1 PATOGENESIS
2.2 Hh
2.3 Yuu
Pada dewasa muda yang normal, sekitar 30% dari total massa kerangka
diperbaharui setiap tahun (half life = 20 bulan). Dalam setiap unit remodeling,
resorpsi tulang oleh osteoklas berlangsung sekitar 3 hari, dengan masa pemulihan 14
hari dan pembentukan tulang 70 hari (total = 87 hari). Tingkat pembentukan tulang
linier adalah 0.5 mm/day. Selama proses ini, sekitar 0.01 mm tulang diperbaharui
dalam satu unit remodeling. Secara teoritis, dengan deposisi matriks dan kalsifikasi
seimbang, serta keseimbangan antara aktivitas osteoklas dan osteoblas, jumlah tulang
yang dibentuk di tiap unit remodeling sama dengan jumlah tulang yang sebelumnya
diresorpsi. Dengan demikian, total massa kerangka tetap konstan. Homeostasis
kerangka ini bergantung pada aktifitas remodeling normal. Tingkat aktivasi unit
remodeling baru, hanya akan menentukan tingkat turnover. 11
Dalam proses pembentukan tulang, hal yang sangat penting adalah koordinasi yang
baik antara osteoklas, osteoblas, dan sel-sel endotel. Selama sistem ini berada dalam
keseimbangan, formasi dan resorpsi tulang akan selalu seimbang. Pada usia reproduksi, di
mana fungsi ovarium masih baik, terdapat keseimbangan antara proses formasi tulang
(osteoblas) dan laju proses resorpsi tulang (osteoklas) sehingga tidak timbul pengeroposan
tulang.
Osteoporosis terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan antara proses resorpsi
tulang dan formasi tulang, dimana secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan
aktivitas sel osteoklas (sel resorpsi tulang) melebihi dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas
(sel formasi tulang). Keadaan ini mengakibatkan penurunan massa tulang.
Normal bone Osteoporotic bone
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya.
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya. Osteoporosis primer
dibagi 2, yaitu osteoporosis tipe I (dahulu disebut osteoporosis pasca menopause) dan osteoporosis
tipe II (dahulu disebut osteoporosis senilis). Pada tahun 1990-an, Riggs dan Melton mengemukakan
bahwa estrogen menjadi faktor yang sangat berperan pada timbulnya osteoporosis primer baik pada
A. Peran Estrogen
Estrogen manusia dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu estron (E1), 17
estradiol (E2) dan Estriol (E3). Saat ini terdapat struktur lain yang dikenal sebagai anti
estrogen, tetapi pada organ non reproduksi bersifat estrogenik, struktur ini disebut
selective estrogen receptor modulators (SERMs). Estrogen utama yang dihasilkan oleh
ovarium adalah estradiol. Saat ini telah ditemukan 2 macam reseptor estrogen (ER),
yaitu reseptor estrogen alfa (ER) dan reseptor estrogen beta (ER). Pada tulang
reseptor estrogen ini didstribusikan di berbagai sel, termasuk osteoblas,
osteosit, osteoklas dan kondrosit. Ekspresi ER dan ER meningkat bersamaan
dengan diferensiasi dan maturasi osteoblas.1
Estrogen merupakan regulator pertumbuhan dan homeostasis tulang yang
penting. Estrogen memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme tulang,
mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun osteoklas, termasuk menjaga
keseimbangan kerja dari kedua sel tersebut. Efek tak langsung estrogen terhadap
tulang berhubungan dengan homeostasis kalsium yang meliputi absorpsi kalsium di
usus, modulasi 1,25(OH)2 vitamin D, eksresi kalsium di ginjal dan sekresi hormon
paratiroid.1
Tabel 4. Efek estrogen terhadap berbagai sel tulang. 1
B. Osteoporosis Tipe I
resopsi tulang
TGF-
Gambar 6. Peranan RANK dan RANK-Ligand dalam aktivasi sel osteoklas dan peran OPG menghambat
proses tersebut.19
Gambar 7. Proses pembentukan dan aktivasi sel osteoklas, atas pengaruh RANK-L
beserta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspresi RANK-L21
C. Osteoporosis Tipe II
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab penurunan fungsi
osteoblas pada orang tua, diduga akibat penurunan kadar estrogen dan IGF-1.
Defisiensi kalsium dan vitamin D sering didapatkan pada orang tua, hal ini dapat
disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi
dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat defisiensi kalsium dapat
menyebabkan timbulnya hiperparatiroidime sekunder yang persisten sehingga akan
meningkatkan proses resorpsi tulang dan kehilangan massa tulang. Aspek nutrisi
yang lain adalah defisiensi protein yang akan menyebabkan penurunan sintesis IGF-1.
Defisiensi vitamin K juga akan menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan
karboksilasi protein tulang, misalnya osteokalsin.1
Aktivitas osteoklas ditandai dengan terjadinya pengeluaran hidroksiprolin dan
piridinolincrosslink melalui kencing, serta asam fosfat dalam plasma. Hormon
paratiroid dan 1,25 (OH)2 vitamin D3 mengaktifkan osteoklas sedangkan kalsitonin
dan estradiol menghambat kerja osteoklas. Resopsi tulang menyebabkan mobilisasi
kalsium dan hal ini menyebabkan berkurangnya sekresi hormon paratiroid akibatnya
pembentukkan 1,25 (OH)2 vitamin D3 serta absorpsi kalsium oleh usus berkurang.20
Defisiensi estrogen juga merupakan masalah yang penting sebagai salah satu
penyebab osteoporosis pada orang tua, baik pria maupun wanita. Begitu juga dengan
kadar testosteron pada pria. Penurunan kadar estradiol di bawah 40 pMol/L pada pria
akan menyebabkan osteoporosis. Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron akan
menurun sedangkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG) akan meningkat.
Peningkatan SHBG ini akan meningkatkan pengikatan estrogen dan progesteron
membentuk komplek yang inaktif. Penurunan hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-1,
juga berperan terhadap peningkatan resopsi tulang. 1
Osteoporosis dapat terjadi pada penggunaan glukokortikoid dalam jangka
yang lama. Sekitar 30-50% pasien dengan terapi glukokortikoid yang berlebihan akan
terjadi keropos tulang. Meskipun dosis harian glukokortikoid telah digunakan untuk
menilai risiko kehilangan massa tulang, kumulatif dosis kumulatif (dalam gram/
tahun) lebih prediktif untuk tujuan ini. Pasien dengan dosis kumulatif tinggi ( > 30 g
prednison per tahun), memiliki insiden osteoporosis yang sangat tinggi (78%) dan
patah tulang (53%). Mekanisme terjadinya osteoporosis akibat glukokortikoid dapat
di lihat pada gambar 8 di bawah ini.22
bone morphogenic protein-2; Cbfa1: core binding factor a1; Bcl-2: B-cell leukemia/
lymphoma-2 apoptosis regulator; Bax: BCL-2-associated X protein; IGF-I: insulin-like growth
factor-I; IGFBP: IGF binding protein; IGFBP-rPs: IGFBP-related proteins; HGF: hepatocyte
growth factor; RANKL: receptor activator of the nuclear factor-κB ligand ; CSF- 1: colony-
stimulating factor-1; OPG: osteoprotegerin; PGE2: Prostaglandin E 2; PGHS-2:prostaglandin
22
synthase-2.
Faktor lain yang ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada oarang tua adalah
faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan, imobilisasi lama). Risiko
fraktur yang juga harus diperhatikan adalah risiko terjatuh lebih tinggi pada orang tua lebih
dibandingkan pada orang muda.1