PORTOFOLIO KASUS
1.
1.
yang dimasak ibunya saat sedang bermain ke dapur. Setelah tersiram air
panas ibu pasien langgsung merendam anaknya di dalam bak berisi air
ledeng kemudian anaknya dibungkus daun pisang dan langsung dibawa
kerumah sakir RSUD Achmad diponegoro.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat/makanan (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat imunisasi dasar lengkap
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi obat/makanan (-)
Riwayat asma dan penyakit kronis lainnya (DM, hipertensi) (-)
Riwayat Pengobatan (-)
Riwayat Imunisasi Dasar: Lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama. Ayah bekerja sebagai karyawan swasta
dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga.
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital : Tekanan darah :-
Nadi : 112 x/menit
Napas : 28 x/menit
Suhu : 36,2oC
BB : 9 kg
Pemeriksaan Per Organ
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
THT : Faring tidak hiperemis,tonsil T1/T1, lidah kotor (-), sianosis(-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
Dada : Simetris
Paru-paru
3
Urine Lengkap : Kekeruhan : Kuning, Protein (-), Reduksi (-), Bilirubin (-)
Sedimen: Epitel 2-3 lbp, Leukosit : 2-3 lbp, Eritrosit : 7-8 lbp, Kristal -,
Silinder (-) , Berat Jenis 1,038, PH 6,5 Urobilinogen (-), Keton (-)
3. Assesment (Penalaran klinis):
Diagnosis
Luka Bakar Air Panas derajat 2A dan 2B dengan luas luka bakar 30%
4. Plan:
Terapi
- Pasang iv line RL 8 jam pertama 30 tetes/menit makro, 16 jam kedua
12 tetes /menit makro
- Inj Ceftriaxon 2x 450 mg iv
- Inj Paracetamol 4 x 135 mg iv
- Zalf Burnazin 2x1 ue
- Kompres NaCl
Follow Up
Tanggal 29 Oktober 2017
Pukul 08.00
S : Nyeri (+) berkurang, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU baik
Nadi: 110 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu: 36,8oC
Status lokalis: Nyeri tekan (+), hiperemis (+), bula (+)
A : Luka bakar derajat 2A dan 2B dengan luas 30%
P : IVFD RL 900cc/24 Jam
Inj Ceftriaxon 2x 450 gr iv
Inj Paracetamol 4 x 135 mg iv
Zalf Silver Sulfadiazine 1% 2x1 ue
Tanggal 30 Oktober 2017
Pukul 09.00
S : Nyeri (+) berkurang, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU baik
Nadi: 104 x/mnt, RR: 22 x/mnt, suhu: 36,4oC
5
TINJAUAN PUSTAKA
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami
kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat
seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka
yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan,
yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
7
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
EPIDEMIOLOGI 2
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka
morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan tempat
kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di
rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain. Simposium Indonesia Burn and Wound
Care Meeting melaporkan data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM
Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah
tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain.
Dan angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih tinggi, sekitar 40%,
terutama diakibatkan luka bakar berat.
b. Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan
pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka
dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Luka bakar berupa gelembung atau bula yang
berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas
dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di
jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka
bakar derajat III.
c. Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang
dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan
9
kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai
justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit
yang memiliki persarafan sudah tidak intak.
Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of
body surface area affected by burns in children.
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
PATOFISIOLOGI 1,4
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m 2 pada anak
bau lahir sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan
suhu tinggi pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh
sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitas meningkat. Terjadilah
kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udema dan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan
mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barrier dan penahan penguapan.
13
berkurang atau hilang. Pada luka bakar berat juga dapat terjadi ileus paralitik.
Stress atau beb an faali serta hipoperfusi pada daerah splangnikus pada luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak dimukosa lambung atau duodenum
yang disebut stress ulcer atau tukak curling yang memiliki gejala sama seperti
tukak peptik.
KRITERIA PERAWATAN 2
Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang
digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka
bakar adalah seperti berikut:
1. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari
10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
2. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.
3. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat kelamin, perineum,
atau sendi utama.
4. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA pada
semua kelompok usia.
5. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.
6. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang bisa
mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, atau
mempengaruhi kematian.
7. Luka bakar kimia.
8. Trauma inhalasi
9. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka
bakar tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
10. Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan
anak yang berkualitas maupun peralatannya.
15
11. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti sosial,
emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.
PENATALAKSANAAN 1,2,3,4,5
Primary Survey
a. Airway, yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap bernafas
secara normal
b. Breathing, mengecek kecepatan pernafasan yakni sekitar 20x/ menit
c. Circulation, melakukan palpasi pada nadi untuk mengecek pulsasi yang pada
orang normal berkisar antar 60 – 100x/ menit
d. Disability
Periksa kesadaran. Periksa ukuran pupil.
e. Environment
Jaga pasien dalam keadaan hangat. Secara sistematik dapat dilakukan 6c :
clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting. Untuk
pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru
selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif
tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah vasokonstriksi sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan
lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
16
Resusitasi nutrisi
17
eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit. Tindakan ini
disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui
infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II
dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin
grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak
akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Eksisi dini
diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh posterior. Eksisi
dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode
ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
PROGNOSIS 4
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Penyulit juga mempengaruhi
prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal
akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.
KOMPLIKASI 2,4
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ
Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sepsis SIRS adalah suatu bentuk respon
klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi
ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi autoimun, sirosis,
pankreatitis, dll. Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator
inflamasi (proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses
penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan
faktor pencetus, respon ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi)
19
Anak perempuan usia 2 tahun datang dengan keluhan luka bakar dibagian
punggung, perut, kemaluan, bokong dan paha bagian belakang akibat tidak
sengaja tersiram air panas yang dimasak ibunya saat sedang bermain ke dapur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120x/menit, RR: 26x/menit, T: 37,3 oC,
BB: 9 kg> pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status lokalis didapatkan luka bakar derajat 2A dan 2B dengan luas luka bakar
30% meliputi punggung 10%, bokong 5%, paha kiri dan kanan 7%, bokong 5%,
perineum dan genitalia 1%, dan perut 3%. Pada daerah luka terdapat udem (+),
bula (+) dan hiperemis. Pada luka bakar juga masih terasa akan rasa nyeri (+).
Pada pemeriksaan primary survei pasien: Airway: bebas, stidor (-), spine
stabil. Breathing: Spontan, RR 26x/menit. Circulation: Akral hangat, HR
120x/menit, reguler, isi cukup. D: sadar, GCS 15, pupil isokor diameter 3 mm,
refleks cahaya (+/+). E : Luka bakar di punggung, bokong, paha kanan dan kiri,
perut bagian samping, perineum dan genitalia.
20
LAMPIRAN