Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan di
dunia yang sangat penting dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi.
Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup,
menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit
jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain.
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga
timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak
pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan
pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi
pada otot jantung). Selain penyakit-penyakit tersebut, hipertensi dapat pula
menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes mellitus dan
lain-lain. Penderita hipertensi sangat heterogen, hal ini membuktikan bahwa
hipertensi bagaikan mozaik, diderita oleh orang banyak dan datang dari
berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang bersifat
eksogen, seperti rokok, nutrisi, stresor dan lain-lain. Di seluruh dunia,
hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Di samping karena
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan
datang, juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan sangat
tinggi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain, juga
menimbulkan kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai
the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita

1
hipertensi.5 Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target
organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal,
serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih
besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3
kali lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. 7 dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan RumahTangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004. Kelompok Kerja Serebro kardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun
1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta
tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%.
Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi
sebesar 38,7%.
Masalah yang sering ditemukan di masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan pasien mengenai terapi farmakologi yang harus rutin
dikomsumsi, selain itu penyakit penyerta yang perlu untuk diperhatikan serta
perubahan pola hidup sehat seperti diet rendah garam dan kolesterol dan olah
raga yang teratur sebagai terapi non-farmakologi.

1.2 Rumusan Masalah


Meningkatnya prevalensi hipertensi merupakan masalah kesehatan
masyarakat, meskipun hipertensi dikategorikan penyakit tidak menular
namun memiliki morbiditas dan mortalitas yang cukup bermakna.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dikemukakan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat Tanjung Enim terdapat
Penyakit Hipertensi ?”

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Tanjung Enim terdapat
Penyakit Hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan Pengobatan
Dasar yang dilakukan di Puskesmas Tanjung Enim
b. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien faktor-faktor risiko penyakit
hipertensi
c. Untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang pengobatan hipertensi
yang harus rutin baik non-farmakologi maupun farmakologi

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi instansi (Puskesmas)
Sebagai bahan informasi bagi Puskesmas dalam penyusunan strategi serta
pelaksanaan program pencegahan Hipertensi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan puskesmas.
1.4.2 Manfaat bagi pasien
 Sebagai bahan informasi bagi pasien tentang penyakit hipertensi
sehingga pasien akan lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan tekanan
darah dan pengobatan secara rutin
 Sebagai bahan informasi bagi pasien untuk melakukan perubahan gaya
hidup dan pola makan sebagai penanganan non-farmakologi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Puskesmas Tanjung Enim


2.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
UPTD Puskesmas Tanjung Enim adalah Puskesmas dengan UGD 24 jam
yang terletak di Kecamatan Lawang Kidul dengan Luas Wilayah yaitu 37.646
km² yang dibatasi :
 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Muara Enim
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Agung
 Sebelah Timur : berbatasan dengan Gunung Megang
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Lahat

2.1.2 Sejarah UPTD Puskesmas Tanjung Enim


2.1.2.1 Balai Pengobatan / balai Kesehatan Ibu dan anak( BP / BKIA )
UPTD Puskesmas Tanjung Enim pada awalnya berupa balai
pengobatan / Balai Kesehatan Ibu dan Anak ( BP / BKIA ) yang didirikan
pada tahun 1965 yang dipimpin oleh Hj. Rusmina dengan 2 orang Staf
yang bernama Bapak Basri ( Perawat ) dan Bapak Sarmat ( Pembantu
Perawat ) dengan luas bangunan 78 m² ( 13 m x 6 m ) yang terletak di
jalan BKIA pasar lama Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul
Kabupaten Muara Enim.
2.1.2.2 UPTD Puskesmas Tanjung Enim
Pada Tanggal 12 Februari 1980 BP / BKIA berkembang menjadi
UPTD Puskesmas Tanjung Enim yang di pimpin oleh dr. Rasyid Ngah dan
pindah ke gedung yang terletak di jalan simpang empat pasar Tanjung
Enim dengan luas bangunan 150 m² ( 10 m x 15 m ).
2.1.2.3 UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjung Enim
Pada bulan Januari 2003 UPTD Puskesmas Tanjung Enim pindah
ke gedung bekas kantor camat lama yang di pimpin oleh dr. Hendriyatno
dengan luas bangunan 2.088 m² (36 m x 58 m ), luas tanah 2.470 m² ( 38

4
m x 65 m ) yang terletak di jalan Jend A Yani no 10 Tanjung Enim. Pada
bulan Mei 2004 gedung Puskesmas di perluas dengan membangun gedung
baru bertingkat dua untuk pelayanan dengan luas bangunan 174 m². Pada
bulan juni 2004 UPTD Puskesmas Tanjung Enim membuka pelayanan
Unit Gawat Darurat 24 jam. Seiring dengan peningkatan jumlah
kunjungan dan kebutuhan akan mutu pelayanan kesehatan yang semakin
meningkat, maka pada bulan maret 2006 gedung Puskesmas di perluas
dengan membangun gedung baru seluas 200 m² ( 10 m x 20 m ) untuk
pelayanan Unit Gawat Darurat, Laboratorium.
2.1.3 Keadaan Kependudukan

Jumlah penduduk wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Enim


dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini, yang meliputi Kecamatan Lawang
Kidul Tahun 2018 berjumlah 68.213 jiwa, dengan kepadatan penduduk 2
jiwa/km², dimana terdiri dari 33.799 laki-laki dan 34.414 perempuan
dengan jumlah kepala keluarga 18.397 keluarga.

JUMLAH PENDUDUK RASIO


JUMLAH RASIO
DESA / LAKI- PEREMPUA BEBAN
NO PENDUDU JENIS
KELURAHAN LAKI N TANGG
K KELAMIN
JML JML UNGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Lingga 8.272 4.223 4.049
Kel Pasar Tanjung
2 7.145 2.971 4.174
Enim
3 Kel Tanjung Enim 13.159 6.607 6.552
4 Tegal Rejo 15.364 7.852 7.512
Kel Tanjung Enim
5 8.903 4.501 4.402
Selatan
6 Keban Agung 11.009 5.378 5.631
7 Darmo 4.361 2.267 2094
JUMLAH 68.213 33.799 34.414

Tabel 1. Jumlah Penduduk Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Enim Tahun 2018

Dari distribusi jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD


Puskesmas Tanjung Enim tergambar sejumlah 68.213 jiwa. Rasio

5
Puskesmas terhadap jumlah penduduk untuk pendirian puskesmas adalah 1
: 30.000. Pendiran Puskesmas Tanjung Enim sudah memenuhi standar
rasio Puskesmas bahkan perlu studi kelayakan penambahan Puskesmas.

2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Menurut The Seventh of The
Joint national Committee on Prevention, detection, Wvaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat 1, dan derajat 2.

Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7


Klasifikasi
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 90
Hipertensi derajat 140 – 159 Atau 90 – 99
1
Hipertensi derajat ≥ 160 Atau ≥ 100
2

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan


tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar
antara 130 – 139/80 – 89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki
dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular
daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah
sistolik >140 mmHg merupakan factor resiko yang lebih penting untuk
terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolic.

6
a. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75
mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg
b. Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari factor resiko lainnya.1

2.2.2 Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin
meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik
maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju
pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam dekade
terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi.
Prevalensi penduduk tekanan darah tinggi secara nasional sebesar 30,9%.
Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (32,9%) lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih
tinggi ( 31,7%) dibandingkan dengan pedesaan (30,2%). Prevalensi
semakin meningkat seiring pertambahan umur.6
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan tahun 2017,
didapatkan jumlah penderita hipertensi tahun 2013 sebesar 183.048 jiwa,
pada tahun 2014 sebesar 186.116 jiwa, pada tahun 2015 sebesar 204.213
jiwa, pada tahun 2016 sebesar 225.305 jiwa, dan pada tahun 2017 sebesar
229.365 jiwa. Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Palembang, angka
kejadian hipertensi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2014 sebanyak 6740 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 6973.7
Muara enim merupakan kabupaten yang berada di provinsi
Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk sekitar 618.762 orang yang
tersebar di 255 desa dan kelurahan. Menurut data dari Profil Kesehatan

7
Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 penderita
hipertensi di kabupaten muara enim dilaporkan sebanyak 7.274 orang.yang
merupakan kabupaten dengan penderita hipertensi terbanyak no. 4 di
provinsi Sumatera Selatan.8

2.2.3 Patomekanisme berdasarkan Etiologi (Penyebab).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis 4:

a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
Hipertensi Primer / Esensial (90%) adalah peningkatan curah
jantung (volume sekuncup x frekuensi denyut jantung) dan peningkatan
resistensi perifer total (TPR). Dibagi 2 :
1. Hipertensi Hiperdinamik
Penyebab 1 :
↑ Frekuensi denyut jantung / volume ekstrasel

↑ Aliran balik vena

↑ Volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)

HIPERTENSI

Penyebab 2 :
↑ Aktivitas simpatis (dari SSP) / ↑ respon terhadap katekolamin

8
↑ Curah jantung

HIPERTENSI

2. Hipertensi Resistensi
Penyebab :
- ↑ Aktivitas simpatis
- ↑ Respon terhadap katekolamin
- ↑ Konsentrasi angiotensin II Vasokonstriksi
perifer
- Mekanisme autoregulasi (arteriol)
- Hipertrofi otot vasokonstriktor ↓
- ↑ Viskositas darah (↑ hematokrit) → HIPERTENSI

HIPERTENSI → kerusakan vaskuler → ↑ TPR → HIPERTENSI


MENETAP
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai
akibat dari adanya penyakit lain. Dibagi 3 antara lain :
1. Hipertensi Renal
Stenosis arteri renalis/ penyempitan arteriol & kapiler ginjal

Iskemia ginjal

Pelepasan renin dari ginjal

Renin Tumor yang
produksi

renin
Angiotensinogen → Angiotensin I

9
↓ ACE
Angiotensin II (oktapeptida)

Lepaskan aldosteron Vasokontriktor berat


dari korteks adrenal
↓ ↓
Retensi Na & ↑ curah jantung ↑ TPR

↑ Tekanan darah
Massa ginjal fungsional ↓
Hipertensi

Hipertensi kronik

Perubahan sekunder (hipertrofi dinding vascular, aterosklerosis)
2. Hipertensi Hormonal
a. Sindrom Adrenogenital
Pembentukan kortisol di korteks adrenal dihambat

Pelepasan hormone adrenokortikotropik (ACTH) tidak
dihambat

Prekursor mineralokortikoid aktif kotisol & aldosteron

Retensi Na

↑ Hormon ekstrasel

↑ Curah jantung

HIPERTENSI

10
b. Hiperaldosteronisme (Sindrom Conn)
Tumor korteks adrenal

Lepaskan aldosteron (jumlah besar) tanpa mekanisme
pengaturan

Retensi Na di ginjal

↑ Curah jantung

HIPERTENSI

c. Sindrom Cushing
Pelepasan ACTH tidak adekuat

↑ Konsentrasi glukokortikoid plasma

↑ Efek katekolamin ↑ Kerja mineralokortikoid dari


kortisol
↓ ↓
↑ Curah jantung Retensi Na

HIPERTENSI
d. Feokromasitoma
Tumor adrenomedula

Katekolamin

↑ Kadar epinefrin tidak terkendali

11
↑ Curah Jantung

HIPERTENSI

e. Pil Kontrasepsi
Retensi Na

↑ Curah jantung

HIPERTENSI

3. Hipertensi Neurogenik
Ensefalitis, edema serebri, pedarahan, tumor otak

Perangsangan sentral kerja jantung berlebih

↑ Tekanan darah

HIPERTENSI

2.2.4 Patomekanisme berdasarkan Faktor Resiko.


1. Genetik (♀ > ♂)
2. Penduduk kota > desa (Hipertensi primer)
3. Stres psikologis kronis (berubungan dengan pekerjaan / kepribadian)

↑ Perangsangan jantung ↑ Absorpsi ginjal & retensi


Na

↑ Volume ekstrasel
↑ Tekanan darah (HIPERTENSI)

12
* Stress / ketegangan fisik (olahraga)  pelepasan adrenalin &
nor-adrenalin vasokontriktif  ↑ tekanan darah sementara
4. Sensitif terhadap garam (Insiden ↑ jika ada riwayat keluarga)

Respon terhadap katekolamin ↑

↑ Curah Jantung

HIPERTENSI
5. Asupan garam tinggi
Ion natrium
Retensi air Perkuat efek
noradrenalin
↓ ↓
Volume darah bertambah (hiperviskositas) Vasokonstriksi

Daya tahan pembuluh darah ↑
HIPERTENSI
6. Konsumsi liquorice

Adalah sejenis gula-gula yang dibuat dari Succus liquiritiae yang


mengandung asam glizirinat dengan khasiat retensi air  ↑ Tekanan darah
jika dimakan dalam jumlah besar
7. Merokok
Nikotin  vasokonstriksi  ↑ tekanan darah
8. Pil KB
Mengandung hormon estrogen  retensi garam & air  ↑ tekanan
darah
9. Hormon pria & kortikosteroid
Menyebabkan retensi air  ↑ tekanan darah
10. Kehamilan

13
Uterus direnggangkan telalu banyak oleh janin  menerima
kurang darah  dilepaskan zat yang ↑ tekanan darah

2.2.5 Gejala dan Tanda


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Mual
 Muntah
 Sesak nafas
 Gelisah
 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran


dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.2.6 Penegakan Diagnosis


Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan dasar,
yaitu pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak
hanya sekali, bila perlu dapat pada lebih sekali kunjungan.

Syarat standar pengukuran tekanan darah :

14
1. Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit di
ruangan yang tenang
2. Cuff standar yaitu dengan balon 12 – 13 cm lebar dan panjang 35
cm, orang gemuk atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang
setinggi jantung
3. Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolic = fase V
4. Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
5. Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada manula,
pasien DM, atau keadaan yang sering timbul hipotensi ortostatik

2.2.7 Pemeriksaan Mencari Faktor Resiko. 5


Faktor resiko penting untuk menentukan resiko hipertensi dan stratifikasi
terhadap kejadian komplikasi kardiovaskular, yaitu :
1. Resiko untuk stratifikasi
a. Derajat hipertensi
b. Wanita > 65 tahun
c. Laki-laki > 55 tahun
d. Perokok
e. Kolesterol total > 250 mg% (6,5 mmol/L)
f. Diabetes mellitus
g. Riwayat keluarga penyakit kardiovaskular lain
2. Resiko lain yang mempengaruhi prognosis
a. Kolesterol HDL rendah
b. Kolesterol LDL meningkat
c. Mikroalbuminaria pada diabetes mellitus
d. Toleransi glukosa terganggu
e. Obesitas
f. Tidak berolahraga (secondary lifestyle)
g. Fibrinogen meningkat
h. Kelompok resiko tinggi tertentu; sosioekonomi, ras, geografik

15
3. Kerusakan organ sasaran
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Proteinuria / kreatinin 1,2 – 2,0 mg%
c. Penyempitan a.retina local / umum
d. Tanda aterosklerosis pada a.karotis, a.iliaka, aorta
4. Tanda klinis kelainan dengan penyakit
a. Penyakit serebrovaskular
 Stroke iskemik
 Perdarahan serebral
 TIA
b. Penyakit jantung
 Infark miokard
 Angina pectoris
 Revaskularisasi koroner
 Gagal jantung kongestif
c. Retinopati hipertensi lanjut
 Perdarahan atau eksudat
 Edema papil
d. Penyakit ginjal
 Nefropati diabetic
 GGK (kreatinin > 2 mg %)
e. Penyakit lain
 Diseksi aneurisma
 Penyakit arteri (simtomatik)

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang. 5


Pemeriksaan rutin harus dilakukan seperti :
a. Tes darah rutin
b. Hemoglobin dan hematokrit
c. Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula

16
d. Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), gula darah
puasa, total kolesterol
e. Elektrokardiogram
f. Ekokardiogram
g. Radiologi: foto toraks
h. Sesuai penyakit penyerta
i. Kolesterol total serum, kolesterol HDL serum, LDL serum, kolesterol
trigliserida serum (puasa)
j. Asam urat serum
k. Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
l. Ekokardiografi bila diduga KOS (kerusakan organ sasaran), seperti
adanya LVH
m. Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
n. Ultrasonografi ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal
o. Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
p. Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata

2.2.9 Tatalaksana Hipertensi


Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap factor resiko


atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia
juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing
kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan
farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua
pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan factor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya.

17
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
1. Menghentikan merokok
2. Menurunkan berat badan berlebih
3. Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
4. Latihan fisik
5. Menurunkan asupan garam
6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan
lemak

Jenis – jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis


hipertensi yang dianjurkan JNC 7:
1. Diuretika, terutama jenis Thiazie (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist
(Aldo Ant)
2. Beta Blocker (BB)
3. Calcium Channel Blocker atau Calcium Anatagonist (CCB)
4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1receptor antagonist / blocker
(ARB)

18
Masing – masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan
keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat
antihipertensi juga dipengaruhi beberapa factor, yaitu :
1. Faktor sosio ekonomi
2. Profil factor resiko kardiovaskular
3. Ada tidaknya kerusakan organ target
4. Ada tidaknya penyakit penyerta
5. Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
6. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien
untuk penyakit lain
7. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan
dalam menurunkan resiko kardiovaskular

Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan


hipertensi menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi
adalah penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas
obat antihipertensi yang digunakan. Tetapi terdapat pula buki – bukti yang
menyatakan bahwa kelas obat antihipertensi tertentu memiliki kelebihan
untuk kelompok pasien tertentu.
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar
yang memerlukan pertimbangan khusus (Special Consederations), yaitu
Kelompok Indikasi yang Memaksa (Compelling Indications), dan Keadaan
Khusus lainnya (Special Situations). Indikasi yang memaksa meliputi :

1. Gagal jantung
2. Pasca Infark miokardium
3. Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
4. Diabetes
5. Penyakit ginjal kronis
6. Pencegahan stroke berulang

19
Keadaan khusus lainnya meliputi :

1. Populasi minoritas
2. Obesitas dan sindrom metabolic
3. Hipertrofi ventrikel kanan
4. Penyakit arteri perifer
5. Hipertensi pada usia lanjut
6. Hipotensi postural
7. Demensia
8. Hipertensi pada perempuan
9. Hipertensi pada anak dan dewasa muda
10. Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara


bertahap, dan target tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam
beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi
dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung tekanan darah awal dan
ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target,
maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau
berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah, baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi
dapat meningkatkan bisaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien
karena jumlah obat yang semakin bertambah.

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :

1. CCB dan BB
2. CCB dan ACEI atau ARB

20
3. CCB dan diuretika
4. AB dan BB
5. Kadang diperlukan tida atau empat kombinasi obat

Indikasi dan Kontraindikasi (KI) Kelas – kelas Utama Obat Antihipertensi


menurut ESH

Kelas Obat Indikasi KI Mutlak KI Tidak Mutlak

Gagal jantung kongestif,


Diuretika (Thiazide) usia lanjut, isolated systolic Gout Kehamilan
hypertension, ras Afrika

Insufisiensi ginjal, gagal


Diuretika (Loop)
jantung kongestif

Gagal jantung kongestif,


Diuretika (anti aldosteron) Gagal ginjal, hiperkalemia
pasca infark miokardium

Angina pectoris, pasca Penyakit pembuluh darah


Asma, penyakit paru
infark miokardium, gagal perifer, intoleransi glukosa,
Penyekat β obstruktif menahun, A-V
jantung kongestif, atlit atau pasien yang aktif
block (derajat 2 atau 3)
kehamilan, takiaritmia secara fisik

Usia lanjut, isolated systolic


hypertension, angina
Calcium Antagonist Takiaritmia, gagal jantung
pectoris, penyakit pembuluh
(dihydopiridine) kongestif
darah perifer, aterosklerosis
karotis, kehamilan

Angina pectoris,
Calcium Antagonist A-V block (derajat 2 atau
aterosklerosis karotis,
(verapamil, diltiazem) 3), gagal jantung kongestif
takikardia supraventrikuler

Gagal jantung kongestif,


disfungsi ventrikel kiri,
Kehamilan, hiperkalemia,
pasca infark miokardium,
Penghambat ACE stenosis arteri renalis
non-diabetic nefropati,
bilateral
nefropati DM tipe 1,
proteinuria

Nefropati DM tipe 2,
mikroalbuminaria diabetic, Kehamilan, hiperkalemia,
Angiotensin II receptor
proteinuria, hipertrofi stenosis arteri renalis
antagonist (ATI-blocker)
ventrikel kiri, batuk karena bilateral
ACEI

α – Blocker Hyperplasia prostat (BPH), Hipotensi ortostatik Gagal jantung kongestif

21
hiperlipidemia

Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

Klasifikasi TDS TDD (mmHg) Perbaikan Pola Terapi Obat Awal Terapi Obat
Tekanan darah (mmHg) Hidup tanpa Indikasi awal dengan
Memaksa Indikasi
Memaksa

Normal < 120 dan < 80 Dianjurkan

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89 Ya Tidak indikasi obat Obat-obatan untuk


indikasi yang
memaksa

Hipertensi derajat 140 – 159 atau 90 – 99 Ya Diuretika jenis Obat-obatan untuk


1 Thiazide untuk indikasi yang
sebagian besar memaksa obat
kasus, dapat antihipertensi lain
dipertimbangkan (diuretika, ACEI,
ACEI, ARB, BB, ARB, BB, CCB)
CCB, atau sesuai kebutuhan
kombinasi

Hipertensi derajat ≥ 160 atau ≥ 100 Ya Kombinasi 2 obat


2 untuk sebagian
besar kasus
umumnya diuretika
jenis Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau CCB

2.2.10 Komplikasi.

1. Aterosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
4. Aneurisma
5. Gagal Jantung
6. Stroke
7. Edema paru

22
8. Gagal ginjal
9. Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
10. Sindrom metabolic

2.2.11 Prognosis.

Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan


yang tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-
obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat
yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain.
Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah untuk
mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

23
Jenis penelitian yang digunakan bersifat penelitian observasional desain
deskriptif dengan rancangan naratif

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di secara daring via aplikasi zoom, peserta
akan di beriakan materi tentang hipertensi dan peserta di minta mengisi
pretest dan postest yang di sediakan oleh panitia

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada 18 Juni Penelitian dilakukan di secara
daring via aplikasi zoom

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
a. Populasi Target
Populasi target penelitian adalah seluruh peserta yang terdaftar
yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim
yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas Tanjung
Enim.

b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini seluruh peserta yang
terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas
Tanjung Enim pada tanggal 18 juni 2020.

3.3.2 Sampel dan Besar Sampel

24
Populasi terjangkau dari penelitian ini seluruh peserta yang
terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas
Tanjung Enim pada tanggal 18 juni 2020 memenuhi kriteria inklusi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


a. Kriteria Inklusi
1. Semua peserta yang terdaftar yang berdomisili di Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim yang hadir di kegiatan
yang diadakan oleh UPTD Puskesmas Tanjung Enim 18 Juni 2020.
2. Semua peserta yang terdaftar yang berdomisili di Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, yang mengisi pretest dan
postest.
3. Semua terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh
UPTD Puskesmas Tanjung Enim dengan keluhan atau tanpa
keluhan hipertensi.

b. Kriteria Eksklusi
1. Warga yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
2. Warga yang tidak kooperatif.

3.5 Cara Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan purposive
sampling, yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi pemilihan
dimasukkan dalam penelitian dan dikeluarkan dari kelompok penelitian
bila terdapat kriteria eksklusi.

3.6 Variabel Penelitian


1. Hipertensi
2. Berobat teratur

25
3.7 Definisi Operasional
3.7.1 Hipertensi
Definisi : Penyakit darah tinggi dimana keadaan tekanan darah
seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu
lebih dari 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
diastolik.
Alat Ukur : Observasi hasil dari pendataan PIS-PK
Skala Ukur : Nominal
Hasil Ukur : Hasil dikategorikan atas:
- Ya, bila responden mengalami hipertensi.
- Tidak, bila responden tidak mengalami hipertensi.

2.7.2 Berobat Teratur


Definisi : Tolak ukur dimana responden yang mengalami hipertensi
memiliki kesadaran untuk kontrol maupun berobat secara
teratur setiap bulannya ke fasilitas kesehatan yang ada.
Alat Ukur : Observasi hasil dari pendataan PIS-PK
Skala Ukur : Nominal
Hasil Ukur : Hasil dikategorikan atas:
- Ya, bila responden yang mengalami hipertensi berobat
secara teratur .
- Tidak, bila responden yang mengalami hipertensi tidak
berobat secara teratur.

3.8 Kerangka Operasional

Populasi
Seluruh terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas Tanjung Enim
dan didata pada tanggal 18 Juni 2020
26
Kriteria Inklusi:
1. Semua peserta yang terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD
Puskesmas Tanjung Enim 18 Juni 2020.
2. Semua peserta yang terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, yang mengisi pretest dan postest.
3. Semua terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas
Tanjung Enim dengan keluhan atau tanpa keluhan hipertensi.
Kriteria Eksklusi:
1. Warga yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
2. Warga yang tidak kooperatif.
Sampel:
Populasi terjangkau dari penelitian ini seluruh peserta yang terdaftar yang
berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim yang hadir di
kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas Tanjung Enim pada tanggal 18
juni 2020 memenuhi kriteria inklusi.

Variabel Penelitian:
1. Hipertensi
2. Berobat Teratur

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dan Kesimpulan


3.9 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan bersumber pada data primer dari peserta
yang terdaftar pada program seminar online yang di adakan UPTD

27
Puskesmas Tanjung Enim dan mengisi pretest dan postest pada acara
tersebut.

3.10 Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik, kemudian dilakukan penguraian atau dijelaskan dalam
bentuk narasi secara tekstual (deskriptif). Kegiatan analisis data ini
meliputi beberapa tahapan sebagai berikut.
a. Editing (pengolahan data), merupakan kegiatan untuk pengecekan
apakah data yang telah ada sudah lengkap, jelas, relevan, dan
konsisten.
b. Coding (pengkodean data), merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan atau angka.
Kegunaannya adalah untuk mempermudah pada saat analisis data
dan juga mempercepat pada saat entry data.
c. Processing (pemrosesan data), merupakan proses agar data dapat
dianalisis yang dilakukan dengan cara entry (memasukkan) data
dari tabel pokok ke dalam tabulasi.
d. Cleaning (pembersihan data), merupakan pengecekan kembali data
yang sudah di entry masih terdapat kesalahan atau tidak.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

28
4.1 Hasil
Peserta yang terdaftar dan mengikuti seminar online yang diadakan
oleh Puskesmas Tanjung Enim, terdapat 52 orang, peserta di berikan
pemahaman tentang Hipertensi dan peserta di minta mengisi pretest
dan postest yang di berikan panita dan di dapatkan hasil sebagai
berikut :
No Pertanyaan Benar Salah
1 Hipertensi merupakan suatu penyakit 52 orang 0 orang
dimana tekanan darah mencapai >
140/90 mmHg ?
2 Hipertensi dapat menyebabkan 49 orang 3 orang
komplikasi stroke ?
3 Hipertensi tidak menyebabkan 10 orang 40 orang
kerusakan pada organ lain ?
4 Hipertensi hanya terjadi pada lansia ? 48 orang 4 orang
5 Hipertensi mempengaruhi fungsi 46 orang 6 orang
ginjal dan jatung ?
6 Jika tekanan darah < 140/90 mmHg 10 orang 40 orang
dan keluhan di rasakan oleh pasien
berkurang, pasien boleh
menghentikan pengobatan
hipertensi ?
Tabel 1. Hasil dari pretest dan postest yang di jawab oleh peserta

4.1.2 Distribusi Data


No Pertanyaan Frekuensi Jawaban Persentase
(n) Tepat (%)
Hipertensi merupakan suatu 52 52 100 %

penyakit dimana tekanan darah


mencapai > 140/90 mmHg ?

29
Hipertensi dapat menyebabkan 52 49 94,23%

komplikasi stroke ?
Hipertensi tidak menyebabkan 52 40 76,92 %

kerusakan pada organ lain ?


Hipertensi hanya terjadi pada 52 48 92.30 %

lansia ?
Hipertensi mempengaruhi 52 46 88,46 %

fungsi ginjal dan jatung ?


Jika tekanan darah < 140/90 52 40 76.92 %

mmHg dan keluhan di rasakan


oleh pasien berkurang, pasien
boleh menghentikan
pengobatan hipertensi ?

4.2 Pembahasan
Penelitian ini mengambil sample dari 52 responden yang
memenuhi kriteria inklusi yang telat di tentukan, dari hasil penelitian yang
di lakukan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, rata-rata responden
memhami secara umum hipertensi baik dari definisi, komplikasi dari
hipertensi dan juga pengobatan hipertensi yang tidak dapat secara mandiri
di hentikan oleh responden, dari rata-rata jawaban benar >76 % jawab
tepat oleh peserta.
Setelah dilakukan penyuluhan langsung terhadap responden
seminar online Puskesmas Tanjung Enim, responden lebih mengerti mengenai
penyakit Hipertensi faktor-faktor apa sajakah yang berkontribusi terhadap
penyakit. Salah satunya ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia
dan genetik. Hal ini diliat bahwa pasien yang berobat rata-rata berusia di atas
40 tahun. Selain itu faktor genetik dalam hal ini faktor keturunan turut
berperan atas kejadian hipertensi terutama hipertensi primer.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

31
1. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memilik
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi
2. Faktor-faktor risiko hipertensi ada yang tak dapat diubah seperti usia dan
genetik sedangkan yang dapat diubah seperti pola hidup dan koreksi
terhadap penyakit lain yang berkontribusi terhadap kejadian hipertensi
3. Pengobatan hipertensi terdiri dari non-farmakologi dan farmakologi. Non
farmakologi seperti diet rendah garam dan olah raga teratur dan
farmakologi terutama harus dikomsumsi secara rutin.

5.2 SARAN
5.2.1 Kepada Kepala Puskesmas Tanjung Enim

Hendaknya penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi bagi

Kepala Puskesmas Tanjung Enim untuk perbaikan dan peningkatan

mutu pelayanan kesehatan terutama tentang penderita hipertensi yang

harus berobat dan kontrol teratur ke Puskemas Tanjung Enim

5.2.2 Kepada Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Enim

1. Hendaknya dilakukan penyuluhan dan seminar online yang

berkala di kecamatan Tanjung Enim.

2. Tingkatkan sistem penyuluhan yang lebih menarik agar

masyakarat lebih memahami dan menikmati tujuan dari

penyuluhan tersebut.

3. Memberikan leaflet pada saat penyuluhan agar bisa dibawa

pulang dan disimpan oleh masyarakat sehingga hasil

penyuluhan bisa di mengerti dan difahami melalui media visual.

5.2.3 Kepada Peneliti yang akan datang

32
1. Hendaknya penelitian ini sebagai bahan masukan, acuan atau

modal untuk melakukan penelitian dengan variable lain dan

sampel yang lebih banyak didalam penelitian yang akan datang.

2. Hendaknya peneliti selanjutnya bisa mencari faktor resiko yang

paling dominan yang sering menyebabkan pasien menderita

hipertensi.

3. Hendaknya peneliti selanjutnya bisa mencari faktor-faktor yang

mempengaruhi penderita hipertensi yang tidak berobat atau

kontrol teratur di Puskesmas Tanjung Enim.

4. Perbaiki komunikasi antar panitia acara dan mengurangin

insiden non teknis yang kemungkinan terjadi saat acara

5. Meningkatkan kembali jumlah peserta seminar online agar

jangkaun lebih besar lagi dan akurasi data lebih baik.

5.2.4 Kepada Puskesmas Tanjung Enim

1. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan

informasi untuk melengkapi referensi perpustakaan sehingga

dapat menunjang pengetahuan dan wawasan tenaga kesehatan

dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur agar

Puskesmas Tanjung enim lebih meningkatkan sarana dan

prasarana tentang promosi kesehatan terutama tentang

hipertensi.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Agrina, Rini S. S., dan Hairitama R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita


Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo
Barat Tampan Kota Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Universitas Riau, Vol
6, No. 1, April 2011: 46-53

34
2. Junaidi, Iskandar. (2010). Hipertensi. Jakarta: Bhuana Almu Popular.
3. Myrank. 2009. Awas, Bom Hipertensi. Retrieved from
http://myrank.web.id diunduh tanggal 15 februari 2013.
4. Kemenkes RI. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI. 2014; (Hipertensi):1-7.
5. Dinkes, Jateng.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. 2013,
Semarang: Dinkes Jateng
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2019
7. Dinas Kesehatan Kota Palembang. Profil Kesehatan Kota Palembang
2017. Palembang: Dinas Kesehatan Kota Palembang; 2017.
8. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Data Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan 2017. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan: Palembang; 2017.
9. Arista, N. 2013. Kepatuhan Diet Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
KEMAS 9 (1) (2013) 100-105. Unnes
10. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta:
FKUI. 2006.
11. Aditama, Tjandra Yoga. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-
hipertensi- di-indonesia.html, diakses pada tanggal 23 Januari 2020.
12. Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta : Depkes RI.
13. Gareth Beevers. Para patofisiologi hipertensi. British Medical Journal.
FindArticles.com.
14. Silvia A. Price, Lorraince M. Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003.
15. Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian
Farmakologi FK-UI.
16. Hughes AD, Schachter M. Hypertension and blood vessels. Hughes AD,
Schachter M. Hipertensi dan pembuluh darah. Br Med Bull 1994;50:356-
70. Br Med Bull 1994; 50:356-70.

35
36

Anda mungkin juga menyukai