Anda di halaman 1dari 22

1

PORTOFOLIO KASUS

1.
1.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif:
Keluhan Utama
Luka melepuh di bagian punggung, pantat, paha bagian belakang, kelamin
dan perut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Achmad Diponegoro dengan keluhan luka
melepuh di bagian punggung, pantat, paha bagian belakang, kelamin dan
perut. Pasien dibawa orang tuanya karena tidak sengaja tersiram air panas
2

yang dimasak ibunya saat sedang bermain ke dapur. Setelah tersiram air
panas ibu pasien langgsung merendam anaknya di dalam bak berisi air
ledeng kemudian anaknya dibungkus daun pisang dan langsung dibawa
kerumah sakir RSUD Achmad diponegoro.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat/makanan (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat imunisasi dasar lengkap
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi obat/makanan (-)
Riwayat asma dan penyakit kronis lainnya (DM, hipertensi) (-)
Riwayat Pengobatan (-)
Riwayat Imunisasi Dasar: Lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama. Ayah bekerja sebagai karyawan swasta
dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga.
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital : Tekanan darah :-
Nadi : 112 x/menit
Napas : 28 x/menit
Suhu : 36,2oC
BB : 9 kg
Pemeriksaan Per Organ
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
THT : Faring tidak hiperemis,tonsil T1/T1, lidah kotor (-), sianosis(-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
Dada : Simetris
Paru-paru
3

Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada


simetris,
retraksi sela iga (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas dasar vesikular, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan: SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri: SIC IV linea midklavikularis sinistra
Batas atas: SIC II linea parasternal sinistra
Auskultasi : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), CRT < 2 detik, edema (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar, simetris, sikatrik (-)
Palpasi : Hepar, lien tidak teraba, suepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Status Lokalis:
a.r thoracolumbal, abdomen, gluteal, perineum, genitalia, femur terdapat luka
bakar dengan gambaran klinis hiperemis, odema dan bula (+), nyeri tekan (+)
kesimpulan luka bakar grade 2A dan 2B. dengan luas luka bakar 30% meliputi
punggung 10%, bokong 5%, paha kiri dan kanan 7%, bokong 5%, perineum
dan genitalia 1%, dan perut 3%.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb 11,6 Diffcount
Eritrosit 3.880.000 Basophil -
Leukosit 12.900 Eosinophil -
Trombosit 426.000 Stab -
Hematokrit 35% Segment 78%
Ureum 15,66 Limfosit 16%
Kreatinin 0.60 Monosit 6%
4

Urine Lengkap : Kekeruhan : Kuning, Protein (-), Reduksi (-), Bilirubin (-)
Sedimen: Epitel 2-3 lbp, Leukosit : 2-3 lbp, Eritrosit : 7-8 lbp, Kristal -,
Silinder (-) , Berat Jenis 1,038, PH 6,5 Urobilinogen (-), Keton (-)
3. Assesment (Penalaran klinis):
Diagnosis
Luka Bakar Air Panas derajat 2A dan 2B dengan luas luka bakar 30%
4. Plan:
Terapi
- Pasang iv line RL 8 jam pertama 30 tetes/menit makro, 16 jam kedua
12 tetes /menit makro
- Inj Ceftriaxon 2x 450 mg iv
- Inj Paracetamol 4 x 135 mg iv
- Zalf Burnazin 2x1 ue
- Kompres NaCl
Follow Up
Tanggal 29 Oktober 2017
Pukul 08.00
S : Nyeri (+) berkurang, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU baik
Nadi: 110 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu: 36,8oC
Status lokalis: Nyeri tekan (+), hiperemis (+), bula (+)
A : Luka bakar derajat 2A dan 2B dengan luas 30%
P : IVFD RL 900cc/24 Jam
Inj Ceftriaxon 2x 450 gr iv
Inj Paracetamol 4 x 135 mg iv
Zalf Silver Sulfadiazine 1% 2x1 ue
Tanggal 30 Oktober 2017
Pukul 09.00
S : Nyeri (+) berkurang, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU baik
Nadi: 104 x/mnt, RR: 22 x/mnt, suhu: 36,4oC
5

Status lokalis: luka tertutup perban kering


A : Luka bakar derajat 2A dan 2B dengan luas 30%
P : IVFD RL 900cc/24 Jam
Inj Ceftriaxon 2x 450 gr iv
Inj Paracetamol 4 x 135 mg iv
Zalf Silver Sulfadiazine 1% 2x1 ue
Tanggal 31 Oktober 2017
Pukul 08.00
S : Nyeri (+) berkurang, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU baik
Nadi: 108 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu: 36,5oC
Status lokalis: luka tertutup perban kering
A : Luka bakar derajat 2A dan 2B dengan luas 30%
P : IVFD RL 900cc/24 Jam
Inj Ceftriaxon 2x 450 gr iv
Inj Paracetamol 4 x 135 mg iv
Zalf Silver Sulfadiazine 1% 2x1 ue
Pro Nekrotomi
APS

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI DAN ETIOLOGI1,2


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase
syok) sampai fase lanjut.
6

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami
kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat
seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka
yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan,
yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
7

5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

EPIDEMIOLOGI 2
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka
morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan tempat
kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di
rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain. Simposium Indonesia Burn and Wound
Care Meeting melaporkan data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM
Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah
tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain.
Dan angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih tinggi, sekitar 40%,
terutama diakibatkan luka bakar berat.

KLASIFIKASI LUKA BAKAR 1,2,


Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu
tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung
menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju
yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis
seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu
tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:
a. Derajat I
8

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan


untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh
dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak
sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas
lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

b. Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan
pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka
dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Luka bakar berupa gelembung atau bula yang
berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas
dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di
jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka
bakar derajat III.

c. Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang
dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan
9

kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai
justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit
yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman


BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR 1,2,4
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya
trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Jaringan lunak tubuh
akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46 oC. Luasnya kerusakan akan
ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan
peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi
kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan
mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka
10

bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.


Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
a. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas
telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar
hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
b. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa Pada dewasa digunakan
rumus 9‟, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah
daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh
yang terbakar pada orang dewasa. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain
karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian
tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20
untuk anak.

c. Metode Lund dan Browder


11

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di


kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan „Rumus 9‟ dan disesuaikan
dengan usia: Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai
14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa. Untuk tiap
pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of
body surface area affected by burns in children.

PEMBAGIAN LUKA BAKAR1,2,4


1. Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
12

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)


a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum

PATOFISIOLOGI 1,4
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m 2 pada anak
bau lahir sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan
suhu tinggi pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh
sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitas meningkat. Terjadilah
kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udema dan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan
mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barrier dan penahan penguapan.
13

Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan


intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20% mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas lebih
dari 20% dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala khas seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin berkurang. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
Pada kebaran diruang tertutup atau bila luka terjadi diwajah dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap dan uap panas yang terhirup.
Edema laring yang ditimbulkan dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan
gejala sesak napas, takipnea, stidor, suara parau dan dahak berwarna gelap akibat
jelaga. Dapat terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya.
Setelah 12-24 jampermeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh
darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati merupakan
medium baik untuk pertumbuhan bakteri akan mempermudah infeksi. Infeksi ini
sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang
mengalami trombosis. Bakteri penyebab infeksi pada luka bakar berasal dari kulit
penderita sendiri, juga dari kontaminasi bakteri saluran napas atas dan
kontaminasi kuman dilingkungan dirumah sakit. Infeksi awal disebabkan oleh
bakteri gram positif tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif. Jika
infeksi tidak diatasi dengan baik luka bakar dapat berkembang menjadi derajat
tiga. Infeksi kuman juga dapat menyebabkan vaskulitis pada pembuluhan kapiler
di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila penderita berhasil mengatasi infeksi luka bakar derajat dua dapat
sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Luka bakar derajat dua yang
dalam mungkin meninggalkan jaringan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku
dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh
sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi didaerah sendi fungsi sendi akan
14

berkurang atau hilang. Pada luka bakar berat juga dapat terjadi ileus paralitik.
Stress atau beb an faali serta hipoperfusi pada daerah splangnikus pada luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak dimukosa lambung atau duodenum
yang disebut stress ulcer atau tukak curling yang memiliki gejala sama seperti
tukak peptik.

KRITERIA PERAWATAN 2
Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang
digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka
bakar adalah seperti berikut:
1. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari
10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
2. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.
3. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat kelamin, perineum,
atau sendi utama.
4. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA pada
semua kelompok usia.
5. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.
6. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang bisa
mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, atau
mempengaruhi kematian.
7. Luka bakar kimia.
8. Trauma inhalasi
9. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka
bakar tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
10. Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan
anak yang berkualitas maupun peralatannya.
15

11. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti sosial,
emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.

PENATALAKSANAAN 1,2,3,4,5
Primary Survey
a. Airway, yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap bernafas
secara normal
b. Breathing, mengecek kecepatan pernafasan yakni sekitar 20x/ menit
c. Circulation, melakukan palpasi pada nadi untuk mengecek pulsasi yang pada
orang normal berkisar antar 60 – 100x/ menit
d. Disability
Periksa kesadaran. Periksa ukuran pupil.
e. Environment
Jaga pasien dalam keadaan hangat. Secara sistematik dapat dilakukan 6c :
clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting. Untuk
pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru
selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif
tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah vasokonstriksi sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan
lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
16

Chemoprophylaxis : Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan


infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan
pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi
dengan bayi kurang dari 2 bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan
lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Resusitasi cairan (jika berindikasi)
Resusitasi cairan diindikasikan bila luas luka bakar > 10% pada anak-anak atau >
15% pada dewasa. Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
a. Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh
vaskuler regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
b. Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
c. Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin
survival seluruh sel
d. Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.
Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar mayor
yaitu Parkland, modified Parkland, Brooke, modified Brooke, Evans dan
Monafo’s formula. Pada resusitasi cairan yang lebih banyak digunakan adalah
modified parkland (baxters formula) yaitu:
4ml x bb/kgx luas permukaan luka bakar
Hasil tersebutmerupakan kebutuhan 24 jam pertama yang dibagi menjadi 2 yaitu
untuk 8 jam pertama dan 16 jam kedua.

Resusitasi nutrisi
17

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya


dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar,
maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang
diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-
30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan demikian
diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya
SIRS dan MODS.

Terapi pembedahan pada luka bakar


1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-
7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada
daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat
aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada
jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka
tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga
waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi-
komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan
nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang
menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses
angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini
mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi.
Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi
mikroorganisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga
18

eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit. Tindakan ini
disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui
infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II
dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin
grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak
akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Eksisi dini
diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh posterior. Eksisi
dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode
ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
PROGNOSIS 4
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Penyulit juga mempengaruhi
prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal
akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.

KOMPLIKASI 2,4
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ
Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sepsis SIRS adalah suatu bentuk respon
klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi
ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi autoimun, sirosis,
pankreatitis, dll. Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator
inflamasi (proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses
penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan
faktor pencetus, respon ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi)
19

dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik, menyebabkan disfungsi


dan berakhir dengan kegagalan organ terkena menjalankan fungsinya; MODS
(Multi-system Organ Disfunction Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai
organ (Multi-system Organ Failure/MOF).
Komplikasi SIRS bervariasi tergantung etiologi. Komplikasi yang
mungkin terjadi pada SIRS adalah gagal napas, Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), dan pneumonia nosokomial, gagal ginjal, perdarahan saluran
cerna dan stres gastritis, anemia, Trombosis vena dalam (Deep Vein
Thrombosis/DVT), hiperglikemia, dan Disseminated intravascular coagulation
(DIC). Penatalaksanaan luka bakar bersifat lebih agresif dan bertujuan mencegah
perkembangan SIRS, MODS, dan sepsis.
Masalah lain yang dapat timbul dari luka bakar adalah jaringan parut yang
secara estetika jelek. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan
kekakuan sendi.
PEMBAHASAN

Anak perempuan usia 2 tahun datang dengan keluhan luka bakar dibagian
punggung, perut, kemaluan, bokong dan paha bagian belakang akibat tidak
sengaja tersiram air panas yang dimasak ibunya saat sedang bermain ke dapur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120x/menit, RR: 26x/menit, T: 37,3 oC,
BB: 9 kg> pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status lokalis didapatkan luka bakar derajat 2A dan 2B dengan luas luka bakar
30% meliputi punggung 10%, bokong 5%, paha kiri dan kanan 7%, bokong 5%,
perineum dan genitalia 1%, dan perut 3%. Pada daerah luka terdapat udem (+),
bula (+) dan hiperemis. Pada luka bakar juga masih terasa akan rasa nyeri (+).
Pada pemeriksaan primary survei pasien: Airway: bebas, stidor (-), spine
stabil. Breathing: Spontan, RR 26x/menit. Circulation: Akral hangat, HR
120x/menit, reguler, isi cukup. D: sadar, GCS 15, pupil isokor diameter 3 mm,
refleks cahaya (+/+). E : Luka bakar di punggung, bokong, paha kanan dan kiri,
perut bagian samping, perineum dan genitalia.
20

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb: 11,6; eritrosit :


3.880.000; leukosit 12,900; trombosit: 496.900; hematokrit: 35%. Pada
pemeriksaan fungsi ginjal ureum: 15,66 dan kreatinin: 0,60. Pada pasien
didapatkan peningkatan kadar leukosit. Peningkatan ini disebabkan oleh reaksi
inflamasi pada fase akut luka bakar.
Luka bakar pada pasien ini digolongkan luka bakar derajat 2 A – 2 B
sebab kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis yang terlihat dari reaksi
inflamasi akut dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar luka berwarna merah
atau pucat dan nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Pada pasien luka bakar
didapatkan luas 30% dengan derajat 2A dan 2B sehingga digolongkan ke dalam
luka bakar berat.
Edema terjadi akibat adanya gangguan vaskularisasi yang menyebabkan
permeabilitas kapiler meningkat, tekanan osmotik koloid menurun sehingga air,
protein yang terkandung dalam vascular berpindah ke jaringan interstisial.
Hiperemis terjadi akibat adanya peningkatan aliran darah pada zona ini, dimana
belum terjadi kerusakan jaringan namun tubuh sudah mempersiapkan untuk
mencegah terjadinya kerusakan jaringan dengan meningkatkan aliran darah pada
daerah ini. Bulla menandakan terjadinya perpindahan cairan dari jaringan
interstisial (2nd spacing) menuju 3rd spacing di atas dermis yang selanjutnya akan
membentuk bulla tersebut.
Indikasi pasien dirawat pasien ini di RS adalah derajat luka bakar derajat 2
dengan >10% dari TBSA pada pasien berumur 10 tahun, luka bakar derajat 2
melibatkan kaki, alat kelamin dan perineum. Luka bakar pada anak-anak yang
dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan anak yang berkualitas maupun
peralatannya.
Tatalaksana yang didapatkan adalah pemberian cairan dengan
menggunakan metode bexter yaitu 4ml/kgbb/luas luka bakar sehingga didapatkan
kebutuhan cairan untuk 24 jam adalah 1080 ml. Kebutuhan cairan tersebut akan
dibagi menjadi 2 yaitu setengah kebutuhan untuk 8 jam pertama dan setengah
kebutuhan selanjutnya untuk 16 jam. Sehingga didapatkan kebutuhan cairan 8 jam
pertama adalah 540 ml sehingga tetesan yang didapatkan adalah 30 tetes permenit.
21

Kebutuhan 16 jam selanjutnya adalah 540ml sehingga tetesan 12 tetes permenit.


Untuk kebutuhan selanjutnya menggunakan dosis maintenance yaitu 100 cc untuk
10 kg pertama sehingga kebutuhan maintenance 900 cc/jam.
Kompres Nacl pada daerah luka bakar bertujuan untuk memperlambat
terbentuknya edema pada luka luka bakar tersebut dan mengurangi proses
penguapan. Pemberian salep burnazin 2x1 ue dan antibiotik Ceftriaxone 2 x 450
mg iv bertujuan untuk profilaksis terhadap infeksi karena pada pasien luka bakar
rentan terjadi infeksi akibat jaringan barrier kulit rusak. Diberikan antibiotik
karena luka bakar yang tidak steril diakibatkan oleh kontaminasi pada kulit mati,
yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan
mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada lu ka bakar, selain berasal
dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas
dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Pasien mendapatkan antinyeri
paracetamol 4x135 mg iv bertujuan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan
oleh luka bakar.
Pada pasien tidak terpasang kateter sehingga sulit untuk menilai diuresis
pada pasien. Namun menurut ibu pasien frekuensi buang air kecil pada anaknya
sama seperti biasa sehingga diasumsikan diuresis pada pasien baik.
Pada saat dilakukan follow up nyeri pada luka bakar berkurang, dilakukan
perawatan luka. Terapi lainnya lanjut. Pada hari ke empat perawatan pasien di
rencanakan untuk dilakukan debridement luka dan nekrotomi, namun pasien
memutuskan untuk pulang APS (Atas Permintaan Sendiri).
22

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai

  • Gadis Yang Malang
    Gadis Yang Malang
    Dokumen1 halaman
    Gadis Yang Malang
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Kak Salju
    Kak Salju
    Dokumen5 halaman
    Kak Salju
    Edo Putra Priyantomo
    100% (1)
  • Nov Des 2020
    Nov Des 2020
    Dokumen1 halaman
    Nov Des 2020
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Gadis Yang Malang
    Gadis Yang Malang
    Dokumen1 halaman
    Gadis Yang Malang
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Article Review
    Article Review
    Dokumen18 halaman
    Article Review
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Osce CBC 3 - St. 4 - 4 - Vertigo
    Osce CBC 3 - St. 4 - 4 - Vertigo
    Dokumen5 halaman
    Osce CBC 3 - St. 4 - 4 - Vertigo
    Dea Prista Agatha
    Belum ada peringkat
  • Gadis Yang Malang
    Gadis Yang Malang
    Dokumen1 halaman
    Gadis Yang Malang
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Tabel 4
    Tabel 4
    Dokumen1 halaman
    Tabel 4
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Epista Ks Is
    Epista Ks Is
    Dokumen2 halaman
    Epista Ks Is
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Gadis Yang Malang
    Gadis Yang Malang
    Dokumen1 halaman
    Gadis Yang Malang
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Neurologi OSCE
    Neurologi OSCE
    Dokumen4 halaman
    Neurologi OSCE
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Epista Ks Is
    Epista Ks Is
    Dokumen2 halaman
    Epista Ks Is
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Gadis Yang Malang
    Gadis Yang Malang
    Dokumen1 halaman
    Gadis Yang Malang
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Gadis Yang Malang
    Gadis Yang Malang
    Dokumen1 halaman
    Gadis Yang Malang
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Epista Ks Is
    Epista Ks Is
    Dokumen2 halaman
    Epista Ks Is
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat
  • Ikan Goreng Sedap
    Ikan Goreng Sedap
    Dokumen1 halaman
    Ikan Goreng Sedap
    Edo Putra Priyantomo
    Belum ada peringkat