Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN TENTANG

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

OLEH
KELOMPOK 1 B12-B

DESAK NYOMAN RISKA KRISMAYANTI 193223110


GABRIELA ANGELINA PALABI 193223115
I GEDE PUTRA SAINAN JAYA 193223116
I GUSTI AYU TRISNADEWI 193223117
I KOMANG PRAYOGA 193223118
IKE SRI WULANDARI 193223124
MERLIANA SOFIANI 193223130
NANIK EKA PURNAWATI 193223131
NI KADEK SUKRAENI PEBREYANTI 193223135
NI WAYAN SUKRIMI 193223154

PROGRAM STUDI AHLI JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan hidayah Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat guna
memenuhi tugas dari dosen.

Makalah ini membahas tentang “Standar Asuhan Keperawatan (SAK)”, semoga dengan
makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa Stikes Lakipadada dapat menambah
dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu saya masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen
pembimbing saya serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun
sayai dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata saya mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 20 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………..............…........................i

DAFTAR ISI ……………………………………………....………….........................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………......................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Asuhan Keperawatan..............................................................3

2.2 Tujuan dan Standar Asuhan Keperawatan.............................................................4

2.3 Proses Terwujudnya Standar Asuhan Keperawatan...............................................5

2.4 Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan............................................................6

2.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan..............................8

2.6 Cakupan Standar Asuhan Keperawatan.................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………….....…….................................13

3.2 Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian


integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanaan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingggalkan seoptimal mungkin.

Ciri - ciri mutu keperawatan yang baik antara lain :

1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan


2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisiensi dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
5. Aspek sosial,ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati

Disamping itu pesyaratan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan antara lain :

1. Pimpinan yang peduli dan mendukung


2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan ( standar mutu )
3. Tenaga keperewatan disiapkan melalui upaya peningkatkan pengetahuan,
dan ketrampilan dengan cara diadakan program diklat
4. Sarana, dan pelaksanaan dan lingkungan yang mendukung serta
5. Tersedia dan diterapkannya standar asuhan keperawatan

Berdasrkan kerangka berfikir seperti tersebut diatas, Direktorat jendral pelayanan


medik, Depkes RI bersama dengan organisai profesi keperawatan,telah menyusun
standar asuhan keperawatan dan telah resmi standar asuhan keperawatan diberlakukan
untuk diterapkan di seluruh rumah sakit, melalui “SK Direktur Jendral Pelayanan
Medik, NO. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang berlakunya standarasuhan
keperawatan dirumah sakit“ . Ini berati bahwa seluruh tenaga keperawatan dirumah
sakit dalam memberikan asuhan keperawatan harus berpedoman kepada asuhan
keperawatan yang dimaksud.

1
UU RI No.36 2014 tentang tenaga kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal 53 ayat2
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. alih teknologi dan ilmu pengetahuan; dan

b. ketersediaan Tenaga Kesehatan setempat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang anda ketahui tentang standar asuhan keperawatan ?
2. Apakah tujuan dari standar asuhan keperawatan?
3. Bagaimanakah proses terwujutnya standar asuhan keperawatan ?
4. Bagaimanakah pelaksanaan standar asuhan keperawatan ?
5. Bagaimanakah langkah – langkah standar asuhan keperawatan di rumah sakit ?
6. Apa sajakah cangkupan standar asuhan keperawatan ?\\

1.3 Tujuan Masalah


1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran tentangstandar asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian standar asuhan keperawatan.
b. Untuk mengetahui tujuan standar asuhan keperawatan.
c. Untuk mengetahui proses terwujutnya standar asuhan keperawatan.
d. Untuk mengetahui pelaksanaan standar asuhan keperawatan.
e. Untuk mengetahui langkah – langkah standar asuhan keperawatan di
rumah sakit ?
f. Untuk mengetahui cangkupan standar asuhan keperawatan

1.4 Manfaat Penulis


1. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca dan menjadi salah
satu referensi bagi penulisan makalah selanjutnya tentang standar asuhan
keperawatan.
2. Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan penulis
tentang standar asuhan keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengertian Standar Asuhan Keperawatan

Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan


kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies,
1989,h.121). Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan
asuhan yang mengarah kepada praktek keperawatan profesional (ANA,1992,h.1)

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan
manusia (lokakarya Nasional 1983)

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu


kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien
( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien.
Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan
dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat
diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai
dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Tipe standar praktek keperawatan

Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol


praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek
keperawatan yang ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu
tinggi, standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan
berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan
(Gillies 1989,h.125).

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang


diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian
asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar
menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi
sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).

3
2.2 Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
1. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional
2. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
mengurangi/menghilangkan kesenjangan
3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
4. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesional
5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan kesehatan
6. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting lainnya mencakup


pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen
organisasi. Dalam pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka
kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab
mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan
berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat
professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus
dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi
pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti
merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar
pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat
professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan
pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja dan menawarkan
ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru dapat dibandingkan. Penilaian
essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai dasar kesepakatan
untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar keperawatan dalam prakteknya
harus dapat diterima. Setiap klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa
membedakan usia dan diagnosa. Dengan demikian standar dapat diharapkan
memberikan fondasi dasar dalam mengukur kualitas asuhan keperawatan (Kawonal,
2000).
Standar Asuhan Keperawatan yang kami buat, bukan mengacu pada 10 atau
20 besar penyakit, tapi pada 30 Diagnosa Keperawatan terbanyak. 30 Diagnosa
Keperawatan terbanyak ini didapatkan dari informasi yang dianalisa oleh Sistem
Informasi Keperawatan berbasis IT selama kurun waktu 2 tahun.
Walaupun SAK ini tidak sesuai dengan acuan Assesent Akreditasi Rumah
Sakit yang dikeluarkan oleh KARS, tapi SAK ini yang kami yakini lebih

4
ideal. Dan dalam diskusi degan surveyor Akreditasi di akhir 2009 saat kami akreditasi
RS 16 Pokja yang ketiga, surveyor akreditasi bisa menerima argumen kami bahkan
mendukung SAK kami.
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan
asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses
pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan.
Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi,
klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

1. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk
membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan
tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
2. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun
dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.

3. Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien
dan keluarga menjadi ringan.

4. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran
untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.

5. Tenaga kesehatan lain


Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga
dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

2.3 Proses Terwujutnya Standar Asuhan Keperawatan


1. Pemimpin yang peduli dan mendukung
2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (Standar mutu )
3. Tenaga keperawatan disiapakn melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap,
ketrampilan dengan cara diadakan program diklat dan seminar

2.4 Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan

5
Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan
tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan
dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis,
objektif dan berkelanjutan

Standar I: Pengkajian Keperawatan


Perawat mengumpulkan data tentangstatus kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkatdanberkesinambungan.

Kriteria Proses:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data
diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan
mempelajari catatan klien lainnya ).
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,
rekam medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a) Status kesehatan klien saat ini
b) Status kesehatan klien masa lalu
c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
d) Respon terhadap alergi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko – resiko tinggi masalah

Standar II: Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis


keperawatan Kriteria Proses:
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E), dan
tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain
untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data
terbaru.

Standar III: Perencanaan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria Proses :

6
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standar IV: Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam


rencana asuhan keperawatan.

Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status
kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan
klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk
mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.

Standar V: Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam


pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.

Kriteria Proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
kompeherensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan kearah pencapaian tujuan.

7
4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

2.5 Langkah – langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit

Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa


komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu (1) terlihat sikap caring
ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada klien, (2) adanya hubungan
perawat - klien yang terapeutik, (3) kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, dan
(4) kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien, serta (5) kegiatan jaminan mutu
(quality assurance). Dengan demikian, upaya pimpinan rumah sakit dan manajerial
keperawatan seyogyanya difokuskan pada kelima komponen kegiatan tersebut yang
akan diuraikan berikut ini.
a. Sikap “caring” perawat
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai
apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam
memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah
lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet,
Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk
merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit “caring”.
Spirit “caring” seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan
berasal dari hati perawat yang terdalam. Spritit “caring” bukan hanya
memperlihatkan apa yang dikerjakan perawata yang bersifat tindakan fisik,
tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.
“Caring” merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. “Caring” bukan semata-mata
perilaku. “Caring” adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan
(Marriner-Tomey, 1994). “Caring”juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.
Prilaku “caring” menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam

8
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap “caring” untuk
klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan. Watson menekankan dalam
sikap”caring” ini harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat
menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.
Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien. Memberikan kepercayaan - harapan dengan
cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di
samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan
kesehatan.
Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar
menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang
lain.Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi
dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa
yang dialami klien. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua
keluhan dan perasaan klien. Penggunaan sistematis metoda penyalesaian
masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses
keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien. Menciptakan lingkungan fisik, mental,
sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali
pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi
penyakit klien. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan
kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-
kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran
yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.

9
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar
semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan
profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan
faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri
sebelum mamahami orang lain.
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adlah
hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada
bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan
dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

b. Hubungan perawat-klien
Hubungan perawat dan klien adalah suatu bentuk hubungan
terapeutik/profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu proses pembinaan
pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan. Hubungan
profesional ini diprakasai oleh perawat melaui sikap empati dan keinginan
berrespon (“sense of responsiveness”) serta keinginan menolong klien (“sense
of caring”).
Menurut Peplau, dalam membina hubungan profesional ini, kedua
pihak seyogyanya harus melewati beberapa tahapan (Marriner-Tomey, 1994)
yaitu :
1. tahap orientasi
2. tahap identifikasi
3. tahap eksploitasi
4. tahap resolusi.

Pada tahap orientasi, setelah saling memperkenalkan diri, perawat


berupaya menolong klien mengidentifikasi maslah yang sedang dihadapi klien.
Penjelasan, penekanan perlu dikemukakan oleh perawat agar klien menyakini
masalah atau beberapa masalah yang perlu diatasi. Tahap identifikasi terjadi
ketika klien mampu mampu mengidentifikasi sesorang atau beberapa orang
yang dapat menolongnya. Pada tahap ini perawat memberi kesempatan klien
untuk mengkaji lebih jauh perasaan tentang diri, penyakit, dan kemampuan
yang dimilikinya.
Tujuannnya adalah agara perawat dapat membimbing klien periode
penyakitnya sebagai pengalaman yang memungkinkan klien

10
mengenali kembali perasaan dan kekuatan internal yang pernah dimiliki
sehingga dapat memberikan kepuasan yang diperlukan klien.
Tahap eksploitasi terjadi ketika klien mampu menguraikan nilai dan
penghargaan yang dia peroleh dari hubungan profesional dari hubungan
profesional antara perawat dan dirinya. Beberapa tujuan baru yang perlu
dicapai melalui upaya diri klien dapat dikemukakan oleh perawat, dan
kekuatan akan dialihkan oleh perawata kepada klien apabila klien mengalami
hambatan akibat ia tidak mampu mencapai tujuan baru tersebut.
Tahap akhir dari hubungan profesional perawat - klien adalah tahap
resolusi ditandai dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan tidak
lagi menjadi prioritas kegiatan klien. Pada tahap ini klien membebaskan diri
dari keterkaitannya dengan perawat dan menunjukkan kemampuannya untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya. Keempat tahapan dalam
hubungaan profesional ini dapat terjadi tumpang tindih antara satu tahapan
dengan tahapan berikutnya.
Dalam membina hubungan profesional, asuhan keperawatan juga
merupakan media edukatif dimana suatu kekuatan internal yang kokoh dari
seseorang perawat dapat mempengaruhi klein untuk meningkatkan perilaku
dan kepribadian klein selama sakit ke arah kehidupan yang kreatif,
konstruktif, dan produktif. Bberapa peran perlu diemban opelh perawat ketika
menjalankan dan membina hubungan profesional yaitu :
1. peran sebagai orang asing (“starnger”),
2. narasumber (“resource person”),
3. pendidik (‘teacingrole”),
4. pemimpin (“leadersip role”),
5. peran pengganti (“surrogate role”)
(Marriner-Tomey, 1994).
Keberhasilahn hubungan profesional/terapeutik anatara perawat dan
klien sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang diharapkan.
Disamping itu, hubungan profesional yang baik anatara perawat-klien dapat
menghindari, memprediksi, dan mengantisipasi berbagai penyulit yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu, berbagai peran diatas seyogyanya menjadi
fokus perhatian perawat ketika menolong klien melewati tahapan dlam
hubungan profesionalnya dengan perawat (Nurachah, 2000).

c. Kemampuan perawat dalam memenuhi kebutuhan klien


Asuhan keperawatan bermutu marupakan rangkaian kegiatan
keperawatan yang diorientasi pada klein. Asuhan keperawatan bermutu yang
diberikan kepada klien dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam berrespon
terhadap keluhan dan masalah klien serta

11
upaya memenuhi kebuutuhan klien. Hendreson menetapkan 14 kebutuhan
klien yang seyogyanya dapat dipenihi oleh perawat (Marriner-Tomey, 1994).
Namun, karena masalah klien sangat unik dan kebutuhannya sangat individual
maka perawat senatiasa harus meningkatkan diri agar selalu memiliki
kemapuan dan pengetahuan yang diperlukan dalam membantu klien
menyelesaikan masalahnya.

2.6 Cangkupan Standar Asuhan Keperawatan

Sepuluh Standar Asuhan keperawatan ( ANA, 1973 )

Perawat mempunyai tanggung jawab untuk :

a. Memberikan pelayanan dengan menghargai klien sebagai makluhk hidup.


b. Melindungi hak ( privasi ) klien.
c. Mempertahankan kopetensi dalam Asuhan Keperawatan dan mengenal klien
serta menerima tanggung jawab pribadi terhadap intervensinya.
d. Melindungi klien jika intervensi dan keselamatannya terancam yang
diakibatkan oleh orang lain yang tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Menggunakan kemamopuan individu sebagai kriteria untuk menerima
tanggung jawab.
f. Partisipasi dalam kegiatan riset jika hak responden dilindungi.
g. Partisipasi dalam kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan standar
peratik atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
h. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas keperawatan ( tenaga perawat )
dengan partisipasi dalam kegiatan profesi.
i. Mempromosikan kesehatan melalui kerja sama dengan masyarakat dan profesi
kesehatan lainnya.
j. Menolak memberikan persetujuan untuk promosi menjual produk komersial,
pelayanan atau hiburan lainnya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang


nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok
ataupun komonitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu
ukuran untuk mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu standar. Standar
keperawatan dapat dibedakan atas dua jenis
yaitu standar asuhan dan standar praktek. Profesi keperawatan harus mulai menata
diri dengan membuat standar untuk berbagai keperluan seperti pelayanan, pendidikan,
dan penelitian. Pelayanan keperawatan akan diterima dan dipercaya oleh komsumen
bila mutu pelayananya terjamin melalui standar yang baku dan selalu ditinggkatkan
dari waktu-ke waktu.

3.2 Saran

1. Bagi Perawat. Bagi seorang perawat standar praktek keperawatan ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam hal membimbing perawat dalam penentuan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap pasien dan juga
perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan
membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan
juga benar.
2. Bagi Rumah Sakit. Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini
tentunya akan meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan
keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di
rumah sakit.
3. Bagi Pasien. Dengan perawatan yang tidak memakan waktu yang lama maka
biaya perawatan serta pengobatan yang ditanggung pasien dan keluarganya akan
menjadi semakin ringan.
4. Bagi Profesi. Standar ini digunakan sebagai alat perencanaan untuk mencapai
target dan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar
ini digunakan sebagai alat pengontrolnya.
5. Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya. dapat digunakan untuk mengetahui batas
kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja
sama secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai profesinya dan
meningkatkan pelayanan tentunya

13
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan.
EGC:Jakarta.

American Nursing Association. 1980. Nursing a Social Policy Statement.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. PERMENKES Nomor. 47.


Registrasi dan Peratik Keperawatan. Jakarta.

___. 1992. Undang – udang Kesehatan Nomor. 23 tentang Kesehatan. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Rancangan Standar Keperawatan.


Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/89804551/7/standar-I-Pengkajian-keperawatan http://askep-

askeb-kita.blogspot.com/2010/08/standar-asuhan keperawatan.html

http://ichal-apriantoblogspot.blogspot.com/2011/05/standar-asuhan-
keperawatan.html

http://bidaninfo.wordpress.com/tag/hukum-kesehatan/

http://www.scribd.com/doc/78390643/Buku-Standar-Asuhan-Keperawatan

14

Anda mungkin juga menyukai