Tugas Luka 2 (LP)
Tugas Luka 2 (LP)
1.1 Pengertian
Luka merupakan keadaan hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan (Angriangi et al.,
2019). Luka merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai
organ tertentu (Widiyanto et al., 2018).
Bisa dikatakan luka adalah kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan
seharihari. Luka menyebabkan kerusakan pada fungsi perlindungan kulit
disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya
kerusakan pada jaringan lainnya.
1.2 Etiologi
Etiologi luka menurut (Angriangi et al., 2019) dibagi menjadi
1.2.1 Mekanik
1.2.1.1 Benda tajam, merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang
memiliki sisi tajam atau runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan
luka tusuk.
1.2.1.2 Benda tumpul, ledakan atau tembakan, misalnya luka karena tembakan
senjata api.
1.2.2 Non Mekanik
1.2.2.1 Bahan kimia, terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat.
1.2.2.2 Trauma fisika
1) Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion
primer, heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan heat
cramps.
2) Luka akibat suhu rendah
Derajat Luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin diantaranya
hyperemia, edema dan vesikel.
3) Luka akibat trauma listrik.
4) Luka akibat petir .
5) Luka akibat perubahan tekanan udara.
1.2.2.3 Radiasi.
1.3 Klasifikasi
1.3.1 Berdasarkan derajat kontaminasi
1.3.1.1 Luka bersih, Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan
infeksi, yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka
tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan
orofaring, traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan
demikian kondisi luka tersebut tetap dalam keadaan bersih.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
1.3.1.2 Luka bersih terkontaminasi, luka bersih terkontaminasi adalah luka
pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran
perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan
lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan
timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
1.3.1.3 Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka
menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka
karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun
luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
1.3.1.4 Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung
jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka
ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk
luka seperti perforasi visera, abses dan trauma lama (Angriangi et al.,
2019).
1.3.2 Berdasarkan kedalaman dan luas luka
1.3.2.1 Stadium I (Luka Superfisial) atau “Non-Blanching Erithema merupakan
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit dimana lapisan epidermis
kulit utuh, namun terdapat erithema atau perubahan warna pada kulit
menjadi kemerahan, contohnya luka lecet yang tidak mencederai lapisan
kulit yang lebih dalam, biasanya disebabkan oleh gesekan dengan
permukaan kasar.
1.3.2.2 Stadium II (Luka Partial Thickness) merupakan luka yang
mengakibatkan kehilangan kulit superfisial dan kerusakan pada lapisan
kulit epidermis dan dermis (luka yang mengenai sebagian lapisan kulit),
Masih merupakan luka superficial dimana terdapat tanda klinis seperti
abrasi atau lecet, blister atau lubang yang dangkal, erythema pada
jaringan sekitar yang terasa nyeri, terdapat rasa panas, edema dan
eksudat dalam jumlah sedikit sampai sedang.
1.3.2.3 Stadium III (Luka Full Thickness) merupakan luka yang mengakibatkan
hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Luka sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Dan luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya yang disertai dengan eksudat dalam jumlah sedang
sampai banyak.
1.3.2.4 Stadium IV (Luka Full Thickness dengan hilangnya jaringan otot,
tendon, dan/atau tulang), merupakan luka yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan terbentuknya cavity atau goa pada luka,
dan biasanya pada luka terdapat eksudat sedang sampai banyak biasanya
terdapat destruksi/kerusakan yang luas pada daerah yang luka.
1.3.3 Berdasarkan penyebab
1.3.3.1 Luka akibat kekerasan benda tumpul
1) Vulnus kontusio/ hematom, merupakan luka memar yaitu suatu
pendarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan
vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul
2) Vulnus eksoriasi (luka lecet atau abrasi), merupakan cedera pada
permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda
berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada
kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun
benturan benda tajam ataupun tumpul. Walaupun kerusakannya
minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk kemungkinan
adanya kerusakan hebat pada alat-alat dalam tubuh. Sesuai
mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan dalam jenis:
a) Luka lecet gores, diakibatkan oleh benda runcing yang
menggeser lapisan permukaan kulit.
b) Luka lecet serut (grzse)/geser (friction abrasion), merupakan
luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan
permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan sejajar/
miring terhadap kulit.
c) Luka lecet tekan (impression, impact abrasion), merupakan
luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul
secara tegak lurus terhadap permukaan kulit.
d) Vulnus laseratum (luka robek) merupakan luka dengan tepi
yang tidak beraturan atau compang camping biasanya karena
tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai
pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak
beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan
mukosa hingga lapisan otot.
1.3.3.2 Luka akibat kekerasan setengah tajam
1) Vulnus Morsu, merupakan luka karena gigitan binatang. Luka
gigitan hewan memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi
hewan yang menggigit. Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan
gigitan hewan tersebut (Desiyana et al., 2016).
Etiologi vulnus
Kerusakan integritas
jaringan
Angriangi, S., Hariani, H., & Dwianti, U. (2019). Efektivitas Perawatan Luka Modern
Dressing Dengan Metode Moist Wound Healing Pada Ulkus Diabetik Di Klinik
Perawatan Luka ETN Centre Makassar. Jurnal Media Keperawatan : Politeknik
Kesehatan Makassar, 10(01), 19–24.
Desiyana, L., Husni, M., & Zhafira, S. (2016). UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN GEL
FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava Linn)
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA PADA MENCIT (Mus
Musculus). Sari, A. D. (2012). Penerapan Proses Keperawatan Dalam
Menangani Perawatan Luka.
Sukmawati, E., Sari, N. N., & Chriswinda B.M, A. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Dengan Perawatan Luka Menggunakan
Tekhik Modern Dressing (Studi RLS Sidoarjo). Jurnal Ilmiah Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surbaya, 14(1), 35–42.
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
Widiyanto, P., Hariyati, T., & Handiyani, H. (2018). Pengaruh Pelatihan Supervisi
Terhadap Penerapan Supervisi Klinik Kepala Ruang Dan Peningkatan Kualitas
Tindakan Perawatan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah, 44–51.