Pemberian Batuk Efektif Pada Asma PDF
Pemberian Batuk Efektif Pada Asma PDF
DISUSUN OLEH :
RETNANING IKA PURNAMI
NIM. P.12 104
DISUSUN OLEH:
RETNANING IKA PURNAMI
NIM. P.12 104
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 2015
Yang Membuat Pernyataan
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pemberian Batuk Efektif terhadap Pengeluaran
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Atiek Murharyati, S.Kep., M.Kep. selaku ketua Program Studi DIII
2. Ns. Meri Oktariani, S.Kep., M.kep. selaku sekretaris Program Studi DIII
3. Ns. Intan Maharani S Batubara, S.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah
v
4. Ns. Diyah Ekarini, S.Kep. selaku dosen penguji pertama yang telah
5. Ns. S.Dwi Sulisetyowati, S.Kep., M.Kep. selaku dosen penguji kedua yang
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
Surakarta, 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2. Dahak ........................................................................... 17
B. Kerangka Teori................................................................... 22
vii
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Pengkajian .......................................................................... 26
C. Intervensi keperawatan....................................................... 33
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .......................................................................... 39
C. Intervensi keperawatan....................................................... 53
A. Kesimpulan ........................................................................ 67
B. Saran ................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang di dunia dan 225 ribu orang meninggal karena mengidap penyakit
asma. Jumlah ini diprediksi akan semakin meningkat hingga 400 juta
bronki. Asma terjadi karena faktor keturunan, perubahan cuaca, stress, dan
(Musliha, 2010).
nafas cepat, mudah lelah, dan sulit untuk bernafas. Pada kasus asma akan
1
2
juga akan menimbulkan suara nafas tambahan mengi pada saat bernafas.
Dahak yang timbul pada jalan nafas apabila tidak segera dikeluarkan juga
satunya dengan batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
bronkhial
bronkhial
4
bronkhial
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
keperawatan preservice
4. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma Bronkhial
a. Pengertian
(Musliha, 2010).
b. Klasifikasi
5
6
3) Asma Campuran
c. Etiologi
1) Alergen
3) Tekanan jiwa
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
d. Manifestasi Klinik
menit.
2) Mengi (wheezing)
khas.
6) Takikardia
e. Patofisiologi
sangat banyak.
diatur oleh impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma
idiopatik atau non alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas
respon parasimpatis.
dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga
ekspirasi.
f. Penatalaksanaan
(Musliha, 2010):
a) Penyuluhan
c) Fisioterapi
fibrasi dada
2) Pengobatan farmakologi
c) kortikosteroid
g. Pemeriksaan penunjang
2006), yaitu :
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan sputum
4) Scanning paru
paru-paru.
5) Spirometri
h. Komplikasi
2002):
1) Status asmatikus
2) Atelektasis
3) Hipoksemia
4) Pneumothoraks
5) Emfisema
13
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Jalan Nafas
b) Pernafasan
abnormalitas pernafasan.
c) Sirkulasi
kelembaban kulit.
d) Tingkat Kesadaran
e) Kontrol Lingkungan
2) Pengkajian sekunder
a) Alergi
b) Obat-obatan
dikonsumsi
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi keperawatan
yang tertahan
efektif
Intervensi :
untuk dikeluarkan
16
efektif
Intervensi:
3. Dahak
a. Pengertian
b. Klasifikasi
paru akut
bronkhitis kronik
(bronkhiektasis)
tuberkulosis
nafas, lemas, dan sulit untuk batuk. Hal ini juga disebutkan
c. Jenis pemeriksaan
1) Pewarna gram
menegakkan diagnosispresumatif
2) Kultur sputum
diagnosis definitif
3) Sensitivitas
dalam dahak
5) Sitologi
paru
6) Tes kuantitatif
yang lainnya.
d. Mekanisme dahak
hal ini terjadi maka membran mukosa akan terangsang dan mukus
dahaknya (Darmanto,2006).
20
4. Batuk efektif
hasil sekresi lendir yang menumpuk pada jalan nafas. Batuk diakibatkan
menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau iritan yang
dibawa oleh udara seperti debu, asap, gas, dan kabut. Batuk adalah
untuk pasien dengan gangguan pernafasan akut dan kronik. Peran perawat
dalam hal ini sangatlah penting yaitu melatih pasien untuk melakukan
dengan cara mengatur posisi yang benar agar dahak dapat keluar dengan
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
efektif akan dapat menyebabkan efek yang merugikan pada klien dengan
detik lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Ambil nafas kedua
dan tahan, kemudian suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari
dada. Setelah itu istirahatkan pasien selama 2-3 menit, lalu lakukan batuk
pernafasan dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat
yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar. Hasil penelitian yang
Rumah Sakit Baptis Kediri pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hasil
B. Kerangka Teori
Asma
Dahak
Bronkhial
C. Kerangka Konsep
Batuk Pengeluaran
Efektif dahak
D. Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan batuk efektif menurut modul keperawatan kebutuhan
dasar manusia yang diterapkan di pendidikan yaitu:
1. Fase Orientasi
a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan prosedur
e. Menanyakan kesiapan pasien
2. Fase Kerja
a. Menanyakan klien apakah sudah tahu cara melakukan batuk efektif
b. Menjelaskan prosedur batuk efektif dan membimbing pasien yaitu:
24
25
LAPORAN KASUS
Gawat Darurat yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015. Proses asuhan
keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
10.00 WIB, pada kasus ini diperoleh data dengan menggunakan metode
bronkhial. Yang bertanggung jawab kepada Tn.D yaitu Ny.S sebagai istri
26
27
2. Pengkajian Primer
tertahan, dan adanya retraksi dinding dada. Breathing yaitu pola nafas
yaitu tekanan darah 150/100 mmHg, heart rate 110 x/menit, capillary
refillkurang dari dua detik, akral teraba hangat, dan suhu tubuh 37ºC.
3. Pengkajian Sekunder
nadi 110 x/menit dengan irama teratur dan kuat, respirasi 28 x/menit
tahun yang lalu karena sesak nafas, ada riwayat merokok selama kurang
lebih 40 tahun. Last meal yaitu keluarga mengatakan Tn.D terakhir makan
nasi, sayur dan buah-buahan. Event leading yaitu pasien datang dengan
keluhan sesak nafas pada tanggal 10 Maret 2015 jam 10.00 WIB dan
semakin memberat pada saat malam hari, ada suara nafas tambahan mengi
tetapi tidak dipengaruhi cuaca atau waktu, ada batuk disertai dahak
menurun.
mesochepal, kulit kepala bersih, penyebaran merata, dan tidak ada bekas
luka, rambut hitam sedikit beruban, tidak ada kutu. Palbebra tidak ada
mata kanan dan kiri 2 milimeter, reflek terhadap cahaya pada mata kanan
dan kiri positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Bentuk hidung
telinga simetris, tidak ada benjolan pada telinga, lubang telinga bersih.
Palpasi yaitu vokal premitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan
dan kiri sama,pengembangan dada kanan dan kiri sama. Perkusi yaitu
yaitu bentuk dada simetris, iktus cordis tidak tampak, tidak ada jejas.
Palpasi yaitu iktus cordis teraba di SIC V. Perkusi yaitu terdengar bunyi
abdomen didapatkan hasil inspeksi yaitu bentuk datar, tidak ada jejas,
Perkusi yaitu pada kuadran pertama terdengar organ hati suara redup,
pada kuadran dua terdapat organ lambung suara timpani, pada kuadran
tiga dan empat terdapat organ usus dan ginjal suara timpani.
Genogram :
Keterangan :
: pasien
: meninggal
Jenis Nilai
Hasil Satuan
Pemeriksaan Normal
HEMATOL
OGI
Hemoglobin 11,5 g/dl 11,3 –
17,5
Hematokrit 36 % 33 – 45
Leukosit 7,7 ribu/ul 4,5 –
11,0
31
INDEX
ERITROSIT
MCV 85,2 /um 80,0 –
96,0
MCH 26,9 pg 28,0 –
33,0
MCHC 31,6 g/dl 33,0 –
36,0
RDW 16,1 % 11,6 –
14,6
MPV 8,9 Fl 7,2 – 11
PDW 15 % 25 – 65
HITUNG
JENIS
Granulosit 77,60 % 56,00 –
78,00
Limfosit 13,90 % 22,00 –
44,00
Monosit, 8,50 % 0,00 –
Eosinofil, 12,00
Basofil
Golongan B
darah
HEMOSTAS
IS
PT 16,9 detik 10,0 –
15,0
APTT 32,3 detik 20,0 –
40,0
INR 1,46
KIMIA
KLINIK
Gula darah 100 mg/dl 60 –
sewaktu 140
SGOT 168 u/l < 35
SGPT 213 u/l < 45
Albumin 3,1 g/dl 3,2 –
4,6
Creatinin 1,7 mg/dl 0,8 –
1,3
Ureum 65 mg/dl < 50
ELEKTROL
IT
Natrium 132 mmol/l 136 –
32
darah 145
Kalium 4,7 mmol/l 3,7 –
darah 5,4
Chlorida 99 mmol/l 98 –
darah 106
ANALISA
GAS DARAH
Ph 7,41 mmol/dl
BE 3,1 mmHg
PCO2 44 mmHg
PO2 70 %
HCO3 26,8 mmol/l
Total CO2 29,7 %
Saturasi 94 %
Oksigen
HEPATITIS
HbSag Non
reaktive
6. Terapi
Terapi yang diberikan oleh dokter pada tanggal 10 Maret 2015 kepada
5 ml/8 jam, alstein (NAC) 200 mg. Untuk obat inhalasi yaitu ventolin 2,5
ditandai dengan data subyektif pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit
namun dahaknya sulit keluar, terdengar suara wheezing pada saat ekspirasi,
pasien terlihat gelisah dan keluar keringat dingin, pasien tampak sulit untuk
mengeluarkan suara.
pasien mengatakan sesak nafas dan untuk data obyektifnya tampak adanya
retraksi dinding dada, terlihat pernafasan cuping hidung, terlihat pada saat
utama pada kasus Tn.D adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
C. Intervensi keperawatan
jalan nafas (sekresi yang tertahan) dan diagnosa keperawatan kedua yaitu
mengeluarkan sekret secara mandiri, tidak ada gangguan pada jalan nafas,
tidak terdengar suara nafas tambahan, mengatakan rasa nyaman, tidak ada
nafas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil pasien tidak merasakan
mengatakan rasa nyaman, tidak menggunakan otot bantu nafas, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak ada pernafasan cuping hidung, fase inspirasi dan
memobilisasi sekret jika tidak mampu ajarkan pasien untuk melakukan batuk
untuk mengetahui keadaan umum pasien dan kadar oksigen, anjurkan kepada
pasien untuk mengatur posisi semi fowler untuk membantu dalam ekspansi
D. Implementasi keperawatan
10 Maret 2015 jam 11.00 WIB yaitu mengobservasi kecepatan, irama dan
pernafasan dangkal dan cepat, adanya retraksi dinding dada. Jam 11. 15 WIB
pasien terlihat nyaman saat diberi nebulizer. Jam 11.30 WIB mengajarkan
batuk efektif dan respon obyektif pasien tampak antusias saat melakukan
batuk efektif, dahak sudah bisa keluar. Jam 11.45 WIB mengauskultasi pada
mengatakan mau dan respon obyektifnya masih terdengar suara wheezing saat
dan respon obyektif pasien tampak nyaman setelah diberikan terapi obat, obat
36
x/menit, pernafasan dangkal dan cepat. Jam 15.00 WIB mendampingi pasien
sudah bisa keluar berwarna putih, pasien terlihat sudah mampu melakukan
10 Maret 2015 jam 10.10 WIB yaitu mengobservasi pola nafas pasien
dada, adanya pernafasan cuping hidung, adanya penggunaan otot bantu nafas,
respiratory rate 26x/menit. Jam 10.35 WIB memantau tanda-tanda vital dan
150/100 mmHg, nadi 110 kali per menit, suhu tubuh 37ºC, respirasi 26
x/menit, saturasi oksigen 99%. Jam 10.40 WIB mengatur posisi semi fowler
lebih nyaman dengan posisi yang diberikan. Jam 10.45 WIB berkolaborasi
mengatakan sesak nafas dan data objektifnya tampak adanya retraksi dinding
E. Evaluasi keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hasil evaluasi yang dihasilkan pada jam
13.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar. Hasil observasi
didapatkan dahak keluar berwarna putih, masih terdengar suara wheezing saat
pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 jam 13.20 WIB yaitu Tn.D
dinding dada. Dari semua data yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah
17.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi
17.20 WIB didapatkan pasien mengatakan sesak nafas sudah mulai berkurang
kanul 4 liter, masih terlihat retraksi dinding dada, tidak ada pernafasn cuping
saturasi oksigen. .
19.20 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi
PEMBAHASAN
pada Tn.D dengan asma bronkhial di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr.
Moewardi Surakarta. Pembahasan pada bab ini terutama akan membahas adanya
A. Pengkajian
pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua yaitu pengkajian primer dan
dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien dan dilakukan secara
pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to toe, dapat pula
nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal, breathing
39
40
pernah atau sedang dikonsumsi oleh pasien, pertinent medical history untuk
medik. Hasil pengkajian yang ditemukan pada kasus Tn.D dan sesuai dengan
saat ekspirasi, adanya sekret yang tertahan, dan adanya retraksi dinding dada.
dinding bagian dalam yang menyebabkan jalan udara menyempit serta dapat
selama ekspirasi karena secara fisioiogis saluran napas menyempit pada fase
terjebak tidak bisa diekspirasi. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran
didapatkan hasil respirasi 28 x/menit dan pasien mengeluh sesak nafas. Sesak
nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran
kebutuhan ventilasi makin meningkat dan terjadi sesak napas. Pada kasus
Tn.D juga didapatkan hasil saturasi oksigen 97%. Saturasi oksigen adalah
110 x/menit, capillary refill kurang dari dua detik, akral teraba hangat, dan
42
suhu tubuh 37ºC. Pada kasus Tn.D tidak ditemukan adanya syok ataupun
capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya
15, reaksi pupil positif terhadap cahaya, pupil isokor diameter 2 milimeter.
otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Salah satu cara
kepala. Nilai GCS meliputi: reflek membuka mata, respon verbal, dan respon
motorik. Apabila nilai GCS kurang dari 13, maka seseorang dikatakan
sistem AVPU dimana pasien diperiksa apakah tingkat kesadaran baik (alert),
43
(pain), dan pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun
cedera leher atau tulang belakang, hal penting yang dilakukan dengan
cedera tetap lurus. Tindakan log roll dilakukan untuk pemeriksaan pada
selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan
tanda vital diperoleh tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 110 x/menit dengan
irama teratur dan kuat, respirasi 28 x/menit dengan irama teratur, suhu 37ºC.
sistem SAMPLE (Subjektif, Alergi, Medication, Past Illnes, Last Meal, Event
Leading).
44
merupakan data keluhan utama yang sedang dirasakan pasien saat ini. Alergi
dr.Moewardi sebanyak 1 kali kurang lebih 1 tahun yang lalu karena sesak
nafas, ada riwayat merokok selama kurang lebih 40 tahun. Last meal
didapatkan keluarga mengatakan Tn.D terakhir makan nasi, sayur dan buah-
buahan. Event leading didapatkan pasien datang dengan keluhan sesak nafas
pada tanggal 10 Maret 2015 jam 10.00 WIB dan semakin memberat pada saat
malam hari, ada suara nafas tambahan mengi, ada batuk disertai dahak kurang
lebih 1 tahun berlangsung hilang timbul, serta nafsu makan menurun. Pada
kasus Tn.D termasuk dalam asma bronkhial tipe atopik (ekstrinsik). Asma
eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE) yang akan meningkat pada reaksi
mengalami sesak nafas pada malam hari, hal ini dikarenakan adanya
45
serangan asma pada malam hari. Melatonin adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar pineal yang membantu mengatur ritme sirkardian seperti makan
langsung seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan.
sign’ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu). Metode
inspeksi ini digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran
menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang
bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau
jantung, suara nafas, dan bising usus (Delp and Mannig, 2008).
kepala mesochepal, kulit kepala bersih, penyebaran merata, dan tidak ada
bekas luka, rambut hitam sedikit beruban, tidak ada kutu. Palpebra tidak ada
oedema, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter mata
kanan dan kiri 2 milimeter, reflek terhadap cahaya pada mata kanan dan kiri
tidak ada sekret, terpasang nasal kanul oksigen sebesar 4 liter,ada pernafasan
cuping hidung. Mulut tidak sumbing, mukosa bibir lembab, permukaan lidah
bersih, warna gigi sedikit kuning. Bentuk telinga simetris, tidak ada benjolan
pada telinga, lubang telinga bersih. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada
leher.
47
pernafasan. Palpasi: vokal premitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan
dan kiri sama,pengembangan dada kanan dan kiri sama. Perkusi: terdengar
nyaring yang terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya
simetris, iktus cordis tidak tampak, tidak ada jejas. Iktus cordis adalah denyut
apeks jantung. Dalam keadaaan normal dengan sikap duduk, tidur terlentang
atau berdiri iktus cordis terlihat di dalam ruangan interkosta V sisi kiri agak
kanan dari linea midclavicularis sinistra. Jika iktus kordis terlihat lebih kanan
dari normal, hal ini dapat terjadi karena adanya penimbunan cairan pleura kiri
atau pleura kanan. Palpasi: iktus cordis teraba di SIC V. Pada keadaan normal
iktus cordis dapat teraba pada interkosta V. Apabila iktus cordis tidak teraba,
bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang
menimbulkan bunyi pekak berarti organ yang diketuk adalah jantung karena
Jantung II terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks, Ini terjadi pada permulaan diastol. Bunyi
(Mubarak, 2007).
tidak ada jejas, tidak ada penonjolan umbilikus. Auskultasi: bising usus
kuadran pertama terdengar organ hati suara redup, pada kuadran dua terdapat
organ lambung suara timpani, pada kuadran tiga dan empat terdapat organ
usus dan ginjal suara timpani. Perkusi berguna untuk orientasi abdomen,
suatu masa padat atau kistik, dan untuk mengetahui adanya udara pada
lambung dan usus. Palpasi: tidak ada nyeri tekan (Mubarak, 2007).
tentang data biografiyaitu mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi
kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat
psikososial. Pengkajian pada keluarga juga terdapat genogram yaitu suatu alat
bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah keluarga pasien yang
keturunan maupun penyakit menular. Pasien adalah anak kedua dari tiga
dikaruniai anak tiga yaitu dua perempuan dan satu laki-laki. Pasien sekarang
tinggal dengan istri dan anak pertamanya. Saat ini Tn.D menderita penyakit
berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan atau pola fungsi
keluar, terdengar suara wheezing pada saat ekspirasi, pasien terlihat gelisah
dan keluar keringat dingin, pasien tampak sulit untuk mengeluarkan suara.
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
yang lebih tinggi, syndrom yaitu diagnosa yang terdiri dari kelompok
utama pada pasien asma bronkhial dikarenakan masalah yang utama pada
kasus asma terletak pada saluran nafas yaitu adanya sekret yang berlebihan
pasien asma bronkhial, penulis menemukan ada tanda dan gejala yang
sebagai diagnosa utama. Hal ini ditandai dengan adanya suara wheezing
dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, gelisah, mata
pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak
C. Intervensi keperawatan
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
pasien tidak terganggu atau kembali efektif dengan kriteria hasil menurut
sekret secara mandiri, tidak ada gangguan pada jalan nafas, tidak terdengar
suara nafas tambahan, mengatakan rasa nyaman, tidak ada gangguan saat mau
berbicara. Metode yang digunakan yaitu SMART. Spesifik (S) yaitu tujuan
harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. Measurable (M) yaitu
54
Achievable (A) yaitu tujuan harus dapat dicapai. Reasonable (R) yaitu tujuan
auskultasi pada pemeriksaan fisik paru untuk mengetahui ada tidaknya suara
jika tidak mampu ajarkan pasien untuk melakukan batuk efektif. Dan yang
merasakan sesak nafas, respiratory rate dalam batas normal (16-24 x/menit),
mengatakan rasa nyaman, tidak menggunakan otot bantu nafas, tidak ada
55
retraksi dinding dada, tidak ada pernafasan cuping hidung, fase inspirasi dan
digunakan yaitu SMART. Spesifik (S) yaitu tujuan harus spesifik dan tidak
dapat diukur, terutama tentang perilaku pasien. Achievable (A) yaitu tujuan
keadaan umum pasien dan kadar oksigen. Selanjutnya anjurkan kepada pasien
untuk mengatur posisi semi fowler untuk membantu dalam ekspansi paru.
Dan yang terakhir kolaborasi pemberian oksigen sesuai advis dokter untuk
D. Implementasi keperawatan
tindakan yang dilakukan mencapai tujuan dan kriteria hasil dari asuhan
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan (Potter &
Perry, 2005).
10 Maret 2015 jam 11.00 WIB yaitu mengobservasi kecepatan, irama dan
pernafasan dangkal dan cepat, adanya retraksi dinding dada. Pada data hasil
saluran nafas belum sepenuhnya baik, hal ini disebabkan karena sekret yang
ada pada jalan nafas belum sepenuhnya keluar sehingga belum menunjukkan
tampak kooperatif, pasien terlihat nyaman. Nebulizer adalah suatu alat yang
tempat/sasarannya yaitu paru-paru, oleh karena itu dosis yang diberikan lebih
cepat, sehingga untuk sampai pada sasarannya lebih cepat daripada obat
lainnya seperti subkutan dan oral. Udara yang dihirup melalui nebulizer telah
nebulizer yaitu ventolin 2,5 mg dan flixotide 2 ml. Ventolin dan flixotide
subyektif pasien mengatakan mau diajarkan batuk efektif dan respon obyektif
pasien tampak antusias saat melakukan batuk efektif, dahak sudah bisa
58
keluar, warna putih. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan
benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
pernafasan dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat
dilakukan pada pasien asma bronkhial dengan cara memberikan posisi yang
sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar. Hasil penelitian yang dilakukan
Baptis Kediri pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hasil sebelum dilakukan
batuk efektif sebanyak 33,34 % dan sesudah dilakukan batuk efektif sebanyak
dilakukan batuk efektif sebanyak 53,33% dan sesudah dilakukan batuk efektif
sebelum dan sesudah dilakukan batuk efektif terlihat ada perbedaan yang
serius. Dahak adalah materi yang dikeluarkan pada saluran nafas bawah oleh
59
batuk. Pada orang dewasa normal, setiap harinya dapat memproduksi mukus
sebanyak 100 ml dalam saluran nafas. Mukus ini kemudian dibawa ke faring
dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran nafas.
tertimbun pada saluran pernafasan. Bila hal ini terjadi maka membran mukosa
akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal
dan intra abdominal yang tinggi, kemudian timbul reflek batuk. Mukus
tersebut akan keluar sebagai dahak. Dahak yang dikeluarkan hendaknya dapat
(Darmanto, 2006).
masih terdengar suara wheezing saat ekspirasi. Menurut Potter & Perry
nyaring yang terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya
dilakukan auskultasi, hal ini disebabkan karena sekret yang ada pada saluran
dan respon obyektif pasien tampak nyaman setelah diberikan terapi obat, obat
dahak sudah bisa keluar berwarna putih, pasien terlihat sudah mampu
merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut, dahak berbau
berasal dari obstruksi atan edema, dahak kuning kehijauan atau mukopurulen.
Dahak berwarna putih yang terjadi pada Tn.D berasal dari obstruksi atau
edema. Pada saat serangan asma, otot polos dari bronkhi mengalami kejang
Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan
10 Maret 2015 jam 10.10 WIB yaitu mengobservasi pola nafas pasien
dada, adanya pernafasan cuping hidung, adanya penggunaan otot bantu nafas,
adalah 4 liter karena pasien menggunakan alat pemberian oksigen jenis nasal
memberikan jumlah oksigen, lihat pula hasil dari analisa gas darah dan
oksigen yang sudah masuk ke tubuh pasien. Apabila hasil analisa gas darah
baik, maka tidak ada gangguan dalam pertukaran oksigen dan jumlah oksigen
(Kozier, 2002).
posisi yang diberikan. Posisi semi fowler merupakan sikap dalam posisi
duduk 45º dengan tujuan untuk mobilisasi, memberikan perasaan lega pada
pernafasan. Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak nafas. Posisi semi
abdomen pada diafragma (Kim, 2004). Dijelaskan oleh Supadi, dkk (2008)
bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45º membuat
bernafas. Penurunan sesak nafas tersebut didukung juga dengan sikap pasien
yang kooperatif, patuh saat diberikan posisi semi fowler sehingga tindakan ini
sesak nafas dan data objektifnya tampak adanya retraksi dinding dada, adanya
E. Evaluasi keperawatan
melalui anamnese (apa yang dikatakan atau dikeluhkan klien. Data Objektif
(O) yaitu data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
keluarga atau orang lain). Analisa (A) yaitu masalah atau diagnosa yang
dikumpulkan atau disimpulkan (kesimpulan apa yang telah dibuat dari data
(Dermawan, 2010).
64
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hasil evaluasi yang dihasilkan pada jam
13.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar. Hasil observasi
didapatkan dahak keluar berwarna putih, masih terdengar suara wheezing saat
karena sekret yang tertahan belum keluar sepenuhnya dan masih terdengar
pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 jam 13.20 WIB yaitu Tn.D
dinding dada. Dari semua data yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah
17.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi
17.20 WIB didapatkan pasien mengatakan sesak nafas sudah mulai berkurang
kanul 4 liter, masih terlihat retraksi dinding dada, tidak ada pernafasn cuping
saturasi oksigen.
19.20 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi
respirasi 24 kali per menit, terpasang nasal kanul oksigen 3 liter, masih
pendidikan. Hal ini dikarenakan dari pihak Rumah Sakit dr. Moewardi
bukan sesuai jurnal. Prosedur tindakan batuk efektif yang dilakukan oleh
Yosep Agung Nugroho pada tahun 2011 tidak sesuai dengan SOP yang
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015 adalah
pada diagnosa kedua yaitu observasi pola nafas pasien, pantau tanda-
67
68
tanda vital dan saturasi oksigen, anjurkan untuk mengatur posisi semi
yang efektif terhadap Tn.D dengan asma bronkhial. Hal ini dapat
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma
1. Bagi Pasien
Aplikasi riset ini dapat menjadi bahan referensi bagi institusi pendidikan
tentang penerapan batuk efektif pada pasien asma bronkhial yang sulit
mengeluarkan dahak
70
4. Bagi Penulis
Anonim. 2012. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. PT. ISFI. Jakarta
Brunner And Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Egc Jakarta.
Nugroho, Yosef Agung. 2011. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas . Jurnal
STIKES RS Baptis Kediri 2085-0921
Sundaru, Heru. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi Ketiga.
Balaipenerbit Fkui. Jakarta.
Syarif. D.R. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Salemba Medika. Jakarta.
.
Thygerson, Alton. (2006). Keperawatan Kritis. Alih Bahasa Dr. Huriawati
Hartantnto. Ed. Rina Astikawati. Pt. Gelora Aksara Pratama.
Jakarta.
Wahit, Iqbal. 2005. Buku Ajar Kenutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta.