Anda di halaman 1dari 15

MENELAAH POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL PASCA

AMANDEMEN UNDANG – UNDANG DASAR 1945.

0LEH :
DRS. H. SURAJI, MSi
DOSEN KOPERTIS WILAYAH VI JAWA TENGAH.

ABSTRAK
Politik dan Strategi Nasional merupakan landasan operasional Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bersumber dari Ketahanan Nasional, Wawasan Nusantara,
Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Sejak tahun 2004 Politik dan Strategi
Nasional merupakan kewenangan Presiden dan Wakil Presiden, dijabarkan melalui
Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden untuk jangka waktu lima tahun.
Politik dan Strategi Naional merupakan pencerminan masalah kesejahteraan,
dan pertahanan keamanan sebagai wujud politik pembangunan yang dilaksanakan
melalui visi dan misi pemerintah. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut
diperlukan telaahan strategis, perkiraan strategis dan batas waktu perkiraan
strategis.

A. PENDAHULUAN
Politik dan Strategi Nasional sebagai landasan operasional disusun
berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional. Politik dan Strategi Nasional bisa berjalan di Indonesia atas
dasar kebijakan dasar negara Republik Indonesia yang menetapkan tiga
kekuasaan yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Sejak amandemenUndang-Undang Dasar 1945 yang dilakukan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat Repubik Indonesia sistem ketatanegaraan
negara mengalami perubahan yang cukup mendasar, tujuannya tidak lain agar
terwujud tatanan keseimbangan antar lembaga negara. Harapan dari penataan
hubungan antar lembaga adalah agar tidak ada lagi terjadi pemusatan kekuasaan
dan kewenangan pada salah satu institusi saja.
Sebelum terjadi amandemen Undang-Undang Dasar 1945 alat-alat
kelengkapan negara ada enam lembaga meliputi: MPR, DPR, DPA, BPK,
Lembaga Kepresidenan, dan Kekuasaan Kehakiman. Setelah terjadinya
amandemen alat-alat kelengkapan negara menjadi delapan lembaga yakni: MPR,
DPR, DPA, BPK, Lembaga Kepresidenan, DPD, MK, KY. Kedudukan masing-
masing lembaga tinggi negara tersebut sama atau setara yang memiliki korelasi
satu sama yang lain dalam menjalankan tugasnya. Tugas pokok dan fungsi
lembaga-lembaga tinggi negara tersebut di atas dikelompokan dalam
kelembagaan legislatif, eksekutif, dan yudikatip.
Di Indonesia DPR, DPD dan MPR termasuk dalam kelembagaan
legislatif. DPR merupakan lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memgang kekuasaan
membentuk undang-undang. DPR mem punyai fungsi legislasi, anggaran dan
pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya DPR memiliki hak interpelasi, hak
angket, hak menyatakan pendapat, hak protekoler,serta hak imunitas.
DPD merupkan lembaga baru setelah terjadinya amandemen Udang-
Undang Dasar 1945, yakni sebagai lembaga negara dalamn sistem
ketatanegaraann Republik Indonesia yang merupakan wakil-wakil daerah propinsi
dan dipilih melalui pemilihan umum. DPD memiliki fungsi antara lain pengajuan
usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan dalam bidang
legislasi tertentu dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang
tertentu. Sedangkan sebelum amandemen UUD 1945 dinamakan anggota DPR
dari Utusan Daerah.
MPR merupakan lembaga khas Indonesia yang merupakan perwujudan
dari sila ke empat dari Pancasila, yakni sila” kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat, kebijaksanaan dalam permusyahwaratan “.. maka prinsip
permusyahwaratan tercermin dalam kelembagaan MPR dan prisip perwakilan
akan tercermin pada DPR. Di Indonesia pengertian dewan perwakilan mencakup
DPR dan DPD yang kedua-duanya secara bersama-sama dapat disebut MPR.
Di Indonesia Presidan dan Wakil Presiden yang dibantu para menteri-
menteri negara merupakan pelaksana tugas pemerintahan dengan kata lain sebagai
sebagai pemegang kekuasaan eksekutif. Kedudukan presiden dangan MPR adalah
setara karena presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR. Presiden adalah
kepala pemerintahan yang bertugas melaksanakan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar. Presiden dan Wakil Presiden merupakan pasangan yang
secara langsung dipilih oleh rakayat sedangkan sebelum amandemen Presiden
dipilih oleh MPR dan bertanggung jawab kepada MPR.
Kekuasaan kehakiman berdasarkan hasil amandemen Undang-Undang
Dasar 1945 dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer dan lingkungan peradilan tata usaha negara, serta
Mahkamah Konstitusi.
Komisi Yudisial merupakan lembaga baru dari hasil amandemen Undang-
Undang Dasar 1945, komisi ini bersifat mandiri yang berada pada wilayah
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman. Tujuan dibentuknya Komisi Yudisial
dalam wilayah kekuasaan kehakiman adalah agar warga negara Indonesia yang
berada di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses
pengakatan, penilaian kinerja dan pemberhentian para hakim. Komisi Yudisial
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku
para hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan di Indonesia.
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 juga menghasilkan lembaga
baru yaitu Mahkamah Konstitusi. Nafas lahirnya lembaga baru ini karena di
Indonesia sudah tidak ada lagi lembaga tertinggi negara, sehingga apabila terjadi
perselisihan atau persengketaan antara lembaga tinggi negara maka lembaga
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang menangani masalah tersebut.
Menurut UUD 1945, lembaga ini berwenang mengadili pada tingikat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutuskan perubahan partai politik,
dan memutuskan perselisihan tentang pemilihan umum. Memberi putusan atas
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD 1945.
BPK adalah lembaga negara Republik Indonesia yang mempunyai
wewenang memeriksa sumber dan penggunaan dana anggaran , keuangan negara
serta memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK
termasuk lembaga negara yang indenpenden yang memiliki tugas dan wewenang
memeriksa tanggung jawab keuangan negara, memeriksa semua pelaksanaan
APBN, dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada DPR, dan DPD.
Lembaga-lembaga tersebut di atas di dalam negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur melalui Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
suprastruktur politik, yakni DPR, DPD, MPR, PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN,
BPK, MA, MK, KY sedangkan badan-badan yang berada di masyarakat disebut
sebagai infrastruktur politik yang meliputi pranata politik yang ada di dalam
masyarakat, antara lain : partai politik, media masa, organisasi kemasyarakatan,
kelompok kepentingan, dan kelompok penekan.
Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat
suprastruktur politik di Indonesia merupakan kewenangan lembaga eksekutip,
dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden. Sejak dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum pada tahun 2004, Presiden dan wakil Presiden bukan
lagi menjadi mandataris MPR. Presiden dan Wakil presiden di dalam
menjalankan pemerintahan berpegang pada visi dan misi Presiden yang
disampaiikan pada waktu sidang MPR, yakni setelah acara pelantikan dan
pengambilan sumpah dan janjin Presiden dan Wakil Presiden.
Visi dan misi yang disampaikan Presiden dan Wakil Presiden tersebut
merupakan politik dan strategi nasioanal negara Indonesia di dalam menjalankan
pemerintahan dan melaksanakan pembangunan selama lima tahun. Sedangkan
sebelumnya politik dan strategi nasional Indonesia mengacu pada Garis-Garis
Besar Haluan Negara yang dibuat dan ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Pada infrastruktur politik proses penyusunan Politik dan Strategi Nasional
merupakan sasaran yang akan dicapai oleh pemerintah di dalam mencapai tujuan
secara nasional. Masyarakat memiliki peran yang besar di dalam mengawasi
pemerintah mengenai jalannya Politik dan Strategi Nasional yang dibuat dan
dilaksanakan oleh lembaga eksekutip. Sesuai dengan kebijakan politik secara
nasional, penyelenggara negara memang harus mengambil langkah-langkah
pembinaan terhadap semua unsur lapisan masyarakat dengan mencantumkan
sasaran masing-masing sektor atau bidang yakni; bidang ekonomi, politik, sosial
budaya, pertahanan keamanan.

B. STRATIFIKASI POLITIK NASIONAL DAN TATA URUTAN


PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA.
Stratifikasi politik naional dalam negara Republik Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat penentu kebijakan puncak
Penentu kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh
secara nasional dan mencakup penentuan undang-undang dasar. Menitik beratkan
pada masalah makro politik bangsa dan negara untuk merumuskan idaman
nasional berdasarkan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kebijakan tingkat puncak dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakayat.
Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti
yang tercantum di dalam pasal 10 sampai 15 Undang-Undang Dasar 1945 , tingkat
penentu kebijakan puncak termasuk kewenangan Presiden sebagai kepala Negara.
Bentuk hukum dari kebijakan nasional yang ditentukan oleh kepala negara yakni
berupa dekrit presiden, peraturan atau piagam kepala negara.
2. Tingkat Kebijakan Umum
Kebijakan umum posisinya berada di bawah tingkat kebijakan puncak,
yang lingkupnya secara menyeluruh di tingkat nasional. Tingkat kebijakan umum
berisi mengenai masalah-masalah makro strategi guna mencapai idaman nasional
dalam situasi dan kondisi tertentu.
3. Tingkat Penentu Kebijakan Khusus
Tingkat penentu kebijakan khusus merupakan kebijakan terhadap suatu
bidang utama pemerintah. Kebijakan ini adalah penjabaran kebijakan umum guna
merumuskan strategi, administrasi, sistem dan prosedur dalam bidang tersebut.
Wewenang kebijakan khusus ini berada pada menteri berdasarkan nkebijakan
tingkat di atasnya.
4. Tingkat penentu kebijakan teknis
Pada tingkat penentu kebijakan teknis ini kebijakan teknis meliputi
kebijakan dalamn satu sektor dari bidang utama dalam bentuk prosedur serta
teknik untuk mengimplementasikan rencana, program dan kegiatan yang akan
dilakukan.
5. Tingkat penentu kebijakan di daerah.
Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan opemerintah pusat di daerah
terletak pada Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat di
daerahnya masing-masing. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan
pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD. Kebijakan tersebut dapat
berbentuk peraturan daerah tingkat I, atau peraturan daerah tingkat II.
Berdasarkan kebijakan yang berlaku sekarang, jabataan gubernur dan bupati atau
wali kota dan kepala daerah tingkat I atau kepala daerah tingkat II disatukan
dalam satu jabatan yang disebut Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I,
Bupati/Kepala Daerah Tingkat II atau Walikota/Kepala Daerah Tingkat II.

B. KONSTITUSI INDONESIA
Konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara dan bagimana suatu pemerintahan
deselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisi
aturan-aturan untuk menjalanakan sebuah organisasi pemerintahan negara, berdasarkan
kesepakatan para pakar ilmu hukum maupun pakar ilmu poltik pengertian konstitusi dapat
diartikan sebagai kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan,
distribusi dan alokasi, dengan berbagai ragam bentuk dan kompleksitasnya termasuik di
dalamnya konstitusi ekonomi, selain konstitusi hukum dan konstitusi politik.
F. Lasele membagi pengertian konstitusi menjadi dua, pertama, sosiologis dan
politis, dalam pengertian ini konstitusi adalah sintesa faktor-faktor kekuatan yang nyata dalam
masyarakat. Kedua, yuridis, dalam arti yuridis konstitusi adalah suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
Di dalam penjelasan konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan
bahwa negara Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka. Menurut kepustakaan ilmu hukum istilah negara hukum merupakan
terjemahan dari rechsstaat dan the rule of law. Konsep sebagai negara yang berdasarkan atas
hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia,
b. adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara (legislatif, eksekutif,
yudikatif) untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia. c. pemerintahan berdasarkan
peraturan. d. adanya peradilan administrasi.
Di Indonesia untuk menciptakan keteraturan hukum dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, tertib hukum yang berbentuk adanya tata urutan perundang-undangan menjadi
suatu keniscayaan di dalamn penyelenggaraan negara atau pememerintahan. Tata urutan
perundang-undangan dalam kaitannya dengan implementasi konstitusi negara kesatuan
Republikn Indonesia adalah merupakan bentuk tingkatan perundang-undangan.
Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966, pada lampiran 2 disebutkan bahwa
hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti : peraturan menteri, instrusksi
Menteri, dan lain-lainnya.
Kemudian berdasarkan ketetapan MPR No.III tahun 2000, tata urutan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah.
Pada tanggal 24 Mei 2004 terjadi penyempurnaan terhadap tata urutan perundang-
undangan Indonesia. Sejak bulan Nopember 2004 berlaku Undang-undang No.10
tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai pengganti
ketetapan MPR No.III tahun 2000. Tata urutan peraturan Perundang-undangan ini
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah yang meliputi: Peraturann Daerah Propinsi, Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Desa.
Dengan ditetetapkannya tata urutan perundang-undangan tersebut di atas,
maka semua peraturan dalam hierarki perundang-undangan yang bertentangan
dengan peraturan di atasnya, tidak bisa dilaksanakan dan batal demi hukum.

C. POLITIK NASIONAL DAN STRATEGI NASIONAL


1. POLITIK NASIONAL
Di dalam fase mingisi kemerdekaan bangsa Indonesia pada saat ini sudah
memasuki masa kontruksi. Maka pada fase ini strategi nasional merupakan bagian
yang terpenting dalam proses pemantapan untuk mencapai cita-cita secara nasional,
sebab setiap mekanisme yang dibentuk akan diputuskan secara politik. Konsepsi
politik ini berdasarkan atas pola dan orientasi pada daya dan upaya untuk mengatur
negara sebaik-baiknya dan memberikan kesejahteraan serta keamanan rakyat
Indonesia.
Hakekat dari politik nasional sama dengan kebijaksanaan nasional, yakni menjadi
landasan serta arah bagi penyusun konsep strategi nasional. Kebijakan nasional
merupakan manipulasi dimana tujuan nasional yang hendak dicapai melalui rumusan-
rumusan pokok yang dapat dijamin tercapainya tujuan nasional tersebut. Di dalamnya
tergambar pendirian dan sikap nasional terhadap persoalan luar negeri baik yang
menyankut kepentingan sendiri atau keselamatan dan kesejahteraan dunia.
Politik nasional dapat diartikan sebagai alat perjuangan dan konsepsi perjuangan
dua hal sebagai berikut: pertama, pencerminan ideologi aspirasi dan sikap suatu
bangsa, sebagai konsepsi juang. Kedua, manifestasi dari ide dan sikap ke arah tindakan
yang nyata, sebagai alat juang.
Dalam menyusun politik nasional pada dasarnya terdapat tiga problem pokok
yang harus dipecahkan yang meliputi: pertama, kebutuhan pokok nasional antara lain
masalah kesejahteraan dalam bentuk material dan ideal serta masalah pertahanan dan
keamanan secara nasional. Kedua, hal-hal yang timbul dari lingkungan sendiri yang
mencakup situasi kondisi politik, ekonomi, sosial budaya. Kekuatan/kelemahan,
pendalaman dan kepemimpinan yang berpengaruh bagi perumusan dan pelaksnaan
politik nasional yang baik. Ketiga, hal-hal yang timbul dari luar lingkungan negara
yang bisa bersifat membantu atau sebaliknya menghambat cita-cita bangsa Indonesia.
Pertimbangan dalam merumuskan dan memikirkan politik nasional ada beberapa
masalah yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai berikut: pertama, menilai
secara tepat ancaman dari luar serta hambatan dari dalam, kedua, menilai faktor-faktor
dinamik/statis dari wilayah nasional dan negara sekitar kita yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan politik nasional. Ketiga, menilai secara tepat kemampuan yang tersedia
yakni:faktor ideologi, politik, sosial budaya, jiwa bangsa. Faktor material dan
keungan, faktor sumber daya manusia, faktor manajemen serta prasarana yang ada.
Keempat, menilai pengalaman-pengalaman masa lalu.
Politik nasional pada saat ini adalah politik pembangunan yang pelaksanaannya
melalui tahap-tahap pembangunan. Tahap-tahap pembangunan ini di tuangkan ke
dalam rencana pembangunan jangka menengah, jangka waktu lima tahun, pola umum
pembangunan nasional terdiri dari program-program yang dapat dikelompokkan dalam
empat bidang sebagai berikut:
a.Pembangunan bidang ekonomi
Strategi dalam bidang ini adalah “strategi of unbalanood grouth” artinya bahwa
perbandingan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh pada semua sektor dibidang
ekonomi dan intensitas dan volume yang sama dan waktu yang sama. Diprioritaskan
di salah satu bidang akan memberikan “leverage efect” yaitun mendorong menarik
bidang-bidang yang lain merupakan pendukung dan penunjang dari pada bidang yang
dipilih atau yang diprioritaskan.
b.Pembangunan di bidang sosial budaya
Pembangunan di bidang sosial budaya meliputi : keluarga berencana, kesehatan,
transmigrasi, pendidikan, tenaga kerja, kesejahteraan sosial, kebudayaan dan agama.
c.Pembangunan dibidang politik
Pembangunan di bidang politik secara strategis dipusatkan padan pembangunan
kekuasaan berdasar atas hukum, menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengandung
dua unsur yakni : pembangunan kepemimpinan nasional dan pembangunan partisipasi
rakyat, semuanya didukung oleh komponen-komponen komplementer yaitu:
pembangunan pembinaan kekuatan sosial politik, pemerintahan, hukum, hubungan
luar negeri.
d.Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional
Realisasi pembangunan pertahanan dan keamanan nasional tergantung pada kondisi
yang dapat diciptakan oleh pelaksanaan rangkaian rencanan jangka menengah dalam
bidang ekonomi yang menjadi sumber dan penyediaan sarana prasarana
pembangunan.
Pelaksanaan politik nasional yang baik harus diimbangi dengan pengendalian
suasana nasional yang baik pula sehingga mutu kepemimpinan sangat dipengaruhi
gerak dinamis politik nasional, karena dari segi kepemimpinan dan segi negaarawan
maupun sifat-sifat dari rakyat dapat menentukan gagal atau berhasilnya pelaksanaan
politik nasional yang akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan bangsa
maupun kepentingan bangsa lain.

2. STRATEGI NASIONAL
Strategi nasionalk adalah cara melaksanakan politik nasional tersebut dalam mencapai
tujuan dan sasaran nasional. Cara untuk melaksanakan politik nasional dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran nasional ini dibutuhkan antara lain: pertama, telaahan
strategi. Kedua, perkiraan strategi, ketiga, menganalisa kekuatan nasional, keempat, batas
waktu perkiraan strategi yang selalu berubah dan dinamis.
Telaahan strategi adalah suatu kajian terhadap lingkungan yang akan berpengaruh
pada strategi yang ditempuh, antara lain meliputi:
a.Pembidangan, politik nasional mencakup sektor ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan.
b.Sasaran masing-masing bidang ditentukan sehingga tujuan politik nasional dapat
dicapai.
c.Pedoman pelaksanaan, yang mencakup : usaha pembibingan, pengadaan,
pengembangan, pengarahan, sumber-sumber materiil, sumber daya manusia, dan
kebutuhan in-material. Pengerahan usaha-usaha dan tindakan dantara sikap umum
terhadap pengadaan modal, penentuan periode waktu pelaksanaan.
d.Sikap dan pendirian terhadap masalah-masalah nasional dan internasional.
e.Pengendalian perencanaan yang dituangkan dalam strategi naional, seperti : sikap
Indonesi terhadap masalah pertahanan dan keamanan dari Asia Tenggara, sikap politik
luar negeri Indonesia yang bebas aktip terhadap berbagai masalah dunia, sikap Indonesia
terhadap perkembangan rumah tangga sektor nasional dan masalah peranan sektor
wilayah Asia Tenggara.
Perkiraan strategi yaitu suatu analisis yang menghasilkan nsasaran alternatifn yang
ditetapkan serta beberapa alternatif c ara bertindak yang akan digunakan mencapai sasaran.
Perkiraan strategi meliputi bagaimana mempelajari keadaan lingkungan seperti: kekuatan,
kecenderungan, adanya kesempatan yang terbuka masalah yang dihadapi. Adanya ciri dan
kecenderungan kekuatan penyusun stategi akan mampu membuat perkiraan mengenai
pertumbuhan dan pengaruh kekuatan itu terhadap lingkungan nasional/internasional dan
mendapat gambaran mengenai adanya kesempatan baik yang tersedia, begitu pula masalah-
masalah yng timbul bila kecenderungan yang diramalkan itu terjadi dalamn periode
strategis yang ditentukan.
Pada masa lalu, mengidentifikasi kekuatan nasional lebih mudah, karena yang dipakai
sebagai ukuran adalah kekuatan militer seperti tipe dan jumlah persenjataan atau peralatan
organisasi, mutu latihan, kepemimpinan dan sebagainya. Pada perkembangan dewasa ini
kekuatan suatu bangsa atau negara tidak hanya dilihat dari segi kuantitatif tetapi juga dari
segi kualitatif dan kekuatan persenjataan sebagai kekuatan nasional bersifat relatif dan
senantiasa situasi dan kondisi selalu mengalami perubahan sesuai dengan tututan
mas;yarakat sehingga perlu diteliti secara berlanjut.
Mengingat bahwa globalisasi akan selalu mempengaruhi keadaan Indonesia,
perubahan yang ada pada negara-negara lain akan mempengaruhi kondisi nasional bangsa
Indonesia juga, maka penilaian strategi dalam perkiraan strategi disusun dalam kebutuhan
yang sesuai dengan tahapan keperluan rencana pembangunan nasional untuk jangka
pendek dan jangka menengah.
Program nasional adalah dokumen induk dan waktu yang dapat direvisi sesuai dengan
kondisi dewasa ini, perencanaan tingkat nasional menyangkut permasalahan organisasi
serta distribusi sumber dana yang tersedia untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok dan
keamanan nasional serta pembangunan prasarana bagi peningkatan kesejahteraan umum.
Dilema pada tingkat perencanaan adalah bahwa penentuan prioritas untuk semua sektor
akan selalu ada atas dasar pengembangan sektor lainnya dimana program kesejahteraan
rakyat di utamakan.
Dibutuhkan sistem perencanaan, penyusunan maupun pengendalian strategi secara
terpusat oleh sebuah badan perencanaan pusat yang mampu menjamin koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi, selanjutnya Presiden menugaskan Badan perencanaan pusat untuk
merumuskan pelaksanaan politik dan strategi nasional. Departemen-departemen, swasta
dan lembaga masyarakat lainnya memberikan data kepada Badan tersebut untuk
penyusunan perencanaan yang terkoordinasi, sinkron dan terpadu.
Untuk dapat menyusun perencanaan yang baik, selain dikehendaki adanya stabilitas
pemerintah, perlu pula diperhatikan seperti: saat mulainya perencanaan, waktu yang
dibutuhkan untuk menyusun rencana, waktu yang dibutuhakn oleh eselon-eselon pelaksana
untuk dapat mengetahui dan memahami rencana. Saat dimulainya perencanaan untuk
program tahunan adalah selambat-lambatnya setengah tahun sebelum program berikutnya.
Anggaran juga tidak kalah pentingnya di dalam menunjang strategi nasional, karena
anggaran bertujuan untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara nasional,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.Mempelajari pertumbuhan historis pola perkembangan nasional dan mengadakan
evaluasi terhadap validitas dari proyeksi.
b. Meramalkan laju pertumbuhan dan memperkirakan suatu pertumbuhan ekonomi
melalui suatu rencana strategis.
c.Memperkirakan penerimaan dari pemerintah pada setiap tahun dari jangka waktu
strategis, antara lain memperkirakan suatu kelanjutan yang terus menerus dari
perbandingan rata-rata GNP yang lampau dengan perencanaan GNP yang akan datang.
Memperkirakan setiap perubahan dalam arus tax rate dan pengumpulan dana setiap
prosedur kemudian dibuat perkiraan tentang kenaikan penerijmaan yang dihasilkan.
a.Menentukan prosentase setiap anggaran yang akan dimasukkan ke dalam kategori biaya
yang lebih besar.
b.Perlu ditentukan dalam suatu usul kebijakan nasional apakah biaya dari nseluruh
kategori dilanjutkann di dalam suatu proyeksi yang lama atau sebagian saja yang relatip
meningikat atau menurun dalam jangka waktu periode strategis.
Untuk mendapatkan hubungan timbal balik yahg baik antara strategi dan
teknologi maka diperlukan usaha penelitian dan pengembangan yang intensif. Hasil
penemuan teknologi diteliti untuk dapat diterapkan dalam konteksn strategi dan
sebaliknya keinginan strategi perlu dirumuskan untuk dapat tanggapan dari teknologil.
Oleh karena itu dalam usaha penelitian pengembangan harus ada organisasi yang cakap
memahami masalah-masalah strategi dan diperlukan sumber daya manusia yang
memahami masalah teknologi.

D. KESIMPULAN
1. Sejak amandemen Undang-Undang Dasar 1945 secara nasional Indonesia mengalami
banyak perubahan terutama di tingkat suprastruktur, yakni sebelum amandemen ada
enam lembaga tinggi negara, setelah amandemen terdapat delapan lembaga tinggi negara.
2. Perubahan lain terjadi pada hubungan antar lembaga tinggi negara, terutama pada lembaga
legislatif dengan lembaga eksekutif. Presiden dan Wakil Presiden sebagai lembaga
eksekutif tidak lagi diangkat dan dipilih oleh MPR, akan tetapi langsung dipilih oleh
rakyat.
3. Lembaga Yudikatif sebagai lembaga yang independen berdasarkan amandemen Undang-
Undang Dasar 1945 dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan di
bawahnya. Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial sebagai lembaga baru bersifat
mandiri.
4. Politik dan Strategi Nasional Indonesia berdasarkan hasil amandemen merupakan
kewenangan Presiden dan Wakil Presiden. Sejak tahun 2004 Presiden dan Wakil Presiden
di dalam menjalankan pemerintahan berpegang pada visi dan misi untuk jangka waktu
lima tahun kedepan.
5. Stratifikasi politik nasional yang di jalankan Indonesia pasca amandemen adalah: pertama,
tingkat penentu kebijakan puncak, kedua, tingkat kebijakan umum, ketiga, tingkat
penentu kebijakan khusus, keempat, penentu tingkat kebijakan teknis, kelima, tingkat
penentu kebijakan di daerah.
6. Tata urutan perundang-undangan yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang Nomor 10
tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan sebagai pengganti ketetapan MPR
Nomor III tahun 2000.
7. Politik nasional merupakan pencerminan konsepsi juang dan alat juang yang meliputi:
masalah kesejahteraan secara nasional, pertahanan keamanan, dan hal-hal yang timbul
dari lingkungan sendiri serta di luar lingkungan negara. Politik nasional saat ini adalah
politik pembangunan untuk mencapai tujuan nasional.
8. Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional tersebut di atas. Untuk
melaksanakan poltik nasional diperlukan telaahan strategis, perkiraan strategis,
menganalisis kekuatan nasional, dan batas waktu perkiraan strategis.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqy, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
Undang-Undang Dasar 1945, Yogyakarta, UII Press.
Attamimi, A.. Hamid S., 1990, Peranan Keputusan Presiden republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi UI, Jakarta.
Effendi, NK, 1991, Politik dan Strategi Nasional (Suatu Pengantar Pengkajian Mendukung
Implementasi Wawasan Nusantara-Ketahanan Nasional), Lemhannas.
Fiqih, Mansour, dkk, 2003, Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan: Pegangan Untuk
Membangun Gerakan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta, Insist Press.
Hikam, Muhammad AS, 2000, Fiqih Kewarganegaraan, Jakarta, PB-PMII
Iswara, 1982, Ilmu Politik, Bandung, Bina Cipta.
Lemhannas, 2000, Naskah Hasil Konferensi Nasional Membangun Indonesia Baru, Tentang
Reformulasi Format Penyelenggaraan Negara dalam Rangka Memperkokoh Persatuan
Indonesia, Jakarta.
Mahfudz MD, Mohammad, 2000, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Malian, Sobirin, 2001, Gagasan Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945, Yogyakarta,
: UII Pres, Cetakan pertama.
Manan Bagir, 2005, DPR, DPD, dan MPR dalam Undang-Undang Dasar 1945 Baru,
Yogyakarta, FH UII Press, Mei , Cetakan ketiga.
Nasution, Adnan Buyung, 1995, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia, Penerjemah
Sylvia Tiwon, Jakarta, Grafiti.
Strong, CF., 2004, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan Tentang Sejarah
dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, Nusa Media, Jakarta, Cetakan pertama.
Sulaiman, M. Munandar, 1995, Ilmu Sosial Dasar, : Teori dan Konsep Ilmu Sosial, PT Aresco,
Bandung.
Tutik, Titik Triwulan, 2006, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, Prestasi Pustaka Indonesia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai