Anda di halaman 1dari 1

Ruang Lingkup Gizi

Bila dikaji pengertian ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa ruang
lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi pangan
(agronomi dan peternakan) perubahan – perubahan yang terjadi pada tahap
pasca panen dari mulai penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan,
konsumsi, makanan, dan cara cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam
keadaan sehat dan sakit. Oleh karena itu, ilmu gizi sangat erat kaitannya dengan
ilmu - ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal,
biologi molekular dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh
kebiasaan makan, perilaku makan, dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga
berkaitan dengan ilmu – ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan
ekonomi.
Perkembangan Ilmu Gizi
Ilmu gizi merupakan ilmu yang relatif baru. Pengakuan pertama ilmu gizi sebagai
cabang ilmu yang berdiri sendiri terjadi pada tahun 1926, ketika Mary Swartz
Rose dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Gizi pertama di Universitas Columbia,
New York, Amerika Serikat. Namun, perhatian mengenai hal – hal yang berkaitan
dengan makanan sesungguhnya sudah terjadi sejak lama.
Makanan di Zaman Purba dan Zaman Yunani
Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk
kelangsungan hidup. Manusia kemudian mempunyai ide - ide yang masih kabur
tentang makanan, yang berwujud tabu, kekuatan magis, dan ilmu – ilmu
menyembuhkan. Pada masyarakat tertentu saat ini ide tersebut masih ada.
Pada tahun 400 sebelum masehi, Hippocrates, Bapak Ilmu Kedokteran
mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia. Anak – anak
yang sedang bertumbuh membutuhkan banyak panas. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan banyak makan. Orang tua membutuhkan lebih sedikit panas. Oleh
karena itu, mereka membutuhkan lebih sedikit makanan. Ia juga mengatakan
bahwa orang gemuk kecenderungan umurnya lebih pendek daripada orang
kurus. Baru pada awal abad ke-16 konsep-konsep awal ilmu faal dibicarakan.
Keadaan Sekarang
Sekarang sudah diketahui sekitar empat puluh lima gizi yang harus tersedia
dalam makanan sehari hari dan masih diteliti kemungkinan mikromineral dan
unsur – unsur vitamin baru.
Masalah gizi kurang masih tersebar luas dinegara-negara berkembang, termasuk
di Indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi lebih adalah masalah gizi di negara
maju, yang juga mulai terlihat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas
perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan
keadaan gizinya.
Konsep-konsep baru yang ditemukan akhir-akhir ini antara lain adalah pengaruh
keturunan terhadap kebutuhan gizi, pengaruh gizi terhadap perkembangan otak
dan perilaku, terhadap kemampuan bekerja dan produktifitas serta daua tahan
terhadap penyakit infeksi. Di samping itu ditemukan pula pengaruh stres, faktor-
faktor lingkungan seperti polusi dan obat-obatan terhadap status gizi.

Anda mungkin juga menyukai