Anda di halaman 1dari 14

A.

CARA PENILAIAN ANGKA KEMATIAN


Kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi
yangdapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen
demografi lainnya adalah fertilitas(kelahiran) dan imigrasi. Informasi
tentang kematian penting tidak hanya untuk pemerintah melainkan juga
untuk pihak swasta, yang terutama berkecimpung dibidang ekonomi
kesehatan. Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi
penduduk yang berguna untuk perencanaan bangunan. Misalnya fasilitas
perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitaskesehatan, dan jasa-jasa lainnya
untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk
kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk
kepentingan evaluasi terhadap program-program kebijaksaan penduduk
Konsep kematian perlu diketahui guna untuk mendapatkan data kematian
yang benar.Dengan kemajuan ilmu kedokteran kadang-kadang sulit
untuk membedakan keadaan matidan keadaan hidup secara klinik.
Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan,dikhawatirkan bisa terjadi
perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapanseseorang
dikatakan mati.
1. Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR)
Angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR)
menunjukkan banyaknya jumlah penduduk yang meninggal dunia
setiap seribu penduduk. Untuk menghitung angka kematian jenis
ini, kita bisa menggunakan persamaan berikut.

Keterangan:
CDR = angka kematian kasar
D = jumlah penduduk yang meninggal dunia
P = jumlah penduduk
k = konstanta, nilainya 1000
Contoh:
Pada 2013, jumlah penduduk di Sleman adalah 200.000 jiwa.
Dalam periode 1 tahun telah terjadi kematian sebanyak 600
orang. Tentukan angka kematian kasarnya di daerah tersebut.
Jawab:
CDR = (600/200.000) x 1000 = 3 orang tiap seribu penduduk
Jadi dalam setiap seribu penduduk di daerah Sleman pada tahun
2013 telah terjadi kematian sebanyak 3 orang.

2. Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR)


Angka kematian bayi menunjukkan jumlah bayi yang meninggal
dunia dari setiap seribu bayi yang lahir hidup pada periode tahun
tertentu. Perhitungan angka kematian bayi dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut.

Keterangan:
IMR = angka kematian bayi
Do = jumlah kematian bayi
B = jumlah kelahiran bayi
k = konstanta, nilainya 1000

Contoh:
Tahun 2013 di Daerah Bantul telah terjadi kelahiran bayi
berjumlah 3.000 jiwa. Dari proses kelahiran tersebut 42 bayi
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Tentukan nilai infant
mortality daerah X.
Jawab:
IMR = (42/3.000) x 1000 = 14 bayi tiap seribu penduduk,
Jadi disetiap seribu penduduk di daerah Bantul pada tahun 2013
telah terjadi kematian bayi sebanyak 14 bayi.
3. Angka Kematian Ibu
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu
dan dinyatakan per100.000 kelahiran hidup, dengan membagi
angka kematian dengan angka fertilitasumum. Dengan cara ini
diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000
kelahiran.
Rumus :
jumlahkematianibu
AKI = x k
jumlah kelahiran hidup
Keterangan :
AKI = angka kematian ibu

4. Angka Kematian Balita


Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama
pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)
menggabungkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-
faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita
seperti gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelkaan.
Rumus :
JUMLAH KEMATIAN BALITA
AKB = Xk
JUMLAH PENDUDUK BALITA

B. DATA ANGKA KEMATIAN DI INDONESIA


1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu, menurut ICD 10 didefinisikan sebagai
"Kematian seseorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam
42 hari setelah akhirkehamilannya, tanpa melihat usia dan letak
kehamilannya, yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait
dengan atau diperburuk oleh kehamilannya atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh insiden dan kecelakaan. Definisi
tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa kematian ibu
menunjukkan lingkup yang luas, tidak hanya terkait dengan
kematian yang terjadi saat proses persalinan, tetapi
mencakupkematian ibu yang sedang dalam masa hamil dan nifas.
Definisi tersebut juga membedakan dua kategori kematian ibu,
antara lain ; Pertama adalah kematian yang disebabkan oleh
penyebab langsung obstetri (direct) yaitu kematian yang
diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya. Kedua
adalah kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung
(indirect) yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang
disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau
persalinan. Penyebab langsung antara lain perdarahan Eklampsia
dan Infeksi, sementara penyebab tidak langsung adalah faktor-
faktor yang memperberat kondisi kehamilan seperti penyakit
penyerta yang dialamai oleh ibu hamil tersebut. Di sisi lain
kehamilan juga akan memperberat penyakit yang diderita.
Kematian ibu merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik
aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun faktor-
faktor non kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan
kesehatan secara optimal.Oleh karena itu, diperlukan kesamaan
persepsi dan pengertian dari semua pihak mengenai pentingnya
dan peran berbagai aspek dalam penanganan masalah kematian
ibu sehingga strategi untuk mengatasinya harus merupakan
integrasi menyeluruh bagi semua pihak. Secara umum Angka
Kematian Ibu di Provinsi Bali dalam 6 tahun terakhir berada di
bawah angka nasional dan dibawah target yang ditetapkan 100
per 100.000 kelahiran hidup, namun setiap tahunnya belum bisa
diturunkan secara signifikan.
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Angka Kematian ibu tahun 2013 sebesar 72,07 per 100.000


kelahiran hidup, mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi
70,05 per 100.000 kelahiran hidup, mulai tahun 2015 sampai
2018 mengalami penurunan dari 83,41 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 menjadi 78,72 per 100.000 kelahiran
hidup tahun 2016, tahun 2017 turun lagi ke angka 68,64 per
100.000 kelahiran hidup, dan di tahun 2018 AKI mencapai angka
52,2 per 100.000 kelahiran hidup merupakan angka yang paling
rendah dalam empat tahun terakhir.

Jika dilihat pada tabel 3.1.dari jumlah absolut kematian ibu per
kabupaten dalam enam tahun kasus terbanyak selalu berada di
kabupaten Buleleng. Secara umum di provinsi Bali jumlah
kematian terjadi penurunan, yang disebabkan oleh penurunan
kasus kematian di kabupaten Jembarana, Badung, Gianyar,
Bangli, Karangasem dan Kota Denpasar. Sementara kabupaten
lainnya mengalami peningkatan kasus kematian.
B
erdasarkan hasil Audit Maternal dan Perinatal (AMP) yang
dilaksanakan di Kabupaten/Kota dan Provinsi sesungguhnya
kematian ibu yang terjadi sebagian besar masih bisa dicegah jika
semua pihak sepakat dan berbuat untuk upaya penurunan
kematian ibu baik dari masyarakat, fasilitas kesehatan dasar
maupun rujukan termasuk dukungan sarana dan tenaga yang
kompeten.

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018


2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia
0-11 bulan yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik
terhadap kesakitan maupun kematian. Tahun 2018, Angka
Kematian Bayi (AKB) Provinsi Bali cenderung menurun
dibandingkan dengan tahun 2017. Target RPJMD Bali untuk
AKB pada tahun 2018 adalah 10 per 1000 Kelahiran Hidup,
sehingga untuk capaian AKB angka yang ada sudah memenuhi
target RPJMD karena kematian kita sudah sangat rendah. Berikut
grafik AKB dari tahun 2013 sampai dengan 2018;

S
umber : Profil Kesehatan Kab/Kota se-Bali tahun 2018
Memperhatikan Gambar 3.4. terlihat bahwa AKB di Provinsi Bali
dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 menunjukan trend
yang fluktuatif, meski sudah lebih rendah dari angka kematian
bayi secara nasional, tapi masih perlu mendapat perhatian kita
bersama. Angka kematian bayi Tahun 2018 sebesar 4,5 per 1.000
kelahiran hidup sudah lebih rendah dari target Renstra Dinkes
Prov. Bali yaitu 10 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDG’s
tahun 2015 yaitu 5,7 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran AKB
per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.5. di bawah ini.
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Berdasarkan gambar 3.5. dapat dilihat AKB terendah dicapai oleh


Kota Denpasar sebesar 0,71/1000 Kelahiran Hidup, sedangkan
AKB tertinggi dicapai oleh Kabupaten Klungkung sebesar
8,45/1000 Kelahiran Hidup.

Sumber : profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2018

Pada gambar 3.6. Penyebab kematian bayi di Provinsi Bali antara


lain adalah penyebab kematian masih didominasi oleh
pneumonia, diare dan kelainan wsaluran cerna serta penyebab
lainnya, masih adanya disparitas angka kematian bayi antar
kabupaten/kota. Berdasarkan masalah tersebut untuk menekan
AKB, Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah melakukan berbagai
upaya diantaranya dilakukannya pelayanan ANC yang berkualitas
dan terpadu, meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K,
meningkatkan fungsi puskesmas dalam memberikan pelayanan
neonatal esensial, peningkatan SDM kesehatan melalui
peningkatan keterampilan dan pelatihan, meningkatkan fungsi
keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas ibu balita,
meningkatkan pemanfaatan buku KIA.

3. Angka Kematian Balita (AKABA).


Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan
sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA
mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara
kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Angka kematian balita
tahun 2018 juga cenderung menurun dari tahun sebelumnya, hal
ini merupakan pengaruh dari menurunnya Angka Kematian Bayi
(AKB) seperti yang telah diuraikan diatas.
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2018
Berdasarkan capaian nilai AKABA pada tingkat kabupaten/kota,
diketahui AKABA terendah ada di Kota Denpasar sebesar 0,77
per 1000 KH dan AKABA tertinggi ada di Kabupaten Klungkung
yaitu sebesar 9,8 per 1000 KH. Gambaran AKABA menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.7. berikut ini.

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018


Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Berdasarkan gambar 3.8. penyebab kematian balita di Provinsi


Bali tahun 2018 masih didominasi oleh pneumonia, diara dan
penyebab lainnya. Adapun upaya di Bidang Kesehatan yang
telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi maupun
angka kematian balita antara lain :
a. ANC terpadu
b. Kelas Ibu
c. Pemberian PMT Ibu Hamil KEK
d. Pemberian Tablet FE pada remaja putri
e. Program Jaminan Persalinan di Kab/Kota
f. Sistem Rujukan Ibu dan Anak
g. Pelayanan Keluarga Berencana

4. Angka Kematian Kasar


C. PERMASALAHAN DAN SOLUSI TENTANG ANGKA
KEMATIAN IBU

Penyebab kematian ibu di provinsi Bali sesuai gambar diatas


terlihat didominasi oleh penyebab lain-lain (kasus non obstetri)
sebesar 51%, karena perdarahan 26%, hipertensi 14%, infeksi 3 %
dan Gangguan darah 6%. Peningkatan kasus non obstetri
disebabkan karena kurangnya integrasi layanan terkait (ANC
terintegrasi) yang berkualitas. Hal ini dengan harapan mampu
mendeteksi secara dini faktor risiko dan segera tata laksana kasus.
Sedangkan secara nasional penyebab kematian terbanyak
didominasi oleh perdarahan yang sampai saat ini masih menjadi
masalah, termasuk di Bali. Kasus perdarahan ini sebagian besar di
rumah sakit yang terjadi pada fase setelah bayi lahir. Kondisi
yang paling sulit diatasi adalah pada kasus plasenta previa dan
plasenta akreta. Penyebab kematian ibu terbanyak di Bali adalah
karena penyebab non obstetri, antara lain pada tahun 2013 adalah
sebesar 59,18%, tahun 2014 sebesar 47,92%, tahun 2015 sebesar
50,91%, tahun 2016 sebesar 60% d tahun 2017 sebesar 58% dan
tahun 2018 51 %. Kasus non obstetri yang terjadi pada ibu hamil
setiap tahunnya rata-rata di atas 50%. Hal ini menunjukkan bahwa
kesehatan ibu tidak mendukung untuk menghadapi kehamilan dan
persalinan secara aman. Kemampuan tenaga kesehatan dan setiap
fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan deteksi secara dini
adanya faktor risiko baik melalui pemeriksaan fisik maupun
penunjang seperti laboratorium sesuai standar harus dipenuhi bagi
setiap ibu hamil, yang merupakan haknya. Termasuk juga
kemampuan penanganan kegawatdaruratan Obtetri baik pada
penanganan awal maupun lanjutan. Kematian Ibu di Bali masih
sulit diturunkan secara signifikan walaupun faktor pendukung
sangat memadai namun kecataan hambatan juga sangat komplek.
antara lain :

a. Walaupun akses masyarakat ke fasilitas kesehatan sudak


baik, tetapi cakupan dan kualitas pelayanan belum
optimal,
b. Sumber daya sudah mencukupi,namun distribusinya
belum merata untuk mendukung kualitas pelayanan,
c. Sumber daya yang cukup belum didukung dengan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai,
d. Kepatuhan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan terhadap standar pelayanan, mencakup sumber
daya fisik, sistem maupun sumber daya manusia belum
optimal.

Untuk mengatasi permasalahan di atas beberapa upaya yang telah


dilaksanakan antara lain :

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap standar melalui


penguatan supervisi,
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga
kesehatan melalui review, sosialisasi dan peningkatan
kapasitas tentang manajemen program maupun teknis
Medis,
c. Penguatan terhadap sistem Rujukan dengan mematuhi
Manual Rujukan Maternal dan Neonatal,
d. Penguatan manajemen program melalui peningkatan
pelaksanaan PWS-KIA, Penyeliaan Fasilitatif dan
Penyelenggaraan Audit Maternal dan Peninatal di
Kabupaten/Kota,
e. Peningkatan Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
Kelas Ibu hamil dan Balita serta Perencanaan Perslinan
dan Pencegahan Kompilkasi.
f. Memaksimalkan penggunaan dana baik yang bersumber
dari pusat maupun daerah termasuk dana Desa yang
mendukung capaian standar pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai