“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia”.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang
wajib disembah, ucapan denagn lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat, diwujudkan dalam
perbuatan dengan amal shaleh. Akidah dalam Islam harus berpengaruh pada segala aktivitas
yangt dilakukan oleh menusia. Sehingga aktivitas tersebut dapat bernilai ibadah. [2]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akidah dalam Islam tidak hanya sekedar
keyakinan dalam hati, melainkan tahap lanjutan yang akna menjadi acuan dan dasar dalam
bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya akan menghasilkan amal shaleh.
B. Syariah
Syariat adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-
pokoknya di dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudara sesama muslim, dengan
saudara sesama manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan.
Cara untuk mengadakan hubungan tersebut adalah:
a. Cara manusia berhubungan dengan Tuhan
b. Cara manusia berhubungan dengan sesama muslim
c. Cara manusia berhubungan dengan saudara sesama manusia
d. Cara manusia berhubungan dengan alam
e. Cara manusia berhubungan dengan kehidupan.
Syari’ah pada asalnya bermakna “jalan yang lempeng” Pengertian syari’ah yang sering
dipakai dikalangan para ahli hukum, ialah: “Hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT
untuk segala hambaNya agar mereka itu mengamalkannya untuk kebahagiaan dunia akhirat,
baik hukum-hukum itu bertalian dengan perbuatan, aqidah dan akhlak”.
Para ahli fiqh memakai kata syari’ah ini sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan Allah
untuk para hambaNya dengan perantaraan Rasulullah supaya para hambaNya tersebut
melaksanakannya dengan dasar iman yang hukum tersebut mencakup seluruh kehidupan
manusia.
Syari’ah berasal dari wahyu Allah yang dituangkan dalam al-Quran dan al-Hadits,
diwajibkan untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya, apabila manusia ingin
hidup bahagia dan tenteram baik di dunia dan di akhirat maka Allah berfirman
Syari’ah juga merupakan tata ketentuan yang telah mengatur dengan sebaik-baiknya
bagaimana seorang muslim melakukan kewajibannya terhadap Allah secara vertikal dan
bagaimana pula seorang muslim mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya secara
horizontal terhadap sesama makhluk Allah.
Syari’ah berpusat pada dua segi kehidupan yang cukup mendasar yaitu aspek ibadah dan
muamalah.
Aspek ibadah terdiri dari dua jenis yaitu ibadah dalam pengertian umum dan ibadah
dalam pengertian khusus. Ibadah dalam pengertian umum yakni semua amalan yang
diizinkan oleh Allah dan yangn tidak ditetapkan secara terperinci mengenai keharusan
mengerjakannya. Sedangkan ibadah dalam arti khusus yakni apa-apa yang telah ditetapkan
Allah secara terperinci baik tingkat maupun kaifiyat atau dalam cara-cara tertentu.
Sesuai dengan fungsi, tujuan dan nilai yang terkandung dalam peribadatan dapat diketahui
tiga macam bentuk ibadah yaitu
a. Ibadah syahsiyah adalah ibadah perorangan dalam rangka pembentukan watak yang formil
yakni kepribadian muslim, seperti ibadah shalat dan syahadat.
b. Ibadah ijtima’iyah syaltout yaitu ibadah kemasyarakatan yang bernilai amaliyah social
untuk membentuk rasa tanggung jawab sosial, seperti zakat dan puasa.
c. Ibadah siyasah adalah ibadah yang secara tidak langsung terkandung aspek politis
biasanya berupa ibadah haji untuk membina persatuan dan kesatuan umat.
C. Akhlak
Akhlak ialah suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa, yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan
terlebih dahulu. Apabila yang timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan baik, terpuji
menurut akal dan syara’ maka disebut akhlak baik, sebaliknya apabila yang timbul dari
padanya adalah perbuatan yang jelek maka dinamakan akhlak yang buruk.
Dalam menjalankannya sebaiknya berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
Secara garis besarnya menurut sifatnya terbagi kepada dua yakni akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Dari segi bentuknya kahlak dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a. Akhlak kepada Allah
b. Akhlak terhadap manusia
c. Akhlak terhadap makhluk-makhluk lain.
Masalah-masalah pokok yang menyangkut akhlak, menurut al-Ghazali dalam kitabnya
Ihya Ulumuddin ialah:
a) Hikmah yakni kemampuan jiwa untuk membedakan yang benar dari yang salah dalam
segala perbuatan yang ada di bawah kekuasaan manusia.
b) Keadilan yakni kemampuan jiwa untuk mengendalikan daya (kekuatan), marah, dan daya
nafsu serta mendorongnya kepada tuntunan hikmah dengan membatsi gerak-geriknya.
c) Syaja’ah yakni keadaan daya gadlah yang tunduk dan taat kepada akal dalam semua gerak
maju dan mundurnya.
d) Iffah yakni keadaan daya nafsu terpimpin dan terdidik dengan pendidikan dan pimpinan
akal dan agama.
Sedangkan metode yang digunakan dalam pencapaian akhlak terdapat tiga cara yaitu:
a) Metode Takhalli yaitu mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela lahir dan batin. Dalam
mencapai metode Tahalli seseorang harus bias menghindari sifat-sifat mazmumah.
b) Metode Tahalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat mahmudah secara lahir dan batin.
c) Metode Tajalli yaitu merasa akan keagungan Allah SWT. [4]
Memiliki visi yang jelas dengan manusia lain, sehingga terjalin keharmonisan antara
manusia dan Tuahannya, dengan lingkungan di sekitarnya.
b. Aqidah harus dipelajari secara terus menerus (Continue) dan diamalkan hingga akhir hayat
dan di dakwahkan kepada yang lain. Sumber aqidah Allah yakni Dzat yang Maha Benar.
Oleh sebab itu dalam mempelajari aqidah harus melalui wahyuNya.
Qs. Al-Isra: 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya”.
c. Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan memperbincangkan dan
memperdebatkan tentang eksistensi Dzat Tuhan, sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan
pernah mampu menguasai.
d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk mencari aqidah, karena
semua telah jelas dalam al-Quran dan al-Hadits.
b. Penolong Dalam Kesukaran, Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya)
akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung
menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda halnya dengan
orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap
cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya
merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah
memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang
siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
c. Penentram Batin, Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu
kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan
harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi,
selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang
yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta
kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang
didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu
bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang
yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam
hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah
bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.
d. Pengendali Moral, Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di
junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam
diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk
meminta dihormati. Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah.
Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang
tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta
dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan
moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia
lain (hablum minannas atau hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika
seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil
peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan
dengan tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.10