Allah SWT berkat rahmat serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan salah satu
abdomen. Peyusunan makalah ini tidak terlepas dari kerja sama kawan-kawan
kelompok1.
diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi materi maupun sistematika
penulisan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang utama di setiap negara (Gad et al, 2012).Sepuluh persen dari kematian
pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma,
dan trauma akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga
(BPS, 2011). Tak hanya pada Klien dewasa, Klien anak juga mengalami
Hampir 90% trauma abdomen pada anak kurang dari 14 tahun disebabkan
oleh trauma tumpul. Kecelakaan yang didominasi oleh anak usia sekolah
adalah kecelakaan sepeda dan pejalan kaki lebih sering menjadi penyebabnya.
setengah kematian pada anak usia 1-14 tahun dan merupakan kasus kedua
terbanyak setelah infeksi. Kurang lebih 51,3 tiap 10.000 anak (umur 0-14
tahun) dirawat di rumah sakit oleh karena cedera karena trauma setiap
1
kepala dan ekstremitas.Trauma abdominal kurang lebih 8-10% pada seluruh
harus melakukan pembedahan atau operasi.Operasi dan hari rawat yang lama
adalah rasa sakit atau nyeri. Keluhan nyeri adalah salah satu kondisi yang
B. Tujuan makalah
gambaran yang terjadi pada Klien dengan trauma intra abdomen yang
menjalani operasi.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
sebagai berikut :
1. Paksaan/benda Tumpul
3
akibat berolaraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman.
2. Trauma tembus
C. Manisfestasi Klinik
high-velocity
inra peritoneal
d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus
4
2. Trauma tumbul abdomen
usus yaiu nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut
(akibat hematoma)
terutama di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain atau tanda
dari KEHR.
Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang
5
h. Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan hebat
keluar paling sering omentum, usus halus, atau colon (pada trauma
tajam)
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen,
yaitu:
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
6
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.
D. Klasifikasi
menyerupai tumor.
2. Laserasi
organ.
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
7
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
bedah.
luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
E. Komplikasi
dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi
tumpul abdomen karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang
(distended) abdomen
8
F. Patofisiologi
faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme :
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
9
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
G. Patway / Gambar
Trauma
Disfungsi usus
10
Refluks usus output
cairan berlebihan
Kelemahan fisik
Mobilitas fisik
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis :
Abdominal paracentesis
Pemeriksaan laparoskopi
Pemasangan NGT
Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
Laparotomi
11
Penatalaksanaan keperawatan:
sistem saraf.
b. Jika Klien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
dilakukan.
Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin
12
Siapkan Klien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
hematuria.
Pre Hospital
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika
ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.
PrimarySurvey
a. Airway
tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
b. Breathing
13
c. Circulation
kelas III syok (30-40% volume darah yang hilang) dan harus menerima
produk darah sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada Klien
d. Disability
pupil.
e. Exposure
posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang leher, dan perineum.
14
kedinginan. Untuk penanganan awal trauma abdomen, dilihat dari
- Imobilisasi
- Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tidak boleh dicabut kecuali
memperparah luka.
- Bila usus atau organlain keluar maka organ tersebut tidak boleh
- Imobilisasi Klien
Secondary Survey
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC Klien sudah stabil. Bila
15
a. Pemeriksaan kepala
b. Pemeriksaan leher
- Emfisema subkutan
- Deviasi trachea
c. Pemeriksaan neurologis
d. Pemeriksaan dada
externus
16
f. Pelvis dan ekstremitas
1. Trauma Penetrasi
penetrasi.
2. Trauma non-penetrasi
17
Pemeriksaan Rongent Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks
dan dubur.
dan sirkulasi).
hemoragi massif.
Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
dilakukan.
18
Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi;
dan muntah.
eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan
hematuria.
19
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks
usus.
saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
20
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat
tulang belakang)
· Hamil
21
J. Asuhan Keperawatan
- Identitas klien
- Keluhan utama
- Pengkajian Primer
asing lainnya.
b. Breathing
reaksi pupil.
22
Paparan lengkap dan visualisasi head-to-toe Klien adalah wajib
a. Aktifitas/istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
atau dramatis)
d. Eliminasi
makan.
23
f. Neurosensori.
tubuh.
h. Pernafasan
i. Keamanan
gerak.
2. Diangonsa Keperawatan
penetrasi abdomen
24
3. Intervensi Keperawatan
No Dx. Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Nyeri Setelah dilakukan - Kaji nyeri secara - Pilihan /pengawasan
normal nyeri
sakit/nyeri
spasme/nyeri otot
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau TTV - Mengindentifikasi
25
pembedahan, K.H:
kotor
dll.
Leukosit infeksi
mikroorganisme
pathogen
3 Gangguan Setelah dilakukan - Kaji kemampuan klien - Untuk mengidentifikasi
kelemahan fisik mandiri dengan - Berikan latihan aktif - Untuk melatih otot-otot
- Mempertahankan
26
kebutuhan dasar klien
klien
BAB 3
LAPORAN KASUS
27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. FDENGAN post LE POD 12 a.i
PERITONITIS AKIBAT TRAUMA TUMPUL ABDOMENDI RUANG
RAWAT INAP MAWARRSUD KOTA BANDUNG
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a) Identitas Klien
1) Nama : An. F
2) No RM : 439421
3) Usia : 14 tahun
4) Status Perkawinan :-
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Agama : Islam
7) Suku : Sunda
9) SumberBiaya : Umum
1) Nama :Ny. N
2) Umur : 65 tahun
3) HubunganDenganKlien :Nenek
4) Pendidikan :-
28
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
itu klien mengeluh nyeri di bagian perut dan akhirnya dibawa ke RS.
Genogram
29
Ket:
: Laki-laki X : Meninggal
: Perempuan : Menikah
Riwayat Imunisasi
sampai 4 bulan
5 Campak Umur 9 bulan Diberikan
Riwayat Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan Fisik
BB :29,7 kg
TB : 148 Cm
30
Waktu tumbug gigi : keluarga Klien mengatakan usia ±8 bulan
Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
bayi )
3 12 bulan – sampai saat ini Nasi + lauk pauk
Support Sistem
31
Keluarga mengatakan selalu mendukung dan memberikan motivasi
Komunikasi
Karena kesehatan adalah hal yang penting dalam hidup, jika ada
keluarga lain yang sakit maka akan lansung dibawa ke rumah sakit,
tidak tau tentang penyakit yang di derita klien saat ini.Dan klien
dan puasa
32
tambahan
i. Volume ± 1500cc/hari -
c. Pola Eliminasi
BAK
BAB
b. Warna Coklat
c. Bau Khas
d. Konsistensi Lunak
pencahayar
d. Pola Personal Hygiene
33
tampak kotor
latihan
beraktivitas
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
b. Waktu
34
Siang Tidakpernah 1 jam/hari
tidur
bangun abdomen
g. Pola Kognitif dan
Pesepsi
a. Mengambarkan
penginderaan
khusus:
b. Penggunaanalat
bantu
- Kacamata - -
- Alat bantu - -
dengar
d. Persepsi
35
- Quality karena post op. Nyeri
dirasakan terus
menerus
h. Persepsi diri dan
Harga Diri
tubuh
rendah
masalah
36
kooperatif.Pengambilan keputusan dalam keluarga diambil dari kepala
g. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 92 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,7o C
1. Kepala
Bentuk : Mesofal
2. Rambut
Warna : Hitam
Kebersihan : Bersih
Distribusi : Tebal
3. Mata
Konjungtiva : Anemis
37
Kesimetrisan : Simetris
Pupil : Isokor
4. Hidung
Kebersihan : Bersih
Penciuman : Baik
5. Telinga
Kesimetrisan : Simetris
Kebersihan : Bersih
Pendengaran : Baik
6. Mulut
Kesimentrisan : Simetris
38
Kebersihan lidah : Bersih
Pegecapan : Baik
7. Leher
8. Dada
Inspeksi : Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
9. Jantung
Perkusi : Redup
10. Abdomen
Perkusi : timpani
39
Auskultasi : bising usus 8x /menit
11. Genitalia
12. Ektermitas
Atas Bawah
- Simetris - Simetris
infus
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan labotarorium
P : 11,8 – 15,4
PCV 30 % 29,2 – 51,7 Normal
Eritrosit 3,95 Juta/mm3 L : 4,2 – 6,2 Turun
P : 3,8 – 5,5
MCV 75 1L 80 – 96 Turun
MCH 26 Pg 27 – 31 Turun
MCHC 35 gr/dl 32 - 36 Normal
Leukosit 7.290 /mm3 4500 - 10000 Normal
Trombosit 751.000 mm3 150 – 450 Naik
Diff Count (basofil) 0 % 0,1 - 1,0 Turun
Diff Count 0 % 1,0 – 3,0 Turun
40
(eosinofil)
Diff Count (batang) 0 % 2,0 – 6,0 Turun
Diff Count 68 % 50,0 – 70,0 Normal
(segmen)
Diff Count 16 % 20,0 – 40,0 Normal
(limposit)
Diff Count 16 % 2,0 – 8,0 Naik
(monosit)
KIMIA KLINIK
GD sewaktu 166 mg% 70 – 140 Naik
Albumin 3,5 gr/dl 3,8 – 5,1 Turun
ELEKTROLIT
Natrium 130 mEq/L 135 – 145 Turun
Kalium 3,7 mEq/L 3,5 – 5,3 Normal
Clorida 100 mEq/L 100 - 106 Normal
2. Pemberian terapi
tubuh)
41
1201,5 . 1,05 = 1261,5 kkal
Aminofluid/ 24 jam
46. 24 jam / 1000 mL. 420 kkal = 462,88 kkal
Futrolite 40 cc/ jam
960/ 100 x 220kkal =
211,2 kkal
Kalori masuk 674,08
4. USG Abdomen
a. Hasil USG Abdomen tanggal 30-09-2019
Lesi hipoechoik multiple dengan echo di abdomen atas
Suspek koleksi cairan terlokalisir (perdarahan?)
Susp. Laserasi hepar lobus kanan
Koleksi cairan bebas intra abdomen
Sludge Gallblader
Sluge kt. Kemih
Limfe, pancreas, ginjal tampak normal
Tak tampak pembesaran KGB Aorta
42
R : abdomen Stimulis serabut saraf pada
S : 4 (0-10) area perlukaan
T : hilang timbul
- Klien tampak lemah Merangsang mediator nyeri
- Klien tampak meringis dan
menangis karena nyeri saat di
Nyeri akut
timbul,
- TTV saat pengkajian klien tidak
merasakan nyeri
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 92 x/m
- RR : 18 x/m
- Suhu : 36,7o C
Trauma abdomen Ketidaks
eimbanga
Kompresi organ abdomen n nutrisi
kurang
dari
kebutuha
n tubuh
Peningkatan TIA
Distensi abdomen
Mual/muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
43
saat berkeringat menghambat kemampuan
DO: dalam merawat diri
- Klien mengatakan tidak mampu
untuk membasuh tubuhnya
Defisit perawatan diri:
- Klien berkeringat
mandi
- Kulit kering dan kotor
- Gigi tampak kuning
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
nyeri pada perut Klien nyeri berkurang, dengan karakteristik, durasi, frekuensi,
44
- RR : 18 x/m mencari bantuan) Bantu Klien dan keluarga untuk
nyeri) kebisingan
prosedur
pertama kali
7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
45
tan
Nyeri akut 13 Melakukan pengkajian nyeri secara Klien
Oktober komprehensif termasuk lokasi, mengataka
2019 / karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan n nyeri
pkl.09.00 faktor presipitasi perut
WIB bagian
Mengajarkan tentang teknik non bawah,
farmakologi: distraksi menonton video terutama
animasi dan membaca buku bergambar) disekitar
luka
operasi
Keluarga
Mengobservasi reaksi nonverbal
dariketidaknyamanan terutama ekspresi mengataka
muka n akan
melakukan
Menganjurkan kepada keluarga untuk teknik non
membatasi jumlah keluarga yang farmakolo
berkunjung / besuk ( agar menciptakan rasa gi:
nyaman / mengurangi kebisingan ) distraksi
menonton
Memberikan analgetik untuk mengurangi video
nyeri: animasi
Ketorolac 3 x 20gr dan
Tramadol 3 x ¾ ampul membaca
buku
Monitorvitalsignsebelumdansesudahpemberi bergambar
ananalgesik pertama kali sesuai
dengan
anjuran
yang telah
diberikan
Klien
nampak
meringis
ketika
bergerak
Keluarga
mengataka
n sudah
memberita
hukan
keluarga
yang
menjenguk
jangan
terlalu
banyak
dan
dibatasi
46
Klien
mengataka
n nyeri
berkurang
setelah
diberikan
suntukan
TD :
110/80 N :
78
S : 36,7`C
R : 20 x/m
8. CATATAN PERKEMBANGAN
seperti ditusuk-tusuk
meringis
P : Lanjutkan intervensi
Senin, 14 Oktober S : Klien mengeluh nyeri berkurang
2019 O:
seperti ditusuk-tusuk
meringis
47
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Senin, 14 Oktober S : Klien mengeluh nyeri berkurang
2019 O:
seperti ditusuk-tusuk
meringis
P : Lanjutkan intervensi
Nyeri akut Selasa, 15 Oktober S : Klien mengatakan nyeri
ditusuk-tusuk
berpindah posisi
P : Lanjutkan intervensi
48
Selasa, 15 Oktober S : Klien mengatakan nyeri
2019 berkurang
13.30 O:
- Skala nyeri 3
ditusuk-tusuk
berpindah posisi
P : Lanjutkan intervensi
Selasa, 15 Oktober S : Klien mengatakan nyeri
2019 berkurang
19.30 O:
- Skala nyeri 3
ditusuk-tusuk
berpindah posisi
P : Lanjutkan intervensi
49
Nyeri akut Rabu, 16 Oktober S : Klien mengatakan nyeri
tempat tidur
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 16 Oktober S : Klien mengatakan nyeri
2019 berkurang
14.00 O:
- Skala nyeri 2
tempat tidur
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 16 Oktober S : Klien mengatakan nyeri
2019 berkurang
20.00 O:
- Skala nyeri 2
tempat tidur
50
P : Lanjutkan intervensi
51
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi kasus. Pengkajian yang dilakukan pada pasien ini
berjenis kelamin laki- laki. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Indah J.
Umboh, dkk pada tahun 2016, dari hasil penelitian pada 37 pasien didapatkan
bahwa jenis kelamin laki-laki (94,6%) lebih banyak dibandingkan perempuan
(5,4%). Hasil dari pengkajian di dapatkan data subjektif pasien mengatakan
mengeluh nyeri dibagian perut, nyeri dirasakan secara terus menerus seperti
ditusuk-tusuk dan terdapat nyeri tekan.Klien mengatakan nyeri berada di
skala 4 (0-10). Nyeri akan berkurang apabila klien beristirahat dan tidur.
Sedangkan data objektif adalah adanya luka post op pada perut bagian kiri
bawah adanya nyeri tekan, klien tampak meringis.Menurut (Hudak & Gallo,
2001) tanda dan gejala trauma abdomen salah satunya nyeri.Nyeri dapat
terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan jaringan)
International Association for the Study of Pain, IASP (2011)
mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
52
kerusakan. Diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan data yang telah
diperoleh yaitu pasien mengatakan mengeluh nyeri dibagian perut, nyeri
dirasakan secara terus menerus seperti ditusuk-tusuk dan terdapat nyeri
tekan.Klien mengatakan nyeri berada di skala 4 (0-10). Nyeri akan berkurang
apabila klien beristirahat dan tidur. Sedangkan data objektif adalah adanya
luka post op pada perut bagian kiri bawah adanya nyeri tekan, klien tampak
meringis, dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit, RR 18
x/menit, suhu 36,7o C
C. Intervensi Keperawatan
Penentuan tujuan rencana tindakan didasarkan pada
SMART ,Subjective, Measurable atau dapat diukur, achievable atau dapat
dicapai, Rational sesuai akal sehat, time atau ada kriteria waktu pencapaian.
Setiap diagnosa memiliki perencanaan sesuai managementnya masing-
masing, berdasarkan NANDA, 2012.Untuk Diagnosa nyeri, terapi
nonfarmakologi lebih dikembangkan lagi, seperti teknik relaksasi nafas
dalam,untuk anak mungkin lebih efektif kombinasi menggunakan distraksi
dengan menonton animasi.
Dalam kasus yang kelompok ambil bahwa intervensi keperawatan
mengacu kepada NANDA, NOC dan NIC.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Carpenito,2009).
Dalam implemetasi asuhan keperawatan pada kasus ini terdapat 4 diagnosa
keperawatan yang dalam implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan
tujuan yang telah dibuat dan disusun untuk dapat memudahkan dalam
pengimplementasian kegiatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Manurung (2011) bahwa evaluasi keperawatan adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan perlu untuk dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan. Evaluasi keperawatan juga merupakan tahap akhir dari
53
tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakah masalah –
masalah keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan teratasi atau
tidak.
Berdasarkan hal tersebut bahwa evaluasi keperawatan pada kasus ini
antara lain :
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan jaringan)
Pada diagnosa keperawatan ini sudah melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan sudah maksimal
mungkin dengan tujuan nyeri akut dapat teratasi atau berkurang.
Pada proses keperawatan sebelumnya yaitu pada implementasi
keperawatan bahwa sudah dijabarkan mengenai tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi nyeri. Evaluasi keperawatan diperoleh dari asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut dapat teratasi atau nyeri
akut berkurang yaitu masalah nyeri akut belum teratasi, dimana klien masih
mengeluh nyeri pada area luka dengan skala nyeri 3 (0 – 10), untuk mengatasi
nyeri akut maka perlu untuk melanjutkan intervensi keperawatan diantaranya
kaji skala nyeri pada klien, mengajarkan teknik nafas dalam dan distraksi,
ganti balutan luka dalam 1x/ hari. Dalam hal ini belum sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan bahwa klien dapat mengenali nyeri, tanda – tanda vital
dalam batas normal, melaporkan nyeri berkurang dengan majemen nyeri dan
mampu mengontrol nyeri yang dirasakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arden, Safitri dan
Kurniawan bahwa pemberian perlakuan menonton film carton dapat
menurunkan tingkat nyeri, teknik distraksi dengan menonton film cartoon ini
akan membantu anak melepaskan endorfin yang akan menghambat transmisi
nyeri yang disebabkan oleh post operasi.
Sebelum pemberian animasi bergambar bahwa klien merasakan nyeri
dengan skala 4 dari skala (0 – 10) dan setelah diberikan animasi bergambar,
klien mengatakan skala nyeri 3 dari skala (0-10) sehingga terdapat
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 2010).Trauma abdomen adalah
trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi daerah
retroperitoncal, pelvis dan organ peritroneal.Akibat dari trauma abdomen
dapat berupa perforasi ataupun pendarahan.Kematian pada trauma
abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.Trauma abdomen
didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara diafragma
atas panggul bawah (Guilon, 2011).
Dari kasus yang diambil di ruang Mawar, Anak F (14 Tahun)
didapatkan dari hasil pengkajian yang dilakukan secara wawancara,di
dapatkan diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan
jaringan). Intervensi yang diberikan sesuai adalah distraksi menonton
animasi dan membaca buku bergambar. Evaluasi yang didapatkan belum
teratasi dikarenakan belum tercapainya kriteria hasil yang ditentukan.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebagai tenaga keperawatan
yang professional diharapkan :
1. Mampu menerapkan teori yang ada kedalam implementasi tindakan
dilapangan.
2. Pemanfaatan Instrumen diri pribadi agar lebih meningkatkan
penerapan tekhnik dan pemberian asuhan keperawatan dapat terlaksana
secara optimal.
55
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC
Tanio, Lalenoh & Laihad. 2017. Profil pasien pasca laparatomy di ICU Prof. Dr.
R. D Kandou Manado periode januari 2015 – Desember 2017
56