Anda di halaman 1dari 5

HUJAN

Apakah ini cinta, jika kami hanya saling menyapa, berjanji ketemu, bersama pulang
sekolah. Apakah ini bisa dikatakan sayang, jika ia selalu membiarkan aku basah kehujanan.
Tapi banyak kenangan indah yang ia buat. Yang membuatku tersenyum sendiri saat
mengingatnya. Dulu pas kami kemah bersama, aku merasa begitu tersanjung dan bahagia.
Saat di tengah malam, ketika api unggun, ia menyanyikan sebuah lagu jadul, Bukit berbunga.
Di bukit indah berbunga...
Kau mengajak aku ke sana...
Dengan gitarnya ia menyanyikan lagu itu dengan sepenuh hati. Dan ia bilang kalau
lagu itu ditujukan kepada seseorang yang bernama Nina. Dan itu nama panggilan yang ia
buat untuk aku. Hanya aku dan dia yang tahu nama itu. Tapi aku tetap memanggilnya
dengan nama Andi. Kupikir nama itu sudah enak sekali diucapkan.
Hari itu adalah ulang tahunku yang ke 17. Sweet seventeen. Tentu semua orang
pengin bahagia di hari ulang tahunnya dengan pujaan hatinya. Tapi aku ngga tahu, bisa kah
ia disebut pujaan hati, pacar? Oya dia adalah Andi, teman SMP ku dan kami terpisah ketika
melanjutkan sekolah di SMA. SMA ku ada di tengah kota, berjarak sekitar 10 km dengan
sekolah Andi.
Seperti biasa Andi selalu menjemputku pulang sekolah. Dan hari itu sudah sekian
lama aku menunggu Andi di taman kota. Sebelumnya dia selalu menjemputku di depan
toko bunga, yang terletak di belakang sekolah. Andi tidak pernah mau menjemputku di
sekolah. Hingga aku harus jalan sekitar 100 meter ke toko bunga itu. Andi lebih senang
menjemputku di sini, depan toko bunga. Awalnya aku tidak tahu sebabnya. Apakah ia malu
dengan teman – temanku. Sampai akhirnya ia bilang. Dia suka aku berada di depan toko
bunga. Katanya aku selalu nampak cantik, di antara bunga – bunga itu. Tapi kan aku malu
juga, karena lama – lama penjual di toko bunga itu jadi hafal. Akhirnya aku minta dia
jemput aku di taman kota saja. Tapi itu berarti aku harus jalan hampir 300 meter dari
sekolah. Tidak masalah.
Jadi begini akhirnya. Sudah lebih dari 15 menit.
Hari sudah beranjak sore, semakin mendung. Lalu hujan. Sudah beberapa angkot lewat. Tapi
aku tak bergeming. Andi sudah janji menjemputku. Dan ini adalah hari ulang tahunku. Aku
ingin bahagia hari ini. Tapi hujan semakin deras... . aku sudah hampir menangis, sampai
kemudian di kejauhan aku melihat seorang remaja dengan baju putih abu – abu. Duduk di
atas motornya. Memandangku sambil tersenyum. Andiii...!
Ia segera mendatangiku. Tanpa merasa bersalah.
Aku sebetulnya ingin marah. Tapi entahlah begitu melihatnya, kemarahan itu langsung
menguap. Karena aku tahu, itu bagian dari sifat keusilannya.
“Aku sudah lama menunggumu..” katanya
“Tapi kenapa kamu tidak langsung ke sini..” jawabku sambil marah. Kami tetap kehujanan. Ia
juga tidak mengajakku berteduh.
“Kamu tahu Nin, aku selalu datang lebih awal. Lelaki tidak boleh membiarkan perempuan
menunggu” katanya sambil tersenyum menatapku. “Kamu semakin cantik dalam guyuran
hujan ini...”
“Gombal. Andiii..” Bisa – bisanya ia merayuku dalam derasnya hujan seperti ini.
“Tapi kenapa kamu tidak langsung menemuiku. Sampai akhirnya aku pengin nangis tadi”.
“He...he..he. kenapa ya..karena aku selalu suka memandangmu dari jauh. Aku suka melihat
wajah manismu yang kebingungan. Aku suka...”
“Andiik..” hampir saja aku memukulnya. Tapi ia mengelak ke samping.
“Dan kamu pun membiarkan aku kehujanan seperti ini, demi keisenganmu..”
“Eiit, siapa yang iseng. Kan tadi aku bilang, kamu semakin cantik dalam rinai hujan seperti
ini”
“Tapi kalau aku sakit bagaimana..”
“Apakah ada kepastian yang menyatakan bahwa hujan menyebabkan sakit? Kamu tahu Nin,
Allah itu menurunkan hujan, sebagai rezeki bagi makhluk-Nya.” Jelasnya panjang lebar.
Sudah kalau begini, sudah hilang kejengkelanku.
“ Tapi sekarang ayo kita pulang, ..”
“Lalu ulang tahunku...?” Tanyaku, sekali lagi ingin marah.
“Selamat Ulang tahun Nina..., barokallah, semoga kamu semakin cantik dan pintar..”
“Hanya itu...”
“Lho terus..” ucapnya tanpa perasaan sedikitpun.
“Kita pulang Nina. Apa kamu mau kita jalan – jalan sambil basah kuyub seperti ini..”.“Ayo
naik, pegang jok yang kencang ya..”
“Andi jangan ngebut..”
Ha..ha.. Dia hanya tertawa. Sepuluh menit perjalanan dengan kecepatan tinggi, aku sampai
di rumah.
“Hadiah ulang tahun akan aku kirim satu jam lagi. Sekarang kamu mandi air hangat. Makan
dan minum susu.., by by assalamu’alaikum...”
Satu jam kemudian. Dengan hati berdebar aku buka ponsel.
Andi mengirimiku foto. Ya fotoku dalam rinai hujan. Dengan sebait puisi.
Dalam hujan ada keriangan
Dalam hujan ada kebebasan
Dalam hujan ada kebahagiaan
Dalam hujan ada wajah manismu
Kebersamaan kami tidak berumur panjang. Lulus SMA Andi melanjutkan kuliah di
luar kota. Aku masih kuliah di kota ini. Sambil mengenang setiap jejak pertemuan kami. Andi
tidak pernah mengirimiku kabar. Ia dulu hanya menyampaikan. Kalau memang kami
berjodoh. Kami akan bertemu lagi. Lebih baik kami saling mendoakan. Sebelumnya ia
memberiku sebuah hadiah. Kerudung. Dan sebuah pesan. Aku yakin suatu ketika kamu akan
memakainya.
Tapi kini aku merasa kesepian. Aku lalui masa kuliahku dengan cepat. Dan kini aku
telah menjadi asisten dosen di sebuah perguruan tinggi di sini. Seringkali aku menyusuri
taman kota. Berdiri lama – lama. Menunggu hujan. Berharap ia datang dari kejauhan
menjemputku. Tapi harapan itu sia – sia.
Di hari ulang tahunku ke 24. Bulan Desember. Sepertinya hari ini akan hujan juga.
Datang sebuah pesan singkat tanpa nama.
Aku tunggu di taman kota, jam 8 pagi.
Aku merasa pesan ini begitu istimewa. Andikah? Laki – laki yang lama kutunggu. Jika bukan.
Mengapa aku begitu percaya dan rela hati menunggu di sini. Tapi untungnya sekarang ada
bangku di taman, sehingga aku tidak capek – capek berdiri seperti dulu. Hampir 7 tahun
tidak bertemu. Seperti apakah dia?.
Sudah lebih 15 menit. Aku membuka buku novelku dan kembali membacanya. Tapi
tak satupun kata yang masuk di kepalaku. Kepala dan hatiku sesak memikirkannya. Tiba –
tiba ada pesan masuk.
Aku sudah di sini. Lihat ke belakang.
Segera aku menoleh. Kulihat laki – laki bersama seorang wanita cantik. Andikah ? lalu wanita
itu?.Hatiku semakin berdebar tak karuan. Mereka segera mendatangiku.
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam. Sudah lama kamu..”
“Seorang laki – laki tidak pernah membiarkan wanita menunggu..” katanya seperti biasa
ketika aku protes. Tapi kamu sudah membiarkan aku menunggu sekian lama. Keluhku dalam
hati. Dan wanita ini.
“Assalamu’alaikum mbak, kenalkan, aku Dian, adik mas Andi. Mas Andi sering cerita tentang
mbak.” Sekilas kulihat Andi tersenyum.
“Kamu tidak pernah cerita tentang ..”
“Kamu tidak pernah tanya..” potongnya. Iya juga. Jawabku dalam hati.
Seperti kuperkirakan tiba – tiba hujan. Dan aku mulai akan menikmatinya. Tapi kali ini tidak
seperti dulu. Andi segera memberiku payung. Aku dan Dian berpayungan bersama. Andi
payungan sendiri.
“Kenapa harus membawa payung? Tidakkah hujan itu menyenangkan..” tanyaku.
Dian memandang kami penuh tanya. Andi hanya tertawa.
“Karena kali ini kita sudah tidak muda lagi Nina, dan aku akan membawamu ke suatu
tempat. Tidak mungkin kalau kita di sana dalam keadaan basah kuyub” katanya sambil
mengajak kami menuju sebuah mobil di seberang jalan.
“Nina, aku akan melamarmu..” katanya sambil berbisik di tengah derasnya hujan. Deg.
Kapan laki – laki ini tidak selalu membuat jantungku jumpalitan seperti ini.
“Mas, kalau mau lamaran, kenapa mengajakku..” kata Dian protes setelah kami semua di
mobil. Dian duduk di depan bersama Andi. Sedangkan aku di belakang, masih dengan
perasaan yang tak karuan.
“ Karena ngga baik kan kalau laki – laki dan perempuan bukan muhrim berduaan saja..”
“Bagaimana kamu yakin untuk melamarku...” tanyaku penasaran.
“Karena aku tahu kamu masih sendiri. Ngga mungkin kan kalau kamu sudah punya
pasangan, sering sendirian duduk di taman kota...”
“Jadi kamu selama ini..”
“Setiap aku pulang, aku sering menyempatkan ke taman kota. Memandangmu lama – lama
...”
“Andii..”
Bagaimana mungkin aku tidak tahu..
Dian hanya tertawa mendengar percakapan kami
Aku suka hujan, Karena hujan lah yang menghubungkan langit dan bumi.
karena hujan lah yang menyatukan antara kenangan dan kenyataan. Karena hujanlah yang
menyatukan aku dan Andi.

Biodata Penulis
Nama : Nunung Mintarsih
Alamat : Jl. Hasanudin No 72 RT. 2/ RW. 1 Desa Pagotan, Kec. Geger, Kab. Madiun
Jawa Timur 63171
WhatsApp : 082231946726
Email : nunungmintarsih71@gmail.com
Instagram : nunung_mintarsih

Anda mungkin juga menyukai