Anda di halaman 1dari 9

Tugas : Individu

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi & Balita

Dosen Pembimbing : Endri Nisa SKM., M.Kes

RESUME
“EVIDENCE BASED dalam Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita”

A. EVIDENCE BASED DALAM ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

1. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif


Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan
sumber daya insan antara lain dengan jalan menyampaikan ASI sedini mungkin
(IMD) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi gres lahir
yang jadinya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yakni proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu).Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung
antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu
selekas mungkin setelah seluruh tubuh dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali
pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air
ketuban karena anyir dan rasa cairan ketuban ini sama dengan anyir yang
dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan
puting. Lemak (verniks) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap
menempel. Kontak antar kulit ini bisa dilakukan sekitar satu jam hingga bayi
selesai menyusu. Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu
dan bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi
hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam proses
pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga membantu
pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang
dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta
lebih mencintai bayi.
Tatalaksana inisiasi menyusu dini:
a. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri
yang tinggi dan membutuhkan pinjaman yang kuat dari sang suami dan keluarga,
jadi akan membantu ibu apabila dikala inisiasi menyusu dini suami atau keluarga
mendampinginya.
b. Obat-obatan kimiawi, menyerupai pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing
dan lain sebagainya coba untuk dihindari.
c. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena ia yang akan menjalaninya.
d. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan
vernix yang menyamankan kulit bayi.
e. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti
keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi.
f. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya.
g. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum
menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam
bahkan lebih, diantaranya:
 Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan.
 Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara.
 Bergerak ke arah payudara.
 Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.
 Menyentuh puting susu dengan tangannya.
 Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan lisan
terbuka lebar.
 Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact hingga proses menyusu pertama
selesai.
h. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan menyerupai oprasi, berikan
kesempatan skin to skin contact.
i. Bayi gres dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah menyusu awal.
Tunda prosedur yang invasif menyerupai suntikan vit K dan menetes mata bayi
j. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan bayi dipisahkan
dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat
sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula, jadi akan lebih
membantu apabila bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari
makanan atau minuman pre-laktal.

Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi


diberikan ASI secara eksklusif. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara
langsung di sini yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pemanis lain
pada bayi berumur 0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, gres ia mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan
hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI langsung sangat penting untuk
peningkatan SDM di masa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi
semenjak dini. Memberikan ASI secara langsung hingga bayi berusia 6 bulan
akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara
optimal.

Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang ideal dengan komposisi yang
tepat serta diubahsuaikan dengan kebutuhan bayi. 

2. Baby Friendly

Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative (inisiasi


sayang bayi) yakni suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/
UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung
inisiasi dan kelanjutan menyusui. Program ini mendorong rumah sakit dan
kemudahan bersalin yang menyampaikan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan
bayi. Sebuah kemudahan Baby Friendly Hospital/ Maternity berfokus pada
kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk menyampaikan bayi mereka awal
kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong
dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan
akan mendapatkan penghargaan khusus dikarenakan telah melakukannya. Sejak
awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan
agenda baby friendly. Negara-negara industri menyerupai Australia, Austria,
Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss,
Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit
sayang bayi.

Dalam rangka mencapai agenda Baby Friendly Inisiative, semua provider


rumah sakit dan kemudahan bersalin akan:

a. Memiliki kebijakan tertulis wacana menyusui secara rutin dan dikomunikasikan


kepada semua staf tenaga kesehatan.
b. Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diharapkan untuk
melaksanakan kebijakan ini.
c. Member tahu semua ibu hamil wacana manfaat dan penatalaksanaan menyusui
d. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.
e. Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan
menyusui kalau mereka harus dipisahkan dari bayi mereka.
f. Berikan ASI pada bayi gres lahir, kecuali kalau ada indikasi medis.
g. Praktek rooming-in biar memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama-sama
h. Mendorong menyusui on demand
i. Tidak menyampaikan dot kepada bayi menyusui
j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu
menghubungi mereka setelah pulang dari rumah sakit atau klinik.

1. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Kulit


Bayi gres lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu cuek ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan perjuangan utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Kontak kulit bayi dengan ibu dengan
perawatan metode kangguru dapat mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi
kedinginan/ hipotermi. Keuntungan cara perawatan bayi dengan metode ini selain
bisa menyampaikan kehangatan, bayi juga akan lebih sering menetek, banyak
tidur, tidak rewel dan kenaikan berat tubuh bayi lebih cepat. Ibu pun akan merasa
lebih bersahabat dengan bayi, bahkan ibu bisa tetap beraktivitas sambil
menggendong bayinya.
Cara melakukannya:
- Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi gres lahir yakni melalui
kepala.
- Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki
menyerupai kodok serta kepala menoleh ke satu sisi.
- Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat
- Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang remaja
lainnya. Kontak kulit ke kulit sangat memiliki kegunaan untuk memberi bayi
kesempatan dalam menemukan puting ibunya, sebelum memulai proses menyusui
untuk pertama kalinya. Inilah kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat
kuat dalam proses ASI Eksklusif selama 6 bulan setelahnya
2. Pemotongan Tali Pusat
Berdasarkan evidence based, pemotongan tali sentra lebih baik ditunda
karena sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya.
Mengingat fenomena yang terjadi di Indonesia antara lain tingginya angka
morbiditas ataupun mortalitas pada bayi salah satunya yang disebabkan karena
Asfiksia Hyperbillirubinemia/ icterik neonatorum, selain itu juga meningkatnya
dengan tajam kejadian autis pada belum dewasa di Indonesia tahun ke tahun tanpa
tahu pemicu penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus
fenomena di atas yakni karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di
langkah APN yaitu pemotongan tali sentra segera setelah bayi lahir. Benar atau
tidaknya asumsi tersebut, beberapa hasil penelitian dari jurnal-jurnal internasional
di bawah ini mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993)
menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali sentra ditunda
paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan:
1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah
2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan
3. Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen
4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi
yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
5. Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan
6. Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007)
dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah
kelahiran, dan pada dikala bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah
muda, menunjukan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali sentra
pada dikala proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi
sistem sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa
menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa dikala
talipusat dilakukan pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50%
karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off).
Banyak sekali akhir yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali sentra
segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk
terjadinya brain injury, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan
anemia pada bayi sangatlah banyak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa


dengan penundaan pemotongan tali sentra dapat:
 Peningkatan kadar hematokrit dalam darah
 Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah
 Penurunan angka Anemia pada bayi
 Penurunan resiko jaudice/ bayi kuning
Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemotongan tali sentra segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik
bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa
pemotongan tali sentra dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat
betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun simpulan hidup yang dapat
terjadi.
3. Perawatan Tali Pusat
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan
plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di
perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga
pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak
menjadikan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.
Cara merawatnya yakni sebagai berikut:
a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali
sentra dikala bayi tidak berada di dalam kolam air. Hindari waktu yang lama bayi
di air karena bisa menyebabkan hipotermi.
b. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali sentra terlebih dahulu.
c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa diolesi
dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang terkandung di
dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
d. Jangan mengolesi tali sentra dengan ramuan atau menaburi bedak karena dapat
menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
e. Tetaplah rawat tali sentra dengan menutupnya menggunakan kasa steril hingga
tali sentra lepas secara sempurna.
4. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita
Istilah tumbuh kembang bahu-membahu mencakup dua peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dilema
perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan (development) yakni
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam referensi yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
yakni rangsangan yang dilakukan semenjak bayi gres lahir yang dilakukan setiap
hari untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan perabaan,
pembauan, dan pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak garang dan
halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi serta merangsang
perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang
dilakukan semenjak lahir, terus menerus, bervariasi dengan suasana bermain dan
kasih sayang akan memicu kecerdasan anak. Waktu yang ideal untuk stimulasi
yakni dikala bayi berdiri tidur/ tidak mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat.
Gunakan peralatan yang aman dan bersih antara lain tidak mudah pecah, tidak
mengandung racun/ materi kimia, tidak tajam dan sebagainya.
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi atau balita
setiap hari, terus-menerus, bervariasi, dan diubahsuaikan dengan umur
perkembangan kemampuannya. Stimulasi juga harus dilakukan dalam suasana
yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/ balitanya.
Jangan menyampaikan stimulasi yang terburu-buru dan tidak memperhatikan
minat atau harapan bayi/ balita, atau bayi sedang mengantuk, bosan atau ingin
bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari
pengasuh justru menyampaikan rangsangan emosional yang negatif. Karena pada
prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh merupakan stimulasi
yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menjadikan ketakutan bagi bayi/
balitanya.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Media Kemenkes RI, 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial.
Jakarta Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
BerencanaJakarta. EGC.
Medika. Roesli Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka
Bunda.
Jakarta Nanny Lia Dewi, Vivian,DKK. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Jakarta;
Salemba Prawirohardjo Sarwono, 2009.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sarwono,
2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka Sodikin. 2009.Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai