ANGGREK
Pemeriksaan Penunjang
No Kamar Nama Keluhan TTV Ket
Gds As. Urat
1 I Wanti Gatal-gatal pada badan Td. 120/70 Nd. 86 Dermatitis,
105 4,0
Sh. 36,4 Rr. 20 HT.
2 I Nonon Mengeluh gatal-gatal pada badan. Td. 110/70 Nd. 90 Jiwa,
Menolak Menolak
Sh.36.1 Rr. 20 Dermatitis.
3 I Mameh Mengeluhgatal pada badan. Td.100/70 Nd. 85 Jiwa,
Menolak Menolak
Sh. 36,3 Rr. 20 Dermatitis
4 I Ainun Gatal pada seluruh badan Td. 120/70 Nd. 80 HT
80 4,3
Sh. 36,9 Rr. 20
5 2 Sadiah nyeri kaki Td. 100/60 Nd. 87 Sh. OA
125 3,3
37,1 Rr. 21
6 2 Napsiah Pusing, gatal-gatal pada badan Td. 120/80 Nd. 80 HT , gout,
9,4 7,5
Sh. 36,8 Rr. 20 dermatitis
7 2 Eni Pusing Td. 130/80 Nd. 80 Sh. HT
122 5,9
36,7 Rr. 20
8 2 Jujuk Tidakbisaberbicara - Jiwa
182 3,3
DIRAWAT
9 2 yoyok Tidak bias berbicara Td. 110/60 Nd. 87 Jiwa ,
107 4,2
Sh. 36,5 Rr. 20 Dermatitis
10 3 bonyo Pusing Td. 110/70 Nd. 85 Jiwa
105 low
Sh. 36,7 Rr. 20
11 3 Arsilem Nyeri pada pinggang, lemas pada kaki Td. 110/70 Nd. 90 OA
83 5,3
Sh. 36,4 Rr. 20
1
12 3 Tjumi Gatal-gatal pada badan ,pusing , luka Td. 130/80 Nd. 72 Dm,HT.
287 4,2
pada lututtidaksembuhsembuh Sh. 36,4 Rr. 20
13 3 Tinah Pusing, gatal pada badan Td. 130/80 Nd. 78 Hipertensi,
103 3,3
Sh. 36,2 Rr. 20
14 4 Butet Gatal Td. 110/70 Nd. 83 Jiwa
103 3,3
Sh. 36,3 Rr. 20
15 4 Tisem Lemas Td. 100/80 Nd. 78 Jiwa
84 low
Sh. 36,5 Rr. 20
16 4 Lucy Tidak ada keluhan Menolak menolak menolak Jiwa
17 4 Erni Pusing dan nyeri pada kaki Td. 120/80 Nd. 80 HT, OA
Sh. 36,9 Rr. 20 97 7,6
2
berjalan menggunkan tongkat makan, Sh. 36,3 Rr. 20
lemas, pusing.
27 7 Erna Gatal, pada tangan dan badan, nyeri pada Td. 130/90 Nd. 81 HT , Gout,
113 7,2
kaki sakitkepala Sh. 36.2 Rr. 20 dermatitis
28 7 Tuty Gatal – gatal pada badan, pusing , lemas Td. 100/70 Nd. 80 Dermatitis
122 5,9
Sh. 36,7 Rr. 20
29 7 Tasmijah Nyeri pada kaki, pusing . Td. 130/80 Nd. 87 5,5 Hipertensi
113
Sh. 36,2 Rr. 20
30 8 Icih Nyeri pada kaki dan pinggang, pusing, Td. 160/90 ,Nd.79 , Hipertensi ,
164 8,9
batuk Sh. 36.2 , Rr. 20 Gout
31 8 Nike Tidak ada keluhan Menolak Menolak Menolak Jiwa
32 8 yasmin Nyeri pada kaki Td. 140/80 Nd. 90 HT, Jiwa
Menolak Menolak
Sh. 36,7 Rr. 23
33 8 Andri Nyeri pada kaki ,pusing Td. 90/70 Nd. 87 Sh. Jiwa , gout
156 9,5
36,7 Rr. 20
34 1 Supra .
Dari data di atas didapatkan hasil bahwa :
1. Hipertensi : 18 orang
2. Dermatitis : 10 orang
3. Osteo Aritis : 4 orang
4. Jiwa : 15 orang
5. Dm : 2 orang
6. gout : 7orang
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60
tahun atau lebih. Lansia merupakan suatu proses yang dialami semua orang dimana
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap ( Lilik,
2011). Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, terus-menerus,
fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan
Data WHO tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi,
tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan hasil 8,1% dari total
populasi (WHO,2015). Hal ini menunjukan bahwa setiap tahunnya populasi lansia
mengalami peningkatan sebesar 41% dari jumlah populasi pada tahun 2100
(Kemenkes RI,2015).
Dari jumlah populasi tersebut, banyak lansia yang tidak dapat menikmati hidup
yang paling banyak diderita para lanjut usia adalah hipertensi. Sebanyak 1 milyar
lanjut usia di dunia atau 1 dari 4 lanjut usia menderita hipertensi. Bahkan,
diperkirakan jumlah lanjut usia yang menderita hipertensi akan meningkat menjadi
5
Menurut Wahdah (2011), tekanan darah yang terus meningkat mengakibatkan
beban kerja jantung yang berlebihan sehingga memicu kerusakan pada pembuluh
darah, gagal ginjal, jantung, kebutaan dan gangguan fungsi kognitif pada lansia.
Lanjut usia dapat dinyatakan memiliki tingkat kualitas hidup yang baik, bila suatu
kondisi yang menyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta
Dari hasil skrining yang telah dilakukan oleh kelompok didapatkan bahwa
hipertensi adalah penyakit terbanyak yang di derita oleh lansia di wisma anggrek
yaitu dari 34 WBS yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 18 orang. Oleh
karena itu kelompok mengambil kesimpulan untuk TAK pertam yaitu adalah
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Lebalado Putri, 2014) dengan hasil
darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi secara signifikan. Sama
halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Kharisna, dkk, 2012) dengan
hasil konsumsi jus mentimun dapat membantu menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi.
kronis pada lasia . Salah satu diantaranya adalah hipertensi, dampak dari penyakit
hipertensi para lansia dapat memicu terjadinya resiko serangan jantung, stroke, dan
6
gagal ginjal. Oleh karena itu apabila hipertensi tidak diatasi maka akan
Hipertensi
Hipertensi
penyakit Hipertensi
Hipertensi
7
status kesehan lansia di panti sosial tresna werdah 1 ciracas, jakarta
timur.
2.3.3.3Bagi lansia
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
yang diterima. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara
9
Berdasarkan definisi diatas lanjut usia adalah usia diatas 60 tahun, dimana
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan
2000).
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan
dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh mati
10
sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh
tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda,
tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang sudah
lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun
demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut
usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke, infark
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
psikologi dan sosial (Iknatius, 2000). Lansia adalah Orang jompo atau lanjut usia
setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak
11
Lansia menurut UU No.13 thn 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Pasal 1
yaitu :
1. Pralansia
2. Lansia
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
merupakan salah satu upaya penunjang kemandirian lansia, tidak saja dari aspek
12
2.1.4 Teori Teori Proses Penuaan
Teori pertama didasarkan pada usia abad ke-19 untuk menjelaskan perbedaan
mati. Pada akhir 1880-an, A Bad Weismann berteori bahwa sel somatik normal
terbatas pada kemampuan mereka untuk meniru dan berfungsi bahwa kematian
terjadi karena jaringan yang seharusnya tidak dapat selamanya mempengharui diri
mereka sendiri. Faktor stres yang berbahaya, seperti merokok, pola makan yang
pengosongan.
berlanjut sampai terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Hasilnya adalah
Kerusakan ireversibel pada sel-sel yang membentuk zat kolagen ini pada
Teori radikal bebas, yang pertama kali diajukan pada pertengahan 1950an,
telah berkembang menjadi teori penuaan utama. Radikal bebas sangat tidak
13
stabil dan molekul reaktif yang dapat diproduksi dengan metabolisme normal,
reaksi radiasi, reaksi berantai dengan radikal bebas lainnya, dan oksidasi
polutan lingkungan tertentu, seperti ozon, pestisida, dan polutan udara. Radikal
bebas dan senyawa konjugasi mereka mampu menyerang molekul lain karena
mereka memiliki muatan listrik ekstra, atau elektron bebas. Karena mereka
sangat reaktif, radikal bebas cepat berinteraksi dengan dan merusak komponen
Beberapa teori biologis penuaan fokus pada peran utama sistem tubuh sebagai
endokrin adalah penyebab utama perubahan fungsi organ yang terkait dengan
pembelahan sel ke seluruh tubuh. Teori kekebalan, yang pertama kali diajukan
selama tahun 1960 an, berfokus pada imunomoduksi, yang merupakan fungsi
kerentanan orang lanjut usia terhadap penyakit. Teori imunitas juga mencoba
14
penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis. Banyak penelitian
d. Teori Genetik
Menurut dr. Afgel bahwa “proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan gen
genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan
kelainan pada sel karena dianggap sebagai yang membuat hancurnya kekebalan
tubuh.
dihindari/ditolak,
15
a. Perubahan Sistem Sensori
b. Sistem Penglihatan
penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak.
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan diantara iris dan sklera.
Kejadian ini disebut arkus sinilis biasanya ditemukan lansia. Berikut ini adalah
mengalami skerosis.
d) Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
16
c. Sistem Pendengaran
a) Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineureal. Hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi
lemah dan kaku implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
c) Pada telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal kulit menjadi
tipis dan kering dan peningkatan kreatin. Implikasi dari hal ini adalah
suara.
d. Sistem Perabaan
sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai,
sentuhan dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak
17
e. Sistem Pengecapan
yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup peraa lidah.
Implikasi dari hal ini sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit
berkurang.
f. Sistem Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi akibat proses menua adalah
lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensivitas terhadap bau.
g. Sistem Integumen
Epidermis lansia tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan
area tubuh yang terpajan sinar matahari biasanya permukaan dorsal dari tangan
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penaan dan terdapat penurunan
18
lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas
turgor kulit.
h. Sistem Muskuloskeletal
i. Sistem Neurologis
Berat otak menurun 10-20%. Berat otak <350gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat 1,375 gram pada usia 20 tahun. Berat otak menurun
mulai usia 45-50 tahun, penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal.
Berat dan volume otak berkurang rata-rata5-10% selama umur 20-90 tahun.
Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang
dendrit dan batang sel. Secara progesif terjadi fragmantasi dan kematian sel.
19
kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. Berikut ini kondisi
a) Kondisi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal adalah refleks
c) Termogulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini adalah
j. Sistem Kardiovaskuler
darah teroksigenisasi.
hilangnya fungsi serat- serat serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
serat konduksi yang membawa implus ke ventrikel. Implikasi dari hal ini
c) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kakudan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial
arteri
20
d) Vena meregang dan mengalami dilatasi.implikasi dari hal ini adalah vena
penumpukan darah.
k. Sistem Genitouria
l. Sistem Pulmonal
21
2.2. Konsep Penyakit Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi.
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
2.2.2 Klasifikasi
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
22
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
diketahui penyebabnya
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
2.2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
23
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
hipertensi
2) Ciri perseorangan
d) Kebiasaan hidup
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
24
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis,
Kortikosteroid.
2.2.4 Patofisiologi
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
25
menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
keadaan hipertensi.
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
2.2.5 Pathway
26
2.2.6 Tanda dan Gejala
27
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
1. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas)
anemia.
a. BUN
b. Kalium serum
c. Kalsium serum
28
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Pemeriksaan tiroid
g. Foto dada
2.2.8 Penatalaksanaan
hipertensi meliputi :
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
2. Diet
29
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
3. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
30
BAB III
TINJAUAN KASUS ASKEP
tidak lulus SD, pendidikannya hanya sampai kelas 1 SD, tidak bisa membaca dan
menulis. Oma T sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak Oma T mempunyai
dua saudara, Oma T beragama Islam. Penampilan Oma T tampak bersih, dapat
berjalan dengan baik, tidak menggunakan tongkat, mandi, mencuci pakaian, makan,
mandiri. Oma T alamatnya di semarang, tapi disana juga sudah tidak adalagi sanak
saudara, karena Oma T dulunya suka merantau ke jakarta. Oma T dulu di jakarta
pembantu rumah tangga cukup untuk memenuhi kebutuhannya, setelah itu OmaT
pindah lagi ke kampung, setelah itu di kampung kehabisan uang Oma T mengikuti
teman yang akan mengajaknya bekerja tetapi temannya membawa OmaT ke PSTW
hingga saat ini kurang lebih sudah 10 tahun OmaT sekarang mengeluh pusing, kaku
tekuk kepala, OmaT juga mengatakan sudah punya riw. Darah tinggi diketahui
setelah berada di panti dan rutin minum obat amlodipine 1x10 mg. Setelah itu
20.
31
3.2 Analisa Data
3. Ds : Defisit Pengetahuan
Oma T mengatakan tidak (no.454)
mengerti tentang
penyakitnya
Oma T mengatakan tidak
tau cara mengontrol
32
tekanan darah
Oma T mengatakan
tidak
terlalu menghiraukan
penyakitnya
Do :
Oma T tampang bingung
33
Rencana Keperawatan
No Tujuan dan
Hari/Tgl Intervensi Rasional
DX Kriteria Hasil
1. Selasa , Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Edukasi Diet (I.12369) 1.Kesalahan kebiasaan makan
5-11- selama 3x24 jam, diharapkan -Identifikasi kemampuan Menunjang terjadinya ateroskelerosis dan kegemukan
2019 Keadekuatan aliran darah serebral untuk pasien menerima informasi yang merupakan predesposisi
menunjang fungsi otak dengan criteria -Identifikasi tingkat pengetahuan saat untuk hipertensi dan komplikasin-ya misalnya, stroke,
hasil : sakit kepala menurun, nilai rata- ini. penyakit ginjal, gagal jantung. Kelebihan
rata tekanan darah membaik. memasukkan garam memperban-yak volume cairan
L.02014 2.Edukasi Prosedur Tindakan (I.12442) intravascular dan dapat merusak ginjal yang lebih
-Identifikasi kesiapan memperburuk hipertensi.
kemampuan menerima informasi
-Sediakan materi dan media 2.Tindakan mandiri perawat untuk membantu pasien
pendidikan kesehatan(pemberian jus baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mentimun). mengatasi masalah kesehatannya.
-Jadwalkan pendidikan
kesehatan dan tindakan 3.Tanda-tanda vital dapat memberikan keadaan umum
(pemberian jus mentimun)sesuai kesep pasien.
ak-atan
3.Pemantauan Tanda-Tanda Vital
34
(I.02060)
-Monitor tekanan darah
-Monitor Nadi (Frek, kekuatan, Irama)
-Monitor pernapasan(Frek, kedalaman)
-Monitor suhu tubuh
2. Selasa , Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Dukungan tidur (I.05174)
5-11- selama 3x24 jam, diharapkan -Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2019 Keadekuatan dan kuantita tidur dengan -Identifikasi factor penggangu tidur(fisik dan/
kriteria hasil : psikologis) 1.Mengurangi ketegangan otot
Kesulitan tidur menurun, keluhan sering -Identifikasi makanan dan minuman yang yang mampu menurunkan rangsangan nyeri,
terjaga menurun, keluhan tidak puas menggangu tidur (mis. Kopi, teh, alcohol, makan meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
tidur menurun. mendekati waktu tidur, minum banyak air oksigenasi darah
sebelum tidur).
-Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis.pijit, pengaturan
posisi, terapi akupresur).
3. Selasa, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Edukasi Kesehatan (I.12383) 1. Meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki
5-11- selama 3x24 jam, diharapkan -Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima sikap tentang hipertensi sehingga lansia akan dapat
2019 Kecukupan informasi kognitif yang informasi menjaga kesehatan diri.
berkaitan dengan topik, dengan kriteria -Identifikasi factor-faktor yang
hasil : perilaku sesuai anjuran. dapatmeningkatkan dan menurunk-an motivasi
35
perilaku hidup bersih dan sehat
-Berikan hipertensi pada lansia
No
D Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
X
1. Rabu, 6-11-2019 07.30 S:
1. Memonitor TTv sebelum melakukan tindakan Oma T mengatakan hanya makan makanan yang disediakan di PSTW
- TD : 150/90mmHg
- N : 70x/menit O:
- R : 22x/menit Oma T Kooperatif
o
- S : 35,5 C Tampak makanan yang didapatkan berminyak.
2. Memberikan edukasi diet Oma T menghabiskan jus mentimun yang diberikan.
-media leaflet
Ttv sesudah tindakan
3. Memberikan jus mentimun
-TD : 120/90mmHg
4. Memonitor ttv sesudah melakukan tindakan
-N : 80x/menit
-R : 22x/menit
-S : 36oC
A : Masalah sebagian teratasi
36
P : Lanjutkan Intervensi
2 Kamis, 7-11-2019 09.00
1. Memonitor TTv sebelum melakukan tindakan S : Oma T mengatakan pernah melakukan terapi napas dalam
- TD : 140/80mmHg
- N : 82x/menit O:
- R : 22x/menit Oma T Kooperatif
- S : 36o C Oma T tampak tegang
2. Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif Oma T melakukan relaksasi napas dalam
digunakan Selama ± 5 menit
3. Mengidentifikasi kesediaan, kemampuan pasien
4. Memeriksa ketegangan otot
A : Masalah teratasi sebagia
5. Memonitor respon terhadap relaksasi
P : Lanjutkan Intervensi
- 3,4,5
No
Hari/Tgl Implementasi Evaluasi Nama/ttd
DX
DX Kamis, 1. Memonitor TTv sebelum melakukan tindakan S : Klien mengatakan pusing berkurang
1 7-11-2019
Hasil :
- TD : 150/90mmHg O:
TD : 130/80mmHg,
37
N : 80x/m
- N : 80x/menit R : 22x/m
- R : 20x/menit S : 36oC
O:
1.Mengajurkan mandi pagi dan sore hari -TD : 130/80mmHg,
38
No Hari
Implementasi Evaluasi Nama/ttd
DX /Tgl
S : Klien mengatakan saat ini tidak pusing
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenjangan yang penulis jumpai
antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Oma T dengan
Hipertensi di wisma Anggrek PTSW Budi Mulia 1 Ciracas. Selanjutnya penulis akan
4.1 Pengkajian
mengumpulkan data atau informasi, karena Oma T masih kooperatif sehingga tidak
sulit untuk mendapatkan data. Mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain
tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat
40
4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di
tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -
4.4 Pelaksanaan
dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien
mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh
perawat. Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
4.5 Evaluasi
tahap ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d
41
lihat dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat
42
BAB V
ANALISIS SWOT
c. Jika diajak bicara masih singkron dengan apa yang ditanyakan atau dibahas
a. Oma T masih suka membantu temannya di wisma bila ada yang memerlukan
43
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada Oma T di Wisma Anggrek Panti Tresna Werda
mengobservasi TTV, menganjurkan aktivitas di siang hari , mandi pagi dan sore,
minum air hangat sebelum tidur, meberikan penkes, serta memberikan terapi
komplementer dengan jus mentimun. Pada dasarnya tindakan yang telah dilakukan
5.2 Saran
yang belum tercapai, dengan tanggung jawab, ikhlas karena siapapun akan
panti dengan ikhlas, tanggung jawab bukan hanya karena sebuah cara mencapai
hak namun lakukan dengan melibatkan perasaan kita dan sebagai pembelajaran
koreksi diri .
44
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta
Maryam, Siti R, Eka Sari, Mia Fatma. Dkk.2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of
Health Outcomes, Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat PPNI. Edisi 1.
Cetakan III : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
Definisi dan tindakan keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI. Edisi 1.
Cetakan II : Jakarta
45