Anda di halaman 1dari 10

I.

Masalah Utama
Harga diri rendah situasional.

II. Proses Terjadinya Masalah


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas
dunia (Stuart & Sundeen, 1995). Carpenito (1999) menyebutkan bahwa
gangguan konsep diri merupakan suatu keadaan individu mengalami atau
berada pada risiko mengalami suatu keadaan negatif dari perubahan mengenai
perasaan, pikiran, atau pandangan mengenai dirinya.

Rentang respon konsep diri :


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah Identitas

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri Andayani. (2012).
Gangguan harga diri merupakan evaluasi diri negatif dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri, yang mungkin secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan Hidayat, A. (2009). Definisi lain dari gangguan harga diri
merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau berisiko
mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri.

Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang


sebelumnya memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespons terhadap suatu kejadian seperti kehilangan
dan perubahan A.H.S. (2011). Meskipun harga diri rendah situasional
merupakan suatu keadaan episodik, kekambuhan berulang dan/atau
penghargaan diri negatif berkelanjutan dapat menyebabkan harga diri rendah
kronis (Hidayat, A, 2009). Pengembangan dari persepsi negatif terhadap nilai
diri yang berespon terhadap situasi saat ini Targunawan. (2011).

Faktor predisposisi menurut Niven, N. (2000) ada beberapa faktor yang


dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran
seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur
sosial.

Faktor pencetus terjadinya HDR situasional dapat ditimbulkan dari sumber


internal dan eksternal, yaitu:
1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan di mana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu
transisi peran perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi peran
sehat-sakit.

Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dilihat dari perilaku klien
sehari-hari. Menurut NANDA, 2009-2011, batasan karakteristik dari harga
diri rendah situasional diantaranya adalah :
1. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi masalah.
2. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi situasi
3. Adanya ekspresi tidak berdaya.
4. Adanya ekspresi tidak berguna.
5. Adanya keragu-raguan.
6. Adanya perilaku nonasertif.
7. Sering merendahkan diri sendiri.

Sedangkan menurut A.H.S. (2011)., tanda dan gejala yang harus terdapat
pada klien dengan harga diri rendah situasional :
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif yang sebelumnya
memiliki evaluasi diri positif.
2. Pengungkapan diri negatif mengenai diri.
dan tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien dengan harga diri
rendah situasional:
1. ekspresi malu atau rasa bersalah
2. Mengkritik diri sendiri.
3. Perasaan tidak mampu atau pandangan hidup yang pesimis.

selain dari data diatas, perawat dapat mengamati penampilan seorang yang
menglami harga diri rendah, melihat dari kurang memperhatikan perawatan
diri, berpakaian yang tidak rapi, selera makan menurun, tidak beran menatap
lawan bicara, dan bicara lambat dengan nada suara lemah Hartono, Y. (2012).

Akibat dari harga diri rendah menurut Andayani. (2012) adalah seseorang
menjadi tidak berguna lagi seperti yang dulu pernah terjadi pada dirinya. Oleh
karena itu, seseorang bisa mengisolasi diri dari lingkungan sekitarnya.
Seseorang yang menarik diri dari lingkungan berisiko halusinasi, perilaku
kekerasan, dan defisit perawatan diri. Selain itu, akibat lain dari harga diri
rendah yaitu mencederai diri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Harga diri rendah juga dapat menyebabkan depresi, kehidupan yang tidak
bahagia dan tidak ada usaha untuk mencapai tujuan dan keinginan karena
takut gagal dan tidak siap menerima respon negatif dari orang lain.
III. A. Pohon Masalah

Resiko tinggi prilaku kekerasan ---- Akibat

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi ---- Akibat

Isolasi sosial ---- Akibat

Harga diri rendah ----Akibat

Koping individu tidak Traumatik tumbuh


Efektif kembang

B. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji


No. Masalah Data-data yang perlu dikaji
Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh DS :
1. Mengungkapkan penolakan tehadap:
a. Perubahan anggota tubuh saat ini,
misalnya tidak puas dengan hasil
operasi.
b. Anggota tubuhnya yang tidak
berfungsi
c. Interaksi dengan orang lain
2. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya,
tidak berharga, keputusasaan.
3. Mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
4. Sering mengulang-ulang mengatakan
kehilangan.
5. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang
hilang.

DO:
1. Perubahan dan hilangnya anggota tubuh
baik struktur, bentuk dan fungsi.
2. Menyembunyikan atau memamerkan
bagian tubuh yang terganggu.
3. Menolak melihat bagian tubuh.
4. Menolak menyentuh bagian tubuh .
5. Aktifitas sosial menurun.
2. Harga diri rendah DS:
situasional 1. Mengeluh hidup tidak bermakna.
2. Tidak memiliki kelebihan apa pun.
3. Merasa jelek.
4. Mengatakan malas.
5. Putus asa.

DO:
1. Kontak mata kurang.
2. Tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain.
3. Tampak malas-malasan.
4. Produktivitas menurun.

3. Isolasi sosial DS:


1. Mengatakan malas berinteraksi.
2. Mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya.
3. Merasa orang lain tidak selevel.
4. Curiga dengan orang lain.
5. Mendengar suara-suara/ melihat
bayangan.
6. Merasa tak bergun.

DO:
1. Menyendiri, mengurung diri.
2. Tidak mau bercakap-cakap dengan
orang lain.
3. Tidak berinisiatif berhubungan
dengan orang lain.
4. Mematung.
5. Mondar-mandir tanpa arah.
IV. Rencana tindakan keperawatan
Nama Klien : Diagnosis Medis :
Ruangan : No. RM :

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasionalisasi


TUM :
Klien dapat
meningkatkan harga
dirinya.

TUK :
1. Klien dapat 1. Setelah 1 kali interaksi, 1. Bina hubungan saling percaya dengan Perasaan aman dan percaya
membina klien menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip komunikasi teraupetik: dapat membantu klien
hubungan saling wajah bersahabat, a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun mengungkapkan perasaan,
percaya dengan menunjukkan rasa senang, nonverbal. pemikiran dan
perawat. ada kontak mata, mau b. Perkenalkan diri dengan sopan. permasalahannya.
berjabat tangan, mau c. Tanyakan nama lengkap dan nama penggilan
menyebutkan nama, mau yang disukai klien.
menjawab salam, klien mau d. Jelaskan tujuan pertemuan.
duduk berdampingan e. Jujur dan menepati janji.
dengan perawat, mau f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
mengutarakan masalah apa adanya.
yang dihadapi. g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2. Setelah 2 kali interaksi 3.1. Diskusikan dengan klien tentang: Pengungkapan tentang
mengidentifikasi klien menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, kemampuan diri diperlukan
aspek positif dan a. Aspek positif dan lingkungan. untuk merubah diri klien dan
kemampuan yang kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki klien. tindakan selanjutnya.
dimiliki. dimiliki klien. 3.2. Bersama klien buat daftar tentang:
b. Aspek positif keluarga. a. Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
c. Aspek positif b. Kemampuan yang dimiliki klien.
lingkungan. 3.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi Untuk meningkatkan harga diri
penilaian negatif. klien
3. Klien dapat 3. Setelah 2 kali interaksi 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang Penilaian klien terhadap positif
menilai klien menyebutkan dapat dilaksanakan. dirinya bisa membantu
kemampuan yang kemampuan yang dapat 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan aktualisasi diri
dimiliki untuk dilaksanakan. pelaksanaannya.
dilaksanakan.
4. Klien dapat 4. Setelah 1 kali interaksi 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat Perencanaan yang baik
merencanakan klien membuat rencana dilakukan setiap hari sesuai kemampuak klien: membantu klien memilih
kegiatan sesuai kegiatan harian. a. Kegiatan mandiri. potensi mana yang ingin dia
dengan b. Kegiatan dengan bantuan. kembangkan.
kemampuan yang 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
dimiliki. 4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang Melatih klien untuk
dapat klien lakukan. melaksanakan kegiatan yang
dapat klien lakukan.
5. Klien dapat 5. Setelah 3x interaksi 5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan Implementasi dapat membuat
melakukan klien melakukan kegiatan yang telah direncanakan. klien semakin yakin dengan
kegiatan sesuai sesuai jadual yang dibuat. 5.2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien. positif dirinya.
rencana yang 5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
dibuat. 5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan Meningkatkan harga diri klien.
setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah 4x interaksi klien 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga Dukungan yang terbaik bagi
memanfaatkan memanfaatkan sistem tentang cara merawat klien dengan harga diri klien adalah orang sekitarnya
sistem pendukung pendukung keluarga yang rendah terutama keluarganya.
yang ada. ada di keluarga. 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama Dukungan keluarga dapat
klien dirawat. membantu meningkatkan harga
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. diri klien.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani. (2012). Hubungan karakteristik klien skizofrenia dengan tingkat


kemampuan perawatan diri di ruang rawat inap psikiatri wanita Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Universitas Indonesia Direja,
A.H.S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika
Gaol, N.J. (2012). Kesehatan jiwa. Yogyakarta: Pusat Penyembuhan Penyakit
Jiwa dan Gangguan Kejiwaan.
Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika. Kelliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015).
Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok Edisi 2. Jakarta: EGC
Kusumawati, F. Hartono, Y. (2012). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:Salemba
Medika Laili, Dn.,
Rochmawati D.H. dan Targunawan. (2011). Pengaruh aktivitas mandiri: personal
hygine terhadap kemandirian pasien defisit perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sultan Agung
Semarang.
Niven, N. (2000). Psikologi Kesehatan Edisi 3. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai