Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

AGAMA SEBAGAI MORAL, AKHLAK MULIA

Islam merupakan agama yang sangat diridhoi oleh Allah SWT. Para mudjahid


membagi Islam ke dalam tiga kerangka pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Drs. Nasruddin Razak menyebutkan
dalam bukunya “Dainul Islam” bahwa : Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang
satu dengan yang lainnya mempunyai nisbat dan hubungan yang saling berkaitan. Maka
Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi: Aqidah, syariah dan nizam.  Nizam adalah
serupa dengan sistem, cara hidup atau the way of life. Islam sebagai suatu sistem, pertama
kali kita lihat sebagai iman (kepercayaan), kemudian sistem ibadah (penyembuhan) sistem
akhlak. Islam juga merupakan suatu cara hidup, mempunyai cara hidup dalam berkeluarga,
cara hidup sosial, cara hidup dalam bidang politik, cara hidup ekonomi dan lain sebagainya.
            Untuk lebih jelasnya maka kita akan membahas lebih dalam mengenai akidah,
syari’ah dan akhlak.
A.    Aqidah
Akidah adalah sesuatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya baik berwujud agama
dan yang lainnya.[1]
Aqidah (kepercayaan) itu adalah sesuatu hal yang pertama-tama yang diserahkan oleh
Rasulullah dan yang dituntutnya dari manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama
daripada tahapan-tahapan dakwah Islamiyah dan yang merupakan pada seruan setiap Rasul
yang diutus oleh Allah swt.
Aqidah secara etimologi berarti ikatan atau sangkutan. Dan secara terminologi
berarti creedo, creed yaitu keyakinan hidup. Iman dalam arti yang khusus, yakni pengikraran
yang bertolak dari hati. Bentuk jamaknua ‘aqaid atau ma’rifat, ilmu ushuluddin, ilmu kalam,
ilmu hakikat dan ilmu tauhid.
Sayid Sabiq mengemukakan bahwa pengertian keimanan atau aqidah itu tersusun dari
enam perkara yaitu:
1.      Ma’rifat kepada Allah
2.      Ma’rifat dengan Alam yang ada dibalik alam semesta ini.
3.      Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah
4.      Ma’rifat dengan Nabi-nabi serta Rasul-rasul Allah.
5.      Ma’rifat dengan hari akhir.
6.      Ma’rifat dengan takdir
Qs. Al-Anfal: 2-4

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia”.

      Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang
wajib disembah, ucapan denagn lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat, diwujudkan dalam
perbuatan dengan amal shaleh. Akidah dalam Islam harus berpengaruh pada segala aktivitas
yangt dilakukan oleh menusia. Sehingga aktivitas tersebut dapat bernilai ibadah. [2]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akidah dalam Islam tidak hanya sekedar
keyakinan dalam hati, melainkan tahap lanjutan yang akna menjadi acuan dan dasar dalam
bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya akan menghasilkan amal shaleh.

B. Syariah
Syariat adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-
pokoknya di dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudara sesama muslim, dengan
saudara sesama manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan.
Cara untuk mengadakan hubungan tersebut adalah:
a.       Cara manusia berhubungan dengan Tuhan
b.      Cara manusia berhubungan dengan sesama muslim
c.       Cara manusia berhubungan dengan saudara sesama manusia
d.      Cara manusia berhubungan dengan alam
e.       Cara manusia berhubungan dengan kehidupan.
Syari’ah pada asalnya bermakna “jalan yang lempeng” Pengertian syari’ah yang sering
dipakai dikalangan para ahli hukum, ialah: “Hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT
untuk segala hambaNya agar mereka itu mengamalkannya untuk kebahagiaan dunia akhirat,
baik hukum-hukum itu bertalian dengan perbuatan, aqidah dan akhlak”.
Para ahli fiqh memakai kata syari’ah ini sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan Allah
untuk para hambaNya dengan perantaraan Rasulullah supaya para hambaNya tersebut
melaksanakannya dengan dasar iman yang hukum tersebut mencakup seluruh kehidupan
manusia.
Syari’ah berasal dari wahyu Allah yang dituangkan dalam al-Quran dan al-Hadits,
diwajibkan untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya, apabila manusia ingin
hidup bahagia dan tenteram baik di dunia dan di akhirat maka Allah berfirman
Syari’ah juga merupakan tata ketentuan yang telah mengatur dengan sebaik-baiknya
bagaimana seorang muslim melakukan kewajibannya terhadap Allah secara vertikal dan
bagaimana pula seorang muslim mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya secara
horizontal terhadap sesama makhluk Allah.
Syari’ah berpusat pada dua segi kehidupan  yang cukup mendasar yaitu aspek ibadah dan
muamalah.
Aspek ibadah terdiri dari dua jenis yaitu ibadah dalam pengertian umum dan ibadah
dalam pengertian khusus. Ibadah dalam pengertian umum yakni  semua amalan yang
diizinkan oleh Allah dan yangn tidak ditetapkan secara terperinci mengenai keharusan
mengerjakannya. Sedangkan ibadah dalam arti khusus yakni apa-apa yang telah ditetapkan
Allah secara terperinci baik tingkat maupun kaifiyat atau dalam cara-cara tertentu.
Sesuai dengan fungsi, tujuan dan nilai yang terkandung dalam peribadatan dapat diketahui
tiga macam bentuk ibadah yaitu
a. Ibadah syahsiyah adalah ibadah perorangan dalam rangka pembentukan watak yang formil
yakni kepribadian muslim, seperti ibadah shalat dan syahadat.
b. Ibadah ijtima’iyah syaltout yaitu ibadah kemasyarakatan yang bernilai amaliyah social
untuk membentuk rasa tanggung jawab sosial, seperti zakat dan puasa.
c. Ibadah siyasah adalah ibadah yang secara tidak  langsung terkandung aspek politis
biasanya berupa ibadah haji untuk membina persatuan dan kesatuan umat.

C.    Akhlak
Akhlak ialah suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa, yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan
terlebih dahulu. Apabila yang timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan baik, terpuji
menurut akal dan syara’ maka disebut akhlak baik, sebaliknya apabila yang timbul dari
padanya adalah perbuatan yang jelek maka dinamakan akhlak yang buruk.
Dalam menjalankannya sebaiknya berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
Secara garis besarnya menurut sifatnya terbagi kepada dua yakni akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Dari segi bentuknya kahlak dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a.       Akhlak kepada Allah
b.      Akhlak terhadap manusia
c.       Akhlak terhadap makhluk-makhluk lain.
Masalah-masalah pokok yang menyangkut akhlak, menurut al-Ghazali dalam kitabnya
Ihya Ulumuddin ialah:
a)      Hikmah yakni kemampuan jiwa untuk membedakan yang benar dari yang salah dalam
segala perbuatan yang ada di bawah kekuasaan manusia.
b)     Keadilan yakni kemampuan jiwa untuk mengendalikan daya (kekuatan), marah, dan daya
nafsu serta mendorongnya kepada tuntunan hikmah dengan membatsi gerak-geriknya.
c)      Syaja’ah  yakni keadaan daya gadlah yang tunduk dan taat kepada akal dalam semua gerak
maju dan mundurnya.
d)     Iffah  yakni keadaan daya nafsu terpimpin dan terdidik dengan pendidikan dan pimpinan
akal dan agama.

D.       Metode Pencapaian Aqidah dan Akhlak


Metode pencapaian aqidah Islam  dapat dilakukan dengan tiga  cara yaitu:
a.    Doktriner yang bersumber pada wahyu ilahi yang disampaikan melalui RasulNya dan pesan
Allah tersebut telah diabadikan dalam satu kitab Al-Quran yang secara operasionalnya
dijelaskan oleh sabda Nabi-Nya.
b.    Filosofiks atau bias disebut juga dengan melalui hikmah di mana Tuhan mengarahkan
kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan
dengan cara  memperhatikan fenomena yang diambil sebagai bukti-bukti adanya Tuhan
melalui kontemplasi yang mendalam.
c.    Metode Ilmiah dengan memperhatikan fenomena alam sebagai bukti adanya Allah SWT.
Misalkan melalui cosmologi, antropologi, psikologi, botani, oceanographi dan lain
sebagainya.
d.    Irfani’ah yaitu metode yang menekankan pada intuisi dan perasaan hati seseorang setelah
emlalui upaya suluk (perbuatan yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu).
Metode ini membagi alam dalam dua kategori, yakni pertama, alam nyata yang mampu
diobservasi dan kedua, alam intuisi yang berkaitan dengan jiwa dan tidak mungkin mampu
ditundukkan dengan analogi atau pengalaman.

Sedangkan metode yang digunakan dalam pencapaian akhlak terdapat tiga cara yaitu:
a)     Metode Takhalli  yaitu mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela lahir dan batin. Dalam
mencapai metode Tahalli seseorang harus bias menghindari sifat-sifat mazmumah.
b)     Metode Tahalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat mahmudah secara lahir dan batin.
c)     Metode Tajalli yaitu merasa akan keagungan Allah SWT. [4]

E.        Prinsip-prinsip Aqidah dan Akhlak


Prinsip aqidah dan  akhlak di antaranya adalah:
a.    Aqidah yang didasarkan atas tauhid, yaitu mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain.
Prinsip at-Tauhid tidak juga mempertentangkan antara dunia dengan akhirat. Oleh sebab itu
prinsip at-Tauhid harus ditopang dengan lima komitmen, yaitu:
      Memiliki komitmen utuh kepada Tuhan dan menjalankan pesanNya.
      Menolak pedoman hidup yang bukan berasal dari Tuhan.
      Bersikap progresif dengan selalu menekan penilaian kualitas hidup adapt istiadat, tradisi,
dan faham hidup.
      Tujuan hidupnya amat jelas, yaitu semua aktivitas hanya untuk Allah semata. Dijelaskan
dalam Q. S. Al-An’Am
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam”.

      Memiliki visi yang jelas dengan manusia lain, sehingga terjalin keharmonisan antara
manusia dan Tuahannya, dengan lingkungan di sekitarnya.
b.   Aqidah harus dipelajari secara terus menerus (Continue) dan diamalkan hingga akhir hayat
dan di dakwahkan kepada yang lain. Sumber aqidah Allah yakni Dzat yang Maha Benar.
Oleh sebab itu dalam mempelajari aqidah harus melalui wahyuNya.
Qs. Al-Isra: 36

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya”.

c.    Scope  pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan memperbincangkan dan
memperdebatkan tentang eksistensi Dzat Tuhan, sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan
pernah mampu menguasai.
d.    Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk mencari aqidah, karena
semua telah jelas dalam al-Quran dan al-Hadits.

Prinsip-prinsip umum yang dipergunakan dalam akhlak adalah:


a)     Akhlak yang baik yakni berlandaskan al-Quran dan al-Hadits.
b)     Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama manusia, dan makhluk lain.
c)     Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan pelaksanaan dengan aqidah dan syari’ah.
d)     Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, meskipun obyek akhlak kepada makhluk.
e)     Akhlak dilakukan menurut proporsinnya
D. Fungsi Agama dalam Kehidupan

a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup, Pengendali utama kehidupan manusia adalah


kepribadiannya yang mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian
yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan
jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial
akan mampu menghadapi dengan tenang.

b. Penolong Dalam Kesukaran, Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya)
akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung
menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda halnya dengan
orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap
cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya
merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah
memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang
siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.

c. Penentram Batin, Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu
kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan
harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi,
selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang
yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta
kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang
didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu
bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang
yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam
hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah
bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.

d. Pengendali Moral, Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di
junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam
diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk
meminta dihormati. Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah.
Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang
tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta
dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan
moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia
lain (hablum minannas atau hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika
seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil
peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan
dengan tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.10

Anda mungkin juga menyukai