Anda di halaman 1dari 20

MODUL

ASUHAN KEBIDANAN II
MENDAMPINGI IBU BERSALIN

Disusun oleh:

TIM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karna atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan modul
pembelajaran Asuhan Kebidanan Persalinan dengan materi “Mendampingi Ibu Bersalin”
dengan lancar.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan pembahasan dimulai
dengan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dan disertai dengan kasus untuk mengukur
tingkat penguasaan materi pada topik Mendampingi Ibu Bersalin. Dengan demikian
pengguna modul ini dapat mengukur tingkat ketuntasan yang dicapai. Dalam penyusunan
modul ini, penulis memiliki berbagai literatur baik dari buku-buku maupun dari internet yang
didalamnya berkaitan dengan topik modul. Penulis berharap, modul ini dapat memberikan
tambahan pemahaman mengenai Mendampingi Ibu Bersalin dalam Asuhan Kebidanan
Persalinan.
Penulis menyadari bahwa penulisan modul ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi materi maupun penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Agustus 2020

Penulis
A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
tentang Pentingnya pendamping dalam persalinan
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1) Menjelaskan pengertian Pendamping persalinan
2) Menjelaskan tujuan pendamping dalam persalinan
3) Menjelaskan peran pendamping dalam persalinan
4) Menjelaskan tentang Manfaat pendamping dalam persalinan
B. PETA KONSEP (CONSEPT MAP)

Demontrasi oleh Mahasiswa Mahasiswa membentuk


dosen memperhatikan kelompok

Evaluasi Dosen mengawasi Simulasi oleh


mahasiswa
C. TUGAS UNTUK MAHASISWA
Kegiatan pembelajaran pada Problem Based Learning (PBL) sangat menuntut keaktifan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari modul Asuhan Kebidanan
Persalinan yang telah disiapkan. Proses pembelajaran dalam hal ini meliputi :
1. Diskusi kelompok untuk mengidentifikasi masalah yang ada dan membuat
pertanyaan-pertanyaan, konsep ilmiah dan hubungan antara disiplin ilmu terkait.
Untuk mengarahkan diskusi, mahasiswa diharapkan dapat menentukan kata kunci dari
skenario di atas. Diskusi akan didampingi oleh mahasiswa untuk 2 kali pertemuan,
dan diwajibkan untuk membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan pada
diskusi panel.
2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual baik di perpustakaan dengan
menggunakan buku ajar, jurnal, textbook, ataupun melalui media elektronik seperti
internet, slide atupun video dan mendiskusikan hasil temuan dengan sesama anggota
kelompok.
3. Melakukan diskusi kelompok tanpa dipandu oleh mahasiswa dalam rangka curah
pendapat antar anggota kelompok untuk menganalisis informasi dalam menyelesaikan
masalah yang ada. Jadwal yang ditentukan oleh anggota kelompok sendiri.
4. Peserta didik dapat berkonsultasi pada nara sumber yang ahli sesuai dengan masalah
yang ada untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam.
5. Mengikuti kegiatan pada skills lab

D. LANGKAH – LANGKAH (7 JUMPS) / PROSES PEMECAHAN MASALAH


Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL (Programme Based
Learning) yang sangat tepat digunakan untuk pembelajaran untuk menganalisa dan
memecahkan sebuah kasus. Metode ini merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap
memerlukan keseimbangan dan keserasian atau movement control agar tujuan belajar
dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan PBL ada 7 langkah (seven jumps) yang bisa ditempuh untuk
mencapai tujuan pembelajaran :

1. Clarify Unfamiliar Terms


a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya
mencoba untuk mendefinisikannya.
b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya.
c. Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis
atau flip chart.
2. Define the Problems
a. Problem (masalah), bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih
perlu dijelaskan (sesi terbuka pada step 1).
b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member kontribusi dalam
diskusi.
c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah.
d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon
intelektual.
e. Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok.
3. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah, atau sebagai
langkah awal untuk mencari informasi lebih lanjut.
b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai
kemungkinan yang sesuai dengan masalah.
c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci.
d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada.
4. Arrange Explanations Into Tentative Solutions
Many different explanations
a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis
yang sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum.
b. Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang ada, dan
juga merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman

Analyze the problem

Hasil diskusi :

a. Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah.


b. Ditulis secara skematik
c. Mahasuswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul dari anggota
kelompok dengan pengetahuan yang ada dan dengan konteks berbeda.
5. Defining Learning Objectives
a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar.
b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi lebih focus, tidak
terlalu lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia.
c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri (ekstra) karena
kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri.
Catatan : 1) Setiap mahasiswa harus mempelajari seluruh sasaran belajar yang
telah disepakati (tidak dibenarkan membagi tugas). (2) Tutor member tugas pada
masing-masing mahasiswa untuk membuat resume sasaran belajar dengan tulisan
tangan dan menggunakan tinta biru, sehingga mahasiswa lebih siap berdiskusi di
langkah ke-7. Resume dinilai pada saat diskusi kedua (langkah ke-7)
6. Information Gathering : Private Study
a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized
literarure search, jurnal, specimen patologis / fisiologis, bertanya kepada pakar,
dsb.
b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok (student’s
individual notes), termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-
masing mahasiswa berbeda.
c. Hasil tersebut didiskusikan pada step 7.
7. Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase)
a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa literatur
maupun sumber belajar lainnya.
b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan
kembali.
c. Mahasiswa bias menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap
referensi.
d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat
laporan tertulis.
e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam
diskusi dengan pakar / narasumber.

E. STRATEGI PEMBELAJARAN PBL


Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan
segala perangkat yang diperlukan.
Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk
kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal
dengan proses tujuh langkah:
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta
berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada
dalam masalah.
2) Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa
yang terjadi di antara fenomena itu.
3) Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada
masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah
gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
4) Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian
yang membentuknya.
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu
pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan
pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
6) Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya
tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan
menemukan kemana hendak dicarinya.
7) Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan
F. JADWAL KEGIATAN
1. Pertemuan pertama  dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab.
Tujuan :
 Menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul
 Membagi kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 orang perkelompok
 Membagikan modul
2. Pertemuan kedua  diskusi mahasiswa dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih
menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh mahasiswa.
Tujuan :
 Memilih ketua dan sekretaris kelompok,
 Brain-storming untuk proses 1 – 5,
 Pembagian tugas
3. Pertemuan ketiga 
Tujuan:
 Untuk melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri
 Melakukan klassifikasi, analisa dan sintese dari semua informasi.
4. Belajar mandiri 
Tujuan: untuk mencari informasi baru yang diperlukan,
5. Diskusi mandiri  proses sama dengan diskusi mahasiswa. Bila informasi telah
cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan laporan
tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan berulang-ulang diluar jadwal.
6. Pertemuan keempat  diskusi panel dan tanya pakar.
Tujuan:
 Melaporkan hasil analisa dan sintese informasi yang ditemukan untuk
menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas
atau kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada
pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai
urutan yang tercantum pada buku kerja.
7. Masing-masing mahasiwa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan tentang
salah satu penyakit yang memberikan gambaran seperti pada skenario yang
didiskusikan pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam bentuk laporan penyajian
dan laporan lengkap.
8. Pertemuan terakhir  laporan kasus dilakukan dalam kelas besar oleh masing-
masing mahasiswa.

Catatan :

 Laporan penyajian kelompok serta semua laporan hasil diskusi kelompok serta
laporan kasus masing-masing mahasiswa diserahkan satu rangkap ke koordinator
PBL melalui ketua kelompok.
 Semua laporan akan diperiksa dan dinilai oleh pakarnya / tutor masing-masing, dan
dikembalikan ke mahasiswa melalui koordinator untuk perbaikan.
 Setelah diperbaiki, dua rangkap masing-masing laporan diserahkan ke koordinator
PBL
 Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa lain untuk
dipakai sebagai salah satu bahan ujian.

TIME TABLE
Pertemuan 1 : penjelasan
Pertemuan 2 : brain stroming klassifikasi analisa dan sintese
Pertemuan 3 : mandiri mencari tambahan informasi praktikum CSL
Pertemuan 4 : laporan i nformasi baru klassifikasi analisa dan sintese
Pertemuan 5 : kuliah konsultasi
Pertemuan 6 : diskusi panel tanya pakar

G. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Kuliah khusus dalam kelas
2. Aktivitas pembelajaran mandiri oleh mahasiswa di dalam kelas atau perpustakaan
dengan menggunakan buku maupun didapat dari internet
3. Diskusi kelompok oleh mahasiswa
4. CSL : pemeriksaan obstetri dan asuhan persalinan normal

5. Lab skill : demonstrasi oleh dosen  pembagian kelompok mahasiswa  simulasi


oleh mahasiswa
6. Konsultasi oleh pembimbing / tutor

H. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid I. Jakarta, EGC ; 1998 : 93
2. Oxorn, Harry, Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labour
and Birth). Jakarta, Yayasan Essentia Medica ; 2003 : 105
3. Bobak – Lowdermilk Jensen, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC ; 2004 : 234 –
51
4. Manuaba IBG, Ilmu Kebidanan, Penyulit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta, EGC; 1998 : 160.
5. Cunningham F. Gary dkk, Obstetri Williams,Edisi 21, Jakarta, EGC; 2006, Hal 108 –
109.
6. Diktat dan hand-out
7. Sumber lain : VCD, Film, Internet, Slide, Tape
I. DAFTAR NARASUMBER

No. Nama Dosen Institusi No. Hp / email


Pengampu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pendamping bersalin sifatnya sangat pribadi, karena ia akan bertanggung jawab untuk

membuat calon ibu merasa nyaman. Ibu yang akan melahirkan benar-benar membutuhkan

dukungan dari orang-orang yang dipercaya selama dia mempertaruhkan nyawa untuk

melahirkan Si Kecil. Kalau memutuskan untuk menggunakan jasa pendamping persalinan,

perlu dipastikan bahwa sang ibu memiliki kecocokan dengan doula. Karena, hal ini akan

sangat penting dan menumbuhkan rasa percaya pada seseorang yang disukai. Agar persalinan

lancar, ibu perlu memercayai pendampingnya selama di ruang bersalin.

Secara psikologis, seseorang akan lebih bisa mendengarkan dan menuruti hal yang

disampaikan oleh orang yang ia percaya. Nah, artinya memilih pendamping yang cocok dan

bisa dipercaya secara tidak langsung akan membantu persalinan berjalan lancar dan lebih

aman. Meski belum terlalu dikenal, tetapi perkembangan jasa doula untuk melahirkan

semakin berkembang dan menarik. Bahkan, sebuah penelitian menyebutkan bahwa kehadiran

pihak ketiga yang dipercaya saat melahirkan bisa membuat ibu merasa lebih percaya diri dan

merasa ada orang lain yang mengerti perasaannya.

Meski memiliki dampak positif, perlu diingat bahwa ada hal-hal lain yang perlu

dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa doula atau tidak. Pastikan

untuk membicarakan hal ini dengan suami dan keluarga agar proses kelahiran menjadi lebih

nyaman.

Saat ini pelayanan yang diberikan kepada ibu mengacu pada asuhan sayang ibu, yang

merupakan asuhan dengan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan, dan

keinginan sang ibu. Cara paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah

dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?”

atau “Apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”

(Depkes RI, 2004).


Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan

keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan

bahwa para ibu yang diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi,

serta mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,

mendapatkan rasa aman dan penampilan yang lebih baik (Enkin, et al, 2000). Disebutkan

juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti

ekstraksi vakum, cunam, dan seksio cesarea/Caesar. Selain itu, asuhan ini juga dapat

membuat persalinan berlangsung lebih cepat. (Enkin, et al, 2000).

Dukungan dalam persalinan dapat berupa pujian, penentraman hati, tindakan untuk

meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan tentang yang terjadi selama

persalinan dan kelahiran, serta sikap ramah yang konstan. Tugas-tugas tersebut dapat

dipenuhi oleh bidan. Namun, pada praktiknya bidan juga harus melakukan prosedur medis

yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari si ibu. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003).Oleh

karena itu, seorang perempuan yang bersalin harus ditemani orang yang ia percayai dan dapat

membuatnya merasa nyaman, bisa pasangan/suami, sahabat, atau anggota keluarga dekat

lainnya.

Menurut Lutfiatus Sholihah (2004), selama masa kehamilan, suami juga sudah harus

diajak menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua suami siap

mental menunggui istrinya yang sedang kesakitan. Adakalanya mereka malah panik. Jadi

persiapkan dari sekarang, ajak suami Anda membaca lebih banyak buku tentang proses

persalinan.
Menurut Dr. Ruth, sebagai pendamping persalinan, suami dapat melakukan beberapa

hal seperti berikut.

a. Memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan istri jika persalinan ternyata

berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan. Ada baiknya suami diberitahu terlebih

dahulu, bahwa jika nanti istrinya berteriak padanya, itu hanya karena sang istri tidak

mungkin berteriak pada dokter.

b. Memijat bagian tubuh istri, agar ia tidak terlalu tegang atau untuk mengalihkan

perhatiannya dari sakitnya kontraksi. Suami bisa juga memberi pukulan perlahan pada

perut yang disebut effleurage, atau melakukan endorphin massage menggunakan

ujung jari.

c. Memastikan istri merasa nyaman dengan menyediakan bantal, air, permen, atau

potongan es untuknya, atau memanggilkan perawat dan dokter jika ia membutuhkan

bantuan.

d. Menjadi pegangan istri saat mengejan dan mendorong, serta membimbing istri untuk

bisa mengejan dengan cara yang paling efektif.

Kehadiran suami tanpa tekanan dari luar pada proses persalinan akan sangat penting

dalam membantu istri, terutama jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para

suami sering mengeluhkan betapa tertekannya mereka kerena sama sekali tidak tahu apa yang

harus dikerjakan untuk menolong istri mereka (Lutfiatus Sholihah). Namun, ada kalanya

suami tidak bersedia mendampingi istri di ruang bersalin dengan berbagai alasan.

 Tidak siap mental. Umumnya para suami tidak tega dan lekas panik saat melihat istri

mereka kesakitan, atau juga mereka tidak tahan jika harus melihat darah yang keluar

saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping

di ruang bersalin.
 Tidak diizinkan pihak rumah sakit (RS). Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran

pendamping persalinan selain petugas medis, baik untuk persalinan normal maupun

Caesar. Alasan yang diajukan antara lain kehadiran pendamping dapat mengganggu

konsentrasi petugas medis yang tengah membantu proses persalinan, tempat yang

tidak luas, dan kesterilan ruang operasi yang dapat berkurang dengan jumlah orang

yang terlalu banyak.

 Suami sedang dinas. Jika suami sedang dinas ke tempat yang jauh sehingga tidak

memungkinkan pulang untuk menemani istri saat bersalin, tentu si istri harus

memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami, masih ada anggota keluarga lain

yang dapat menemani, seperti ibu atau ibu mertua. Momen persalinan pun kini dapat

diabadikan dalam bentuk foto atau video, sehingga suami tidak perlu berkecil hati

karena telah melewatkan proses kelahiran bayinya.

Sementara itu, suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses

persalinan dapat memberikan banyak manfaat.

 Memberi rasa tenang dan menguatkan psikis bagi istri, karena suami adalah orang

terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri saat

bersalin. Di tengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan,

dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya.

 Menambah kedekatan emosi suami-istri, karena suami akan melihat sendiri

perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak mereka, sehingga

membuatnya semakin sayang kepada istrinya.

 Selalu ada saat dibutuhkan. Dengan berada di samping istrinya, suami dapat siap

membantu apa saja yang dibutuhkan istri.

 Menumbuhkan naluri kebapakan dalam dirinya.


 Lebih menghargai istri dan menjaga perilakunya terhadap istri, setelah melihat

pengorbanan si istri saat bersalin.

Sebenarnya masih ada orang yang dapat menggantikan peran suami sebagai

pendamping di ruang bersalin. Menurut Mary Nolan (2004), beberapa ibu memilih

pasangan/suami dan ibunya sendiri untuk menjadi pendamping persalinannya. Ada sebuah

penelitian yang menunjukkan bahwa pendukung perempuan efektif meningkatkan hasil

persalinan dan membantu calon ibu merasa percaya diri dalam melaksakan tanggung jawab

mengasuh bayinya. Yang terpenting adalah bahwa pendampingan di ruang bersalin sangatlah

penting dan sangat dibutuhkan oleh setiap calon ibu. Untuk itu, sebelum bersalin, sebaiknya

ibu sudah memutuskan siapa yang akan mendampinginya nanti selama persalinan.
LATIHAN SOAL

1) Seorang ibu umur 24 tahun G1 P0 A0 hamil 40 mgg datang ke BPS bersama

suaminya dengan keluhan perut terasa kencang dan mules sejak semalam. Hasil

anamnesa didapatkan Ibu cemas menghadapi persalinan.

Apakah asuhan yang tepat untuk ibu tersebut ?

a. Memberikan support mental

b. Mengajarkan teknik relaksasi

c. Memberikan makanan

d. Menganjurkan ibu untuk berbaring

e. Melakukan periksa dalam kembali

2) Ny. U G1 hamil 38 minggu datang ke BPM, saat ini mengeluh mules-mules, hasil

pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg, N 84 x/mnt, RR 20 x/mnt, palpasi TFU

29 cm, punggung kanan, kepala sudah masuk 3/5, DJJ 146 x/mnt, kontraksi 3x/10

menit, durasi 50 detik, PD : pembukaan 5 cm, ketuban (+), presentasi kepala.

,Asuhan kebidanan yang tepat untuk Ny. Umi adalah...........

a. Memberikan dukungan emosional

b. Menganjurkan banyak makan

c. Mencukur rambut pubis

d. Menganjurkan tidur miring kanan

e. Menganjurkan banyak istirahat


3) Ny. De 28 tahun ingin melahirkan. keluhan badan terasa panas, keluar banyak

keringat. dilakukan VT : Ø 5 cm, dengan his 2 x dalam 10 menit lamanya 45 detik.

Asuhan yang tepat adalah

a. Berikan ruangan yang nyaman

b. Berikan posisi yang nyaman

c. Hadirkan pendamping

d. Berikan nutrisi yang adekuat

e. Anjurkan untuk tehnik relaksasi

4) Ny. Yuli inpartu kala 1. Ia merasa cemas dan takut kalau persalinannya tidak berjalan

lancar. hasil pemeriksaan didapatkan TD 110/70 mmHg. DJJ 140 x/mnt, TFU 28 cm,

Hb 11,3 gr%.

Asuhan yang tepat adalah..........

a. Memberikan rasa nyaman

b. Memberikan rasa aman

c. Menghadirkan pendamping

d. Yakinkan ibu bahwa persalinannya lancar

e. Pastikan pada ibu dapat bersalin spontan


5) Seorang ibu akan melahirkan tiba-tiba berteriak ingin meneran. Hasil pemeriksaan

adanya peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah, ibu menangis tidak tahan

dengan his. Hasil VT pembukaan 9cm. Asuhan yang tepat untuk ibu tersebut adalah

a. Dianjurkan mobilisasi

b. Pimpin meneran

c. Nutrisi adekuat

d. Tehnik relaksasi

e. Pecahkan ketuban

Anda mungkin juga menyukai