Anda di halaman 1dari 13

RESUME EPIDEMIOLOGI

Disusun Oleh Mahasiswa :


NAMA : MARDIANA
LOKAL : EKSTENSI II (A)
NIM : 4002160159

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2017
PENYAKIT KRONIS : HIV/AIDS

A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh
virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena
bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat
oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya
sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. Virus HIV adalah
retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan
menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali
selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi
tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya
menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu,
virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan
structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol
mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann,
Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim
reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode komponen structural
HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam
replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
 Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek;
hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk
mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan
kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan
membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer
selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
o Masuk dan mengikat
o Reverse transkripstasi
o Replikasi
o Budding
o Maturasi
 Tipe HIV
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1
bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype
dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan
kelompok spesifik resiko tinggi, Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang
berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:
o Sub tipe A: Afrika tengah
o Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
o Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
o Sub tipe D: Afrika tengah
o Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
o Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
o Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
o Sub tipe H: Zaire,gabon
o Sub tipe O: Kamerun,gabon
o Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi
HIV baru d seluruh dunia

B. AGEN PENYEBAB
Normalnya sel darah putih dan antibodi menyerang dan menghancurkan organisme
easing yang masuk ke dalam tubuh. Respon ini diatur oleh sel darah putih bernama
limposit CD4. Limposit ini juga merupakan target utama HIV. Sekali masuk ke dalam
tubuh, virus memasukkan material genetiknya ke dalam limposit dan melipat
gandakan diri. Ketika salinan virus baru keluar dari sel induk dan masuk ke dalam
aliran darah, virus akan menyerang sel lain. Sebagai efeknya sel CD4 akan mati.
Siklus ini terus berulang. Pada akhirnya menyebabkan kerusakan sistem imun yang
berarti tubuh tidak akan mempu melawan infeksi bakteri dan virus lain.

C. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terinfeksi AIDS antara lain:
o Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan lebih
dari satu pasangan
o Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan orang
dengan HIV positif
o Memiliki penyakit menular seksual lain seperti syphilis, herpes, chlamydia,
gonorrhea atau bacterial vaginosis.
o Bergantian dalam memakai jarum suntik
o Mendapatkan transfusi darah yang terinfeksi virus HIV
o Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi HIV
o Ibu yang memiliki HIV

D. PENULARAN HIV/IDS
AIDS bukan penyakit, karena Aids tidak menular. Yang menular adalah HIV yaitu
virus yang menyebabkan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam
larutan darah, cairan sperma dan cairan vagina sehingga dapat menular melalui kontak
darah / cairan tersebut. HIV sangat mudah mati jika di luar tubuh manusia dan sangat
sensitif terhadap suhu pada 600C HIV sudah mati.
Ada 4 cara penularan HIV, yaitu :
1. Melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV tanpa perlindungan  (Buku
Sumber untuk advokasi, 2003 : 3). Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika
ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang
dengan rectum, alat kelamin atau membrane mukosa mulut pasangannya
2. Melalui tranfusi darah yang sudah tercemar HIV 
3. Transmisi ibu ke anak Hal ini dapat terjadi in  utero selama minggu-minggu
terakhir kehamilan dan saat persalinan Saat yang kritis terhadap penularan
HIV adalah saat proses melahirkan karena HIV menular saat darah dan cairan
vagina ibu kontak dengan darah dan  cairan anaknya. HIV tidak menular
melalui air ketuban  / melalui plasenta
4. Melalui pemakaian jarum  suntik, akupuntur, jarum tindik dan peralatan lain
yang telah dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV.

E. MASA INKUBASI HIV/AIDS


Gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa
inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi. Selama masa
inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin
berkurang, kekebalan tubuh pun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.Masa
inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk
kedalam aliran darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu
berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil
yang negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan,
tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia
dapat menularkan HIV kepada orang lain.Sementara tahap kedua disebut kondisi
asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun
dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini
bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa
menularkan HIVnya pada orang lain.

F. PENCEGAHAN HIV/AIDS
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-
satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak
dengan virus / jika gagal perawatan antiritrovirus secara langsung setelah kontak
dengan virus secara signifikan  Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
mengurangi penularan HIV/ AIDS : 
o Menghindari hubungan seks di luar nikah, pemakaian kondom pada mereka
yang mempunyai pasangan HIV positif, menggunakan jarum suntik dan alat
tusuk lainnya yang terjamin sterilnya 
o Skrining pada semua kantong donor darah. 
o Wanita dengan HIV positif tidak hamil 
o Kondom untuk kelompok resiko tinggi
o Hal-hal yang tidak menularkan HIV
Berpelukan sosial, berjabat tangan, pemakaian wc, wastafel atau kamar mandi
bersama, di kolam renang, gigitan nyamuk / serangga lain, membuang ingus, batuk
atau meludah, pemakaian piring, alat makan atau makan bersama.

PENYAKIT SUBAKUT : DIARE

A. PENGERTIAN DIARE
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun
dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.
Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan
diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996
sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi
dan balita.Penyebab nomor 3 kunjungan ke Puskesmas.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita.Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan
meningkatkan resiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain : tidak memberi
ASI secara penuuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi
ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh,
dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman karena botol susah dibersihkan. Menyimpan makanan masak pada suhu
kamar.Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar,makanan akan tercemar
dan kuman akan berkembang biak. Menggunakan air yang tercemar. Air mungkin
sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran
dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebulum makan.
Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi ) denga benar. Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengundang virus atau
bakteri dalam jumlah besa.selain itu tinja binatang dapat pula menyebabkan infeksi
pada manusia.
B. FAKTOR RESIKO
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang
menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare,
yaitu:
o Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
o Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
o Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak,
Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
o Pemanis buatan

Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare


satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu
di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit
akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.Di Indonesia, sebagian besar
diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit
juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses
penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian
segera masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus
akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit
di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar.
Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.Sebenarnya usus besar tidak
hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan
dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi
inilah yang mengancam jiwa penderita diare.Selain karena rotavirus, diare juga
bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan
sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa
dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang
berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.Tidak demikian dengan
bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa
karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin
kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu
formula dengan botol dan dot. Diare dapat merupakan efek sampingan banyak
obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan
manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya
menimbulkan diare.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang
memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan
tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.Orang tua berperan besar
dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui
dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar.
Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri
dan virus.

C. PENULARAN
1. Penularan secara langsung
Penyakti diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang satu ke orang lain

secara langsung melalui fecal-oral dengan media penularan utama adalah

makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono,

1991). Penderita diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika

pembuangan tinja tidak baik dilakukan pada jamban yang tertutup, maka

berpotensi sebagai sumber penularan.

2. Penularan secara ridak langsung

Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air

yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa

direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang

yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare (Suharyono,

1991).

Penularan penyakit diare dapat terjadi antara lain melalui: air yang

terkontaminasi oleh bakteri, makanan yang terkontaminasi bakteri, melalui


vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri, dan melalui tanah

yang terkontaminasi.

D. PENCEGAHAN
Sediakan sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban / WC yang representatif. Pembuatan jamban harus disesuaikan
dengan persyaratan sanitasi. Misalnya, jarak antara jamban kita (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air paling sedikit berjarak 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan begitu, kita bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, entah untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
Menurut Dinas Kesehatan (2004), ada tiga cara untuk mencegah diare yaitu :
1. Minumlah air dan makanan yang sudah dimasak
2. Susuilah anak selama mungkin, disamping makanan lainnya sesuai umur.
3. Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang
disusui ibunya, tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.
4. Penyakit diare juga dapat dicegah dengan cara mencuci tangan,
PENYAKIT AKUT : DEMAM BERDARAH DENGUE

A. PENGERTIAN
Demam berdarah  dengue  (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara
yang paling ringan, demam  dengue  (DD), DBD dan demam dengue yang disertai
renjatan atau dengue shock syndrome  (DSS). Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD
meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru
dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak ditemukan
di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika
Tengah, Amerika dan Karibia. Virus  dengue  dilaporkan telah menjangkiti lebih dari
100 negara, terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di
Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah
orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya
dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun diperkirakan
2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis
DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat.
Jumlah kasus DBD  tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik
bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak,
90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya
selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004
dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih.
Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun
secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008
sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau  case fatality rate (CFR)
0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang
atau CFR 0,89%. Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada
kelompok umur <15 tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya
peningkatan proporsi penderita pada kelompok umur 15-44 tahun, sedangkan proporsi
penderita DBD pada kelompok umur >45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di
Jawa Timur berkisar 3,64%. 

B. AGEN PENYEBAB
Agent penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus Dengue yang
termasuk kelompok arthropoda borne virus (Arboviruses). Anggota dari genus
Flavivirus, famili flaviviridae yang di tularkan oleh nyamuk Ae.aegypti dan juga
nyamuk Ae.albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD.

C. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko demam berdarah dengue merupakan elemen dasar yang wajib
dipahami mengingat banyak faktor yanng menentukan keberhasilan upaya
penanggulangan DBD, adapaun faktor- faktor risiko demam berdarah dengue adalah :
1. Peningkatan populasi nyamuk,
2. Penurunan ABJ <95%,
3. Adanya perubahan cuaca, dan
4. Peningkatan tempat-tempat perindukan

D. PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus
betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam
berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering
menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di
bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah
pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada
musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta
perilaku manusia.
1. Virus Dengue penyebab DBD tidak dapat menular melalui udara, cairan
tubuh, makanan, maupun minuman. Hal ini karena virus Dengue tidak mampu
bertahan hidup jika berada di luar sel atau jaringan yang hidup. Virus Dengue
hidup dan menular dengan bantuan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus,
atau Aedes polynesiensis. Dari ketiga jenis nyamuk ini, Aedes aegypti
merupakan host (tempat hidup) dan vektor utama virus Dengue. Nyamuk ini
berasal dari Brazil dan Ethiophia.
2. Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang
telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya
aktif menyerang manusia pada pagi dan siang hari. Virus Dengue masuk ke
tubuh nyamuk melalui darah yang diisap oleh nyamuk tersebut dari seorang
penderita DBD. Di dalam tubuh nyamuk, virus Dengue akan masuk ke usus
halus (intestinum) dan berkembang biak di sana. Setelah itu, virus akan
berpindah tempat menuju kelenjar air liur dan siap ditularkan lagi. Fase ini
disebut masa inkubasi yang memakan waktu 7-14 hari.

E. MASA INKUBASI DEMAM BERDARAH DENGUE

Masa inkubasi dbd banyak kasus demam berdarah yang terjadi disekitar kita,

namun kadang kita tidak mengetahui gejala yang di alami pasien adalah gejala demam

verdarah adalah infeksi yang disebablan oleh virus dengue. Demam berdarah dapat

menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah.

Masa inkubasi DBD 3-15 hari

1. Demam tinggi 4-7 hari

2. Lemas, nyeri tulang, kedinginan, mual, pendarahan dari mulut dan hidung

3. Jika sudah parah stadium berat, dapat mengalami pendarahan dari mulut

dan hidung

4. Tidak sadarkan diri dan mengeluarkan keringat dingin, yang bahkan

berujung pada kematian.

F. PENCEGAHAN DBD

1. Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah,

antara lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Penyemprotan

sebaiknya tidak dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB

atau wabah.

2. Upaya yang paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalahmembasmi

jentik-jentiknya ini dengan cara sebagai berikut :

3. Bersihkan ( kuras )tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum dll)

seminggusekali.
4. Tutuplah kembali tempayan rapat-rapat setelah mengambil airnya, agar

nyamuk Demam berdarah tidak dapat masuk dan bertelur disitu.

5. Gantilah air di vas bunga dan pot tanaman air setiap hari

6. Kubur atau buanglah sampah pada tempatnya, plastik dan barang-barang

bekas yang bisa digenangi air hujan

7. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan

bubuk Abateke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik

nyamuk.  Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan ditempat

itu.

Takaran penggunaan bubuk  Abate adalah sebagai berikut : untuk 10 liter air

cukup dengan 1 gram bubuk Abate atau 10 gram untuk 100 liter dan

seterusnya. Bila tidak ada alat untukmenakar, gunakan sendok makan. Satu

sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram Abate. Anda

tinggal membaginya atau menambahnya sesuai dengan banyaknya air yang

akan diabatisasi.Takaran tak perlu tepat betul. (Abate dapat dibeli di apotik-

apotik).

Anda mungkin juga menyukai