Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

F DENGAN POST OP LE POD 12


a.i PERITONITIS AKIBAT TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
DI RUANG RAWAT INAP MAWAR
RSUD KOTA BANDUNG

Diajukan untuk Menyelesaikan Praktek Keperawatan Medical Bedah

Disusun Oleh Kelompok 1

Yesi Fitriani 4006190021 Synthia Yuliani Putri 4006190079


Lalah Sadiah 4006190073 Novia Dina Luis 4006190080
Eti Oktavia nengsih 4006190006 Eka Indah Ramadhani 4006190081
Cristi Monica 4006190005 Lupi Lestari 4006190120
Nita Nur Anggraeni 4006190103 Sri watiningsih 400619012
Karina shalsabila S 4006194008 Kiki Anwar 4006190086
Aam Maesaroh 4006190117 Risti 4006190107
Beta Budiawan 4006190115 Mardiana 4006190007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin puji dan syukur kita panjatkan kehadirat

Allah SWT berkat rahmat serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan salah satu

tugas pada mata kuliah keperawatan Medikah Bedah.Makalah membahastentang

asuhankeperawatanpadapasien Post Op LE a.i Peritonitis akibat trauma tumpul

abdomen. Peyusunan makalah ini tidak terlepas dari kerja sama kawan-kawan

kelompok1.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

jauhdarikata sempurna, untuk itusarandanmasukan yang membangun sangat

diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi materi maupun sistematika

penulisan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Oktober 2019

Kelompok 1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma masih merupakan penyebab kematian paling sering di empat

decade pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

yang utama di setiap negara (Gad et al, 2012).Sepuluh persen dari kematian

di seluruh dunia disebabkan oleh trauma (Maegel, 2010). Diperkirakan bahwa

pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma,

dan trauma akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga

yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di negara

berkembang (Udeani, 2013). Di Indonesia tahun 2011 jumlah kecelakaan lalu

lintas sebanyak 108.696 dengan korban meninggal sebanyak 31.195 jiwa

(BPS, 2011). Tak hanya pada Klien dewasa, Klien anak juga mengalami

Hampir 90% trauma abdomen pada anak kurang dari 14 tahun disebabkan

oleh trauma tumpul. Kecelakaan yang didominasi oleh anak usia sekolah

adalah kecelakaan sepeda dan pejalan kaki lebih sering menjadi penyebabnya.

Cedera karena trauma pada anak merupakan penyebab lebih dari

setengah kematian pada anak usia 1-14 tahun dan merupakan kasus kedua

terbanyak setelah infeksi. Kurang lebih 51,3 tiap 10.000 anak (umur 0-14

tahun) dirawat di rumah sakit oleh karena cedera karena trauma setiap

tahunnya. Trauma abdomen merupakan kasus terbanyak setelah trauma

1
kepala dan ekstremitas.Trauma abdominal kurang lebih 8-10% pada seluruh

kasus trauma di rumah sakit anak.

Trauma abdomen merupakan kondisi cedera yang harus segera

ditangani.Hal ini penting untuk mengantisipasi dan mencegah berbagai

komplikasi serius, seperti perdarahan berat (syok), kerusakan organ di dalam

perut, abses di dalam perut, peritonitis, obstruksi usus, dan sindrom

kompartemen perut.Pasien yang telah mengalami komplikasi pada umumnya

harus melakukan pembedahan atau operasi.Operasi dan hari rawat yang lama

dapat menyebabkan Klien mengalami hospitalisasi. Masalah yang dapat

ditimbulkan dari hospitaliasi biasanya berupa cemas, rasa kehilangan, dan

takut akan tindakan yang akan dilakuakan oleh petugas kesehatan.

Selain dari hospitalisasi dampak lain yang diakibatkan dari operasi

adalah rasa sakit atau nyeri. Keluhan nyeri adalah salah satu kondisi yang

paling umum diantara psiden trauma.Sehingga perawat perlu melakukan

meangement penanganan nyeri pada luka operasi. Memeberikan management

nyeri yang tepat dan tepat waktu Klien trauma.

B. Tujuan makalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperoleh

gambaran yang terjadi pada Klien dengan trauma intra abdomen yang

menjalani operasi.

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan

cedera (Sjamsuhidayat, 2010).

Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen

yang meliputi daerah retroperitoncal, pelvis dan organ peritroneal.Akibat dari

trauma abdomen dapat berupa perforasi ataupun pendarahan.Kematian pada

trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.

Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah

antara diafragma atas panggul bawah (Guilon, 2011).

Menurut Ignativicus & Workman, 2006 trauma abdomen didefinisikan

sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan

pelvis yang diakibatkan oleh luka yang menusuk.

B. Etiologi

Menurut sjamsuhidayat, 2010 penyebab trauma abdomen adalah,

sebagai berikut :

1. Paksaan/benda Tumpul

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga

peritoneum.Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,

kekerasaan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera

3
akibat berolaraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk

pengaman.

2. Trauma tembus

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga

peritoneum.Luka tembus pada abdomen deisebabkan oleh tusukan benda

tajam atau luka tembak.

C. Manisfestasi Klinik

Berdasarkan jenis trauma :

1. Trauma tembus abdomen

a. Potensi mematikan dan segera membahayakan jika disertai cedera

pembuluh darah besar

b. Luas cedera intraabdominal tergantung tenaga kinetic objek

penetrative. Luka akibat peluru dibedakan menjadi low-velocity dan

high-velocity

c. Peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga

inra peritoneal

d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus

abdomen karena usus mengisi sebagian besar rongga abdomen

e. Perforasi dibagian atas (lambung) terjadi perangsangan segera setelah

trauma dan akan gejala perinonitis hebat. Sedangkan bagian bawah

gejala baru timbul setelah 24 jam karena mikroorganisme

membutuhkan waktu berkembang biak setelah 24 jam

4
2. Trauma tumbul abdomen

a. Gejala pada trauma tumpul abdomen merupakan akibat kehilangan

darah, memar, atau kerusakan pada organ-organ atau iritasi cairan

usus yaiu nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut

(akibat hematoma)

b. Bising usus biasanya melemah atau menghilang

c. Ransangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih didaerah bahu

terutama di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain atau tanda

dari KEHR.

Berdasarkan tipe cedera :

1. Pada organ padat

Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang

akan menyebabkan perdarahan bervariasi dari ringan sampai sangat berat

bahkan kematian. Gejala dan tandanya adalah :

a. Gejala perdarahan secara umum

b. Penderita tampak anemis

c. Bila perdarahan berat akan timbul shok hemoragik

d. Gejala adanya darah intraperitoneal

e. Nyeri abdomen dapat bervariasi dari ringan sampai hebat

f. Pada auskultasi bising usus menurun tapi bukan merupakan tanda

yang dapat dipercaya karena bising usus akan menurunkan pada

banyak keadaan lain.

g. Adanya nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler (kekakuan

otot) seperti pada peritonitis

5
h. Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan hebat

dan penderita tidak gemuk

i. Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meningi

2. Pada organ berongga

a. Akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali

b. Penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen

c. Kadang-kadang ditemukan ada organ intraabdomen yang menonjol

keluar paling sering omentum, usus halus, atau colon (pada trauma

tajam)

d. Auskultasi bising usus menurun, adanya defans muskuler.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen,

yaitu:

1. Nyeri

Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri

dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat

ditekan dan nyeri lepas.

2. Darah dan cairan

Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang

disebabkan oleh iritasi.

3. Cairan atau udara dibawah diafragma

Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini

ada saat Klien dalam posisi rekumben.

4. Mual dan muntah

5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

6
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock

hemoragi.

D. Klasifikasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :

1. Kontusio dinding abdomen

Disebabkan trauma non-penetrasi.Kontusio dinding abdomen tidak

terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau

penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat

menyerupai tumor.

2. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga

abdomen harus di eksplorasi.Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ

abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi

gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai

organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth& Brunner

(2002) terdiri dari:

1. Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera

pada dinding abdomen.

7
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli

bedah.

3. Cedera thorak abdomen

luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau

sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

E. Komplikasi

Komplikasi segera yang dapat terjadi pada Klien dengan trauma

abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi jangka

panjangnya adalah infeksi. Komplikasi yang dapat muncul dari trauma

abdomen terutama trauma tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat

dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi

yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul kemudian (Salomone &

Salomone, 2011). Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma

tumpul abdomen karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang

sering muncul pada komplikasi dengan  peritonitis antara lain:

 Nyeri perut seperti ditusuk  Haus

 Perut yang tegang  Cairan di dalam rongga

(distended) abdomen

 Demam (>380C)  Tidak bisa buang air besar

 Produksi urin berkurang atau kentut

 Mual dan muntah  Tanda-tanda syok.

8
F. Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat

kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari

ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara

faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat

trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang

ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya

perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi

jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh

juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari

jaringan tubuh.Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada

keadaan yang sebelumnya.Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk

menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan

benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang

terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati

ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam

beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal

tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa

mekanisme :

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh

gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang

letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ

padat maupun organ berongga.

9
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan

vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan

gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

G. Patway / Gambar

Menurut Mansjoer, 2001

Trauma

Penetrasi & Non-


Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan


abdomen (kontusio, Nyeri
laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar. Lunak dan rongga


abdomen

Motilitas Usus Resiko infeksi

Disfungsi usus

10
Refluks usus output
cairan berlebihan

Nutrisi kurang dari


Gangguan cairan dan
kebutuhan tubuh
elektrolit

Kelemahan fisik

Mobilitas fisik

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis :

 Abdominal paracentesis

Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan

indikasi untuk laparotomi.

 Pemeriksaan laparoskopi

Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.

 Pemasangan NGT

Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.

 Pemberian antibiotik

Mencegah infeksi.

 Laparotomi

11
Penatalaksanaan keperawatan:

 Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,

sirkulasi) sesuai   indikasi.

 Pertahankan Klien pada brankar atau tandu papan ;  gerakkan dapat

menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan

menimbulkan hemoragi masif.

a. Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta

sistem saraf.

b. Jika Klien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.

c. Gunting baju dari luka.

d. Hitung jumlah luka.

e. Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

 Kaji tanda dan gejala hemoragi.

 Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan

dilakukan.

 Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu

mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga

peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.

 Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin

basah untuk mencegah kekeringan visera.

 Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya

hematuria dan pantau haluaran urine.

12
 Siapkan Klien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,

kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau

hematuria.

PENATALAKSANAAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL

Pre Hospital

1. Penanganan Awal Trauma Abdomen

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam

nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.

Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika

ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.

PrimarySurvey

a. Airway

Airway Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head

tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa

adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas.

Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.  

b. Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya

pemeriksaan status respirasi klien.Kontrol jalan nafas pada penderita

trauma abdomen yang airway terganggu karena faktor mekanik, ada

gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan

intubasi endotrakeal.Setiap penderita trauma diberikan oksigen.Bila

tanpa intubasi, sebaiknya diberikan dengan face mask.Pemakaian pulse

oximeter baik untuk menilai saturasi O2 yang adekuat.

13
c. Circulation

Circulation Jika pernafasan Klien cepat dan tidak adekuat, maka

berikan bantuan  pernafasan.Resusitasi Klien dengan trauma abdomen

penetrasi dimulai segera setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan

cepat. NaCl atau Ringer Laktat dapat digunakan untuk

resusitasikristaloid.Rute akses intravena adalah penting, pasang kateter

intravena perifer  berukuran besar (minimal 2) di ekstremitas atas untuk

resusitasi cairan. Klien yang datang dengan hipotensi sudah berada di

kelas III syok (30-40% volume darah yang hilang) dan harus menerima

produk darah sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada Klien

dengan  perdarahan yang signifikan jelas. Upaya yang harus dilakukan

untuk mencegah hipotermia, termasuk menggunakan selimut hangat

dan cairan prewarmed.

d. Disability

Disability Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara

cepat.Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi

pupil.

e. Exposure

Exposure Penderita harus dibuka keseluruhan  pakaiannya dengan cara

menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap

dan visualisasi head-to-toe Klien adalah wajib pada Klien dengan

trauma abdomen  penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian

posterior dari kaki, kulit kepala, bagian  belakang leher, dan perineum.

Setelah pakaian dibuka penting penderita diselimuti agar  penderitatidak

14
kedinginan. Untuk penanganan awal trauma abdomen, dilihat dari

trauma nonpenetrasi dan trauma  penetrasi, yaitu:

1) Penanganan awal trauma non-penetrasi

- Stop makanan dan minuman  

- Imobilisasi

- Kirim ke rumah sakit

- Diagnostic Peritoneal Lavage  b.

- Penanganan awal trauma penetrasi

- Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tidak boleh dicabut kecuali

oleh tim medis. Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak

memperparah luka.

- Bila usus atau organlain keluar maka organ tersebut tidak boleh

dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kain bersih

atau kasa steril.

- Imobilisasi Klien

- Tidak makan dan minum

- Bila luka terbuka, balut dengan menekan

- Kirim Klien ke rumah sakit

Secondary Survey

Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC Klien sudah stabil. Bila

sewaktu survei sekunder kondisi Klien memburuk maka kita harus

kembali mengulangi PRIMARY SURVEY. Semua prosedur yang

dilakukan harus dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala sampai ke

jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan dengan perhatian utama:

15
a. Pemeriksaan kepala

- Kelainan kulit kepala dan bola mata

- Telinga bagian luar dan membrana timpani

- Cedera jaringan lunak periorbital

b. Pemeriksaan leher

- Luka tembus leher

- Emfisema subkutan

- Deviasi trachea

- Vena leher yang mengembang  

c. Pemeriksaan neurologis

- Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

- Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik

- Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex  

d. Pemeriksaan dada

- Clavicula dan semua tulang iga

- Suara napas dan jantung

- Pemantauan ECG (bila tersedia)

e. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)

- Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah

- Pasanglah pipa nasogastrik pada Klien trauma tumpul abdomen

kecuali bila ada trauma wajah

- Periksa dubur (rectal toucher)

- Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus

externus

16
f. Pelvis dan ekstremitas

- Cari adanya fraktur (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan

melakukan tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan)

- Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma

- Cari luka, memar dan cedera lain

g. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) :

- Foto atas daerah abdomen yan cedera dilakukan secara selektif.

Penanganan di Rumah Sakit (Hospital)

1. Trauma Penetrasi

 Skrinnig pemeriksaan rongten Foto thoraks tegak berguna untuk

kemungkinan hemo atau pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk

menentukan jalan luka atau adanya udara retroperitoneum

 IVP atau Urogram Excretory dan CT scan Ini dilakukan untuk

mengetahui jenis cedera ginjal yang ada.

 Uretrografi Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.

 Sistografi Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada

kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non

penetrasi.  

2. Trauma non-penetrasi

 Pengambilan contoh darah dan urine Darah digunakan untuk

pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah khusus seperti darah

lengkap, potassium, glukosa, amylase.

17
 Pemeriksaan Rongent Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks

anteroposterior dan pelvis adalah  pemeriksaan yang harus dilakukan

pada penderita dengan multitrauma, mungkin  berguna untuk

mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas

dibawah diagfragma, yang keduanya memerlukan laparotomi.

 Study kontras urologi dan Gastrointestinal Dilakukan pada cedera

yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau descendens

dan dubur.

Penatalaksanaan di Ruang Emergensi

 Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas, pernapasan

dan sirkulasi).

 Pertahankan Klien pada brankard; gerakan dapat menyebabkan

fragmentasi bekuan  pada pembuluh darah besar dan menimbulkan

hemoragi massif.

 Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan.

 Gunting pakaian penderita dari luka.

 Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

 Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahan

dilakukan.

 Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan

bendungan  pada luka dada.

 Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan secara

cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.

18
 Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi;

ini sering merupakan tanda adanya perdarahan internal.

 Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik. Prosedur ini

membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap

rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.

 Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan

pantau  jumlah urine perjam.

 Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan

dibasahi dengan salin untuk mencegah kekeringan visera

 Fleksikan lutut Klien ; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.

 Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik

dan muntah.

 Siapkan Klien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat

ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.

 Siapkan Klien untuk sinografi untuk menentukan apakah terdapat

penetrasi  peritonium pada kasus luka tusuk.

 Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.

 Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. Trauma dapat

menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri

eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan

terapeutik (infeksi nosokomial).

 Siapkan Klien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,

kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau

hematuria.

19
I. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan

terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.

Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya

infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan

ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan

kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.

Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.

3. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas

retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran

usus.

4. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.

Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada

saluran urogenital.

5. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan

trauma pada ginjal.

20
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam

rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat

diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :

 Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

 Trauma pada bagian bawah dari dada

 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

 Klien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,

alkohol, cedera otak)

 Klien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum

tulang belakang)

 Patah tulang pelvis

b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :

·         Hamil

·         Pernah operasi abdominal

·         Operator tidak berpengalaman

·         Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan

disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

21
J. Asuhan Keperawatan

1. Data fokus pengkajian

- Identitas klien

- Identitas penangung jawab

- Keluhan utama

- Riwayat penyakit sekarang

- Riwayat kesehatan lalu

- Rieayat kesehatan keluarga

- Pemeriksaan fisik head to toe

- Pengkajian Primer

a. Airway Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik

head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat

dagu, periksa adakah benda asing yang mengakibatkan

tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan, darah atau benda

asing lainnya.

b. Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’,

selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien. 

c. Circulation Mengecek denyut nadi dan tekanan darah.

d. Disability Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara

cepat.Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan

reaksi pupil.

e. Exposure Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan

cara menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita.

22
Paparan lengkap dan visualisasi head-to-toe Klien adalah wajib

pada  Klien dengan trauma abdomen penetrasi. Ini termasuk

bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian

belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka penting

penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.

- Pengkajian Sekunder menurut brunner & sudratt 2001

a. Aktifitas/istirahat

Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,

Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim

Bangan cedera (trauma)

b. Sirkulasi 

Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu),

polanapas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).

c. Integritas ego

Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang

atau dramatis)

Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

d. Eliminasi

Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau

mengalami gangguan fungsi.

e. Makanan dan cairan

Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera

makan.

Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

23
f. Neurosensori.

Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,

perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi

tubuh.

g. Nyeri dan kenyamanan

Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi

yang berbeda, biasanya lama.

Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

h. Pernafasan

Data Subyektif : Perubahan pola nafas.

i. Keamanan

Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, Gangguan rentang

gerak.

2. Diangonsa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka

penetrasi abdomen

b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak

adekuatnya pertahanan tubuh

c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

24
3. Intervensi Keperawatan

No Dx. Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Nyeri Setelah dilakukan - Kaji nyeri secara - Pilihan /pengawasan

berhubungan tindakan keperawatan komprehensif meliputi keefektifan intervensi

dengan adanya diharapkan nyeri yang (PQRST)

trauma dialami Klien terkontrol - Evaluasi peningkatan - Petunjuk non verbal

abdomen atau dengan iritabilitas, tengangan dari nyeri atau

luka penetrasi K.H : otot, gelisah, ketidaknyamanan

abdomen - Klien melaporkan perubahan ttv memerlukan

nyeri berkurang intervensi

- Klien tampak rileks - Berikan tindakan - Tindakan alternative

- Ttv dalam batas kenyamanan untuk mengontrol

normal nyeri

- Klien dapat - Ajarkan menggunakan - Supaya tidak

menggunakan teknik teknik non-analgetik tergantung pada obat

non analgetik untuk (relaksasi progresif, nyeri untuk

menangani nyeri latihan nafas dalam) mengurangi rasa

sakit/nyeri

- Berikan lingkungan - Menurunkan stimulus

yang nyaman nyeri

- Kolaborasi pemberian - Untuk menghilangkan

terpai rasa nyeri atau

spasme/nyeri otot
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau TTV - Mengindentifikasi

berhubungan tindakan keperawatan tanda-tanda peradangan

dengan infeksi tidak terjadi / terutama bila suhu

tindakan terkontrol dengan tubuh meningkat

25
pembedahan, K.H:

tidak - Tidak ada tanda-tanda - Lakukan perawatan - Mengendalikan

adekuatnya infeksi luka dengan teknik penyebaran

pertahanan - Luka bersih tidak aseptic mikroorganisme

tubuh lembab dan tidak pathogen

kotor

- Tanda-tanda vital - Lakukan perawatan - Untuk mengurangi

dalam batas normal terhadap prosedur risiko infeksi

atau dapat ditoleransi invasive seperti infus, nasokomial

kateter, drainase luka,

dll.

- Jika ditemukan tanda - Penurunan Hb dan

infeksi kolaborasi peningkatan leukosit

untuk pemeriksaan dari normal bisa terjadi

darah, seperti Hb dan akibat terjadinya proses

Leukosit infeksi

- Kolaborasi untuk - Antibiotik mencegah

pemberian antibiotik perkembangan

mikroorganisme

pathogen
3 Gangguan Setelah dilakukan - Kaji kemampuan klien - Untuk mengidentifikasi

mobilitas fisik tindakan keperawatan untuk bergerak klien dalam mobilisasi

berhubungan klien dapat begerak - Dekatkan peralatan - Untuk meminimallisir

dengan secara perlahan dan yang dibutuhkan klien pergerakan klien

kelemahan fisik mandiri dengan - Berikan latihan aktif - Untuk melatih otot-otot

K.H : pasif klien

- Mempertahankan

mobilitas optimal - Bantu kebutuhan klien - Membantu mengatasi

26
kebutuhan dasar klien

- Kolaborasi dengan - Terapi fisioterapi dapat

ahli fisioterapi memulihkan kondisi

klien

BAB 3
LAPORAN KASUS

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. FDENGAN post LE POD 12 a.i
PERITONITIS AKIBAT TRAUMA TUMPUL ABDOMENDI RUANG
RAWAT INAP MAWARRSUD KOTA BANDUNG

A. PENGKAJIAN

I. Identitas

a) Identitas Klien

1) Nama : An. F

2) No RM : 439421

3) Usia : 14 tahun

4) Status Perkawinan :-

5) Pekerjaan : Pelajar

6) Agama : Islam

7) Suku : Sunda

8) AlamatRumah : CileunyiKulonRt 01/09

9) SumberBiaya : Umum

10) Tanggal Masuk RS : 30 September 2019

11) Tanggal Pengkajian : 12 Oktober 2019 jam 09.00

12) Diagnosa Medis : Trauma Tumpul Abdomen

b) Identitas Penangung Jawab

1) Nama :Ny. N

2) Umur : 65 tahun

3) HubunganDenganKlien :Nenek

4) Pendidikan :-

5) Alamat :CileunyiKulonRt 01/09

28
II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian, sebelum dibawa ke rumah sakit

keluarga mengatakan bahwa perut klien terbentur sepeda, dan semejak

itu klien mengeluh nyeri di bagian perut dan akhirnya dibawa ke RS.

Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 12 Oktober 2019 jam09.00

WIB klien mengeluh nyeri dibagian perut dan tampak meringgis,

nyeri dirasakan hilang timbul seperti ditusuk-tusuk dan terdapat nyeri

tekan. Klien mengatakan nyeri berada di skala 4 (0-10). Nyeri

bertambah ketiaka klien bergerak dan akan berkurang apabila klien

beristirahat dan tidur.

c. Riwayat Kesehatan Lalu

Keluarga klien mengatakan klien belum pernah dirawat di RS dan

tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,

diabetes mellitus dll.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang

mempunyai penyakit turunan.

 Genogram

29
Ket:

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Menikah

: Klien : Tinggal serumah

 Riwayat Imunisasi

Catatan pemberian imunisasi pada An.F

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Keterangan


1 Hepatitis B Waktu lahir Diberikan
2 BCG Waktu lahir Diberikan
3 DPT-HB 2 bulan Diberikan
4 Polio Diberikan pada Diberikan

saat umur 2 bulan

sampai 4 bulan
5 Campak Umur 9 bulan Diberikan
 Riwayat Tumbuh Kembang

a) Pertumbuhan Fisik

BB :29,7 kg

TB : 148 Cm

30
Waktu tumbug gigi : keluarga Klien mengatakan usia ±8 bulan

gigi seri An.F mulai tumbuh pada usia >

1 tahun gigi An. F mulai bertumbuh.

b) Perkembangan Tiap Tahap

Usia anak saat

1) Berguling : keluarga mengatakan lupa

2) Duduk : keluarga mengatakan Lupa

3) Merangkap : keluarga mengatakan pada usia ± 7 bulan

4) Berdiri : keluarga mengatakan pada usia ± 9 bulan

5) Berjalan : keluarga mengatakan pada usia ± 1 tahun

6) Bicara : keluarga mengatakan pada usia ± 1 tahun

 Riwayat Nutrisi

a. Pemberian ASI

Pertama kali disusui : bayi sejak lahir

Cara pemberian : setiap kali menangis

Lama pemberian : sampai bayi sudah tidak mau

ASI diberikan : keluarga mengatakan lupa

b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini

No Usia Jenis Nutrisi


1 0 – 6 bulan ASI
2 7 – 12 bulan ASI + bubur (untuk

bayi )
3 12 bulan – sampai saat ini Nasi + lauk pauk

e. Riwayat Psikososial dan Spritual

 Support Sistem

31
Keluarga mengatakan selalu mendukung dan memberikan motivasi

untuk kesembuhan klien terhadap sakit yang dideritanya saat ini.

 Komunikasi

Komunikasi klien dengan keluarga berjalan dengan baik.

 Sistem Nilai dan Kepercayaan

Keluarga mengatakan klien menganut agama islam sama dengan

kedua orang tuanya.

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari Sebelum dan Sesudah Sakit

a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatan dengan baik.

Karena kesehatan adalah hal yang penting dalam hidup, jika ada

keluarga lain yang sakit maka akan lansung dibawa ke rumah sakit,

Puskesmas atau klinik terdekat lainya. Keluarga klien mengatakan

tidak tau tentang penyakit yang di derita klien saat ini.Dan klien

mengatakan ingin cepat pulang supaya bisa berkumpul dan bermain

lagi dengan teman-temannya.

Pola Aktivitas Sebelum MRS Setelah MRS


b. Pola Nutrisi

a. Asupan Oral Parenteral

b. Frekuensi makan 3 x/hari Puasa

c. Nafsu makan Baik Klien terpasang NGT

dan puasa

d. Makanan Snack Tidak ada

32
tambahan

e. Makanan alergi Tidak ada Tidak ada

f. Asupan cairan Oral Puasa

g. Jenis Air putih Puasa

h. Frekuensi Sering Puasa

i. Volume ± 1500cc/hari -
c. Pola Eliminasi

BAK

a. Frekuensi ±4 x/ hari ± 3x/hari

b. Jumlah Output ± 700 cc/hari ± 500 cc/hari

c. Warna Kuning jernih Kuning jernih

d. Bau Khas Khas

e. Keluhan Tidak ada Tidak ada

BAB

a. Frekuensi 1-2 x/hari Belum pernah

b. Warna Coklat

c. Bau Khas

d. Konsistensi Lunak

e. Keluahan Tidak ada

f. Penggunaan obat Tidak ada

pencahayar
d. Pola Personal Hygiene

a. Mandi 2-3 x/hari Belum pernah

b. Cuci Rambut 2-3 x/hari Belum pernah

c. Gosok gigi 2-3 x/hari Belum pernah dan

33
tampak kotor

d. Keluhan - Klien mengatakan


tidak mampu untuk
membasuh tubuhnya
- Klien berkeringat
- Kulit kering dan kotor
- Gigi tampak kuning
e. Pola aktivitas dan

latihan

a. Kagiatan dalam Bermain dengan -

waktu luang teman sebayanya

b. Keluhan saat Tidak ada Nyeri di perut

beraktivitas
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4

diri
Makan dan minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Berpindah 

Keterangan : 0 :mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain,

3 : dibantu orang lain danalat bantu 4 : tergantung total


f. Pola Istirahat dan Tidur

a. Lama tidur 8-10 jam/hari 6-8 jam/hari

b. Waktu

34
Siang Tidakpernah 1 jam/hari

Malam 8-10 jam/hari 6-8 jam / hari

c. Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada

tidur

d. Perasaan saat Segar Lesu karena nyeri

bangun abdomen
g. Pola Kognitif dan

Pesepsi

a. Mengambarkan

penginderaan

khusus:

- Pengelihatan Baik Baik

- Pendengaran Baik Baik

- Rasa Baik Baik

- Bau Baik Baik

- Sentuh Baik Baik

b. Penggunaanalat

bantu

- Kacamata - -

- Alat bantu - -

dengar

c. Tingkat Kesadaran Compos mentis Compos mentis

d. Persepsi

manajemen nyeri Nyeri dirasakan apabila

- Paliatif melakukan aktivitas

35
- Quality karena post op. Nyeri

- Region dirasakan seperti

- Severity ditusuk-tusuk di bagian

- Time perut. Nyeri berada di

skala 4 (0-10) dan nyeri

dirasakan terus

menerus
h. Persepsi diri dan

Harga Diri

a. Gambaran diri/citra Tidak ada Klien tidak mengalami

tubuh masalah masalah pada citra

tubuh

b. Ideal diri Tidak ada Klien hanya mengeluh

masalah nyeri pada luka post op

c. Harga diri Tidak ada Klien tidak mengalami

masalah masalah pada harga diri

rendah

d. Peran diri Tidak ada Tidak ada masalah

masalah

e. Identitas diri Tidak ada Tidak ada masalah

masalah Tidak ada masalah

i. Peran dan hubungan

Keluarga mengatakan hubungan klien dengan keluarga berjalan

dengan baik.Pola interaksi klien dengan perawat sangat

36
kooperatif.Pengambilan keputusan dalam keluarga diambil dari kepala

keluarga yaitu ayah klien.

j. Nilai dan kepercayaan

Keluarga klien mengatakan klien beragama islam.

g. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran (GCS) : Compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 92 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : 36,7o C

Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala

Bentuk : Mesofal

Lesi : Tidak Ada

Hematoma : Tidak Ada

Benjolan : Tidak Ada

2. Rambut

Warna : Hitam

Kebersihan : Bersih

Distribusi : Tebal

Kerontokan : Tidak Ada

3. Mata

Konjungtiva : Anemis

Sclera : Tidak ikerik

37
Kesimetrisan : Simetris

Pupil : Isokor

Penggunaan alat bantu : Tidak Ada

4. Hidung

Kesimetrisan : Simetris, terpasang ngt

Kebersihan : Bersih

Sekresicairan : Tidak Ada

Penggunaan selang oksigen : Tidak Ada

Nyeri tekan : Tidak Ada

Penciuman : Baik

Polip : Tidak Ada

Cuping hidung : Tidak Ada

5. Telinga

Kesimetrisan : Simetris

Kebersihan : Bersih

Serumen : Tidak Ada

Pendengaran : Baik

Pengguaan alat bantu : Tidak Ada

6. Mulut

Kesimentrisan : Simetris

Kelembaban : membran mukosa pucat

Stomatitis : Tidak Ada

Keutuhan gigi : Utuh

Karies : Tidak Ada

38
Kebersihan lidah : Bersih

Pegecapan : Baik

7. Leher

Pembengkakan : Tidak Ada

Benjolan : Tidak Ada

JVP : Tidak Ada

Nyeri saat menelan : Tidak Ada

8. Dada

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Vocal premitus (+)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler

9. Jantung

Inspeksi : Tidak ada ictus cordis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Redup

Auskultasi : Normal Lup Dup

10. Abdomen

Inspeksi : adanya luka post op pada bagian

abdomen vertical memanjang searah umbilicus dan tertutup verban

dengan ukuran ± 12x 4 cm.

Palpasi : adanya nyeri tekan

Perkusi : timpani

39
Auskultasi : bising usus 8x /menit

11. Genitalia

Tidak menggunakan selang kateter

12. Ektermitas

Atas Bawah

- Warna kulit tidak ikterik - Warna kulit tidak ikterik

- Simetris - Simetris

- Tidak ada nyeri - Tidak ada nyeri

- Edema tidak ada - Edema tidak ada

- Akral hangat - Akral hangat

- Turgor kulit baik - Turgor kulit baik

- Penggunaan alat bantu tidak - Penggunaan alat bantu

ada tidak ada

- Tangan kanan terpasang

infus
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan labotarorium

Pemeriksan Hasil Satuan Nilai Rujukan Analisa


HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,3 gr % L : 12,5 – 17,3 Turun

P : 11,8 – 15,4
PCV 30 % 29,2 – 51,7 Normal
Eritrosit 3,95 Juta/mm3 L : 4,2 – 6,2 Turun

P : 3,8 – 5,5
MCV 75 1L 80 – 96 Turun
MCH 26 Pg 27 – 31 Turun
MCHC 35 gr/dl 32 - 36 Normal
Leukosit 7.290 /mm3 4500 - 10000 Normal
Trombosit 751.000 mm3 150 – 450 Naik
Diff Count (basofil) 0 % 0,1 - 1,0 Turun
Diff Count 0 % 1,0 – 3,0 Turun

40
(eosinofil)
Diff Count (batang) 0 % 2,0 – 6,0 Turun
Diff Count 68 % 50,0 – 70,0 Normal

(segmen)
Diff Count 16 % 20,0 – 40,0 Normal

(limposit)
Diff Count 16 % 2,0 – 8,0 Naik

(monosit)
KIMIA KLINIK
GD sewaktu 166 mg% 70 – 140 Naik
Albumin 3,5 gr/dl 3,8 – 5,1 Turun
ELEKTROLIT
Natrium 130 mEq/L 135 – 145 Turun
Kalium 3,7 mEq/L 3,5 – 5,3 Normal
Clorida 100 mEq/L 100 - 106 Normal

2. Pemberian terapi

a. Futrolite 1.104cc/ 24 jam, 46cc/jam

b. Aminofluid 960cc/ 24 jam 40 cc/ jam

c. Ceftazidime 2 x 1 (untuk mengobati infeksi bakteri di berbagai organ

tubuh)

d. Ketorolac 3 x 20gr (untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri)

e. Ranitidin 2 x 20gr (untuk mengurangi rasa mual)

f. Tramadol 3 x ¾ ampul (untuk meredakan rasa nyeri)

3. Perhitungan BB ideal dan Kebutuhan Kalori

Berat badan ideal :


2n + 8
2. 14+8= 36 kg
Perhitungan Kalori dan Energi untuk TEE (Kebutuhan Harian
Total)
Menggunakan rumus SchofliedREE (Resting Energy Expenditure) dengan
Faktor Stress dengan Tipe Operasi
REE
16,25 BB + 1,372 TB + 515,5
16,25. 29,7 + 1,372. 148 + 515,5= 1201,5
Dikalikan faktor stress tipe operasi (1,05-1,5)

41
1201,5 . 1,05 = 1261,5 kkal

Aminofluid/ 24 jam
46. 24 jam / 1000 mL. 420 kkal = 462,88 kkal
Futrolite 40 cc/ jam
960/ 100 x 220kkal =
211,2 kkal
Kalori masuk 674,08

4. USG Abdomen
a. Hasil USG Abdomen tanggal 30-09-2019
Lesi hipoechoik multiple dengan echo di abdomen atas
Suspek koleksi cairan terlokalisir (perdarahan?)
Susp. Laserasi hepar lobus kanan
Koleksi cairan bebas intra abdomen
Sludge Gallblader
Sluge kt. Kemih
Limfe, pancreas, ginjal tampak normal
Tak tampak pembesaran KGB Aorta

b. Hasil USG abdomen tanggal 12-10-2019


Kesan: Koleksi cairan di abdomen
USG Hepatobilier, galbleder limpa, pamkreas, kedua ginjal dan
kandung kemih dalam batas normal,
Tidak tampak pembesaran KGB Paraaorta.
4. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


DS:- klien mengatakan nyeri Prosedur Nyeri akut
pada perut pembedahan
-klien mengatakan untuk
berhenti, saat lukanya terdapat luka insisi
dibersihkan karena nyeri
DO: Timbul perdarahan dan
P: saat ditekan dan saat luka jaringan terbuka
dibersihkan
Q : tertusuk-tusuk

42
R : abdomen Stimulis serabut saraf pada
S : 4 (0-10) area perlukaan
T : hilang timbul
- Klien tampak lemah Merangsang mediator nyeri
- Klien tampak meringis dan
menangis karena nyeri saat di
Nyeri akut
timbul,
- TTV saat pengkajian klien tidak
merasakan nyeri
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 92 x/m
- RR : 18 x/m

- Suhu : 36,7o C
Trauma abdomen Ketidaks
eimbanga
Kompresi organ abdomen n nutrisi
kurang
dari
kebutuha
n tubuh
Peningkatan TIA

Distensi abdomen

Mual/muntah

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

DS: Klien mengatakan belum Nyeri Defisit perawatan


pernah mandi, hanya dilap saja Diri: mandi

43
saat berkeringat menghambat kemampuan
DO: dalam merawat diri
- Klien mengatakan tidak mampu
untuk membasuh tubuhnya
Defisit perawatan diri:
- Klien berkeringat
mandi
- Kulit kering dan kotor
- Gigi tampak kuning

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan jaringan)

6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri secara

DS: klien mengatakan keperawatan selama 3 x 24 jam, komprehensif termasuk lokasi,

nyeri pada perut Klien nyeri berkurang, dengan karakteristik, durasi, frekuensi,

DO: kriteria hasil: kualitas dan faktor presipitasi

- Klien lemah  Mampu mengontrol  Ajarkan tentang teknik

- Klien meringis dan nyeri (tahu penyebab distraksi ( menonton animasi

menangis karena nyeri nyeri, mampu atau membaca buku

- Skala nyeri 4 (0-10) menggunakan tehnik bergambar)

- TD : 120/80 mmHg nonfarmakologi untuk  Observasi reaksi nonverbal dari

- Nadi : 92 x/m mengurangi nyeri, ketidaknyamanan

44
- RR : 18 x/m mencari bantuan)  Bantu Klien dan keluarga untuk

- Suhu : 36,7o C  Nyeri berkurang dengan mencari dan menemukan

skala 2 (0-10) dukungan

 Mampu mengenali nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat

(skala, intensitas, mempengaruhi nyeri seperti suhu

frekuensi dan tanda ruangan, pencahayaan dan

nyeri) kebisingan

 Menyatakan rasa  Kurangi faktor presipitasi nyeri

nyaman setelah nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


berkurang menentukan intervensi
 Tanda vital dalam  Kolaborasi pemberian analgetik
rentang normal untuk mengurangi nyeri
 Tidak mengalami  Tingkatkan istirahat
gangguan tidur
 Berikan informasi tentang nyeri

seperti penyebab nyeri, berapa

lama nyeri akan berkurang dan

antisipasi ketidaknyamanan dari

prosedur

 Monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgesik

pertama kali

7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Klien / Ruang : An.F / Mawar Nama Kelompok :1


No. RM / Dx Medis : 439421 / Trauma Tumpul
Abdomen

Diagnosa Hari/Tgl/J Implementasi Respon Par


Keperawa am af

45
tan
Nyeri akut 13  Melakukan pengkajian nyeri secara  Klien
Oktober komprehensif termasuk lokasi, mengataka
2019 / karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan n nyeri
pkl.09.00 faktor presipitasi perut
WIB bagian
 Mengajarkan tentang teknik non bawah,
farmakologi: distraksi menonton video terutama
animasi dan membaca buku bergambar) disekitar
luka
operasi

 Keluarga
 Mengobservasi reaksi nonverbal
dariketidaknyamanan terutama ekspresi mengataka
muka n akan
melakukan
 Menganjurkan kepada keluarga untuk teknik non
membatasi jumlah keluarga yang farmakolo
berkunjung / besuk ( agar menciptakan rasa gi:
nyaman / mengurangi kebisingan ) distraksi
menonton
 Memberikan analgetik untuk mengurangi video
nyeri: animasi
Ketorolac 3 x 20gr dan
Tramadol 3 x ¾ ampul membaca
buku
 Monitorvitalsignsebelumdansesudahpemberi bergambar
ananalgesik pertama kali sesuai
dengan
anjuran
yang telah
diberikan

 Klien
nampak
meringis
ketika
bergerak

 Keluarga
mengataka
n sudah
memberita
hukan
keluarga
yang
menjenguk
jangan
terlalu
banyak
dan
dibatasi

46
 Klien
mengataka
n nyeri
berkurang
setelah
diberikan
suntukan

 TD :
110/80 N :
78
S : 36,7`C
R : 20 x/m

8. CATATAN PERKEMBANGAN

Ds. Kep Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf


Nyeri akut Senin, 14 Oktober S : Klien mengeluh nyeri berkurang

berhubungan dengan 2019 O:

agen fisik (kerusakan 06..00 - Skala nyeri 3

jaringan) - Luka masih terasa nyeri

seperti ditusuk-tusuk

- Klien tampak lemah

- Klien masih tampak

meringis

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Senin, 14 Oktober S : Klien mengeluh nyeri berkurang

2019 O:

13.00 - Skala nyeri 3

- Luka masih tersa nyeri

seperti ditusuk-tusuk

- Klien tampak lemah

- Klien masih tampak

meringis

47
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Senin, 14 Oktober S : Klien mengeluh nyeri berkurang

2019 O:

19.00 - Skala nyeri 3

- Luka masih tersa nyeri

seperti ditusuk-tusuk

- Klien tampak lemah

- Klien masih tampak

meringis

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Nyeri akut Selasa, 15 Oktober S : Klien mengatakan nyeri

berhubungan dengan 2019 berkurang

agen fisik (kerusakan 06.00 O:

jaringan) - Skala nyeri 3

- Luka masih terasa nyeri seperti

ditusuk-tusuk

- Klien tampak sedikit bertenaga

- Klien tampak meringis jika

berpindah posisi

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

48
Selasa, 15 Oktober S : Klien mengatakan nyeri

2019 berkurang

13.30 O:

- Skala nyeri 3

- Luka masih terasa nyeri seperti

ditusuk-tusuk

- Klien tampak sedikit bertenaga

- Klien tampak meringis jika

berpindah posisi

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Selasa, 15 Oktober S : Klien mengatakan nyeri

2019 berkurang

19.30 O:

- Skala nyeri 3

- Luka masih terasa nyeri seperti

ditusuk-tusuk

- Klien tampak sedikit bertenaga

- Klien tampak meringis jika

berpindah posisi

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

49
Nyeri akut Rabu, 16 Oktober S : Klien mengatakan nyeri

berhubungan dengan 2019 berkurang

agen fisik (kerusakan 06.30 O:

jaringan) - Skala nyeri 2

- Nyeri terasa kadang-kadang

- Klien tampak bertenaga

- Klien sudah bisa turun dari

tempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 16 Oktober S : Klien mengatakan nyeri

2019 berkurang

14.00 O:

- Skala nyeri 2

- Nyeri terasa kadang-kadang

- Klien tampak bertenaga

- Klien sudah bisa turun dari

tempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 16 Oktober S : Klien mengatakan nyeri

2019 berkurang

20.00 O:

- Skala nyeri 2

- Nyeri terasa kadang-kadang

- Klien tampak bertenaga

- Klien sudah bisa turun dari

tempat tidur

A : Masalah belum teratasi

50
P : Lanjutkan intervensi

51
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini menguraikan beberapa perbedaan dan


persamaan yang terjadi, antara tinjuan kasus dengan tinjuan teori dalam
“Asuhan Keperawatan Pada An. FDengan Trauma Tumpul AbdomenDi
Ruang Rawat Inap MawarRsud Kota Bandung”. Selain itu akan membahas
tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi kasus. Pengkajian yang dilakukan pada pasien ini
berjenis kelamin laki- laki. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Indah J.
Umboh, dkk pada tahun 2016, dari hasil penelitian pada 37 pasien didapatkan
bahwa jenis kelamin laki-laki (94,6%) lebih banyak dibandingkan perempuan
(5,4%). Hasil dari pengkajian di dapatkan data subjektif pasien mengatakan
mengeluh nyeri dibagian perut, nyeri dirasakan secara terus menerus seperti
ditusuk-tusuk dan terdapat nyeri tekan.Klien mengatakan nyeri berada di
skala 4 (0-10). Nyeri akan berkurang apabila klien beristirahat dan tidur.
Sedangkan data objektif adalah adanya luka post op pada perut bagian kiri
bawah adanya nyeri tekan, klien tampak meringis.Menurut (Hudak & Gallo,
2001) tanda dan gejala trauma abdomen salah satunya nyeri.Nyeri dapat
terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan jaringan)
International Association for the Study of Pain, IASP (2011)
mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi

52
kerusakan. Diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan data yang telah
diperoleh yaitu pasien mengatakan mengeluh nyeri dibagian perut, nyeri
dirasakan secara terus menerus seperti ditusuk-tusuk dan terdapat nyeri
tekan.Klien mengatakan nyeri berada di skala 4 (0-10). Nyeri akan berkurang
apabila klien beristirahat dan tidur. Sedangkan data objektif adalah adanya
luka post op pada perut bagian kiri bawah adanya nyeri tekan, klien tampak
meringis, dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit, RR 18
x/menit, suhu 36,7o C
C. Intervensi Keperawatan
Penentuan tujuan rencana tindakan didasarkan pada
SMART ,Subjective, Measurable atau dapat diukur, achievable atau dapat
dicapai, Rational sesuai akal sehat, time atau ada kriteria waktu pencapaian.
Setiap diagnosa memiliki perencanaan sesuai managementnya masing-
masing, berdasarkan NANDA, 2012.Untuk Diagnosa nyeri, terapi
nonfarmakologi lebih dikembangkan lagi, seperti teknik relaksasi nafas
dalam,untuk anak mungkin lebih efektif kombinasi menggunakan distraksi
dengan menonton animasi.
Dalam kasus yang kelompok ambil bahwa intervensi keperawatan
mengacu kepada NANDA, NOC dan NIC.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Carpenito,2009).
Dalam implemetasi asuhan keperawatan pada kasus ini terdapat 4 diagnosa
keperawatan yang dalam implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan
tujuan yang telah dibuat dan disusun untuk dapat memudahkan dalam
pengimplementasian kegiatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Manurung (2011) bahwa evaluasi keperawatan adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan perlu untuk dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan. Evaluasi keperawatan juga merupakan tahap akhir dari

53
tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakah masalah –
masalah keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan teratasi atau
tidak.
Berdasarkan hal tersebut bahwa evaluasi keperawatan pada kasus ini
antara lain :
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan jaringan)
Pada diagnosa keperawatan ini sudah melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan sudah maksimal
mungkin dengan tujuan nyeri akut dapat teratasi atau berkurang.
Pada proses keperawatan sebelumnya yaitu pada implementasi
keperawatan bahwa sudah dijabarkan mengenai tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi nyeri. Evaluasi keperawatan diperoleh dari asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut dapat teratasi atau nyeri
akut berkurang yaitu masalah nyeri akut belum teratasi, dimana klien masih
mengeluh nyeri pada area luka dengan skala nyeri 3 (0 – 10), untuk mengatasi
nyeri akut maka perlu untuk melanjutkan intervensi keperawatan diantaranya
kaji skala nyeri pada klien, mengajarkan teknik nafas dalam dan distraksi,
ganti balutan luka dalam 1x/ hari. Dalam hal ini belum sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan bahwa klien dapat mengenali nyeri, tanda – tanda vital
dalam batas normal, melaporkan nyeri berkurang dengan majemen nyeri dan
mampu mengontrol nyeri yang dirasakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arden, Safitri dan
Kurniawan bahwa pemberian perlakuan menonton film carton dapat
menurunkan tingkat nyeri, teknik distraksi dengan menonton film cartoon ini
akan membantu anak melepaskan endorfin yang akan menghambat transmisi
nyeri yang disebabkan oleh post operasi.
Sebelum pemberian animasi bergambar bahwa klien merasakan nyeri
dengan skala 4 dari skala (0 – 10) dan setelah diberikan animasi bergambar,
klien mengatakan skala nyeri 3 dari skala (0-10) sehingga terdapat

54
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 2010).Trauma abdomen adalah
trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi daerah
retroperitoncal, pelvis dan organ peritroneal.Akibat dari trauma abdomen
dapat berupa perforasi ataupun pendarahan.Kematian pada trauma
abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.Trauma abdomen
didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara diafragma
atas panggul bawah (Guilon, 2011).
Dari kasus yang diambil di ruang Mawar, Anak F (14 Tahun)
didapatkan dari hasil pengkajian yang dilakukan secara wawancara,di
dapatkan diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (kerusakan
jaringan). Intervensi yang diberikan sesuai adalah distraksi menonton
animasi dan membaca buku bergambar. Evaluasi yang didapatkan belum
teratasi dikarenakan belum tercapainya kriteria hasil yang ditentukan.

B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebagai tenaga keperawatan
yang professional diharapkan :
1. Mampu menerapkan teori yang ada kedalam implementasi tindakan
dilapangan.
2. Pemanfaatan Instrumen diri pribadi agar lebih meningkatkan
penerapan tekhnik dan pemberian asuhan keperawatan dapat terlaksana
secara optimal. 

55
DAFTAR PUSTAKA

Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma.in: CTof the Acute


Abdomen. London: Springer

Horison’ s. 2010. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji


Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.keperawatan kesehatan
jiwa.Jakarta:EGC

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

Keliat, Budi ana dkk.2011.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media


Aesculapiu

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC

Suddarth & Brunner. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC

Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Tanio, Lalenoh & Laihad. 2017. Profil pasien pasca laparatomy di ICU Prof. Dr.
R. D Kandou Manado periode januari 2015 – Desember 2017

56

Anda mungkin juga menyukai