PENDAHULUAN
1
hipertensi.5 Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target
organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal,
serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih
besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3
kali lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. 7 dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan RumahTangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004. Kelompok Kerja Serebro kardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun
1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta
tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%.
Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi
sebesar 38,7%.
Masalah yang sering ditemukan di masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan pasien mengenai terapi farmakologi yang harus rutin
dikomsumsi, selain itu penyakit penyerta yang perlu untuk diperhatikan serta
perubahan pola hidup sehat seperti diet rendah garam dan kolesterol dan olah
raga yang teratur sebagai terapi non-farmakologi.
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Tanjung Enim terdapat
Penyakit Hipertensi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi instansi (Puskesmas)
Sebagai bahan informasi bagi Puskesmas dalam penyusunan strategi serta
pelaksanaan program pencegahan Hipertensi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan puskesmas.
1.4.2 Manfaat bagi pasien
Sebagai bahan informasi bagi pasien tentang penyakit hipertensi
sehingga pasien akan lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan tekanan
darah dan pengobatan secara rutin
Sebagai bahan informasi bagi pasien untuk melakukan perubahan gaya
hidup dan pola makan sebagai penanganan non-farmakologi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
m x 65 m ) yang terletak di jalan Jend A Yani no 10 Tanjung Enim. Pada
bulan Mei 2004 gedung Puskesmas di perluas dengan membangun gedung
baru bertingkat dua untuk pelayanan dengan luas bangunan 174 m². Pada
bulan juni 2004 UPTD Puskesmas Tanjung Enim membuka pelayanan
Unit Gawat Darurat 24 jam. Seiring dengan peningkatan jumlah
kunjungan dan kebutuhan akan mutu pelayanan kesehatan yang semakin
meningkat, maka pada bulan maret 2006 gedung Puskesmas di perluas
dengan membangun gedung baru seluas 200 m² ( 10 m x 20 m ) untuk
pelayanan Unit Gawat Darurat, Laboratorium.
2.1.3 Keadaan Kependudukan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Enim Tahun 2018
5
Puskesmas terhadap jumlah penduduk untuk pendirian puskesmas adalah 1
: 30.000. Pendiran Puskesmas Tanjung Enim sudah memenuhi standar
rasio Puskesmas bahkan perlu studi kelayakan penambahan Puskesmas.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Menurut The Seventh of The
Joint national Committee on Prevention, detection, Wvaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat 1, dan derajat 2.
6
a. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75
mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg
b. Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari factor resiko lainnya.1
2.2.2 Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin
meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik
maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju
pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam dekade
terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi.
Prevalensi penduduk tekanan darah tinggi secara nasional sebesar 30,9%.
Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (32,9%) lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih
tinggi ( 31,7%) dibandingkan dengan pedesaan (30,2%). Prevalensi
semakin meningkat seiring pertambahan umur.6
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan tahun 2017,
didapatkan jumlah penderita hipertensi tahun 2013 sebesar 183.048 jiwa,
pada tahun 2014 sebesar 186.116 jiwa, pada tahun 2015 sebesar 204.213
jiwa, pada tahun 2016 sebesar 225.305 jiwa, dan pada tahun 2017 sebesar
229.365 jiwa. Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Palembang, angka
kejadian hipertensi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2014 sebanyak 6740 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 6973.7
Muara enim merupakan kabupaten yang berada di provinsi
Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk sekitar 618.762 orang yang
tersebar di 255 desa dan kelurahan. Menurut data dari Profil Kesehatan
7
Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 penderita
hipertensi di kabupaten muara enim dilaporkan sebanyak 7.274 orang.yang
merupakan kabupaten dengan penderita hipertensi terbanyak no. 4 di
provinsi Sumatera Selatan.8
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
Hipertensi Primer / Esensial (90%) adalah peningkatan curah
jantung (volume sekuncup x frekuensi denyut jantung) dan peningkatan
resistensi perifer total (TPR). Dibagi 2 :
1. Hipertensi Hiperdinamik
Penyebab 1 :
↑ Frekuensi denyut jantung / volume ekstrasel
↓
↑ Aliran balik vena
↓
↑ Volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)
↓
HIPERTENSI
Penyebab 2 :
↑ Aktivitas simpatis (dari SSP) / ↑ respon terhadap katekolamin
↓
8
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
2. Hipertensi Resistensi
Penyebab :
- ↑ Aktivitas simpatis
- ↑ Respon terhadap katekolamin
- ↑ Konsentrasi angiotensin II Vasokonstriksi
perifer
- Mekanisme autoregulasi (arteriol)
- Hipertrofi otot vasokonstriktor ↓
- ↑ Viskositas darah (↑ hematokrit) → HIPERTENSI
renin
Angiotensinogen → Angiotensin I
9
↓ ACE
Angiotensin II (oktapeptida)
↑ Tekanan darah
Massa ginjal fungsional ↓
Hipertensi
↓
Hipertensi kronik
↓
Perubahan sekunder (hipertrofi dinding vascular, aterosklerosis)
2. Hipertensi Hormonal
a. Sindrom Adrenogenital
Pembentukan kortisol di korteks adrenal dihambat
↓
Pelepasan hormone adrenokortikotropik (ACTH) tidak
dihambat
↓
Prekursor mineralokortikoid aktif kotisol & aldosteron
↓
Retensi Na
↓
↑ Hormon ekstrasel
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
10
b. Hiperaldosteronisme (Sindrom Conn)
Tumor korteks adrenal
↓
Lepaskan aldosteron (jumlah besar) tanpa mekanisme
pengaturan
↓
Retensi Na di ginjal
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
c. Sindrom Cushing
Pelepasan ACTH tidak adekuat
↓
↑ Konsentrasi glukokortikoid plasma
HIPERTENSI
d. Feokromasitoma
Tumor adrenomedula
↓
Katekolamin
↓
↑ Kadar epinefrin tidak terkendali
↓
11
↑ Curah Jantung
↓
HIPERTENSI
e. Pil Kontrasepsi
Retensi Na
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
3. Hipertensi Neurogenik
Ensefalitis, edema serebri, pedarahan, tumor otak
↓
Perangsangan sentral kerja jantung berlebih
↓
↑ Tekanan darah
↓
HIPERTENSI
↑ Volume ekstrasel
↑ Tekanan darah (HIPERTENSI)
12
* Stress / ketegangan fisik (olahraga) pelepasan adrenalin &
nor-adrenalin vasokontriktif ↑ tekanan darah sementara
4. Sensitif terhadap garam (Insiden ↑ jika ada riwayat keluarga)
↓
Respon terhadap katekolamin ↑
↓
↑ Curah Jantung
↓
HIPERTENSI
5. Asupan garam tinggi
Ion natrium
Retensi air Perkuat efek
noradrenalin
↓ ↓
Volume darah bertambah (hiperviskositas) Vasokonstriksi
↓
Daya tahan pembuluh darah ↑
HIPERTENSI
6. Konsumsi liquorice
13
Uterus direnggangkan telalu banyak oleh janin menerima
kurang darah dilepaskan zat yang ↑ tekanan darah
14
1. Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit di
ruangan yang tenang
2. Cuff standar yaitu dengan balon 12 – 13 cm lebar dan panjang 35
cm, orang gemuk atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang
setinggi jantung
3. Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolic = fase V
4. Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
5. Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada manula,
pasien DM, atau keadaan yang sering timbul hipotensi ortostatik
15
3. Kerusakan organ sasaran
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Proteinuria / kreatinin 1,2 – 2,0 mg%
c. Penyempitan a.retina local / umum
d. Tanda aterosklerosis pada a.karotis, a.iliaka, aorta
4. Tanda klinis kelainan dengan penyakit
a. Penyakit serebrovaskular
Stroke iskemik
Perdarahan serebral
TIA
b. Penyakit jantung
Infark miokard
Angina pectoris
Revaskularisasi koroner
Gagal jantung kongestif
c. Retinopati hipertensi lanjut
Perdarahan atau eksudat
Edema papil
d. Penyakit ginjal
Nefropati diabetic
GGK (kreatinin > 2 mg %)
e. Penyakit lain
Diseksi aneurisma
Penyakit arteri (simtomatik)
16
d. Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), gula darah
puasa, total kolesterol
e. Elektrokardiogram
f. Ekokardiogram
g. Radiologi: foto toraks
h. Sesuai penyakit penyerta
i. Kolesterol total serum, kolesterol HDL serum, LDL serum, kolesterol
trigliserida serum (puasa)
j. Asam urat serum
k. Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
l. Ekokardiografi bila diduga KOS (kerusakan organ sasaran), seperti
adanya LVH
m. Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
n. Ultrasonografi ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal
o. Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
p. Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
17
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
1. Menghentikan merokok
2. Menurunkan berat badan berlebih
3. Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
4. Latihan fisik
5. Menurunkan asupan garam
6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan
lemak
18
Masing – masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan
keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat
antihipertensi juga dipengaruhi beberapa factor, yaitu :
1. Faktor sosio ekonomi
2. Profil factor resiko kardiovaskular
3. Ada tidaknya kerusakan organ target
4. Ada tidaknya penyakit penyerta
5. Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
6. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien
untuk penyakit lain
7. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan
dalam menurunkan resiko kardiovaskular
1. Gagal jantung
2. Pasca Infark miokardium
3. Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
4. Diabetes
5. Penyakit ginjal kronis
6. Pencegahan stroke berulang
19
Keadaan khusus lainnya meliputi :
1. Populasi minoritas
2. Obesitas dan sindrom metabolic
3. Hipertrofi ventrikel kanan
4. Penyakit arteri perifer
5. Hipertensi pada usia lanjut
6. Hipotensi postural
7. Demensia
8. Hipertensi pada perempuan
9. Hipertensi pada anak dan dewasa muda
10. Hipertensi urgensi dan emergensi
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
1. CCB dan BB
2. CCB dan ACEI atau ARB
20
3. CCB dan diuretika
4. AB dan BB
5. Kadang diperlukan tida atau empat kombinasi obat
Angina pectoris,
Calcium Antagonist A-V block (derajat 2 atau
aterosklerosis karotis,
(verapamil, diltiazem) 3), gagal jantung kongestif
takikardia supraventrikuler
Nefropati DM tipe 2,
mikroalbuminaria diabetic, Kehamilan, hiperkalemia,
Angiotensin II receptor
proteinuria, hipertrofi stenosis arteri renalis
antagonist (ATI-blocker)
ventrikel kiri, batuk karena bilateral
ACEI
21
hiperlipidemia
Klasifikasi TDS TDD (mmHg) Perbaikan Pola Terapi Obat Awal Terapi Obat
Tekanan darah (mmHg) Hidup tanpa Indikasi awal dengan
Memaksa Indikasi
Memaksa
2.2.10 Komplikasi.
1. Aterosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
4. Aneurisma
5. Gagal Jantung
6. Stroke
7. Edema paru
22
8. Gagal ginjal
9. Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
10. Sindrom metabolic
2.2.11 Prognosis.
BAB III
METODE PENELITIAN
23
Jenis penelitian yang digunakan bersifat penelitian observasional desain
deskriptif dengan rancangan naratif
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini seluruh peserta yang
terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas
Tanjung Enim pada tanggal 18 juni 2020.
24
Populasi terjangkau dari penelitian ini seluruh peserta yang
terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas
Tanjung Enim pada tanggal 18 juni 2020 memenuhi kriteria inklusi.
b. Kriteria Eksklusi
1. Warga yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
2. Warga yang tidak kooperatif.
25
3.7 Definisi Operasional
3.7.1 Hipertensi
Definisi : Penyakit darah tinggi dimana keadaan tekanan darah
seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu
lebih dari 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
diastolik.
Alat Ukur : Observasi hasil dari pendataan PIS-PK
Skala Ukur : Nominal
Hasil Ukur : Hasil dikategorikan atas:
- Ya, bila responden mengalami hipertensi.
- Tidak, bila responden tidak mengalami hipertensi.
Populasi
Seluruh terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas Tanjung Enim
dan didata pada tanggal 18 Juni 2020
26
Kriteria Inklusi:
1. Semua peserta yang terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD
Puskesmas Tanjung Enim 18 Juni 2020.
2. Semua peserta yang terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, yang mengisi pretest dan postest.
3. Semua terdaftar yang berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim yang hadir di kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas
Tanjung Enim dengan keluhan atau tanpa keluhan hipertensi.
Kriteria Eksklusi:
1. Warga yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
2. Warga yang tidak kooperatif.
Sampel:
Populasi terjangkau dari penelitian ini seluruh peserta yang terdaftar yang
berdomisili di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim yang hadir di
kegiatan yang diadakan oleh UPTD Puskesmas Tanjung Enim pada tanggal 18
juni 2020 memenuhi kriteria inklusi.
Variabel Penelitian:
1. Hipertensi
2. Berobat Teratur
Pengumpulan Data
27
Puskesmas Tanjung Enim dan mengisi pretest dan postest pada acara
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
4.1 Hasil
Peserta yang terdaftar dan mengikuti seminar online yang diadakan
oleh Puskesmas Tanjung Enim, terdapat 52 orang, peserta di berikan
pemahaman tentang Hipertensi dan peserta di minta mengisi pretest
dan postest yang di berikan panita dan di dapatkan hasil sebagai
berikut :
No Pertanyaan Benar Salah
1 Hipertensi merupakan suatu penyakit 52 orang 0 orang
dimana tekanan darah mencapai >
140/90 mmHg ?
2 Hipertensi dapat menyebabkan 49 orang 3 orang
komplikasi stroke ?
3 Hipertensi tidak menyebabkan 10 orang 40 orang
kerusakan pada organ lain ?
4 Hipertensi hanya terjadi pada lansia ? 48 orang 4 orang
5 Hipertensi mempengaruhi fungsi 46 orang 6 orang
ginjal dan jatung ?
6 Jika tekanan darah < 140/90 mmHg 10 orang 40 orang
dan keluhan di rasakan oleh pasien
berkurang, pasien boleh
menghentikan pengobatan
hipertensi ?
Tabel 1. Hasil dari pretest dan postest yang di jawab oleh peserta
29
Hipertensi dapat menyebabkan 52 49 94,23%
komplikasi stroke ?
Hipertensi tidak menyebabkan 52 40 76,92 %
lansia ?
Hipertensi mempengaruhi 52 46 88,46 %
4.2 Pembahasan
Penelitian ini mengambil sample dari 52 responden yang
memenuhi kriteria inklusi yang telat di tentukan, dari hasil penelitian yang
di lakukan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, rata-rata responden
memhami secara umum hipertensi baik dari definisi, komplikasi dari
hipertensi dan juga pengobatan hipertensi yang tidak dapat secara mandiri
di hentikan oleh responden, dari rata-rata jawaban benar >76 % jawab
tepat oleh peserta.
Setelah dilakukan penyuluhan langsung terhadap responden
seminar online Puskesmas Tanjung Enim, responden lebih mengerti mengenai
penyakit Hipertensi faktor-faktor apa sajakah yang berkontribusi terhadap
penyakit. Salah satunya ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia
dan genetik. Hal ini diliat bahwa pasien yang berobat rata-rata berusia di atas
40 tahun. Selain itu faktor genetik dalam hal ini faktor keturunan turut
berperan atas kejadian hipertensi terutama hipertensi primer.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian yang telah
31
1. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memilik
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi
2. Faktor-faktor risiko hipertensi ada yang tak dapat diubah seperti usia dan
genetik sedangkan yang dapat diubah seperti pola hidup dan koreksi
terhadap penyakit lain yang berkontribusi terhadap kejadian hipertensi
3. Pengobatan hipertensi terdiri dari non-farmakologi dan farmakologi. Non
farmakologi seperti diet rendah garam dan olah raga teratur dan
farmakologi terutama harus dikomsumsi secara rutin.
5.2 SARAN
5.2.1 Kepada Kepala Puskesmas Tanjung Enim
penyuluhan tersebut.
32
1. Hendaknya penelitian ini sebagai bahan masukan, acuan atau
hipertensi.
hipertensi.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
2. Junaidi, Iskandar. (2010). Hipertensi. Jakarta: Bhuana Almu Popular.
3. Myrank. 2009. Awas, Bom Hipertensi. Retrieved from
http://myrank.web.id diunduh tanggal 15 februari 2013.
4. Kemenkes RI. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI. 2014; (Hipertensi):1-7.
5. Dinkes, Jateng.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. 2013,
Semarang: Dinkes Jateng
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2019
7. Dinas Kesehatan Kota Palembang. Profil Kesehatan Kota Palembang
2017. Palembang: Dinas Kesehatan Kota Palembang; 2017.
8. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Data Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan 2017. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan: Palembang; 2017.
9. Arista, N. 2013. Kepatuhan Diet Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
KEMAS 9 (1) (2013) 100-105. Unnes
10. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta:
FKUI. 2006.
11. Aditama, Tjandra Yoga. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-
hipertensi- di-indonesia.html, diakses pada tanggal 23 Januari 2020.
12. Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta : Depkes RI.
13. Gareth Beevers. Para patofisiologi hipertensi. British Medical Journal.
FindArticles.com.
14. Silvia A. Price, Lorraince M. Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003.
15. Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian
Farmakologi FK-UI.
16. Hughes AD, Schachter M. Hypertension and blood vessels. Hughes AD,
Schachter M. Hipertensi dan pembuluh darah. Br Med Bull 1994;50:356-
70. Br Med Bull 1994; 50:356-70.
35
36