidikan
yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang
melihat agama hanya sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang
kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskin wawasan. Dengan kata
lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut
merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia
“seutuhnya”.
c. Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
8
Menurut Suyanto (2007: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar
untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang
yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang kemudian
akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi
segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia
pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu lan ditiru”
Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus
memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud
adalah:
(a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat,
(b) harus berdasarkan atas kompetensi individual,
(c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi,
(d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat,
(e) adanya kesadaran profesional yang tinggi,
(f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik),
(g) memiliki sistem seleksi profesi,
(h) adanya militansi individual, dan
(i) memiliki organisasi profesi.
Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas
jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem
pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa
dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter
(usaha objekan) Suyanto (2007: 4). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan
adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan
guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi
profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak
mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu
permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan
nasional masa kini.
9
Lebih jauh disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP. No. 74 Th. 2008).
Sejalan dengan tugasnya sebagai tenaga pendidik profesional, guru dituntut
memiliki empat kompetensi. Adapun empat kompetensi tersebut yaitu:
(1) Kompetensi Kepribadian;
(2) Kompetensi Pedagogik;
(3) Kompetensi Profesional; dan
(4) Kompetensi Sosial.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional (PP. Nomor 74 Tahun 2008).
d. Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2007: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu
memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma
pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran
baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada
guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-
murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau
pengetahuan. Paulo Freire (2000: 51-52) menyebut strategi pembelajaran
tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept).
Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto
sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung
dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa
pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan
keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru
ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61)
10
sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah”(problem posing). Namun
kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan
strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Suprijono (2009:3)
mengatakan bahwa strtegi pembelajaran sekarang ini harus menggunakan
pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa atau student centered, bukan
berpusat pada guru atau teacher centered. Guru lebih berperan sebagai fasilitator,
mediator, dinamisator, organisator, dan katalisator. Konsep semacam ini dapat
menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Apabila siswa aktif maka
tujuanpembelajaran dapat tercapai.
4. Peran pendidikan dalam perubahan sosial
Peran pendidikan dalam perubahan sosial masyarakat Indonesia yaitu:
a. Berpikir kritis dan inovatif
Pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka untuk meningkatkan
kemampuan analisis kritis yang berperan untuk menanamkan keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan akan
memberikan nilai-nilai tertentu kepada manusia, terutama dalam membuka
pikirannya, menerima hal - hal baru, maupun cara berfikir secara ilmiah.
Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara obyektif, rasional
dan melihat ke masa depan, berusaha menciptakan kehidupan yang lebih maju:
Pendidikan memberi kemampuan pada manusia untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman atau tidak. Berbekal pendidikan, masyarakat akan terdorong
untuk berusaha menciptakan berbagai penemuan kebudayaan yang baru agar
masyarakatnya mampu hidup mengikuti perkembangan zaman. Peran pendidikan
dalam konteks ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti di amanatkan
dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menjadikan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab.
11
b. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan
pelanggaran hukum Sikap toleransi terhadap penyimpangan yang terjadi di
masyarakat dalam bentuk penyimpangan dari kebiasaan-kebiasaan hidup
masyarakatnya (tetapi bukan penyimpangan dalam arti pelanggaran hukum)
menyebabkan masyarakat memiliki keberanian untuk melakukan hal-hal yang
berbeda dari kebiasaan yang ada, sehingga terjadi\ perubahan-perubahan di dalam
kehidupan masyarakatnya: Seperti toleransi terhadap warga masyarakat yang
tidak lagi melaksanakan kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya karena menganggap
kebiasaan tersebut kurang rasional atau tidak relevan lagi dengan kemajuan
zaman, serta menggantinya dengan bentuk kebiasaan baru yang diikuti oleh
berkembangnya lembaga-lembaga kemasyarakatan yang baru pula. Sekarang ini
semakin banyak warga masyarakat yang pada saat melakukan acara MITONI
(Tujuh Bulanan) usia kandungan, tidak lagi melakukan upacara-upacara ritual
seperti dilakukan oleh generasigenerasi sebelumnya, namun cukup dengan acara
pengajian dan doa keselamatan. Sikap semcam ini merupakan bentuk penerimaan
hal-hal baru seperti pendapat Soemardjan (1982) bahwa perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut
paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara
suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
c. Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka Sistem pelapisan masyarakat
yang terbuka merupakan sistem yang memberikan peluang atau kesempatan
kepada setiap warga masyarakat untuk mengalami mobilitas sosial vertikal secara
luas, dimana setiap warga masyarakat memiliki kesempatan untuk meraih prestasi
dan memiliki kedudukan/status sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dalam hal nini
berperan dalam mendewasakan manusia seperti dikemukakan oleh Sugihartono
(2007:3) bahwa pendidikan selanjutnya diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, memungkinkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih
baik,
12
disertai income yang lebih baik pula sehingga dapat meningkatkan status
sosialnya di masyarakat sehingga tercipta masyarakat makin dinamis, aktif dan
kreatif sehinga tercipta masyarakat yang semakin maju. Pemahaman atas
keberadaan masyarakat yang heterogen Di dalam masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial yang mempunyai perbedaan latar belakang
kebudayaan, ras, ideology dan sebagainya, mempermudah terjadinya konflik-
konflik dalam masyarakat, sehingga sering muncul goncangan-goncangan
yangmendorong terjadinya perubahan kehidupan masyarakat: Di dalam komunitas
masyarakat Transmigran yang berasal dari berbagai macam daerah/wilayah
Indonesia yang padat penduduknya, harus berkumpul dalam satu wilayah yang
sama, menjalankan kehidupan bersama. Karena mereka berasal dari daerah yang
berbeda, cenderung berperilaku sesuai budaya asalnya masing-masing, sehingga
sering terjadi ketidak cocokan di antara mereka karena menganut nilai dan norma
yang berbeda, maka muncullah gesekan/konflik. Berangkat dari sinilah
pendidikan diharapkan memiliki peran yang kuat dalam memperbaiki moral
bangsa. Hal ini sependapat dengan pendapat Sudjana (2004:2) bahwa pendidikan
adalah upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa
hidup optimal baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat serta memiliki
nilai-nilai moral sosial sebagai pedoman hidupnya.
Dengan kata lain pendidikan merupakan proses pengembangan
kemampuan dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya.
d. Orientasi ke masa depan
Masyarakat yang mampu berfikir ke arah masa depan ( memiliki Visi, Misi dan
tujuan hidup yang jelas) akan terdorong untuk mewujudkan cita - cita masa
depannya: Masyarakat mampu tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis, aktif
dan kreatif, yaitu masyarakat yang selalu berusaha menghasilkan penemuan-
penemuan baru yang diharapkan mampu untuk merubah kehidupan
masyarakatnya menuju terwujudnya masyarakat baru yang dicita-citakan.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Kondisi sosial yang terjadi di Indonesia
Perubahan sosial di Indonesia dimulai dengan reformasi yang membawa
perubahan terhadap tantanan kehidupan. Reformasi merupakan suatu proses
perbaikan dengan melakukan koreksi terhadap unsur-unsur yang rusak, dengan
tetap mempertahankan elemen budaya dasar yang masih fungsional, tanpa
merubah bentuk masyarakat dan budaya secara total dan mendasar. Akibat gejala
sosiologis fundamental, maka terjadi pergeseran-pergeseran yang diantaranya:
pergeseran struktur kekuasan dari Otokrasi menjadi Oligarki dan kebencian sosial
yang tersembunyi (Socio–Cultural Animosity).
b. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini
Kondisi pendidikan Indonesia saat ini menunjukkan bahwa: penerapan kurikulum
2013 yang belum sepenuhnya siap karena pendidik belum mengetahui secara
mendalam tentang cara pembuatan perangkat pembelajaran sesuai dengan kondisi
siswa, permasalahan sistem kelembagaan pendidikan dualisme atau bahkan
dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama,
2. Saran
a. Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan
waktu, olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha
mengendalikan perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk
dari perubahan sosial dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup
manusia yang makmur dan damai.
b. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional hendaknya selalu
melakukan perbaikan secara terus guna memperbaiki kualitas pendidikan
Indonesia dari sistem, landasan dan komponen-komponen pendukungya
berdasarkan pendidikan yang humanis dan Pancasila dan UUD 45. transformasi
secara utuh perubahan sosial yang terjadi di Indonesia
14
DAFTAR PUSTAKA
Allan, Thomas. 1981. The Productive School. A System Analisis Approach to
Education Administration. New York: John Willey and Son Inc.
Freire, Paulo. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya
dkk. Jakarta: LP3ES.
Henslin, James M. 2007. Essential of Sociology : A Down-to-Earth Approach
(Sosiologi dengan Pendekatan Membumi). Penerjemah: Kamanto Sunarto.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Horton, Paul B & Hunt,Chester L. 1992. Sociology (Sosiologi). Penerjemah:
15