Anda di halaman 1dari 93

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERENCANAAN DAN PEMASANGAN AIR CONDITIONING

PADA RUANG DOSEN DAN TEKNISI PSD III TEKNIK

MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Disusun oleh :

HARI NOVIANTO YASMIRJA

21050113060008

SEKOLAH VOKASI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN

SEMARANG

2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan benar

Nama : Hari Novianto Yasmirja

Nim : 21050113060008

Tanggal :

Tanda Tangan :

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Proyek Akhir mahasiswa Program Studi Diploma III

Teknik Mesin yang disusun oleh:

Nama : Hari Novianto Yasmirja

Nim : 21050113060008

Judul TA : Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning Pada Ruang

Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro

Semarang.

Disetujui pada tanggal :

Semarang,

Dosen Pembimbing

Drs. Ireng S. A., M.Kes.


NIP: 19604211986031002

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir ini diajukan oleh :

Nama : Hari Novianto Yasmirja

NIM : 21050113060008

Program Studi : Diploma III Teknik Mesin

Judul Tugas Akhir : Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning Pada

Ruang Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin

Universitas Diponegoro Semarang.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahlimadya (Amd) pada
Program Studi Diploma III Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing I : Drs. Ireng S. A., M.Kes ( )


Penguji I : Drs. Ireng S. A., M.Kes ( )
Penguji II : Drs. Sutrisno, MT ( )
Penguji III : Alaya Fadhlu H. M., ST. M.Eng ( )

Semarang,
Ketua PSD III Teknik Mesin

Bambang Setyoko, ST. M.Eng.


NIP: 196809011998021001

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Diponegoro, Saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Hari Novianto Yasmirja


NIM : 21050113060008
Program Studi : PSD III Teknik Mesin
Fakultas : Sekolah Vokasi
Jenis Karya : Proyek Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah yang berjudul : Perencanaan dan
Pemasangan Air Conditioning Pada Ruang Dosen dan Teknisi PSD III
Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang. Berseta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Non-Eksklusif ini, Universitas
Diponegoro berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengolah dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang

Pada tanggal :

Yang Menyatakan,

Hari Novianto Yasmirja


NIM. 21050113060008

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

- “Ingatlah Penciptamu Niscaya Semua Masalah Di Permudah .” (Hari Novianto

Yasmirja)

PERSEMBAHAN

Laporan ini dipersembahkan kepada :

1. Ayahanda Suwarto dan Ibunda Siti Rokayah Serta seluruh keluarga atas segala

kepercayaan, kasih sayang dan motivasi yang luar biasa.

2. Kelompok Tugas Akhir, Kamaludin Ahmad A.Md, Moh. Faiz Akbar A.Md,

A’inurrafiq Ismail A.Md atas segala kerjasamanya dalam mengerjakan Tugas

Akhir ini.

3. Teman-teman seperjuangan PSD III Teknik Mesin 2013

4. Partner kost saya, Al-Fajr Squad yang sangat luar biasa saling mendukung

dalam proses tugas akhir ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perencanaan dan Pemasangan Air

Conditioning Pada Ruang Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin Universitas

Diponegoro Semarang” dengan baik dan lancar.

Laporan Tugas Akhir ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III Teknik Mesin Sekolah

Vokasi Universitas Diponegoro.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, antara

lain :

1. Prof.Dr. Ir.Budiyono, M.Si selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas

Diponegoro Semarang.

2. Bapak Bambang Setyoko, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi

Diploma III Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.

3. Bapak Drs. Ireng S.A., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing kami yang telah

banyak memberikan arahan dan dorongan motivasi kepada kami atas

terselesainya Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Sutomo, M.Si., selaku dosen wali angkatan 2013 kelas B

5. Dosen Tim Penguji Tugas Akhir.

6. Segenap staff pengajar pada Program Studi Diploma III Teknik Mesin

Universitas Diponegoro Semarang yang telah banyak memberi arahan.

vii
7. Ibu, Bapak, dan Adikku yang telah memberikan dukungan moril dan

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini

dengan baik.

8. Teman – teman D3 Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

terutama angkatan 2013, juga kakak dan adik angkatan yang turut

membantu jalannya penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Teman – teman terutama kelompok Tugas Akhir yang telah memberikan

dukungan motivasi kepada saya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas

Akhir ini hingga selesai, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tak luput dari

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi ke depannya. Akhir

kata, penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

pembaca maupun penulis.

Semarang, Agustus 2016

Hari Novianto Yasmirja


21050113060008

viii
ABSTRAK
PERENCANAAN DAN PEMASANGAN AIR CONDITIONING PADA
RUANG DOSEN DAN TEKNISI PSD III TEKNIK MESIN UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG

Air Conditioning merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk


mengkondisikan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban
yang sesuai dengan kondisi udara nyaman berdasarkan peraturan K3. Sehingga
memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan tertentu
didalam ruangan tersebut. Pada tugas akhir ini dilakukan perhitungan beban
pendinginan ruangan. Beban pendinginan direncanakan mengacu pada beberapa
faktor, yaitu faktor kalor sensibel dan faktor kalor laten. Sistem pengkondisian
udara yang direncanakan berupa unit Air Conditioning Split. Untuk mendapatkan
udara dengan kondisi yang diinginkan, maka peralatan yang dipasang harus
mempunyai kapasitas sesuai dengan beban pendinginan yang ada dalam
ruangan. Untuk itu diperlukan survey dan perhitungan untuk menentukan beban
pendinginan. Berdasarkan perhitungan daya dengan desain suhu 24oC dan
Kelembaban (RH) 50% didapatkan beban pendinginan sebesar 10.836,94 Btu/hr.
Sehingga pada ruang dosen dan teknisi dibutuhkan 1 unit Air Conditioning
dengan kapasitas pendinginan 12.000 Btu/hr. Dari hasil pengujian diketahui
beban daya refrigeran yang semakin menurun ketika mendekati suhu dan
kelembaban yang ditentukan.

Kata Kunci = Air Conditioner, Beban Pendingin, Suhu, Kelembaban.

ix
ABSTRACT
PLANNING AND INSTALLATION OF AIR CONDITIONING IN THE
TEACHING AND TECHNICIANS ROOM PSD III MECHANICAL
ENGINEERING DIPONEGORO UNIVERSITY SEMARANG

Air Conditioning is an equipment used to condition the air so as to


achieve the temperature and humidity in accordance with the comfortable air
condition under the rules K3. Working to provide comfort for people doing
certain activities inside the room. In this final project room cooling load
calculation. Cooling loads are planned based on several factors, namely sensible
heat and latent heat factor. The HVAC system is planned in the form of units of
Air Conditioning Split. To get the air to the desired conditions, the equipment
installed must have the capacity in accordance with the cooling load in the room.
It required surveys and calculations to determine the cooling load. Based on
design power calculation 24°C temperature and humidity (RH) 50% obtained the
cooling load of 10.836,94 Btu/hr. So that in the dosen and technicians room use a
unit Air Conditioning with a 12,000 Btu / hr cooling capacity. From the results
test are known power load refrigerant decreases when approaching the specified
temperature and humidity.

Key Word = Air Conditioner, Cooling Load, Temperature, Humidity.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK ...............................................................................................................ix
ABSTRACT ..............................................................................................................x
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii
DAFTAR NOTASI ............................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................................2
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................2
1.4. Tujuan ...................................................................................................2
1.5. Manfaat .................................................................................................3
1.6. Sistematika Penulisan Laporan.............................................................3
BAB II DASAR TEORI ..........................................................................................5
2.1. Pengertian Umum .................................................................................5
2.2. Prinsip Kerja Pendingin Ruangan.........................................................6
2.3. Jenis - Jenis Pendingin Ruangan...........................................................7
2.3.1. AC Split ....................................................................................7
2.3.2. AC Window ..............................................................................8
2.3.3. AC Sentral.................................................................................9
2.3.4. Standing AC............................................................................10
2.4. Komponen Utama Sistem Pendingin..................................................10
2.4.1. Kompresor ..............................................................................10

xi
2.4.2. Kondensor ...............................................................................11
2.4.3. Katup Ekspansi .......................................................................11
2.4.4. Pipa Kapiler ............................................................................12
2.4.5. Evaporator ..............................................................................13
2.5. Thermodinamika Sistem Refrigerasi ..................................................13
2.5.1. Siklus Refrigerasi Carnot .......................................................13
2.5.2. Siklus Kompresi Uap Standar(Teoritis)..................................14
2.5.3. Siklus Kompresi Uap Aktual...................................................16
2.6. Klasifikasi Sistem Refrigerasi.............................................................17
2.6.1. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap...........................................18
2.6.2. Sistem Refrigerasi Absorbsi....................................................18
2.7. Beban Pendinginan ............................................................................ 19
2.7.1. Kondisi Dasar .........................................................................20
2.7.2. Beban Kalor Sensibel Daerah Parimeter (tepi).......................22
2.7.3. Beban Kalor Laten Daerah Parimeter (tepi)............................24
2.7.4. Beban Kalor Sensibel Daerah Interior ....................................25
2.7.5. Beban Kalor Laten Daerah Interior.........................................26
2.7.6. Beban Kalor Sensibel Ruangan Total......................................26
2.7.7. Beban Kalor Laten Ruangan Total..........................................27
2.7.8. Beban Pendinginan Keseluruhan ............................................27
2.8. Proses Psikometri................................................................................27
2.8.1. Proses Psikometri dan Sifat UdaraBasah................................28
BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN
PEMILIHAN UNIT AC ........................................................................................33
3.1. Denah Ruangan...................................................................................33
3.2. Kondisi Rancangan ............................................................................35
3.3. Perhitungan Beban Pendinginan.........................................................36
3.3.1. Kalor Sensibel Daerah Perimeter(Tepi)..................................38
3.3.2. Beban Kalor Laten Daerah Perimeter......................................40
3.3.3. Beban Kalor Sensibel Daerah Interior.....................................41
3.3.4. Beban Kalor Laten Daerah Interior ........................................45
3.3.5. Beban Kalor Sensibel..............................................................45
3.3.6. Beban Kalor Laten ..................................................................46
3.4. Pemilihan Unit AC..............................................................................47
3.5. Proses Psikometrik..............................................................................47
BAB IV PEMASANGAN UNIT AC, PENGUJIAN DANPEMBAHASAN.......49
4.1. Alat dan Bahan....................................................................................49
4.2. Penempatan Unit AC ..........................................................................53
4.3. Cara Pemasangan AC..........................................................................54
4.4. Alat Pengujian ....................................................................................60
4.5. Pengujian ............................................................................................62
4.6. Hasil Pengujian...................................................................................63
4.7. Pembahasan dan Perhitungan HasilPengujian....................................65
4.7.1. Pembahasan Hasil Pengujian ..................................................65
BAB V PENUTUP ................................................................................................69
5.1. Kesimpulan .........................................................................................69
5.2. Saran ...................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 72
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Ruangan.........................................6


Gambar 2.2. Pipa Kapiler (Sunyoto, 2010).........................................................13
Gambar 2.3. Siklus Refrigerasi Carnot ..............................................................14
Gambar 2.4. Diagram Siklus Kompresi Uap Standar (Sunyoto, 2010)...............14
Gambar 2.5. Perbandingan Siklus Aktual dan Siklus Standar (Sunyoto, 2010)..17
Gambar 2.6. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap (Sunyoto, 2010).......................18
Gambar 2.7. Sistem Refrigerasi Absorbsi (Sunyoto, 2010)................................19
Gambar 2.8. Ukuran Lantai ................................................................................20
Gambar 2.9. Tinggi Bangunan ...........................................................................20
Gambar 2.10. Rasio Kelembaban (W.F.Stoecker.at.all.1996) .............................30
Gambar 2.11. Kelembaban Relatif (W.F.Stoecker.at.all.1996) ............................30
Gambar 2.12. Garis Volume Spesifik Konstan (W.F.Stoecker.at.all.1996) .........31
Gambar 2.13. Garis Entalpi Konstan (W.F.Stoecker.at.all.1996) ........................32
Gambar 2.14. Diagram Psikometri .......................................................................32
Gambar 3.1. Denah Ruangan .............................................................................33
Gambar 3.2. Bagian Dinding ............................................................................. 39
Gambar 3.3. Pintu Triplek ..................................................................................41
Gambar 3.4. Diagram Proses Psikometri ...........................................................48
Gambar 4.1. Alat Flaring ...................................................................................50
Gambar 4.2. Alat Bending ..................................................................................51
Gambar 4.3. Alat Cutter .....................................................................................52
Gambar 4.4. Tang Multimeter Digital ................................................................53
Gambar 4.5. Bracket Indoor ...............................................................................55
Gambar 4.6. Unit Indoor ....................................................................................55
Gambar 4.7. Unit Outdoor .................................................................................56
Gambar 4.8. Nepel Pipa Instalasi AC Split.........................................................57
Gambar 4.9. Flaring .......................................................................................... 57
Gambar 4.10. Pipa yang Sudah di Flaring ...........................................................58
Gambar 4.11. Thermo Hygrometer ......................................................................60
Gambar 4.12. Anemometer .................................................................................. 60
Gambar 4.13. Infrared Thermometer ...................................................................61
Gambar 4.14. Tang Multimeter Digital ................................................................61
Gambar 4.15. Pengukuran Temperatur Ruangan .................................................62
Gambar 4.16. Grafik Efisiensi terhadap Waktu....................................................68

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kondisi Udara Dalam Ruangan...........................................................21
Tabel 2.2. Temperatur Udara...............................................................................21
Tabel 3.1. Dimensi Ruangan................................................................................34
Tabel 3.2. Luas Dinding ......................................................................................34
Tabel 3.3. Temperatur Rancangan.......................................................................35
Tabel 3.4. Temperatur Udara Luar.......................................................................37
Tabel 4.1. Hasil Pengujian pada saat AC OFF.....................................................63
Tabel 4.2. Hasil Pengujian pada saat ACON.......................................................64
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Kalor Udara...........................................................66
Tabel 4.4. Beban Daya Listrik pada saatpengujian..............................................66
Tabel 4.5. Hasil Beban Daya Listrik....................................................................67
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Efisiensi.................................................................67

DAFTAR NOTASI

Pengunaan
Simbol Keterangan
Pertama Halaman
t0 Temperatur Udara Luar 22
∆t Perubahan Temperatur 22
τ Waktu Penyinaran Matahari 22
γ Saat Terjadinya Temperature Tertinggi 22
k Transmisi Kalor 22
K Koefisien Kalor 22
∆w Perbandingan Kelembaban 24
Tdb Temperatur Bola Kering 29
Twb Temperatur Bola Basah 29
w Perbandingan Kelembaban 29
RH Kelembaban Relatif 30
V Volume Spesifik 31
H Entalpi 31
Q Kalor 38
P Daya Listrik 67
η Efisiensi 67
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Conditioning merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk

mengkondisikan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan

kelembaban yang sesuai dengan kondisi udara nyaman berdasarkan

peraturan hukum K3. Sehingga memberikan kenyamanan kerja bagi orang

yang melakukan suatu kegiatan tertentu didalam ruangan tersebut.

Pengkondisian suhu udara pada ruangan baik yang berukuran kecil

maupun besar pada umumnya dimaksudkan untuk kenyamanan penghuni

yang ada di dalamanya. Untuk pengkondisian udara didalam ruangan

perkantoran biasanya hanya diperlukan satu unit mesin pengkondisi udara.

Namun pada kenyataannya sering kali keadaan di dalam ruangan belum

dapat memberikan kondisi-kondisi yang diharapkan karena keadaan di

luar ruangan yang berubah ubah yang dapat mempengaruhi keadaan di

dalam ruangan. Seperti kita ketahui Indonesia terletak di daerah tropis

dimana suhu berkisar 27-35°C. Keadaan ini dapat membuat suhu udara

yang diharapkan tidak nyaman sehingga diperlukan suatu alat

pengkondisian udara untuk mencapai suhu dan kelembaban ideal yang

diharapkan sehingga dengan alat ini hal tersebut dapat terpenuhi.

Sehubungan dengan keadaan ruang Dosen dan Teknisi PSD III

Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang yang masih lembab dan

suhu yang masih tinggi, sehingga kurang nyaman untuk bekerja. Maka

18
19

dengan demikian perlu didakan pemasangan pengkondisi udara agar

membuat kenyamanan pada saat bekerja atau melakukan kegiatan diruang

tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, permasalahan yang dihadapi

penyusun adalah berapa beban pendinginan dalam suatu ruang atau

gedung yang nyaman untuk pemilihan mesin pengkondisi udara yang

tepat.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luas dan kompleknya permasalahan pada mesin

pengkondisi udara, maka tugas akhir ini hanya dibatasi pada perhitungan

beban pendingin, pemasangan dan estimasi unit Air Conditioning pada

ruang Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro.

Cara perhitungan harus sesuai dengan metode perhitungan pada referensi

yang ada sehingga permasalahan dapat terarah dan tidak melebar.

1.4 Tujuan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk merancang, memasang

dan menghitung beban pengkondisi udara pada Ruang Dosen dan Teknisi

Program Studi Diploma III Teknik Mesin Universitas Diponegoro

Semarang.

1.5 Manfaat

Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning Pada Ruang Dosen

dan Teknisi agar mengetahui tentang cara perhitungan beban pendingin


20

sehingga mengetahui perubahan beban kalor Air Conditioning di dalam

Ruang Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro.

Selain itu kami dapat mengetahui tentang sistem Air Conditioning yang

sebenarnya, sehingga diharapkan mampu merencanakan kebutuhan sistem

pengkondisi udara hingga dapat menciptakan kondisi udara yang nyaman

bagi orang yang berada didalam ruangan tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam mengerjakan

tugas akhir ini adalah studi pustaka, dimana dibutuhkan beberapa referensi

yang mendukung demi terselesaikannya tugas akhir ini. Adapun

sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan tugas akhir, manfaat tugas akhir dan

sistematika laporan.

BAB II : DASAR TEORI

Bab ini berisi mengenai teori yang mendasari penyusunan laporan

tugas akhir secara umum, khususnya yang berhubungan dengan sistem Air

Conditioning dan tinjauan kepustakaan yang mendukung proses penulisan

Tugas Akhir ini.


21

BAB III : PERENCANAAN, PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN

UNIT AC

Bab ini menguraikan perencanaan, jumlah perhitungan beban

pendinginan yang dibutuhkan dalam proses perencanaan instalasi AC pada

Ruang Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro.

Serta pemilihan unit AC yang sesuai dengan kebutuhan.

BAB IV : PEMASANGAN, PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang langkah-langkah dalam pemasangan

unit Air Conditioning ruangan. Sekaligus pembahasan hasil pengujian Air

Conditioning dalam ruangan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari

keseluruhan proses penyusunan Laporan Tugas Akhir yang merupakan

jawaban dari permasalahan yang diangkat pada penelitian Tugas Akhir ini.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Umum

Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan

modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai

bertujuan untuk memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air

yang dibutuhkan bagi tubuh. Di lingkungan tempat kerja, AC juga

dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan

produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal manusia membutuhkan

lingkungan udara yang nyaman untuk dapat bekerja secara optimal.

Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur,

kelembaban, sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.

Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan,

maka peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai

dengan beban pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut. Untuk itu

diperlukan survey dan menentukan besarnya beban pendinginan. Secara

garis besar beban pendinginan terbagi atas dua kelompok, yaitu beban

pendinginan sensibel dan beban pendinginan laten. Beban pendinginan

sensibel adalah beban panas yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu,

seperti beban panas yang lewat kontruksi bangunan, peralatan elektronik,

lampu, dll. Sedangkan beban pendinginan laten adalah beban yang

dipengaruhi oleh adanya perbedaan kelembaban udara.

5
6

Untuk merencanakan penggunaan Air Conditioning (AC) perubahan

beban terjadi pada peralatan yang menghasilkan kalor seperti: lampu,

komputer. Selain itu faktor manusia dan kecepatan udara yang masuk ke

dalam ruangan juga mempengaruhi perubahan pembebanan, yang nilai

bebannya dapat berubah-ubah baik secara acak maupun teratur.

2.2. Prinsip Kerja Pendingin Ruangan

Gambar 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Ruangan

Kompresor AC yang ada pada sistem pendingin dipergunakan

sebagai alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigerant), jadi refrigerant

yang masuk ke dalam kompresor AC dialirkan ke kondensor yang

kemudian dimampatkan di kondensor. Di bagian kondensor ini

refrigerant yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigeran fase uap

menjadi refrigeran fase cair, maka refrigerant mengeluarkan kalor yaitu

kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigeran. Adapun besarnya


7

kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah jumlah dari energi

kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaporator

dari substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor tekanan refrigerant

yang berada dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan tekanan refrigeran yang berada pada pipa-pipa

evaporator.

Prinsip pendinginan udara pada AC melibatkan siklus refrigerasi,

yakni udara didinginkan oleh refrigerant / pendingin (freon), lalu freon

ditekan menggunakan kompresor sampai tekanan tertentu dan suhunya

naik, kemudian didinginkan oleh udara lingkungan sehingga mencair.

Proses tersebut diatas berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu

siklus yang disebut siklus pendinginan pada udara yang berfungsi

mengambil kalor dari udara dan membebaskan kalor ini ke luar ruangan.

2.3. Jenis – Jenis Pendingin Ruangan

Berdasarkan jenisnya ada 4 jenis AC yang sering dipergunakan

pada rumah tangga yaitu AC Split, AC Window, AC Sentral dan Standing

AC.

2.3.1. AC Split

Pada AC jenis split komponen AC dibagi menjadi dua unit yaitu

unit indoor yang terdiri dari filter udara, evaporator dan blower,

ekspansion valve dan control unit, serta unit outdoor yang terdiri

dari kompresor, kondenser, dan kipas kondenser. Selanjutnya antara

unit indoor dengan unit outdoor dihubungkan dengan 2 buah saluran


8

refrigerant, satu buah untuk menghubungkan evaporator dengan

kompresor dan satu buah untuk menghubungkan kompresor dan

condenser dengan ekspansion valve serta kabel power untuk memasok

arus listrik pada kompresor dan kipas kondenser. AC Split cocok

untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan, seperti ruang tidur,

ruang kerja atau perpustakaan.

Kelebihan AC Split :
1. Bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara

luar

2. Suara di dalam ruangan tidak berisik.

Kekurangan AC Split :
1. Pemasangan pertama maupun pembongkaran apabila akan

dipindahkan membutuhkan tenaga yang terlatih.

2. Pemeliharaan atau perawatan membutuhkan peralatan khusus dan

tenaga yang terlatih.

3. Harganya lebih mahal.

2.3.2. AC Window

Pada AC jenis window, semua komponen AC terpasang pada

satu base plate, kemudian base plate beserta semua komponen AC

tersebut dimasukkan kedalam kotak plat sehingga menjadi satu

unit. Biasanya dipilih karena pertimbangan keterbatasan ruangan,

seperti pada rumah susun.


9

Kelebihan AC window :
1. Pemasangan pertama maupun pembongkaran kembali apabila

akan dipindahkan mudah dilaksanakan.

2. Pemeliharaan / perawatan mudah dilaksanakan.

3. Harga murah.

Kekurangan AC window :
1. Karena semua komponen AC terpasang pada base plate yang

posisinya dekat dengan ruangan yang didinginkan, maka

cederung menimbulkan suara berisik (terutama akibat suara dari

kompresor).

2. Tidak semua ruangan dapat dipasang AC window, karena AC

window harus dipasang dengan cara bagian kondenser

menghadap ketempat terbuka supaya udara panas dapat dibuang ke

alam bebas.

2.3.3. AC Sentral

Pada AC jenis ini udara dari ruangan didinginkan pada cooling

plant di luar ruangan tersebut, kemudian udara yang telah dingin

dialirkan kembali ke dalam ruangan tersebut. Biasanya cocok untuk

dipasang di sebuah gedung bertingkat (berlantai banyak), seperti di

hotel atau mall.

Kelebihan AC sentral :
1. Suara di dalam ruangan tidak berisik sama sekali

2. Estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.


10

Kekurangan AC sentral :
1. Perencanaan, instalasi, operasi dan pemeliharaan membutuhkan

tenaga yang benar – benar terlatih.

2. Apabila terjadi kerusakan pada waktu beroperasi, maka

dampaknya dirasakan pada seluruh ruangan.

3. Pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan pada central

cooling plant.

4. Biaya investasi awal serta biaya operasi dan pemeliharaan tinggi.

2.3.4. Standing AC

Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk kegiatan – kegiatan

situasional karena fungsinya yang mudah dipindahkan, seperti

seminar, pengajian outdoor dsb.

2.4. Komponen Utama Sistem Pendingin

2.4.1. Kompresor

Kompresor atau pompa isap mempunyai fungsi yang vital.

Dengan adanya kompresor, refrigerant bisa mengalir ke seluruh

sistem pendingin. Sistem kerjanya adalah dengan mengubah tekanan,

sehingga terjadi perbedaan tekanan yang memungkinkan refrigeran

mengalir (berpindah) dari sisi bertekanan rendah ke sisi bertekanan

tinggi.
11

Ketika bekerja, refrigerant yang di hisap dari evaporator dengan

suhu dan tekanan rendah dimampatkan sehingga suhu dan tekanannya

naik. Gas yang dimampatkan ini ditekan keluar dari kompresor lalu

dialirkan ke kondensor.

2.4.2. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari

evaporator dan panas yang diperoleh dari kompresor, serta

mengubah wujud gas menjadi cair. Kontruksi dari kondensor

dicirikan oleh adanya sekumpulan pipa (tabung) yang dipasangkan

didalam shell (Pipa Galvanis) yang berbentuk silinder dimana 2

jenis fluida saling bertukar kalor yang mengalir secara terpisah

(udara dan refrigerant). Kondensor ditempatkan di antara kompresor

dan alat pengatur bahan pendingin (pipa kapiler). Posisinya

ditempatkan berhubungan langsung dengan udara luar agar gas di

dalam kondensor juga didinginkan oleh suhu sekitar.

2.4.3. Katup Ekspansi

Komponen utama yang lain untuk mesin refrigerasi adalah katup

ekspansi. Katup ekspansi ini dipergunakan untuk menurunkan tekanan

dan untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekanan

dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat tekanan dan

temperatur rendah, atau mengekspansikan refrigeran cair dari tekanan

kondensasi ke tekanan evaporasi, refrigerant cair diinjeksikan keluar


12

melalui oriffice, refrigerant segera berubah menjadi kabut gas yang

tekanan dan temperaturnya rendah.

Selain itu, katup ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi

yang berfungsi :

1. Mengatur jumlah refrigerant yang mengalir dari pipa cair

menuju evaporator sesuai dengan laju penguapan pada evaporator.

2. Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan

evaporator agar penguapan pada evaporator berlangsung pada

tekanan kerjanya.

2.4.4. Pipa Kapiler

Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini

mempunyai dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan

refrigerant cair dan untuk mengatur aliran refrigerant ke

evaporator. Cairan refrigerant memasuki pipa kapiler tersebut dan

mengalir sehingga tekanannya berkurang akibat dari gesekan dan

percepatan refrigerant. Diameter dan panjang pipa kapiler ditetapkan

berdasarkan kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan jumlah

refrigerant dari mesin refrigerasi yang bersangkutan.

Konstruksi pipa kapiler sangat sederhana, sehingga jarang terjadi

gangguan. Pada waktu kompresor berhenti bekerja, pipa kapiler

menghubungkan bagian tekanan tinggi dengan bagian tekanan rendah,

sehingga menyamakan tekanannya dan memudahkan start

berikutnya. Pipa kapiler ditunjukkan pada Gambar 2.2.


13

Gambar 2.2. Pipa Kapiler (Sunyoto,2010)

2.4.5. Evaporator

Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang

berfungsi sebagai penukar kalor, serta bertugas menguapkan

refrigerant dalam sistem, sebelum dihisap oleh kompresor. Panas

udara sekeliling diserap evaporator yang menyebabkan suhu udara

disekeliling evaporator turun. Suhu udara yang rendah ini dipindahkan

ketempat lain dengan jalan dihembus oleh blower, yang menyebabkan

terjadinya aliran udara.

2.5. Termodinamika Sistem Refrigerasi

2.5.1. Siklus Refrigerasi Carnot

Siklus refrigerasi carnot merupakan kebalikan dari mesin carnot.

Mesin carnot menerima energi kalor dari temperatur tinggi, energi

kemudian diubah menjadi suatu kerja dan sisa energi tersebut

dibuang ke sumber panas pada temperatur rendah. Sedangkan siklus

refrigerasi carnot menerima energi pada temperatur rendah dan

mengeluarkan energi pada temperatur tinggi. Oleh sebab itu pada


14

siklus pendingin diperlukan penambahan kerja dari luar. Dan untuk

Siklus Refigerasi carnot ditunjukan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Siklus Refrigerasi Carnot

2.5.2. Siklus Kompresi Uap Standar (Teoritis)

Siklus kompresi uap standar merupakan siklus teoritis, dimana

pada siklus tersebut mengasumsikan beberapa proses sebagai berikut :

Gambar 2.4. Diagram Siklus Kompresi Uap Standar (Sunyoto,2010)

2.5.2.1. Proses Kompresi


15

Proses kompresi berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Pada siklus

sederhana diasumsikan refrigerant tidak mengalami perubahan

kondisi selama mengalir dijalur hisap. Proses kompresi

diasumsikan isentropik sehingga pada diagram tekanan dan

entalpi berada pada satu garis entropi konstan, dan titik 2

berada pada kondisi super panas. Proses kompresi memerlukan

kerja dari luar dan entalpi uap naik dari h1 ke h2, besarnya

kenaikan ini sama dengan besarnya kerja kompresi yang dilakukan

pada uap refrigerant.

2.5.2.2. Proses Kondensasi

Proses 2-3 merupakan proses kondensasi yang terjadi pada

kondensor, uap panas refrigerant dari kompresor dikondensasikan

kemudian berubah menjadi cair. Pada titik 2, refrigerant kondisi

uap jenuh pada tekanan dan temperatur kondensasi. Proses 2-3

terjadi pada tekanan konstan, dan jumlah panas yang

dipindahkan selama proses ini adalah beda entalpi antara titik 2

dan 3.

2.5.2.3. Proses Ekspansi

Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada proses ini

terjadi proses penurunan tekanan refrigerant dari tekanan

kondensasi (titik 3) menjadi tekanan evaporasi (titik 4). Pada

waktu cairan di ekspansi melalui katup ekspansi atau pipa kapiler

ke evaporator, temperatur refrigerant juga turun dari temperatur


16

kondensat ke temperatur evaporasi. Proses 3-4 merupakan

proses ekspansi adiabatik dimana entalpi fluida tidak berubah

disepanjang proses. Refrigerant pada titik 4 berada pada kondisi

campuran-uap.

2.5.2.4. Proses Evaporasi

Proses 4-1 adalah proses penguapan yang terjadi pada

evaporator dan berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1

seluruh refrigerant berada pada kondisi uap jenuh. Selama proses

4-1 entalpi refrigerant naik akibat penyerapan kalori dari ruang

refrigerasi. Besarnya kalor yang diserap adalah bedaentalpi titik

1 dan titik 4 biasa disebut dengan efek pendinginan.

2.5.3. Siklus Kompresi Uap Aktual

Siklus kompresi uap yang sebenarnya (aktual) berbeda dari siklus

standar (teoritis). Perbedaan ini muncul karena asumsi yang ditetapkan

dalam siklus standar. Pada siklus aktual terjadi pemanasan lanjut uap

refrigerant yang meninggalkan evaporator sebelum masuk ke

kondensor. Pemanasan lanjut ini terjadi akibat tipe peralatan

ekspansi yang di gunakan atau dapat juga karena penyerapan panas

dijalur masuk antara evaporator dan kompresor.

Demikian juga pada refrigerant cair mengalami pendinginan

lanjut sebelum masuk katup ekspansi atau pipa kapiler. Keadaan diatas

adalah peristiwa normal dan melakukan fungsi yang diinginkan untuk


17

menjamin bahwa seluruh refrigerant yang memasuki kompresor atau

alat ekspansi dalam keadaan 100 % uap atau cair.

Perbedaan yang penting antara daur nyata (aktual) dan standar

terletak pada penurunan tekanan dalam kondensor dan evaporator. Daur

standar dianggap tidak mengalami penurunan tekanan pada kondensor

dan evaporator, tetapi pada daur nyata terjadi penurunan tekanan karena

adanya gesekan antara refrigerant dengan dinding pipa.

Akibat dari penurunan tekanan ini, kompresor pada titik 1 dan 2

memerlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan daur standar.

Untuk Silkus aktual dan siklus standar ditunjukan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Perbandingan Siklus Aktual dan Siklus Standar

(Sunyoto,2010)

2.6. Klasifikasi Sistem Refrigerasi

Ditinjau dari prinsip kerjanya sistem refrigerasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

1. Sistem refrigerasi kompresi uap

2. Sistem refrigerasi absorbsi


18

2.6.1. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

Siklus refrigerasi kompresi memafaatkan fluida yang bertekanan

tinggi pada suhu tertentu karena cenderung menjadi lebih dingin jika

dibiarkan mengembang. Jika perubahan tekanan cukup tinggi, maka

gas yang ditekan akan menjadi lebih panas dari pada sumber dingin

di luar (contoh udara di luar) dan gas yang mengembang akan

menjadi lebih dingin dari pada suhu dingin yang dikehendaki.

Dalam kasus ini, fluida digunakan untuk mendinginkan lingkungan

dan membuang panas ke lingkungan yang bersuhu tinggi.

Gambar 2.6. Sistem Refrigerasi Kompresi Uap (Sunyoto,2010)

2.6.2. Sistem Refrigerasi Absorbsi

Dalam siklus refrigerasi absorbsi, dipergunakan penyerap untuk

menyerap refrigerant yang diuapkan di dalam evaporator sehingga

menjadi suatu larutan absorbsi. Kemudian, larutan absorbsi tersebut


19

dimasukan ke dalam sebuah generator untuk memisahkan refrigerant

dari larutan absorbsi tersebut dengan cara memanasi, yang sekaligus

akan menaikan tekanannya sampai mencapai tingkat keadaan mudah

diembunkan.

Gambar 2.7. Sistem Refrigerasi Absorbsi (Sunyoto,2010)

2.7. Beban Pendinginan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada waktu melakuan

perhitungan beban pendinginan dan penentuan perlengkapan sistem tata

udara serta sistem control, antara lain penggunaan atau fungsi ruang,

jenis konstruksi bangunan, pola beban pengkondisian, kondisi dalam

ruangan.

Pada tahap perencanaan, perhitungan beban pendinginan yang tepat

harus dilakukan karena hasil perhitungan beban pendinginan yang tepat

akan menjadi dasar untuk pemilihan jenis dan kapasitas peralatan

pendinginan.
20

Di dalam ruang Dosen dan Teknisi beban pendinginan ada 2 macam,

yaitu beban sensibel dan beban laten. Beban sensibel antara lain beban

kalor melalui dinding, atap, langit-langit, lantai, peralatan listrik

(komputer dan lampu) dan beban infiltrasi ruangan dan kaca. Sedangkan

beban kalor laten antara lain penghuni (orang) dan beban kalor pada

infiltrasi ruangan. Sebelumnya ditentukan dulu kondisi ruangan

perancangan sebelum melakukan perhitungan beban kalor dari ruangan

tersebut.

2.7.1. Kondisi Dasar

2.7.1.1. Luas Lantai

Luas lantai adalah jarak panjang dikalikan lebar ruangan seperti

pada gambar dimana jarak antara garis-garis teras tembok

digunakan dalam perhitungan ini.


Lebar

Gambar 2.8. Ukuran Lantai

2.7.1.2. Volume Ruangan

Volume ruangan adalah luas lantai dikali jarak antara titik tengah

lantai dan titik tengah langit-langit.


21

Gambar 2.9. Tinggi Bangunan

2.7.1.3. Nama Bulan Perancangan

Dalam hal ini harus diberikan bulan terpanas seperti yang terlihat

pada lampiran 1 Data cuaca dibeberapa Negara asia.

2.7.1.4. Kondisi Udara dalam Ruang

Tabel 2.1. Kondisi Udara Dalam Ruangan


Perbandingan
Temperatur Perubahan Temperatur Kelembaban
Kelembaban rata-
bola kering temperatur harian bola basah relative
rata sepanjang hari
Di dalam

ruangan
Di luar

ruangan

Data kondisi udara didalam ruangan tersebut, kelembaban rata-rata

sepanjang hari, dan perbandingan kelembaban rata-rata sepanjang

hari di dalam ruangan untuk rancangan (Wiranto A. & Heizo Saito

“Penyegaran Udara”, halaman 33, Tabel 3.2. Temperatur ruang,

kelembaban dan perbandingan).

2.7.1.5. Temperatur Udara Luar

Tabel 2.2. Temperatur Udara


Waktu, Pukul 11 12 13 14 15
Temperatur
Luar (ºC)
22

Temperatur udara pada suatu saat tertentu dapat diperkirakan dengan

formula :

∆t ∆t
¿=¿ , rancangan− + cos 15 ( τ−γ ) …
2 2

Dimana :

to = Temperatur udara luar sesaat, (OC)

to rancangan = Temperatur udara luar untuk perancangan, (OC)

∆t = Perubahan temperature harian, (OC)

360 °
15 = Perubahan waktu sudut ( )
24 Jam

τ = Waktu penyinaran matahari

γ = Saat terjadinya temperature maksimum (+2)

Untuk τ (waktu penyinaran matahari), pukul 12.00 siang adalah 0,

pagi hari (A.M) adalah negatif (-) dan siang hari (P.M) adalah positif,

dengan besarnya dinyatakan sampai satu angka desimal, misalnya

pukul setengah sepuluh pagi dinyatakan dengan -2.5.

2.7.2. Beban Kalor Sensibel Daerah Parimeter (Tepi)

2.7.2.1. Beban Transmisi Kalor melalui Jendela

Dapat dirumuskan :

Luas jendela (m2) x koefisien transmisi kalor melalui jendela, K

(kcal/ m2jam oC) x t ruangan (oC)...1

1
Ibid, Halaman 30
23

Untuk nilai K dapat dilihat pada lampiran 2 koefisien transmisi

kalor dari jendela. ∆t ruangan adalah beda temperatur luar dan

dalam.

2.7.2.2. Infiltrasi Beban Kalor Sensibel

Dapat dirumuskan :

{(Volume ruangan (m3) x jumlah penggantian ventilasi alamiah,

0,24
Nn) + jml udara luar} x x ∆t ruangan (ºC)…2
Volume Spesofik

Jumlah penggantian udara dalam ventilasi alamiah dapat ditentukan

dengan tabel jumlah penggantian lihat lampiran 3 Jumlah

penggantian. ∆t ruangan adalah beda temperatur luar dan dalam.

2.7.2.3. Beban Transmisi Kalor melalui Dinding

Dapat dirumuskan :

2
Luas dinding (m ) x koefisien transmisi kalor dari dinding, K (kcal/
2 o
m jam. C) x (selisih temperatur ekivalen dari radiasi matahari
o
C ) …3

Koefisien perpindahan kalor dari dinding, dapat ditunjukkan pada

Wiranto A. & Heizo Saito “Penyegaran Udara”, halaman 45, tabel

3.8. koefisien transmisi kalor dan kapasitas kalor dari dinding.

2
Ibid, Halaman 31
3
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
24

2.7.2.4. Beban Kalor Tersimpan dari Ruangan dari Penyegaran Udara

Perhitungan (Beban transmisi radiasi matahari melalui jendela +


Beban transmisi kalor melalui jendela + Infiltrasi beban kalor
sensibel + Beban transmisi kalor melalui dinding dan atap) x
faktor beban kalor tersimpan …4

Faktor beban kalor tersimpan. Dalam perhitungan beban kalor dari

suatu ruangan yang didinginkan, tetapi sebelumnya mengalami

pemanasan oleh matahari, beban kalor sensibel dari ruangan bagian

tepi gedung haruslah ditambah dengan 10% - 20%.

2.7.3. Beban Kalor Laten Daerah Parimeter (Tepi)

Beban kalor laten oleh infiltrasi dapat dirumuskan :

3 597,3 kcal/kg
Vol ruang (m ) x jml ventilasi alamiah, Nn x Volume Spesofik x ∆w

(kg/kg’)…5

Jumlah ventilasi alamiah dapat dilihat pada lampiran 3 Jumlah

penggantian 597,3 kcal/kg merupakan kalor laten penguapan. ∆w

(kg/kg’) Selisih kelembaban di dalam dan di luar ruangan.

4
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
5
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
25

2.7.4. Beban Kalor Sensibel Daerah Interior

2.7.4.1. Beban kalor kalor dari partisi langit-langit dan lantai

Dapat dirumuskan :

Luas kompartemen langit-langit atau lantai (m2) x koefisien


transmisi kalor dari kompartemen langit-langit atau lantai, K

(kcal/ m2jam. oC) x selisih temperature dalam dan luar ruangan,

(oC) …6

2.7.4.2. Beban kalor sensibel karena adanya sumber kalor interior

a. Beban Orang

Dapat dirumuskan :

Jml orang x kalor sensibel manusia (kcal/ jam.orang) x faktor

kelompok …7

Jika tidak diketahui jumlah orang dalam ruangan dapat dilihat pada

Penyegaran Udara, halaman 63, tabel 3.18. Sedangkan kalor

sensibel dari orang dapat dilihat pada Penyegaran Udara, halaman

64, table 3.19 jumlah kalor sensibel, kalor laten dari orang dan

faktor kelompok.

b. Beban Peralatan

Dapat dirumuskan :

Peralatan, Kw x kalor sensibel peralatan, kcal / Kw x faktor


penggunaan peralatan …8

6
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
7
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
8
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
26

2.7.5. Beban Kalor Laten Daerah Interior

Beban Kalor Laten oleh Sumber Penguapan (Orang)

Dapat dirumuskan:

Jumlah orang x kalor laten manusia (kcal/ jam.orang) x faktor

kelompok …9

Kalor laten dari orang dapat dilihat Penyegaran Udara, halaman 64,

tabel 3.19. jumlah kalor sensibel, kalor laten dari orang dan faktor

kelompok.

2.7.6. Beban kalor sensibel ruangan total

2.7.6.1. Beban Kalor Sensibel Ruangan

Dapat dirumuskan :

Total Perhitungan 2.7.2 + total perhitungan 2.7.4 …10

Merupakan jumlah dari total kalor sensible daerah parimeter dan

total kalor sensibel daerah interior.

2.7.6.2. Kenaikan Beban oleh Kebocoran Saluran Udara

Dapat dirumuskan :

Beban kalor sensibel ruangan x faktor kebocoran saluran udara

…11

9
Ibid, Halaman 32
10
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
11
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
27

2.7.7. Beban Kalor Laten Ruangan Total

2.7.7.1. Beban kalor laten ruangan

Dapat dirumuskan :

Total perhitungan 2.7.3 + perhitungan 2.7.5 …12

Merupakan jumlah dari total kalor laten daerah parimeter dan total

kalor laten daerah interior.

2.7.7.2. Kenaikan beban oleh kebocoran saluran udara

Dapat dirumuskan :

Beban kalor laten ruangan x faktor kebocoran salurnan udara …13

Faktor kebocoran saluran udara untuk saluran segi empat kira-kira

0,1 dan 0,2.

2.7.8. Beban Pendinginan Keseluruhan

Dapat dirumuskan :

Jumlah beban kalor sensibel mesin (2.7.6) + Jumlah kalor laten mesin

(2.7.7) …14

2.8. Proses Psikometri

Psikometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan

uap air, yang mempunyai arti penting di dalam bidang teknik pengkondisian

udara karena udara atmosfer tidak kering sekali tetapi merupakan campuran

12
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
13
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
14
Wiranto A. & Heizo Saito, Loc.cit
28

antara udara dan uap air. Pada beberapa proses pengkondisian udara,

kandungan air sengaja disingkirkan dari udara, tetapi pada proses yang lain,

air ditambahkan.

Pada beberapa alat terdapat proses perpindahan kalor dan massa

antara udara dan permukaan bagian yang basah. Sebagai contohnya adalah

beberapa jenis alat pelembab udara (humidifier), penurunan kelembaban

(dehumidifying) dan oli pendingin serta peralatan penyemprot air (water

spray), seperti cooling tower dan kondensor penguapan. Dengan

menggunakan potensial entalpi, yang akan dibahas dalam bab ini, beberapa

hubungan yang mudah untuk menentukan laju perpindahan kalor dapat

dikembangkan. Pertama-tama akan dibahas tentang bahan bagan

psikometrik, pengkajian sifat demi sifat, yang kemudian diikuti dengan

pembahasan tentang proses pengkondisian udara secara umum. Untuk dapat

menghitung jumlah udara yang diperlukan dan temperatur udara pada setiap

sisi dan menggambarkan proses pengkondisian udara secara umum.

Untuk dapat menghitung jumlah udara yang diperlukan dan

temperatur udara pada setiap sisi dan menggambarkan proses pengkondisian

udara pada grafik psikometrik, setelah mengetahui besarnya beban

pendingin.

2.8.1. Diagram Psikometrik dan Sifat Udara Basah

Sifat termal udara basah pada umumnya ditunjukan mengggunakan

diagram psikometrik. Dalam mengggunakan diagram psikometrik

menggunakan beberapa istilah dan simbol yaitu :


29

2.8.1.1. Temperatur bola kering (Tdb)

Temperatur tersebut dapat dibaca pada thermometer dengan sensor

kering dan terbuka, namun penunjukan tidaklah tepat karena

adanya pengaruh radiasi panas, kecuali jika sensornya memperoleh

ventilasi yang cukup baik.

2.8.1.2. Temperatur bola basah (Twb)

Dalam hal ini digunakan thermometer dengan sensor yang dibalut

dengan kain basah untuk menghilangkan pengaruh radiasi panas.

Namun perlu diperhatikan bahwa melalui sensor harus terjadi aliran

udara sekurang-kurangnya 5 m/s.

2.8.1.3. Perbandingan Kelembaban (W)

Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (W), dinyatakan dalam

besaran masa uap air yang terkandung di udara per satuan masa

udara kering yang diukur dalam gram per kilogram dari udara

kering (gr/kg) atau grain/Lb. Pada tekanan barometer tertentu,

kelembaban spesifik merupakan fungsi dari suhu titik embun.

Tetapi karena penurunan tekanan barometer menyebabkan volume

per satuan masa udara naik, maka kenaikan tekanan barometer akan

menyebabkan kelembaban spesifik menjadi turun. Hal ini

dinyatakan dengan persamaan :


30

Pv
W =0,622 …
Pt −Pv

Gambar 2.10. Rasio Kelembaban (W.F.Stoecker.at.all.1996)

2.8.1.4. Kelembaban Relatif (RH)

Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam persen (%), merupakan

perbandingan antara tekanan parsial aktual yang diterima uap air

dalam suatu volume udara tertentu (tekanan uap moist) dengan

tekanan parsial yang diterima uap air pada kondisi saturasi pada

suhu udara saat itu (Psat). Dapat dirumuskan dengan persamaan :

Pv
RH = …
Psat

Gambar 2.11. Kelembaban Relatif (W.F.Stoecker.at.all.1996)

2.8.1.5. Volume Spesifik (v)

Volume spesifik adalah volume udara campur dengan satuan

meterkubik perkilogram udara kering. Dapat juga dikatakan

sebagai meterkubik campuran udara kering, karena volume yang


31

diisi oleh masing-masing substansi sama, hal ini dinyatakan dengan

persamaan :

RaT
v= …
Pa

Gambar 2.12. Garis Volume Spesifik Konstan

(W.F.Stoecker.at.all.1996)

2.8.1.6. Entalpi (h)

Entalpi adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada suatu

temperatur tertentu. Apabila proses dengan tekanan tetap diatas

ditambahkan batasan dengan meniadakan kerja yang dilakukan

terhadap bahan, misalnya pada sebuah kompresor maka jumlah

kalor yang diberikan atau dilepaskan persatuan massa adalah

perubahan entalpi dari bahan itu.


32

Gambar 2.13. Garis Entalpi Konstan (W.F.Stoecker.at.all.1996)

Gambar 2.14. Diagram Psikometri


BAB III

PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN

PEMILIHAN UNIT AC

Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-

data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data yang akan

diterangkan disini antara lain lokasi ruangan yang dirancang, temperatur udara

rancangan, temperatur udara pada bulan terpanas pada lokasi tersebut, dan

dimensi dari ruangan yang akan dirancang.

3.1. Denah Ruangan

Gambar 3.1. Denah Ruangan

Data Ruangan :

1. Panjang : 5,45 m

2. Lebar : 4,63 m

3. Tinggi : 3,20 m

4. Dinding : Batu bata + plester semen

5. Lantai : Keramik

33
34

6. Plafon : Gypsum

7. Pintu : Bahan Triplex, L = 0,92 m , T = 2,08 m

8. Jendela : Kaca biasa, 2 Jendela ukuran 0,64 m x 1,14 m

9. Lampu : 1 buah @42 W

10. Penghuni : 6 orang

11. Laptop : 6 buah @60 W

12. Peralatan lain : Lemari 2, Meja 6, Kursi 6

13. Jenis Bangunan: Ruangan Kantor

Tabel 3.1. Dimensi Ruangan


Panjang Lebar Tinggi Luas Volume
Objek
(m) (m) (m) (m2) (m3)
Ruang Teknisi 5,45 4,63 3,20 25,23 80,75

Tabel 3.2. Luas Dinding


Meter Luas
No. Objek Jumlah Keterangan
Panjang Tinggi (m2)
D. Selatan 5,45 3,20 1 17,44 Pengurangan
Jendela 0,64 1,14 2 1,46 akibat
1
Pintu 0,92 2,08 1 1,91 adanya pintu
Luas Dinding Selatan 14,07 dan jendela
Meter Luas
No. Objek Jumlah Keterangan
Panjang Tinggi (m2)
2 D. Barat 4,63 3,20 1 14,82 -
3 D. Utara 5,45 3,20 1 17,44 -
4 D. Timur 4,63 3,20 1 14,82 -
3.2. Kondisi Rancangan

a. Kondisi Udara Dalam Ruangan Rancangan

Lokasi ruangan yang akan dikondisikan berada di Semarang, Indonesia.

(Wiranto A. & Heizo Saito “Penyegaran Udara” Tabel 3.2, halaman 33)

Temperatur bola kering (Tdb) untuk ruangan biasa adalah 24ºC

Kelembaban relative (RH) rata-rata adalah 50%


35

Perbandingan kelembaban rata-rata adalah 0,0105 kg/kg’.

b. Kondisi Udara Luar Ruangan Rancangan

Kondisi udara rancangan dapat di lihat pada tabel 3.3 (Wiranto A. & Heizo

Saito “Penyegaran Udara”) didapat bahwa bulan terpanas adalah bulan Mei

– September :

Temperatur bola kering (Tdb) rata-rata adalah 32ºC

Perubahan temperatur harian adalah 8ºC

Perbandingan kelembaban rata-rata adalah 0,020 kg/kg’

Volume spesifik udara luar adalah 0,892 m3/kg’

Tabel 3.3. Temperatur Rancangan


Perbandingan
Temperatur Perubahan Temperatur Kelembaban
Kelembaban rata-
bola kering temperatur harian bola basah relative
rata sepanjang hari
Di dalam
24ºC 50% 0,0105 kg/kg’
ruangan
Di luar
32ºC 8ºC 0,020 kg/kg’
ruangan

3.3. Perhitungan Beban Pendinginan

a. Temperatur Udara Luar

Temperatur udara pada suatu saat tertentu dapat diperkirakan dengan

formula:

∆t ∆t
¿=¿ , rancangan− + cos 15 (τ −γ )
2 2

Dimana :

to = Temperatur udara luar sesaat, (OC)


36

to rancangan = Temperatur udara luar untuk perancangan, (OC)

∆t = Perubahan temperature harian, (OC)

360 °
15 = Perubahan waktu sudut ( )
24 Jam

τ = Waktu penyinaran matahari

(Dalam persamaan ini, pukul 12 siang adalah 0, pagi dari (A.M) adalah

negative (-) dan siang hari (P.M) adalah positif (+), dengan besarnya

dinyatakan sampai satu angka desimal, misalnya pukul setengah sepuluh

pagi dinyatakan dengan -2.5)

γ = Saat terjadinya temperature maksimum (+2)

Temperatur udara luar sesaat pada pukul 11.00, 12.00, 13.00, 14.00, dan

15.00

to rancangan = 32ºC dan ∆t = 8ºC. Maka persamaan:

to = 32 – 4 + 4 cos 15 (τ – 2) = 28 + 4 cos 15 (τ – 2)

pada waktu penyinaran matahari secara berturut-turut

τ = -1, τ = 0, τ = 1, τ = 2, dan τ = 3. Sehingga,

Pukul 11, to = 28 + 4 cos 15 (-1 – 2)

= 28 + 4 cos -45

= 28 + 2,8

= 30,8ºC

Pukul 12, to = 28 + 4 cos 15 (0 – 2)

= 28 + 4 cos -30

= 28 + 3,5
37

= 31,5ºC

Pukul 13, to = 28 + 4 cos 15 (1 – 2)

= 28 + 4 cos -15

= 28 + 3,9

= 31,9ºC

Pukul 14, to = 28 + 4 cos 15 (2 – 2)

= 28 + 4 cos 0

= 28 + 4

= 32ºC

Pukul 15, to = 28 + 4 cos 15 (3 – 2)

= 28 + 4 cos 15

= 28 + 3,9

= 31,9ºC

Tabel 3.4 Temperatur Udara Luar


Waktu, Pukul 11 12 13 14 15
31,
Temperatur Udara Luar (ºC) 30,8 31,5 31,9 32
9

3.3.1. Kalor Sensibel Daerah Perimeter (Tepi)

1. Beban Transmisi Kalor Melalui Jendela

2
Luas jendela (m ) x koefisien transmisi kalor melalui jendela, K (kcal/

2 o o
m jam C) x ∆t ruangan ( C)

Jendela bagian selatan :

Luas jendela = 1,46 m2

K transmisi kalor melalui jendela = 5,5 kcal/m2h°C


38

∆t ruangan = 32ºC - 24ºC = 8ºC

Q = 1,46 m2 x 5,5 kcal/m2h°C x 8ºC

Q = 64,20 kcal/h

2. Infiltrasi Beban Kalor Sensibel

{(Volume ruangan (m3) x jumlah penggantian ventilasi alamiah, Nn)

0,24 kcal/kg ° C
+ jml udara luar} x x ∆t ruangan (ºC)
Volume Spesofik

Volume ruangan = 80,75 m3

Jumlah pergantian ventilasi alamiah =1

Jumlah orang = 6 orang

Udara luar masuk = 18 m3/h

Jumlah udara luar = 18 m3/h x 6 = 108 m3/h

∆t ruangan = 8ºC

0,24 kcal/kg ° C
Q = {(80,75 m3 x 1) + 108 m3/h } x x 8ºC
0,892 m 3 /kg

Q = 313,21 kcal/h

3. Beban Kalor Sensible Melalui Dinding

Beban kalor sensible melalui dinding (dengan lapisan plester 3mm

dan bagian utama batu bata).


39

Gambar 3.2. Bagian dinding

Luas dinding (m2) x koefisien transmisi kalor dari (dinding atau

atap), K (kcal/ m2jam. oC) x (selisih temperatur ekivalen dari radiasi

matahari oC ).

Dinding bagian selatan :

Luas dinding = 14,07 m2

KBatu Bata = 1,62 kcal/m2h°C

KAdukan = 2,05 kcal/m2h°C

Rso (udara luar) = 0,05 m2hºC/kcal

Rsi (udara dalam) = 0,125 m2hºC/kcal

Rt = 0,05 m2hºC/kcal + 0,125 m2hºC/kcal

Rt = 0,175 m2hºC/kcal

1
K Rt =
Rt

1
K Rt =
0,175

K Rt =5,71Kcal/m2hºC

Koefisien dinding = 1,62 + 2,05 + 5,71 Kcal/m2hºC

= 9,38 Kcal/m2hºC

∆t ekivalen radiasi matahari = 2,4 ºC


40

Q = 14,07 m2 x 9,38 kcal/m2h ºC x 2,4ºC

Q = 316,68 kcal/h

4. Perhitungan Beban Kalor Tersimpan dari Ruangan Dengan

Penyegaran Udara (Pendinginan) Terputus-Putus

(Beban transmisi kalor melalui jendela + Infiltrasi beban kalor

sensible + Beban kalor sensible melalui dinding) x faktor beban kalor

tersimpan

Q = (64,20 kcal/h + 313,21 kcal/h + 316,68 kcal/h) x 20%

Q = 138,82 kcal/h

Q Total Kalor Sensibel daerah perimeter (tepi)

Q = 64,20 kcal/h + 313,21 kcal/h + 316,68 kcal/h + 138,82 kcal/h

Q total = 832,92 kcal/h

3.3.2. Beban Kalor laten daerah perimeter

1. Beban kalor laten oleh infiltrasi

597,3 kcal/kg
Vol ruang (m3) x jml ventilasi alamiah, Nn x x ∆w
0,892 m3 / kg

(kg/kg’)

597,3 kcal /kg


Q = {80,75 m3 x 1 x x (0,020 – 0,0105) kg/kg’ } : 60
0,892 m3 / kg

Q = 8,56 kcal/h
41

3.3.3. Beban kalor sensible daerah interior

1. Koefisien transmisi dari partisi langit-langit

L. kompartemen m2 x k. kompartemen kcal/m2hºC x ∆t ruangan

Koefisien transmisi pada partisi langit-langit :

Luas langit-langit = 25,23 m2

K langit-langit = 2,86 kcal/m2hºC

∆t ruangan = 8ºC

Q = 25,23 m2 x 2,86 kcal/m2hºC x 8ºC

Q = 577,34 kcal/h

2. Koefisien Transmisi dari Partisi Pintu

L. kompartemen m2 x k. kompartemen kcal/m2hºC x ∆t ruangan

Gambar 3.3. Pintu Triplek

Tebal pintu = 0,5 cm x 2 = 1 cm = 0,01 m

Rso (udara luar) = 0,05 m2hºC/kcal

Rsi (udara dalam) = 0,125 m2hºC/kcal

r = 7,35 m2hºC/kcal

Rpintu = r pintu x tebal pintu

= 7,35 m2hºC/kcal x 0,01 m


42

= 0,0735 m2hºC/kcal

Rt = Rso + Rpintu + Rsi

= 0,05 m2hºC/kcal + 0,0735 m2hºC/kcal + 0,125

m2hºC/kcal

= 0,2485 m2hºC/kcal

1
K=
Rt

1
K=
0,2485

K=4,02kcal/m2hºC

Luas Pintu = 1,91 m2

K Pintu = 4,02 kcal/m2hºC

∆t ruangan = 32ºC - 24ºC = 8ºC

Q = 1,91 m2 x 4,02 kcal/m2hºC x 8ºC

Q = 61,43 kcal/h

3. Koefisien Transmisi Dari Partisi Dinding

L. kompartemen m2 x k. kompartemen kcal/m2hºC x ∆t ruanganºC

a. Dinding Bagian Selatan

Luas dinding = 14,07 m2

K dinding = 1,62 kcal/m2hºC

∆t ruangan = 8ºC

Q = 14,07 m2 x 1,62 kcal/m2hºC x 8ºC

Q = 182,35 kcal/h
43

b. Dinding Bagian Timur

Luas dinding = 14,82 m2

K dinding = 1,62 kcal/m2hºC

∆t ruangan = 2ºC

Q = 14,82 m2 x 1,62 kcal/m2hºC x 2ºC

Q = 48,02 kcal/h

c. Dinding Bagian Barat

Luas dinding = 14,82 m2

K dinding = 1,62 kcal/m2hºC

∆t ruangan = 3ºC

Q = 14,82 m2 x 1,62 kcal/m2hºC x 2ºC

Q = 48,02 kcal/h

d. Dinding Bagian Utara

Luas dinding = 17,44 m2

K dinding = 1,62 kcal/m2hºC

∆t ruangan = 2ºC

Q = 17,44 m2 x 1,62 kcal/m2hºC x 2ºC

Q = 56,51 kcal/h

Q koefisien transmisi dinding = Dinding selatan + Dinding timur +

Dinding barat + Dinding utara

Q = 182,35 kcal/h + 48,02 kcal/h + 48,02 kcal/h + 56,51 kcal/h

Q = 334,89 kcal/h
44

4. Beban Kalor Sensibel Karena Adanya Sumber Kalor Interior

a. Jumlah Orang

Jml orang x kalor sensibel manusia (kcal/ jam.orang) x faktor

kelompok

Q = 6 orang x 50 kcal/h orang x 0,897

Q = 269,10 kcal/h

b. Lampu

Jumlah x Peralatan, kW x kalor sensibel peralatan, kcal / kW x

faktor penggunaan peralatan

Q = 1 x 0,042 kW x 1000 kcal/kW x 1

Q = 42 kcal/h

c. Laptop

Jumlah x Peralatan, kW x kalor sensibel peralatan, kcal / kW x

faktor penggunaan peralatan

Q = 6 x 0,06 kW x 0,860 kcal/kW x 1

Q = 0,31 kcal/h

Q Beban sensibel sumber kalor interior = Orang + Neon + Laptop

Q = 269,10 kcal/h + 42 kcal/h + 0,31 kcal/h

Q = 311,41 kcal/h
45

Beban kalor sensible interior

Q = Koefisien transmisi dari partisi langit-langit + Koefisien

transmisi dari partisi pintu + Koefisien transmisi dari partisi

dinding + Beban kalor sensible karena adanya sumber kalor

interior

Q = 577,34 kcal/h + 61,43 kcal/h + 334,89 kcal/h + 311,41 kcal/h

Q = 1.285,06 kcal/h

3.3.4. Beban Kalor Laten Daerah Interior

Tambahan kalor laten oleh sumber penguapan interior

Jml orang x kalor sensibel manusia (kcal/ jam.orang) x faktor

kelompok

Q = 6 orang x 28 kcal/h orang x 0,897

Q = 150,70 kcal/h

3.3.5. Beban Kalor Sensibel

1. Beban Kalor Sensibel Ruangan Total

Q = Beban kalor sensibel tepi + Beban kalor sensibel interior

Q = 832,92 kcal/h + 1.285,06 kcal/h

Q = 2.117,98 kcal/h

2. Kenaikan Beban Oleh Kebocoran Saluran Udara

Q = beban kalor sensibel ruangan total x faktor kebocoran saluran udara

Q = 2.117,98 kcal/h x 0,2

Q = 423,60 kcal/h
46

Q Beban kalor sensibel = Beban kalor sensibel ruangan total +

Kenaikan beban oleh kebocoran

saluran udara

Qtotal = 2.117,98 kcal/h + 423,60 kcal/h

Qtotal = 2.541,58 kcal/h

3.3.6. Beban kalor laten

1. Beban kalor laten ruangan total

Q = Beban kalor laten daerah tepi + Beban kalor laten daerah interior

Q = 8.56 kcal/h + 150,70 kcal/h

Q = 159,26 kcal/h

2. Kenaikan beban oleh kebocoran saluran

Q = Beban kalor laten ruangan total x factor kebocoran

Q = 159,26 kcal/h x 0,2

Q = 31,85 kcal/h

Q Beban kalor laten = Beban kalor laten ruangan total + kenaikan oleh

kebocoran

Qtotal = 159,26 kcal/h + 31,85 kcal/h

Qtotal = 191,11 kcal/h

Beban pendinginan total = beban kalor sensibel total + beban kalor laten

total

= 2.541,58 kcal/h + 191,11 kcal/h

= 2.732,69 kcal/h
47

= 10.836,94 Btu/h

3.4. Pemilihan Unit AC

Menurut letak dan posisi ruangan Dosen dan Teknisi yang berbatasan

langsung dengan kondisi luar, maka untuk ruangan tersebut sebaiknya

menggunakan jenis AC Split. Karena AC ini cocok untuk ruangan yang

membutuhkan ketenangan serta suara didalam ruangan yang tidak berisik.

Berdasarkan hasil dari perhitungan beban pendinginan pada ruangan

Dosen dan Teknisi dengan desain suhu dalam 24°C, RH = 50% didapat

beban atau panas pendingin total sebesar 2.732,69 kcal/h atau 10.836,94

Btu/h. Sehingga AC yang memenuhi beban pendingin dan dapat dipasang

untuk rancangan ruang Dosen dan Teknisi adalah AC berukuran 1,5 PK

sebanyak 1 buah.

3.5. Proses Psikometrik

Jika besarnya beban pendingin sudah di ketahui, kita dapat menghitung

jumlah udara yang diperlukan dan temperature udara pada setiap sisi dan

menggambarkan proses pengkondisian udara pada grafik psikometrik.


48

Gambar 3.4. Diagram Proses Psikometri


BAB IV

PEMASANGAN UNIT AC, PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam pemasangan AC Ruangan sangat menetukan kualitas kedinginan

dan keawetan AC Ruang, untuk itu bagi anda yang ingin memasang AC Ruangan

dan ingin merawatnya, maka mulailah dari posisi pemasangan, sebab pemasangan

yang kurang baik walaupun anda melakukan perawatan cleaning service secara

teratur tetap saja AC Ruangan anda tidak akan bertahan lama.

4.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam pemasangan AC split antara lain:

a. Satu set Flaring dan Swaging

Dalam sistem refrigerasi proses Flaring dan Swaging adalah proses

pengembangan pipa yang akan disambung atau diinstalasi, baik itu pada

sistem maupun pada pemipaan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Adapun tujuan dari kedua proses ini adalah memudahkan proses dari

penyambungan yang akan kita lakukan.

b. Proses Flaring

Proses Flaring ada dua macam yaitu Single Flare dan Double Flare.

Pada penerapan penggunaan yang umum dipakai adalah single flare

karena proses ini lebih praktis dan mudah untuk diproses.

49
50

Gambar 4.1. Alat Flaring

c. Proses Swaging

Proses Swaging digunakan pada sistem penyambungan las atau

solder fitting.

Alat Flaring digunakan untuk pipa-pipa dari bahan:

1. Tembaga lunak

2. Alumunium

3. Baja lunak atau dinding tipis

4. Baja tahan karat

Kualitas pipa sangat berpengaruh dalam proses pemipaan, pipa-

pipa dengan kualitas rendah, terutama pipa tipis, bila dibending atau

diFlaring atau Swaging hasilnya tidak terlalu baik atau kadang rusak,

sehingga perlu berhati-hati dalam menanganinya, gunakan alat yang

sesuai dan tepat dalam menangani pipa.

d. Pembengkokan (Bending)

Dalam proses pembengkokan (bending process) pada pipa, juga

harus diperhatikan jenis dan ukuran bahan yang akan di proses. Ada

dua cara alat pembengkokan pipa yaitu :


51

a. Pegas Pembengkok (blending spring)

b. Dengan tipe pengukit (lever type bender)

Pegas pembengkok ini mempunyai diameter dalam dimana diameter

ini dapat digunakan. Untuk diameter yang dalam biasanya digunakan

pada pipa-pipa bagian ujung.

Gambar 4.2. Alat Bending

e. Pemotongan (Cutting)

Cutting adalah pengerjaan pemotongan pipa yang biasanya

digunakan dengan menggunakan alat khusus yang disebut Tubing

Cutter atau disebut juga Cutter Pipe. Alat ini mempunyai sebuah mata

pisau atau blade yang berbentuk bulat dan dapat diputar pada porosnya.

Penggunaan alat ini harus dilakukan dengan hati-hati. Pemotongan

pipa dilakukan dengan memutar pisau sedikit demi sedikit dengan

menekan mata pisau tersebut pada pipa (memutar atau mengencangkan

skrup pemutar pada ujung bawah cutter). Jika proses pemotongan

selesai dilakukan, bagian dalam dari pipa tersebut akan mengecil,


52

semakin lunak bahan pipa yang digunakan maka penyempitan diameter

dalam tersebut akan semakin besar. Pipa harus dibersihkan terlebih

dahulu sebelum ditangani lebih lanjut. Proses pemotongan dapat dilihat

pada gambar 3.3.

Gambar 4.3. Alat Cutter

e. Tang Multimeter Digital

Tang multimeter digunakan untuk mengukur tahanan (misalnya 0-

200 Ω), tegangan DC (sebaiknya sampai 1000 V), tegangan AC

(sebaiknya sampai 750 V), arus listrik (sekitar 0-30 A). tang ini bias

digunakan dengan melingkarkan tang pada salah satu kabel yang

bertegangan (line). Alat ini dilengkapi juga dengan kabel penghubung

biasa, sehingga bias digunakan untuk memeriksa sambungan dan juga

memeriksa kumparan motor apakah terjadi kontak dengan badan

kompresor dan sebagainya. Alat ini dapat digunakan untuk memeriksa

tegangan dan arus listrik.


53

Gambar 4.4. Tang Multimeter Digital

4.2 Penempatan Unit AC

Penempatan Air Conditioning harus diperhatikan, tidak asal pasang saja

karena dengan penempatan yang strategis dan benar akan banyak

manfaatnya.

Langkah pemasangan Air Conditioning yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Tempatkan unit Indoor yang memungkinkan penghematan penggunaan

pipa refrigerant dan saluran refrigerant.

2. Supaya memudahkan ketika melakukan perawatan dan perbaikan AC,

setidaknya pemasangan unit Indoor diberi jarak.

3. Penempatan AC yang biasanya terhubung dengan outdoor AC, yakni

tempat pembuangan udara panas dan kotor, biasanya diletakkan

didinding atau tembok luar. Hal ini dikarenakan agar udara panas dan

kotor tersebut tidak masuk kembali kedalam ruangan.


54

4. AC biasanya didistribusikan lebih merata ke segala penjuru ruangan,

udara merata kebawah, atas, samping kiri dan kanan, namun semua itu

bergantung pada selera penghuni.

5. Jangan sampai barang elektronik (komputer atau lainnya) terkena

tetesan air dari selang AC yang menyembur keluar. Selain itu jangan

ada barang yang menghalangi sirkulasi udara, seperti lemari maupun

lainnya.

4.3 Cara Pemasangan AC

Cara pemasangan AC Split dapat dilakukan apabila alat-alat kerja sudah

kita miliki, seperti:

a. Kunci-kunci perkakas, contoh obeng kembang, palu, kunci inggris dan

sebagainya.

b. Flare nut yaitu sebuah alat untuk mengembangkan ujung pipa AC Split.

c. Pemotong pipa, yang berfungsi untuk memasang pipa AC Split.

d. Bor Listrik.

1. Pemasangan Unit Indoor

Pertama kali yang harus dilakukan dalam pemasangan AC Split

adalah melihat posisi dimana AC Split akan dipasang dan kemana jalur

pipa instalasi AC Split harus ditempatkan, diatas plafon, ditanam ditembok

atau melubangi tembok dengan cara mengebornya dengan sebuah bor

listrik.
55

Kita mengukur bracket indoor akan dipasang dengan meteran,

kemudian pasang bracket indoor dengan paku beton atau mengebornya

bila ingin menggunakan fisher. Posisikan bracket indoor dengan waterpas

agar tidak miring kekanan dan kekiri, agar air yang keluar dari indoor unit

dapat lancar keluarnya.

Gambar 4.5. Bracket Indoor

Pasang unit Indoor pada bracket yang telah terpasang dan

posisikan drat nepel keluar dari unit indoor pada lubang bobokan tembok

yang telah dibuat. Unit indoor harus terpasang pada bracket, kemudian

dorong keatas dan tarik kebawah agar unit indoor terkunci dengan bracket.
56

Gambar 4.6. Unit Indoor

2. Pemasangan Unit Outdoor

Pertama kita memasang plat siku-siku sebagai dudukan unit outdoor

dengan cara mengebor tembok sebagai dudukan baut pada unit outdoor.

Pasang siku-siku pada dinding tembok kemudian tempatkan unit outdoor

pada dudukan siku-siku kencangkan baut penguncinya.

Gambar 4.7. Unit Outdoor

3. Penginstalan Unit indoor ke unit outdoor


57

Pemasangan unit indoor ke unit outdoor selesai dilakukan, beralih

ketahap pemasangan instalasi AC Split. Pipa instalasi AC Split ini terbuat

dari tembaga yang lentur dan mudah dibentuk dalam pelaksanaan

pemasangannya. Tapi hati-hati jangan sampai ada instalasi pipa AC Split

yang tertekuk atau penyok, karena dapat menghambat sirkulasi freon yang

dapat menyebabkan AC Split tidak mau dingin atau bekerja dengan

normal.

Buka 2 buah mur nepel yang berada pada pipa di unit indoor

dengan menggunakan 2 buah kunci inggris. Jangan kaget bila ada angina

yang keluar pada saat melepaskan 2 buah nepel tersebut, yang keluar itu

bukan freon tapi hanya angin. Setelah 2 buah nepel pada unit indoor anda

lepaskan, masukkan nepel 3/8” pada pipa instalasi AC Split yang

berukuran 3/8” lalu lihat pada ujung pipa instalasi AC Split apakah pada

diameter pipanya terpotong dengan rata, apabila tidak rata lakukan

pemotongan dengan pemotong pipa.

Gambar 4.8. Nepel Pipa Instalasi AC Split


58

Pipa AC Split harus terpotong dengan rata, kemudian masukkan

pipa instalasi AC Split pada lubang penjepit flarenut yang berukuran sama

dengan pipa AC Split yang akan kita flaring, ketinggian pipa yang keluar

pada ujung bibir flaring kira-kira 0,2 cm.

Gambar 4.9. Flaring

Jika pipa instalasi AC sudah berada tepat pada lubang penjepit

flaring, pasang pemutar flaring dengan mata flaring yang berbentuk

kerucut pada penjepit flaring, lalu putar sampai mengenai pipa instalasi

AC Split agar bias mengembang. Lakukan hal yang sama pada pipa

instalasi AC Split yang berukuran 1/4”.

Gambar 4.10. Pipa yang Sudah di flaring

Pipa instalasi AC split yang sudah mengembang menggunakan

flaring kemudian dipasang nepel. Nepel tersebut dipasang ke drat nepel


59

pipa AC unit outdoor dan unit indoor. Ukuran pipa instalasi AC split 3/8”

ke 3/8” pada drat nepel unit indoor dan ukuran pipa instalasi AC Split 1/4”

ke 1/4" pada drat nepel unit indoor, begitu juga ketika menyambungkan ke

unit outdoor. Kencangkan mur nepel kedua-duanya dengan menggunakan

2 buah kunci inggris agar tidak terjadi ruang kebocoran freon. Jika mur

nepelnya sudah dikencangkan, tutup dengan pembungkus pipa atau

hamaflex, kemudian lilitkan solasi untuk merapatkan pembungkus pipa

agar tidak terjadi kondensasi. Setelah selesai melakukan pemasangan nepel

pipa instalasi AC Split pada drat nepel unit indoor dan unit outdoor, atur

posisi instalasi pipa AC Split agar terlihat rapi.

4. Instalasi Sistem Kelistrikan

Pemasangan kabel power untuk suplly listrik ke bagian unit

outdoor dilakukan dengan membuka tutup unit indoor, kemudian lihat

pada bagian komponen PCB yang terdapat terminal untuk pemasangan

kabel power ke bagian unit outdoor. Masukan kabel untuk power outdoor

unit melalui lubang pipa ac dan pasang kabel pada terminal yg berada

dibagian bawah komponen PCB, kabel warna hitam pada terminal no 1,

kabel warna biru pada terminal no 2, dan kabel warna kuning pada ground,

kencangkan dengan menggunakan obeng kembang.

Jika pemasangan kabel power untuk indoor telah dilakukan, kita

ketahap pemasangan instalasi pipa ac pada outdoor unit. Pada tahap ini

sama dengan apa yg dilakukan pada tahap pemasangan instalasi pipa AC

pada indoor unit. Untuk pemasangan kabel power unit outdoor, buka tutup

power suplly unit outdoor yg berada diatas kran valve. Setelah selesai
60

melakukan pemasangan instalasi pipa AC dan pemasangan kabel power

suplly untuk unit outdoor dengan kabel power suplly yang berada di unit

indoor. AC Split telah siap dioperasikan.

4.4 Alat Pengujian

Pengujian dilakukan dengan menggunakan beberapa peralatan, antara lain:

1. Thermo Hygrometer

Alat ini digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban.

Gambar 4.11. Thermo Hygrometer

2. Anemometer

Alat ini digunakan untuk mengukur laju kecepatan angin.


61

Gambar 4.12. Anemometer

3. Infrared Thermometer

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur permukaan dinding

Gambar 4.13. Infrared Thermometer

4. Tang Volt & Amperemeter

Alat ini digunakan untuk mengukur tegangan dan arus listrik.


62

Gambar 4.14. Tang Multimeter Digital

4.5 Pengujian

Dari hasil perhitungan beban pendinginan ruangan, pemilihan jenis AC

serta pemasangan AC kemudian kita akan melakukan pengujian AC untuk

mengetahui distribusi suhu pada ruangan, agar distribusi suhu dapat

diketahui secara keseluruhan. Pengambilan data diambil dengan cara:

1. Pada saat AC OFF

Temperatur & Kelembaban udara didalam ruangan di titik yang

sudah ditentukan, suhu dinding didalam dan diluar ruangan, suhu &

kelembaban udara luar dan kecepatan udara.

2. Pada saat AC ON

Temperatur & Kelembaban udara didalam ruangan di titik yang

sudah ditentukan dan kecepatan udara.


63

1 2 3

4 5 6

Pintu Kaca AC
Gambar 4.15. Pengukuran Temperatur Ruangan

4.6 Hasil Pengujian

Berikut data hasil pengamatan yang kami dapatkan:

1. Pada saat AC OFF

Data diambil pada : Senin, 25 Juli 2016. Pukul 13:10

Temperatur udara luar : 34,7ºC

RH udara luar : 49%

Kecepatan udara luar : 0 m/s

Tabel 4.1. Hasil Pengujian pada saat AC OFF


Temperatur ºC
Posisi
Bagian Dalam Bagian Luar
Dinding Utara 27,8 30,6
Dinding Timur 28,0 30,6
Dinding Selatan 28,2 31,7
Dinding Barat 27,8 29,5
Kaca 31,8 32,0

No. Temperatur ºC RH %
64

1 29,8 50
2 29,8 50
3 29,8 50
4 29,6 52
5 29,6 52
6 29,6 52

2. Pada AC ON

Penyalaan AC dimulai pada Pukul 13:30 WIB. Dan temperatur AC

diatur 24ºC

Tabel 4.2. Hasil pengujian pada saat AC ON


Menit ke 10
No. Temperatur ºC RH % Kec. Udara m/s
1 26,7 58 0
2 26,8 58 0,4
3 26,7 59 0
4 26,8 59 0
5 26,8 59 1,5
6 26,9 59 0
Menit ke 20
1 25,4 55 0
2 25,4 54 0,5
3 25,6 55 0
4 25,7 56 0
5 26 53 1,6
6 25,8 53 0
Menit ke 30
1 25,1 52 0
2 25,1 52 0,7
3 25,4 51 0
4 25,4 52 0
5 25,4 50 1,7
6 25,1 51 0
Menit ke 40
65

1 25,1 48 0
2 24,7 49 0,6
3 25 49 0
4 25,1 48 0
5 25,1 48 1,8
6 25,1 48 0
Menit ke 50
1 25 50 0
2 24,7 48 0,6
3 25,1 49 0
4 24,9 50 0
5 24,9 48 1,8
6 24,6 47 0
Menit ke 60
1 24,3 47 0
2 24,0 46 0,6
3 24,7 47 0
4 24,5 47 0
5 24,4 45 1,7
6 24,4 46 0

4.7 Pembahasan dam Perhitungan Hasil Pengujian

1. Suhu pada saat AC OFF

Suhu pada ruangan sebelum AC dinyalakan tertinggi yaitu

29,8ºC, suhu tersebut lebih rendah daripada suhu rancangan yaitu 32ºC

sehingga hasil perhitungan masih aman.

2. Suhu pada saat AC ON

Dari data yang diambil suhu setelah AC dinyalakan dibutuhkan

waktu setidaknya 60 menit untuk mencapai suhu yang diatur yaitu

24ºC. Dengan kecepatan udara tertinggi yaitu 1,8 m/s

4.7.1 Pembahasan Hasil Pengujian

1. Perhitungan Kalor Udara


66

Untuk mencari beban kalor yang digunakan pada pengujian maka

dapat dihitung dari data pada hasil pengujian AC di Ruang Dosen dan

Teknisi dengan menggunakan persamaan dan rumus seperti dibawah

ini:

Q = ṁudara x Cpudara x ∆T

Dimana Perhitungan pada menit 10:

ṁudara = (υ x A) x ρudara

A =PxL

= 0,62m x 0,09m

= 0,0558 m2

ρudara = 1,275 kg/m3

υ = 0,32 m/s

ṁudara = (0,32 m/s x 0,0558 m2) x 1,275 kg/m3=

= 0,023 kg/s

Cpudara = 1 kj/kgºC

∆t = 2,92ºC

Q = ṁudara x Cpudara x ∆T

Q = 0,023 kg/s x 1 kj/kgºC x 2,92ºC

Q = 0,07 kj/s

Q = 0,07 kW

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Kalor Udara


υudara A ρudara Cpudara ∆T ṁudara Q
Menit 2 3
(m/s) (m ) (kg/m ) (kj/kgºC) (ºC) (kg/s) (kW)
67

10 0,32 0,0558 1,275 1 2,92 0,023 0,07


20 0,35 0,0558 1,275 1 4,05 0,025 0,10
30 0,40 0,0558 1,275 1 4,45 0,028 0,13
40 0,40 0,0558 1,275 1 4,68 0,028 0,13
50 0,40 0,0558 1,275 1 4,83 0,028 0,14
60 0,38 0,0558 1,275 1 5,32 0,027 0,14

2. Perhitungan Beban Daya Listrik pada saat pengujian:

Tabel 4.4. Beban Daya Listrik pada saat pengujian


Arus
Menit Tegangan (V)
(A)
10 220 4,72
20 220 4,68
30 220 4,61
40 219 4,57
50 219 4,53
60 219 4,47

Menit ke 10 Dimana,

P = V x I x cos φ P : Daya (Watt)

P = 220 V x 4,72 A x 1 V : Tegangan (Volt)

P = 1.038,4 Watt I : Arus (Ampere)

= 1,0384 Kw Cos φ : Faktor daya

Tabel 4.5. Hasil Beban Daya Listrik


Menit P (kW)
10 1,0384
20 1,0296
30 1,0142
40 1,0008
50 0,9877
60 0,9789

3. Perhitungan Efisiensi
68

Qin−Qout
η¿ x 100 %
Qin

1,0384 kW −0,07 kW
η¿ x 100 %
1,0384 kW

η = 97,51 %

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Efisiensi


Menit Efisiensi (%)
10 97,51
20 93,17
30 88,93
40 86,77
50 84,84
60 83,08

Dan Efisiensi dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

η-T
100

95
Efisiensi (%)

90
Efisiensi
Polynomial (Efisiensi)
85

80

75
10 20 30 40 50 60
Menit (T)

Gambar 4.16. Grafik Efisiensi terhadap Waktu


69

Dari grafik Efisiensi terhadap waktu diatas efisiensi pada AC tertinggi

terjadi pada saat startup dan semakin turun ketika mendekati suhu yang

direncanakan. Dari hasil perhitungan pengujian diatas daya yang

digunakan masih aman karena masih dibawah daya AC yang tersedia

pada spesifikasi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil perhitungan beban pendinginan diruang Dosen dan Teknisi

PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro dengan desain suhu

dalam 24°C, RH = 50% diperoleh hasil sebesar 10.836,94 Btu/h.

2. Pemilihan unit AC disesuaikan dengan ukuran ruangan, semakin besar

ruangan yang harus didinginkan maka semakin besar pula kapasitas AC

yang digunakan. Pada ruang Dosen dan Teknisi PSD III Teknik Mesin

Universitas Diponegoro dipasang 1 unit AC dengan daya 1,5 PK

dengan kapasitas sebesar 12.000 Btu/h.

3. Dari Hasil Pengujian Beban daya AC pada saat startup tinggi dan akan

semakin menurun ketika suhu udara ruangan telah mendekati suhu dan

kelembaban yang ditentukan sehingga efisiensi dari pendinginan

tersebut pun semakin turun.

69
70

5.2 Saran

1. Dalam perencanaan dan pemasangan AC kita harus menghitung beban

pendinginan ruangan terlebih dahulu agar pemilihan unit AC dapat

disesuaikan dengan kapasitas ruangan.

2. Pemempatan unit AC yang baik harus diperhatikan, agar distribusi suhu

dapat merata atau dipusatkan pada beban tertentu.

3. Pemeliharaan unit AC secara rutin harus dilakukan agar AC dapat

bekerja secara maksimal dan AC tidak mudah rusak dan awet.


DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W. dan Saito, H., 1991, Penyegaran Udara, Cetakan keempat,


Pradnya Paramita, Jakarta.

Stoecker,W.F, Jones, J.W., dan Supratman, 1982, Refrigerasi dan Pengkondisian


Udara, Edisi kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-6196-2000, SNI 03-6090-2000, SNI 03-


6197-2000, SNI 03- 6759-2002, SNI 03-6572-2001. Jakarta : Bagian Proyek
Efisiensi Energi Depdiknas. 2001.

Akbar, Moh. Doni, 2015, Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning di


Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang,
Tugas Akhir, Diploma Teknik Mesin, Universitas Diponegoro.

http://staff.unila.ac.id/atusi/files/2013/03/Temperatur-Bola-Basah-dan-Kering.pdf
diunduh pada tanggal 20 Agustus 2016.

http://me.queensu.ca/Courses/MECH330/PsychrometricchartNautica_SI.pdf
diunduh pada tanggal 23 Agustus 2016.

http://www.uigi.com/UIGI_SI.PDF diunduh pada tanggal 23 Agustus 2016.

71
LAMPIRAN

72
Lampiran 1. Tabel Koefisien Transmisi Kalor Dan Kapasitas Kalor dari Dinding

Lampiran 2. Koefisien Transmisi Kalor dan Kapasitas Kalor Atap

Lampiran 3. Tabel Faktor Transmisi dari Jendela


Lampiran 4. Tabel Koefisien Transmisi Kalor dari Jendela

Lampiran 5. Tabel Jumlah Penggantian Ventilasi

Lampiran 6. Tabel Udara Luar Masuk Ruangan Penyegaran


Lampiran 7. Tabel Kalor Sensibel dari Peralatan Listrik

Lampiran 8. Spesifikasi AC

Anda mungkin juga menyukai