Anda di halaman 1dari 14

PROMOSI KESEHATAN

TEORI PRECEDE/PROCEED DARI LAWRENCE GREEN

TEORI HEALTH BELIEVE MODEL

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 4

MARDIANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES DHARMA HUSADA


BANDUNG

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Denganharapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok

atau individudapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap

perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehtana tersebut diharapkan

dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.

Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green

(1948) merumuskan definisi sebagai berikut “Promosi Kesehatan adalah

seagai bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait

dengan ekonomi, politik danorganisasi, yang dirancang untuk memudahkan

perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayakan

masyarakat untuk mmelihara, meningkatkan dan melindungi kesehtaan diri dan

lingkungannya melalui pembelajran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar

dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber

daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan dukungan oleh kebijakan publik

yang berwawasan kesehatan. (Depkes, 2005)

1.2 RUMUS MASALAH

Sesuai uraian dari latar belakang rumusan masalah penulisan ini adalah

“Bagaiaman teori yang digunakan dalam Promosi Kesehatan.


1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan dengan rumusasn masalah tujuan penulisan ini adalah untuk

mendeskripsikan teori yang digunakan dalam promosi kesehatan. Diantaranya :

1. Teori Precede/Proceed

2. Health Belief Model


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Precede/ProceedTeori Lawrence W Green

Dalam jurnal kesehatan Metro Sai Wawai tentang Promosi Kesehatan dalam

Rangka Perubahan Perilaku M. Ridwan, 2009 menurut Lawrence Green (1980,

1991) teori ini didasarkan pada model kepercayaan kesehatan dan model-model

lain. Model Precede lebih mengarah pada upaya pragmatis mengubah perilaku

kesehatan. Model ini juga menganalisa kebutuhan kesehatan komunitas dengan

cara menetapkan 5 tahapan diagnosis perilaku (Green), yaitu:

1. Diagnosis sosial

Diagnosis sosial adalah proses menentukan persepsi masyarakat terhadap

kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas

hidupnya, melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang

didesain sebelumnya. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital

statistic yang ada, atau pengumpulan data secara langsung ke masyarakat.

Apabila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data

yang dapat dilakukan adalah wawancara dengan informan kunci, forum di

masyarakat.

2. Diagnosis epidemologi

Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan

(umur, jenis kelamin, lokasi dan suku) diidentifikasi. Disamping itu, dicari

pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut

(mortalitas, mobiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara
menaggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan,

modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk

menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya

masalah dan akibat ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah.

3. Diagnosis perilaku

Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan yang mempengaruhi

perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat

diidentifikasi.Penting bagi promotor kesehatan untuk membedakan masalah

perilaku yang dapat dikontrol secara individu atau harus dikontrol melalui

institusi. Contohnya, pada kasus malnutrisi yang disebabkan oleh

ketidakmampuan membeli bahan makanan, intervensi pendidikan tidak akan

bermanfaat sehingga diperlukan pendekatan perubahan sosial untuk

mengatasi masalah lingkungan.

4. Diagnosis pendidikan

Identifikasi pendidikan dan organisasional dilakukan berdasarkan

determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau

masyarakat, yaitu

a. faktor predisposisi, meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan

dan nilai atau norma yang diyakini seseorang.

b. Faktor pendorong, yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku

seseorang

c. Faktor penguat, yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh (toma, toga,

guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang kekuasaan) yang dapat

menjadi pendorong seseorang berperilaku.


Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan

menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor

pendorong yang telah diidentifikasi melalui upaya pengembangan

organisasi dan sumber daya.

5. Diagnosis administrasi/kebijakan

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan

yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan

program promosi kesehatan.Untuk diagnosis asministratif, dilakukan tiga

penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program,

sumber daya yang terdapat diorganisasi dan masyarakat, serta hambatan

pelaksanaan program.Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi

dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang

memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat

mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

2.2 Health Belief Model

Health Belief Model dikemukakan pertama oleh Rosenstock, 1966 kemudian

disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980. Health Belief Model

digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga respon

perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis. Namun

akhir-akhir ini Health Belief Model digunakan untuk memprediksi berbagai

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan

Health Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan

dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan yang dikembangkan pada


1950-an sebagai cara untuk menjelaskan mengapa program skrining medis yang

ditawarkan oleh US Public Health Service, terutama untuk TBC, tidak begitu

sukses (Hoch-Baum, 1958). Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa

perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang

penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit.

Health Belief Model adalah perubahan prilaku kesehatan dan model

psikologis dikembangkan oleh M. Rosenstock pada tahun 1966 untuk

mempelajari dan mempromosikan peningkatan pelayanan kesehatan. Model ini

ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada 1970-an dan 1980-an. Teori Health

Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil

tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam

lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya yang ada

dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu

perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived

severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action

(manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action

(hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat

untuk melakukan tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy

atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.

Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari

suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya

merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi

tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk

memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa

perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu

terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan

yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba

perilaku yang serupa.

aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:

1. Ancaman

a. Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau

kesediaan menerima diagnosa penyakit).

b. Persepsi tentang keparahan penyakit / kondisi kesehatannya.

2. Harapan

a. Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan

b. Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan

itu.

3. Pencetus tindakan:

a. Media

b. Pengaruh orang lain

c. Hal-hal yang mengingatkan (reminders)

4. Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender,

suku bangsa).
5. Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan

tindakan itu). Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda

oleh setiap individu. Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit

itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu tidak begitu parah,

ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara

anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan

untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan

penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang keuntungan dari

tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan

tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.

Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya

dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk

menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (berita dari

media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika

faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah

individu itu benar-benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna

menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut

2.3 Model Kepercayaan kesehatan oleh Becker (1974, 1979) :

1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu.

Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat

mengalami diare setiap saat.Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi

yang buruk dan perilaku yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan

jamban yang rendah serta sumber air bersih yang dikonsumsi berpotensi

tercemar oleh kuman.Tidak adanya WC memungkinkan adanya lalat sebagai


vektor penyebab terjadinya penularan ke manusia yang sehat lainnya.Sumber

air yang digunakan dari sumur pinggir sungai/menggali lubang pasir di

pinggir sungai sangat membahayakan bilamana ada penderita cholera yang

BAB disungai tersebut.

2. Menganggap masalah ini serius

Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga

bahaya kematian.Terutama akibat dehidasi berat oleh diare.Penyakit ini

setiap tahunnya merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.

3. Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan.

Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan

dehidasi hebat, sehingga tidak perlu dirujuk ke RS.Pencegahan merupakan

upaya terbaik dan murah melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat

terutama sumber air yang steril, penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan

dengan sabun.Dimaksudkan memutuskan penularan penyakit diare.

4. Tidak mahal

Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk

dimasyarakat.Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

kesembuhan ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).

5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari

perubahan perilaku.

Strategi Perubahan Perilaku :

Ditinjau dari proses terjadinya perubahan perilaku dalam Health Belief

Model (HBM), perilaku akan berubah salah satunya yaitu jika individu
diberikan pemahaman tentang keuntungannya. Dicari dulu penyebab dari

suatu perilaku yang kurang baik, lalu diberikan penyuluhan serta informasi

yang terinci tentang keuntungan dari perbaikan perilakunya.Diperlukan

waktu yang lama untuk meyakinkan individu.Di sinilah, peran kita sebagai

seorang perawat/tenaga kesehatan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Promosi Kesehatan adalah tindakan yang tidak hanya terbatas pada uoaya

pencegahan penyakit atau motivasi untuk meningkatkan kesehatan yang

bersumber dari rasa takut keadaan yang mengancam namun mencakup seluruh

perilaku untuk meningkatkan kesehatana dan keadaan yang berpotensi

mengganggu kesehatan serta menerapkannya di sepanjang kehidupan (Tomay

dan Alligood, 2001).

Karakteristik individu dan pengalaman dapat memiliki penagruh signifikan

atau tidak terhadap terbentuknya perilaku promosi kesehatan tergantung dari

target perilaku promodi kesehatan yang ingin dilaksanakan. Hal ini

menggambarkan fleksibilitas dari promosi kesehatan yang memberikan

keleluasan bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk memilih karakteristik dan

pengalaman yang berhubungan dalam penerapan perilaku promosi kesehatan

yang berhubungan dalam penerapan perilaku promosi kesehatan yang

diharapkan. Faktor yang tergolong tahap ini meliputi faktor-faktor personal dan

keadaan terdahulu terkait dengan perilaku.

B. SARAN

Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga untuk

mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka

masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,

kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya


(lingkungan fisik, sosial budya dan sebagainya). Dalam konsep ini health

promotion di maknai sebagai perluasan dari helat education atau pendidikan

kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Heri D.J Maulana. 2009. Promosi Kesehatan . Jakarta: EGC

http://smartsholehah93.wordpress.com/2012/12/25/mengembangkan-gaya-hidup-sehat-
dengan-pendekatan-health-belief-model/

http://ejurnal.stikes-insan-
unggul.ac.id/webstorage/jurnal/2c2494eae41ca4048e78223809206d81.pdf
diakses pada tanggal 17 Oktober 2017 pada jam 21.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai