Anda di halaman 1dari 40

Limit dan kecil tak terhingga

Kalkulus pada umumnya dikembangkan dengan memanipulasi sejumlah kuantitas yang sangat
kecil. Objek ini yang mana dapat diperlakukan sebagai angka, adalah sangat kecil. Setiap
perkalian dengan kecil takterhingga (infinitesimal) tetaplah kecil takterhingga, dengan kata lain
kecil takterhingga tidak memenuhi properti Archimedes. Dari sudut pandang ini, kalkulus adalah
sekumpulan teknik untuk memanipulasi kecil takterhingga.

Pada abad ke-19, konsep kecil takterhingga digantikan oleh konsep limit. Limit menjelaskan
nilai suatu fungsi pada nilai input tertentu dengan hasil dari input terdekat. Dari sudut pandang
ini, kalkulus adalah sekumpulan teknik memanipulasi limit-limit tertentu.

Turunan

Garis singgung pada (x, f(x)). Turunan f'(x) dari sebuah kurva pada sebuah titik adalah
kemiringan dari garis singgung yang menyinggung kurva pada titik tersebut.

Kalkulus diferensial adalah ilmu yang mempelajari definisi, properti, dan aplikasi dari turunan
atau kemiringan dari sebuah grafik.

Konsep turunan secara fundamental lebih maju dan rumit daripada konsep yang ditemukan di
aljabar. Dalam aljabar, seorang murid mempelajari sebuah fungsi dengan input sebuat angka dan
output sebuah angka. Tetapi input dari turunan adalah sebuah fungsi dan outputnya juga adalah
sebuah fungsi.

Untuk memahami turunan, seorang murid harus mempelajari notasi matematika. Dalam notasi
matematika, salah satu simbol yang umumnya dipakai untuk menyatakan turunan dari sebuah
fungsi adalah apostrofi. Maka turunan dari f adalah f'.

Jika input dari sebuah fungsi adalah waktu, maka turunan dari fungsi itu adalah laju perubahan di
mana fungsi tersebut berubah.
Jika fungsi tersebut adalah fungsi linear, maka fungsi tersebut dapat ditulis dengan y=mx+b, di
mana:

Ini memberikan nilai dari kemiringan suatu garis lurus. Jika sebuah fungsi bukanlah garis lurus,
maka perubahan y dibagi terhadap perubahan x bervariasi, dan kita dapat menggunakan kalkulus
untuk menentukan nilai pada titik tertentu. Kemiringan dari suatu fungsi dapat diekspresikan:

di mana koordinat dari titik pertama adalah (x, f(x)) dan h adalah jarak horizontal antara dua titik.

Untuk menentukan kemiringan dari sebuat kurva, kita menggunakan limit:

Sebagai contoh, untuk menemukan gradien dari fungsi f(x) = x2 pada titik (3,9):

Garis singgung sebagai limit dari garis sekan. Turunan dari kurva f'(x) di suatu titik adalah
kemiringan dari garis singgung terhadap kurva di titik tersebut. Kemiringan ini ditentukan
dengan memakai nilai limit dari kemiringan garis sekan.

Sebagai contoh, untuk menemukan gradien dari fungsi f(x) = x2 pada titik (3,9):
Integral

Kalkulus integral adalah ilmu yang mempelajari definisi, properti, dan aplikasi dari dua konsep
yang saling berhubungan, integral taktentu dan integral tertentu. Proses pencarian nilai dari
sebuah integral dinamakan pengintegralan (integration). Dengan kata lain, kalkulus integral
mempelajari dua operator linear yang saling berhubungan.

Integral taktentu adalah antiturunan, yakni kebalikan dari turunan. F adalah integral taktentu
dari f ketika f adalah turunan dari F.

Integral tertentu memasukkan sebuah fungsi dengan outputnya adalah sebuah angka, yang
mana memberika luas antar grafik yang dimasukkan dengan sumbu x.

Contohnya adalah jarak yang ditempuh dengan lama waktu tertentu

Jika kecepatannya adalah konstan, perhitungan bisa dilakukan dengan perkalian, namun jika
kecepatan berubah, maka diperlukan sebuah metode yang lebih canggih. Salah satu metode
tersebut adalah memperkirakan jarak tempuh dengan memecahkan lama waktu menjadi banyak
interval waktu yang singkat, kemudian dikalikan dengan lama waktu tiap interval dengan salah
satu kecepatan di interval tersebut, dan kemudian menambahkan total keseluruhan jarak yang
didapat. Kosep dasarnya adalah, jika interval waktu sangat singkat, maka kecepatan dalam
interval tersebut tidak berubah banyak. Namun, penjumlahan Riemann hanya memberikan nilai
perkiraan. Kita harus mengambil sebuah limit untuk mengdapatkan hasil yang tepat.
Integral dapat dianggap sebagai pencarian luas daerah di bawah kurva f(x), antara dua titik a dan
b.

Jika f(x) pada diagram di samping mewakili kecepatan yang berubah-ubah, jarak yang ditempuh
antara dua waktu a dan b adalah luas daerah S yang diarsir.

Untuk memperkirakan luas, metode intuitif adalah dengan membagi jarak antar a dan b menjadi
beberapa segmen yang sama besar, panjang setiap segmen disimbolkan Δx. Untuk setiap segmel,
kita dapat memilih satu nilai dari fungsi f(x). Nilai tersebut misalkan adalah h. Maka luas daerah
persegi panjangan dengan lebar Δx dan tinggi h memberikan nilai jarak yang ditempuh di
segmen tersebut. Dengan menjumlahkan luas setiap segmen tersebut, maka didapatkan perkiraan
jarak tempuh antara a dan b. Nilai Δx yang lebih kecil akan memberikan perkiraan yang lebih
baik, dan mendapatkan nilai yang tepat ketika kita menngambil limit Δx mendekati nol.

Simbol dari integral adalah , berupa S yang dipanjangkan (singkatan dari "sum"). Integral
tertentu ditulis sebagai

dan dibaca "Integral dari a ke b dari f(x) terhadap x."

Integral tak tentu, atau anti derivatif, ditulis:

Oleh karena turunan dari fungsi y = x2 + C adalah y ' = 2x (di mana C adalah konstanta),

Teorema dasar

Teorema dasar kalkulus menyatakan bahwa turunan dan integral adalah dua operasi yang saling
berlawanan. Lebih tepatnya, teorema ini menghubungkan nilai dari anti derivatif dengan integral
tertentu. Karena lebih mudah menghitung sebuah anti derivatif daripada mengaplikasikan
definisi dari integral, teorema dasar kalkulus memberikan cara yang praktis dalam menghitung
integral tertentu.

Teorema dasar kalkulus menyatakan: Jika sebuah fungsi f adalah kontiniu pada interval [a,b] dan
jika F adalah fungsi yang mana turunannya adalah f pada interval (a,b), maka
Lebih lanjut, untuk setiap x di interval (a,b),

Aplikasi

Kalkulus digunakan di setiap cabang sains fisik, sains komputer, statistik, teknik, ekonomi,
bisnis, kedokteran, dan di bidang-bidang lainnya.

Setiap konsep di mekanika klasik saling berhubungan melalui kalkulus. Massa dari sebuah benda
dengan massa jenis yang tidak diketahui, momen inersia dari suatu objek, dan total energi dari
sebuah objek dapat ditentukan dengan menggunakan kalkulus. Dalam subdisiplin listrik dan
magnetisme, kalkulus dapat digunakan untuk mencari total fluks dari sebuah medan
elektromagnetik . Contoh historik lainnya adalah penggunaan kalkulus di hukum gerak Newton,
diekspresikan dengan laju perubahan yang merujuk pada turunan: Laju perubahan momentum
dari sebuah benda adalah sama dengan resultan gaya yang bekerja bada benda tersebut dengan
arah yang sama. Bahkan rumus umum dari hukum ke-dua Newton: Gaya = Massa × Percepatan,
mengandung diferensial kalkulus karena percepatan bisa diekspresikan sebagai turunan dari
kecepatan. Teori elektromagnetik Maxwell dan teori relativitas Einstein juga diekspresikan
dengan diferensial kalkulus.

Mencari nilai integral

Substitusi

Contoh soal:

Cari nilai dari:

Integrasi parsial

Integral parsial menggunakan rumus sebagai berikut:

Contoh soal:

Cari nilai dari:


Gunakan rumus di atas

Substitusi trigonometri

Bentuk Gunakan

Contoh soal:

Cari nilai dari:


Cari nilai dari: dengan menggunakan substitusi

Masukkan nilai tersebut:

Nilai sin A adalah

Integrasi pecahan parsial

Contoh soal:

Cari nilai dari:

Akan diperoleh dua persamaan yaitu dan


Dengan menyelesaikan kedua persamaan akan diperoleh hasil

Rumus integrasi dasar

Umum

(n ≠ -1)

(a adalah konstanta)

(a > 0, a ≠ 1)

Bilangan natural

Logaritma
Trigonometri

Aturan integrasi dari fungsi-fungsi umum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Integral dari fungsi-fungsi sederhana

Fungsi rasional
Fungsi irrasional

Logaritma

Fungsi eksponensial

Fungsi trigonometri

Artikel utama: Daftar integral dari fungsi trigonometri dan Daftar integral dari fungsi
arc
Fungsi hiperbolik

Fungsi inversi hiperbolik


Mencari nilai integral

Substitusi

Contoh soal:

Cari nilai dari:

Integrasi parsial

Integral parsial menggunakan rumus sebagai berikut:

Contoh soal:

Cari nilai dari:

Gunakan rumus di atas


Substitusi trigonometri

Bentuk Gunakan

Contoh soal:

Cari nilai dari:

Cari nilai dari: dengan menggunakan substitusi


Masukkan nilai tersebut:

Nilai sin A adalah

Integrasi pecahan parsial

Contoh soal:

Cari nilai dari:

Akan diperoleh dua persamaan yaitu dan

Dengan menyelesaikan kedua persamaan akan diperoleh hasil


Rumus integrasi dasar

Umum

(n ≠ -1)

(a adalah konstanta)

(a > 0, a ≠ 1)

Bilangan natural

Logaritma

Trigonometri
y' adalah simbol untuk turunan pertama.
y'' adalah simbol untuk turunan kedua.
y''' adalah simbol untuk turunan ketiga.

simbol lainnya selain dan adalah dan

Persamaan diferential

Persamaan diferensial adalah hubungan antara sekelompok fungsi dengan turunan-turunannya.


Persamaan diferensial biasa adalah sebuah persamaan diferensial yang menghubungkan fungsi
dengan sebuah variabel ke turunannya terhadap variabel itu sendiri. Persamaan diferensial
parsial adalah persamaan diferensial yang menghubungkan fungsi yang memiliki lebih dari satu
variable ke turunan parsialnya. Persamaan diferensial muncul secara alami dalam sains fisik,
model matematika, dan dalam matematika itu sendiri. Sebagai contoh, Hukum kedua Newton
yang menggambarkan hubungan antara percepatan dengan posisi dapat dimulai dengan
persamaan diferensial biasa:

Persamaan kalor di variable satu ruang yang menggambarkan bagaimana kalor dapat berdifusi
melalui satu tongkat yang lurus adalah persamaan diferensial parsial
Di sini u(x, t) adalah temperatur tongkat pada posisi x dan waktu t dan α adalah sebuah tetapan
yang bergantung pada seberapa cepat kalor tersebut berdifusi.

Teorema nilai purata

Teorema nilai purata memberikan hubungan antara nilai dari turunan dengan nilai dari fungsi
asal. Jika f(x) adalah fungsi yang bernilai real dan a dan b adalah bilangan dengan a < b, maka
teorema nilai purata mengatakan bahwa kemiringan antara dua titik (a, f(a)) dan (b, f(b)) adalah
sama dengan kemiringan garis singgung f di titik c di antara a and b. Dengan kata lain:

Dalam prakteknya, teorema nilai purata ini mengontrol sebuah fungsi terhadap turunannya.
Sebagai contoh, misalkan f memiliki turunan yang sama dengan nol di setiap titik, maka fungsi
tersebut haruslah horizontal. Teorema nilai purata membuktikan bahwa hal ini haruslah benar,
bahwa kemiringan antara dua titik di grafik f haruslah sama dengan kemiringan salah satu garis
singgung di f. Semua kemiringan tersebut adalah nol, jadi garis sembarang antara titik yang satu
dengan titik yang lainnya di fungsi tersebut memiliki kemiringan yang bernilai nol. Namun hal
ini juga mengatakan bahwa fungsi tersebut tidak naik maupun turun.

Polinomial Taylor dan deret Taylor

Turunan memberikan pendekatan linear yang paling baik, namun pendekatan ini bisa sangat
berbeda dengan fungsi asalnya. Salah satu cara untuk memperbaiki pendekatan ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kuadratik. Linearisasi dari fungsi bernilai real f(x) pada suatu titik x0
adalah linearisasi polinomial a + b(x - x0), dan sangat mungkin untuk mendapatkan pendekatan
yang lebih baik dengan menggunakan polinomial kuadratik a + b(x - x0) + c(x - x0)². Masih lebih
baik lagi apabila menggunakan polinomial kubik a + b(x - x0) + c(x - x0)² + d(x - x0)³, dan
gagasan ini dapat diperluas sampai polinomial berderajat tinggi. Untuk setiap polinomial ini,
haruslah terdapat pilihan nilai koefisien yang paling tepat untuk a, b, c, dan d yang membuat
pendekatan ini sedekat mungkin.

Untuk a, pilihan nilai yang terbaik selalu bernilai f(x0), dan untuk b selalu bernilai f'(x0). Untuk c,
d, dan koefisien berderajat tinggi lainnya, koefisien-koefisien ini ditentukan dengan turunan
berderajat tinggi dari f. c haruslah f''(x0)/2, dan d haruslah f'''(x0)/3!. Dengan menggunakan
koefisen ini, kita mendapatkan polinomial Taylor dari f. Polinomial taylor berderajat d adalah
polinomial dengan derajat d yang memberikan pendekatan yang paling baik terhadap f, dan
koefisiennya dapat ditentukan dengan perampatan dari rumus di atas. Teorema Taylor
memberikan batasan-batasan yang detail akan seberapa baik pendekatan tersebut. Jika f adalah
polinomial dengan derajat yang lebih kecil atau sama dengan d, maka polinomial Taylor dengan
derajat d sama dengan f.

Batasan dari polinomial Taylor adalah deret tidak terbatas yang disebut sebagai deret Taylor.
Deret Taylor biasanya merupakan pendekatan yang cukup dekat dengan fungsi asalnya. Fungsi-
fungsi yang sama dengan deret Taylor disebut sebagai fungsi analitik. Adalah tidak mungkin
untuk fungsi yang tidak kontinu atau memiliki sudut yang tajam untuk menjadi fungsi analitik.
Namun terdapat pula fungsi mulus yang bukan analitik.

Teorema fungsi implisit

Beberapa bentuk geometri alami, seperti lingkaran, tidak dapat digambar sebagai grafik fungsi.
Jika F(x, y) = x² + y², maka lingkaran adalah himpunan pasangan (x, y) di mana F(x, y) = 0.
Himpunan ini disebut sebagai himpunan nol (zero set) (bukan himpunan kosong) dari F. Ini
tidaklah sama dengan grafik F, yang berupa kerucut. Teorema fungsi implisit mengubah relasi
seperti F(x, y) = 0 menjadi fungsi . Teorema ini menyatakan bahwa jika F adalah secara kontinu
terdiferensialkan, maka di sekitar kebanyakan titik-titik, himpunan nol dari F tampak seperti
grafik fungsi yang digabungkan bersama. Titik di mana hal ini tidak benar ditentukan pada
kondisi turunan F. Lingkaran dapat digabungkan bersama dengan grafik dari dua fungsi
. Di setiap titik lingkungan dari lingkaran kecuali (-1, 0) dan (1, 0),satu dari dua
fungsi ini mempunyai grafik yang mirip dengan lingkaran. (Dua fungsi ini juga bertemu di (-1,
0)dan (1, 0), namun hal ini tidak dipastikan oleh teorema fungsi implisit).

Teorema fungsi implisit berhubungan dekat dengan teorema fungsi invers yang menentukan
kapan sebuah fungsi tampak mirip dengan grafik fungsi terbalikkan yang digabungkan bersama.
Lingkaran

Elemen-elemen suatu lingkaran.

Dalam geometri Euklid, sebuah lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang dalam jarak

Elemen lingkaran
Elemen-elemen yang terdapat pada lingkaran, yaitu sbb:
Elemen lingkaran yang berupa titik, yaitu :
1. Titik pusat (P)
merupakan sebuah titik di dalam lingkaran yang menjadi acuan untuk
menentukan jarak terhadap himpunan titik yang membangun lingkaran sehingga
sama. Jarak antara titik pusat dengan lingkaran harganya konstan dan disebut jari-
jari.

Elemen lingkaran yang berupa garisan, yaitu :


1. Jari-jari (R)
merupakan garis lurus yang menghubungkan titik pusat dengan lingkaran.
2. Tali busur
merupakan garis lurus di dalam lingkaran yang memotong lingkaran pada dua
titik yang berbeda (TB).
3. Busur (B)
merupakan garis lengkung baik terbuka, maupun tertutup yang berimpit dengan
lingkaran.
4. Keliling lingkaran (K)
merupakan busur terpanjang pada lingkaran.
5. Diameter (D)
merupakan tali busur terbesar yang panjangnya adalah dua kali dari jari-jarinya.
Diameter ini membagi lingkaran sama luas.

Elemen lingkaran yang berupa luasan, yaitu :


1. Juring (J)
merupakan daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh busur dan dua buah jari-jari
yang berada pada kedua ujungnya.
2. Tembereng (T)
merupakan daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh sebuah busur dengan tali
busurnya.
3. Cakram (C)
merupakan semua daerah yang berada di dalam lingkaran. Luasnya yaitu jari-jari
kuadrat dikalikan dengan pi. Cakram merupakan juring terbesar.

Persamaan
Suatu lingkaran memiliki persamaan

dengan adalah jari-jari lingkaran dan adalah koordinat pusat lingkaran.

Persamaan parametrik

Lingkaran dapat pula dirumuskan dalam suatu persamaan parameterik, yaitu


yang apabila dibiarkan menjalani t akan dibuat suatu lintasan berbentuk lingkaran dalam ruang x-
y.

Luas lingkaran
Luas lingkaran memiliki rumus

yang dapat diturunkan dengan melakukan integrasi elemen luas suatu lingkaran

dalam koordinat polar, yaitu

Dengan cara yang sama dapat pula dihitung luas setengah lingkaran, seperempat lingkaran, dan
bagian-bagian lingkaran. Juga tidak ketinggalan dapat dihitung luas suatu cincin lingkaran
dengan jari-jari dalam dan jari-jari luar .

Penjumlahan elemen juring

Luas lingkaran dapat dihitung dengan memotong-motongnya sebagai elemen-elemen dari suatu
juring untuk kemudian disusun ulang menjadi sebuah persegi panjang yang luasnya dapat
dengan mudah dihitung. Dalam gambar r berarti sama dengan R yaitu jari-jari lingkaran.

Luas juring

Luas juring suatu lingkaran dapat dihitung apabila luas lingkaran dijadikan fungsi dari R dan θ,
yaitu;
dengan batasan nilai θ adalah antara 0 dan 3π. Saat θ bernilai 2π, juring yang dihitung adalah
juring terluas, atau luas lingkaran.

Luas cincin lingkaran

Suatu cincin lingkaran memiliki luas yang bergantung pada jari-jari dalam dan jari-jari luar
, yaitu

di mana untuk rumus ini kembali menjadi rumus luas lingkaran.

Luas potongan cincin lingkaran

Dengan menggabungkan kedua rumus sebelumnya, dapat diperoleh

yang merupakan luas sebuah cincin tak utuh.

Keliling lingkaran

Keliling lingkaran memiliki rumus:

Panjang busur lingkaran

Panjang busur suatu lingkaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus

yang diturunkan dari rumus untuk menghitung panjang suatu kurva

di mana digunakan
sebagai kurva yang membentuk lingkaran. Tanda mengisyaratkan bahwa terdapat dua buah
kurva, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Keduanya identik (ingat definisi lingkaran), sehingga
sebenarnya hanya perlu dihitung sekali dan hasilnya dikalikan dua.

Pi atau π
Nilai pi adalah suatu besaran yang merupakan sifat khusus dari lingkaran, yaitu perbandingan
dari keliling K dengan diameternya D:
Hubungan fungsi trigonometri

Penjumlahan

Rumus sudut rangkap dua

Rumus sudut rangkap tiga

Rumus setengah sudut


Daftar integral dari fungsi eksponensial

(erf adalah fungsi kesalahan/error function)

dimana

Integral tertentu

(integral Gauss)
(I0 adalah perubahan dari fungsi Bessel jenis pertama)

Sifat-sifat
Dengan menggunakan logaritma natural, fungsi eksponensial yang lebih generik dapat
didefinisikan. Fungsi

yang terdefinisikan untuk a > 0, dan semua bilangan real x, disebut juga fungsi eksponensial
dengan basis a.

Perlu diperhatikan bahwa persamaan tersebut berlaku pula untuk a = e, karena

Fungsi eksponensial dapat "menterjemahkan" antara dua macam operasi, penjumlahan dan
pengkalian. Ini dapat dilihat dari rumus-rumus eksponen sebagai berikut:
Rumus-rumus diatas berlaku untuk semua bilangan real positif a dan b dan semua bilangan real x
dan y. Ekspresi yang mengandung pecahan dan pengakaran pada umumnya dapat
disederhanakan dengan menggunakan notasi eksponensial, karena:

dan, untuk semua a > 0, bilangan real b, dan bilangan bulat n > 1:

Turunan dan persamaan diferensial


Pentingnya fungsi eksponensial dalam matematika dan ilmu-ilmu lainnya adalah karena sifat
turunannya.

Dengan kata lain, fungsi ex jika diturunkan, hasilnya adalah fungsi itu sendiri. Sifat
"ketidakmempanan untuk diturunkan" ini sangat unik, karena hanya fungsi inilah yang
mempunyai sifat seperti ini. Sifat fungsi ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Kemiringan (gradien) grafik fungsi ini pada semua titiknya sama dengan nilai fungsi
pada titik tersebut.
Bertambahnya nilai fungsi pada x sama dengan nilai fungsi pada x
Fungsi ini merupakan solusi dari persamaan diferensial y' = y.

Dalam ilmu-ilmu terapan, banyak persamaan diferensial yang menghasilkan fungsi eksponensial,
antara lain persamaan Schrödinger, persamaan Laplace, dan persamaan untuk gerakan harmonis
sederhana.

Untuk fungsi eksponensial dengan basis-basis lain (yang bukan e):

jadi, semua fungsi eksponensial adalah perkalian turunannya sendiri dengan sebuah konstanta.
Definisi formal
Fungsi eksponensial ex dapat didefinisikan menurut beberapa definisi yang ekivalen, sebagai
deret tak terhingga. Beberapa definisi tersebut antara lain:

atau sebagai limit berikut ini:

Dalam definisi diatas, n! adalah faktorial dari n, dan x dapat berupa bilangan real, bilangan
kompleks, ataupun konsep-konsep matematika lainnya yang kompleks, seperti matriks
bujursangkar.

Nilai numerik

Untuk mendapatkan nilai numerik dari fungsi eksponensial, deret tak terhingga diatas dapat
ditulis menjadi:

Jika x lebih kecil dari 1, maka ekspresi diatas akan menemukan nilai numerik fungsi pada titik
yang dicari dengan cepat.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_eksponensial"


Pengertian Limit
Untuk x mendekati harga tertentu dapat ditentukan nilai pendekatan dari f(x) yang
merupakan limit (nilai Batas) dari f(x) tersebut.

CONTOH :

Untuk x mendekati tak berhingga, maka f(a) = 2/x akhirnya akan mendekati 0.

ditulis : l i m 2=0
x x

Hasil yang harus dihindari

0/0 ; / ; - ; 0, (*) (bentuk tak tentu)

TEOREMA

1. Jika f(x) = c maka l i m f(x) = c


x a
2. Jika l i m f(x) = F dan l i m g(x) = G maka berlaku
x a x a
a. l i m [f(x)  g(x)] = l i m f(x)  l i m g(x) = F ± G
x a x a x a

b. l i m [f(x) • g(x)] = l i m f(x) • l i m g(x) = F • G


x a x a x a

c. l i m k • f(x) = k l i m f(x) = k • F
x a x a

lim f(x)
d. l i m f(x) = x a =F
x a g(x) lim g(x)  G
x a

LANGKAH MENCARI LIMIT SUATU FUNGSI

1. Harga yang didekati disubstitusikan ke fangsi yang dimaksud.


Bila bukan (*) maka itulah nilai limitnya.

2. Bila (*) maka usahakan diuraikan.


Pada fungsi pecahan, faktor yang sama pada pembilang dan penyebut (penyebab
bentuk (*)) dicoret. Pencoretan im boleh dilakukan, karena x hanya mardekati harga
yang diberikan. Kemudian baru harga yang didekati disubstitusikan. Dalam konteks limit
perhatikan hasil pembagian berikut :

0/a = 0 ; a/0 =  ; /a =  ; a/ = 0 ; ± a =konstanta)

Limit Fungsi Trigonometri


KETENTUAN

Untuk x <<< ( x  0 ) maka sin x x


(x <<< kecil sekali ;  setara )

lim sin x = 1 lim tg x = 1


x0 x x0 x

lim x =1 lim x =1
x0 sin x x0 tg x

PERLUASAN

lim sin ax = a/b lim tg ax = a/b


x0 bx x0 bx

lim ax = a/b lim ax = a/b


x0 sin bx x  0 tg bx

lim sin ax = a/b lim tg ax = a/b


x0 sin bx x  0 tg bx

lim sin ax = a/b lim tg ax = a/b


x0 tg bx x0 sin bx

Rumus-rumus trigonometri yang sering digunakan untuk merubah fungsi:

cos x = sin (90° - x)


ctg x = tg (90° - x)
sin ax = 2 sin ½ax cos ½ax
cos ax = 1- 2 sin² ½ax
cos²x = 1 - sin²x

HAL-HAL KHUSUS

l i m axm + bxm-1 + .... =  untuk m > n ;


x  pxn + qxn-1 + ... a/p untuk m =n ;
0 untuk m < n
 untuk a > d ;
l i m ax2 + bx + c - dx2 + ex + f b-e untuk m =n ;
x  2a
- untuk a < d

Bila salah satu suku belum berbentuk tanda akar maka dibentuk dengan cara
mengkuadratkan kemudian menarik tanda akar.

DALIL L'HOSPITAL

Jika fungsi f dan g masing-masing terdifferensir pada titik x= a


dan f(a) = g(a) = 0 atau f(a) = g(a) =  maka

l i m f(x) =lim f(x)


x  g(x) x a g(x)

CONTOH LIMIT FUNGSI ALJABAR

1. l i m x2 - 5x + 6 = (3)2 - 5(3) + 6 = 0
x 3

2. l i m 3x - 2 =  (*) Uraikan
x  2x + 1 

x(3 - 2/x) = 3 - 2/x = 3 - 0 = 3


x(2 - 1/x) 2 + 1/x 2 - 0 2

atau langsung gunakan hal khusus

3. l i m x2 - x - 1 =  (*) Uraikan
x  10x + 9 

x(x - 1 - 1/x) = x - 1 - 1/x =  - 1 - 0 =  =


x(10 - 9/x) 10 + 9/x 10 + 0 10

atau langsung gunakan hal khusus

4. l i m x2 - 3x + 2 = 0 (*) Uraikan
x 2 x2 - 5x + 6 0

(x - 1)(x - 2) = (x - 1) = 2 - 1 = -1
(x - 3)(x - 2) = (x - 3) = 2 - 3

atau langsung gunakan hal khusus  Differensial

5. l i m x3 - 3x2 + 3x - 1 = 0 (*) Uraikan


x 1 x2 - 5x + 6 0

(x - 1)3 = (x - 1)2 = (1 - 1)2 = 0


(x - 1) (x - 5) (x + 5) (1 + 5) 6

atau langsung gunakan hal khusus  Differensial

6. l i m 2 + x - 2x = 0 (*) Hilangkan tanda akar dengan


x 2 x-2 0 mengalikan bentuk sekawan

(x - 1)3 = (x - 1)2 = (1 - 1)2 = 0 = 0


(x - 1) (x - 5) (x + 5) (1 + 5) 6

atau langsung gunakan hal khusus  Differensial


7. l i m (3x - 9x2 + 4x) =  -  (*) Hilangkan tanda akar
x 

l i m (3x - 9x2 + 4x ) =  3x
- 9x2 + 4x  = (*) Hilangkan tanda
x   3x - 9x2 + 4x  akar

l i m (9x2 - (9x2 + 4x) = l i m -4x =


x  3x + (9x2 + 4x) x  3x + 3x [1+(a/9x)]

lim -4 = -4 = -2
x  3 + 3(1 + 0) 6 3

atau langsung gunakan hal khusus

CONTOH LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI

1. l i m sin 2x = 0 (*)
x 0 tg 3x 0

sin 2x = 3x 2 = 1 . 1 . 2 = 2
2x tg 3x 3 3 3

2. l i m 1 - cos 2x = 0
x 0 sin 2x 0

1 - (1 - 2 sin² 2x) = 2 sin² x = sin x = tg x = 0


2 sin x cos x 2 sin x cos cos x

3. l i m 1 - cos x = 0
x 0 3x² 0

2 sin² (½x) = sin (½x) . sin (½x) = 1 . 1 . 1 = 1


3 . 4 . (½x) 6 (½x) (½x) 6 6

atau langsung gunakan hal khusus  Differensial

4. l i m sin x - sin a = 0 (*)


x 0 x-a 0

2 cos ½(x+a) sin ½(x-a) = cos ½(x+a) . sin ½(x-a) =


x-a ½ (x - a )

cos ½(x+a) . 1 = cos ½(a+a) . 1 = cos a

atau langsung gunakan hal khusus  Differensial


Differensial (turunan) fungsi y = f(x) terhadap x didefinisikan sebagai :

dy = l i m f(x + x) - f(x)


dx x  0 x

(Perbandingan perubahan y yang disebabkan karena perubahan x, untuk perubahan x yang


kecil sekali)

Notasi lain : df/dx = f`(x) ; y`

RUMUS - RUMUS

1. FUNGSI ALJABAR 2. FUNGSI TRIGONOMETRI

y = xn  dy/dx = nxn-1 y = sin x  dy/dx = cos x


y = cos x  dy/dx = - sin x
y = sin x  dy/dx = sec²x

Sifat - sifat :

1. y = c (c=konstanta)  dy/dx = 0

2. y = c U(x)  dy /dx = c . U`(x)

3. y = U(x) ± V(x)  dy /dx = U`(x) ± V`(x)

4. Bentuk perkalian
y = U(x) . V(x)  dy/dx = U`(x).V(x) + U(x).V`(x)

5. Bentuk pembagian
y = U(x)  dy = U`(x).V(x) - U(x).V`(x)
V(x) dx (V(x))²

6. Bentuk rantai
y = f(U) dan U = g(x)  dy/dx = dy/du .du/dx

y = (ax + b)n
dy/dx = n(ax+b)n-1(a)

y = sin (ax + b)
dy/dx = (a) cos (ax+b)

y = sinn (ax + b)
dy/dx = n sinn-1(ax+b) [a cos (ax+b)]

Ket : Untuk menyelesaikan persoalan, sifat dan rumus-rumus ini dikombinasikan

Penggunaan

MENENTUKAN KOEFISIEN ARAN GARIS SINGGUNG


(Gradien) di titik (x1y1) pada kurva y = f(x)
m = f`(x1)

f`(x1) berarti nilai turunan f(x) pada titik dengan absis x = x1,

Ket :
Khusus untuk jenis fungsi kuadrat. Jika titik tidak terletak pada grafik, maka gradien garis
singgungnya dimisalkan dengan m yang dicari dengan menggunakan persamaan garis y -
y1 = m (x - x1) disinggungkan dengan persamaan kurva y = f(x) dengan syarat D = 0 (D =
diskriminan dari hasil eliminasi kedua persamaan)

2. MENENTUKAN MONOTON FUNGSI

• Fungsi y = f(x) monoton naik pada suatu interval,


jika pada interval itu berlaku f'(x) > 0

• Fungsi y = f(x) monoton turun pada suatu interval,


jika pada interval itu berlaku f'(x) < 0

3. MENENTUKAN TITIK STASIONER

Fungsi y = f(x)  Syarat stasioner f'(x) = 0

JENIS - JENISNYA

STASIONER :

MAKSIMUM
Syarat : f`(x) = 0  x = x0; f'' (x0) < 0  Titik maksimum (xo, f(xo))

MINIMUM
Syarat : f '(x) = 0  x = x0; f'' (x0) > 0 Titik Minimum (xo, f(xo))

BELOK
Syarat : f '(x) = 0  x = x0; f'' (x0) = 0 Titik belok (xo, f(xo))

Nilai Stasioner adalah nilai fungsi di absis titik stasioner

Keterangan :
1. Untuk menentukan jenis jenis titik stasioner dapat juga dicari dengan melihat
perubahan tanda disekitar titik stasioner.
Langkah :
a. Tentukan absis titik stasioner dengan syarat f '(x) = 0 x = xo
b. Buat garis bilangan f '(x)
c. Tentukan tanda-tanda disekitar titik stasioner dengan mensubstitusi sembarang
titik pada f '(x)
d. Jenis titik stasioner ditentukan oleh perubahan tanda di sekitar
titik stasioner.
ket : f`(x) > 0 grafik naik
f`(x) > 0 grafik turun

2. Nilai maksimum/minimum suatu fungsi dalam interval tertutup didapat dari nilai
stasioner fungsi dalam interval itu atau dari nilai fungsi pada ujung - ujung interval

4. MASALAH FISIKA

Jika S(t) = Jarak (fungsi waktu)


V(t) = Kecepatan (fungsi waktu)
a(t) = Percepatan (fungsi waktu)
t = waktu

maka V = dS/dt dan a = dV/dt

5. MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT

DALIL L'Hospital

Jika fungsi-fungsi f dan g masing-masing terdifferensir pada x = a dan f(a) = g(a) = 0 atau
f(a) = g(a) =  sehingga :

lim f(x) = 0 atau lim f(x) = , maka


xa g(x) 0 xa g(x) 

lim f(x) = lim f`(x) = , maka


xa g(x) xa g`(x) 

INTEGRAL merupakan kebalikan dari differensial (anti differensial).


Jika turunan dari F(x) adalah f(x), maka :

 f(x) dx = F(x) + c  (c = konstanta)

Integral dapat digolongkan atas :

A. Integral tak tentu (Tanpa batas)


B. Integral tertentu (Dengan batas)

Integral Tak Tentu

1. RUMUS

FUNGSI ALJABAR
 xn dx = 1/n+1 xn+1 + c ; n  -1

FUNGSI TRIGONOMETRI
 sin x dx = - cos x + c
cos x dx = sin x + c
sifat-sifat:
a. c f(x) dx = c f(x) dx
b. ( f(x) ± g(x) ) dx = f(x) dx ± g(x) dx
c. jika f(x) dx = F(x) + c
maka f(ax) dx=1/a F(ax) + c
f(ax+b) dx=1/a F(ax+b) + c

Perluasan :
(ax + b)n dx = 1/a 1/(n+1) (ax + b)n+1 + c
sin (ax + b) dx = -1/a cos (ax + b) + c
cos (ax + b) dx = 1/a sin (ax + b) + c

CARA MENGINTEGRIR

a. SUBSTITUSI

I = f(x) dx
substitusi : x = Q(u) ; dx = Q`(u) du
I = f(Q(u)) Q`(u) du
jika ruas kanan telah diintegrir, subtitusi kembali dengan fungsi invers dari x = Q(u)
(ket : Prinsipnya adalah merubah variabel sehingga rumus dapat digunakan)

b. SUBSTITUSI TRIGONOMETRI

1. Bentuk  a2 - x2
misalkan x = a sin  = arc sin x/a
dx = a cos  d

 a2 - x2 dx = a  1 - sin2 (a cos  d)


= a2 cos  d
2

= ½a (1 + cos2) d
2

= ½a2 ( + sin cos) + c

= ½a2 [arc sin x + x a2 - x2 ] + c


a a a

  a2 - x2 dx = ½ a2 arc sin x/a + ½ x  a2 - x2 + c

2. Bentuk a2 + b2x2


Gunakan substitusi : x = a/b tg
dx = a/b sec2 d

3. Bentuk b2x2 - a2
Gunakan substitusi : x = a/b sec
dx = a/b tg sec2
c. PARSIIL

Yaitu mengenai integral dari suatu bentuk yang merupakan hasil perkalian antara suatu
fungsi x dengan turunan dari suatu fungsi x yang lain.

I = f(x) g(x) dx
Misalkan : u = f(x) ; dv = g(x) dx
du = ..... dx ; v = g(x) dx = ..... maka :

u du = u v - v du

Pemisalan dibuat sedemikian sehingga bentukv du jadi lebih mudah


Untuk hal-hal khusus dapat digunakan cara TABULASI

Integral Tertentu

1. Pengertian

Bila suatu fungsi F(x) mempunyai turunan f(x), maka bila f(x) diintegrasikan pada selang
(a, b) menjadi
a a
 c dx = c(x) = F(b) - F(a)
b b

2. Sifat

b b
a.  c dx = c(x) = c(b - c) c = konstanta
a a

b a
b.  f(x) dx = -  f(x) dx c = batas ditukar
a b

a
c.  f(x) dx = 0 c = batas sama
a

b a b
d.  f(x) dx =  f(x) dx +  f(x) dx c = ( a < c < b)
a b c

Menghitung Luas Daerah Gambar

1. Luas daerah yang dibatasi oleh kurva

y = f(x)  0 (grafik di atas sumbu-x) ;


sumbu -x
garis x = a ; garis x = b
b
Luas =  f(x) dx = 0
a

2. Luas daerah yang dibatasi oleh kurva


x = g(y)  0 (grafik di kanan sumbu-y)
sumbu -y ;
garis y = c ; garis y = d
d
Luas =  g(y) dy = 0
c

b
3. Untuk y = f (x) < 0, maka  f(x) dx < 0
a
menyatakan luas daerah yang terletak di bawah sumbu x dibatasi oleh garis x = a ; a = b.
Karena luas selalu positif, maka :

b b
Luas = -  f(x) dx = f(x) dx 
a a

4. Jika y = f (x) pada interval a < x < b grafiknya memotong sumbu-x, maka luasnya
merupakan jumlah dari beberapa integral tertentu.

y = f(x) memotong sumbu x di c ; a < c < b


sumbu-x ;
garis x = a ; garis x = b

c b
Luas =   f(x) dx + f(x) dx
a c

5. Luas daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva

y= f1(x) ; y=f2(x)
garis x = a ; garis x = b

b
Luas =  [f1(x) - f2(x)] dx a

6.Luas daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva

Y = f1(x) Y = f2(x) yang berpotongan pada titik-titik yang berabsis c dan d

d
Luas =  [f1(x) - f2(x)] dx
Y = f1(x) Y = f2(x) yang berpotongan pada
titik-titik yang berabsis c dan d

d
Luas =  [f1(x) - f2(x)] dx c

HAL KHUSUS

1. Untuk luas antara dua kurva (fungsi kuadrat dengan sumbu-x ; fungsi kuadrat dengan
fungsi kuadrat atau fungsi kuadrat dengan fungsi linier dapat digunakan rumus:
Luas = DD atau Luas = ax1 - x2  3
2
6a 6
Ket. :
D = Diskriminan hasil eliminasi kedua persamaan (yang tidak disederhanakan)
a adalah koefisien a² hasil eliminasi kedua persamaan.
x1 dan x2 adalah absis titik potong kedua kurva.

2. Luas antara parabola dengan sumbu-x.

Luas = 2/3 luas persegi panjang terkecil


yang melingkupinya
= 2/3 (b-a)(c)

Menghitung Volume Benda Putar

1. Volume benda putar yang mengelilingi sumbu x

y = f(x) ;
garis x =a ; garis x = b ;
diputar mengelilingi sumbu -x

b
Volume =   (f(x))2 dx
a

2. Volume benda putar mengelilingi sumbu y

x = f(y)
garis y = c ; garis y = d ; diputar
mengelilingi sumbu-y

d
Volume =   (f(x))2 dy
c

3. Daerah antara dua kurva diputar mengelilingi sumbu -x


y = f1(x) ; y = f2(x)
garis x = a ; garis x = b ; diputar mengelilingi
sumbu -x

b
Volume =   {[f1(x)]2 - [f2(x)]2} dx
a

4. Daerah antar dua kurva yang berpotongan pada titik-titik dengan absis a dan b diputar
mengelilingi surnbu x

y = f1(x) ; y=f2(cx)
diputar mengelilingi sumbu-x

b
Volume =   {[f1(x)]2 - [f2(x)]2} dx
a

Menghitung Panjang Busur

1. Panjang busur kurva y = f(x) dari a = a sampai a = b

b
S=   1 + (dy/dx)2 dx
a

2. Panjang busur kurva x = f(y) dari y = c sampai y = d

d
S=   1 + (dx/dy)2 dy
c

Anda mungkin juga menyukai