Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN OPEN DISLOCATION PROXYMAL INTERPHALANX


Dosen Pembimbing : Addi Mardi Harnanto, M.N

Disusun oleh:
1. Rizqa Anadh M. (P27220018032)
2. Rusmida Nurrohmi (P27220018033)
3. Sayekti Murti U. (P27220018034)
4. Septi Anis K. (P27220018035)
5. Septi Widyaningrum (P27220018036)
6. Siska Ayu F. N. S. (P27220018037)
7. Tri Indah N. R. (P27220018038)
8. Tri Utami (P27220018039)
9. Widya Candra P. (P27220018040)
10. Yoseva Putri W. (P27220018041)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DISLOKASI
A. DEFINISI
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan, secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Brunner &
Suddarth)
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur, dkk. 2000)
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi. (Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138)

B. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi
3. Terjatuh
a. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
b. Tidak diketahui
c. Faktor predisposisi (pengaturan posisi)
d. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
e. Trauma akibat kecelakaan.
f. Trauma akibat pembedahan ortopedi (ilmu yang mempelajari
tentang tulang.
g. Terjadi infeksi di sekitar sendi.

C. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi Kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang
3. Dislokasi Traumatik
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi:


1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi
yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya:
1. Dislokasi sendi rahang
Menguap terlalu lebar
Terkena pukulan keras saat rahang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya.
2. Dislokasi sendi rahang
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior
dan medial glenoid (dislokasi anterior, posterior, inferior).
3. Dislokasi sendi siku
Merupakan mekanisme cEdera biasanya trejadi pada tangan yang
menyebabkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku
berubah bentuk dengan kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4. Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong
dengan segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat
mengalami dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
5. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian.
6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi
anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
- Paling sering terjadi ke arah lateral.
- Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada
sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
- Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi
secara bedah.

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah.
b. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
c. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas
d. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal
paha servikal
e. Kekakuan

E. PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan.Humerus
terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang
prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan
luksasio erekta (dengan tangan mengarah;lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi terjadi saat
ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari tempatnya
maka mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,
akibatnya sendi itu akan mudah mengalami dislokasi lagi.
F. PATHWAY

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai
berikut :
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi
dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan
dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan
gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak)
dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :
1. Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a. Analgesik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi,
sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1
kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan
atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping
dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
b. Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi:
 Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
 Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
2. Non Medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b. Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)

I. KOMPLIKASI
Dini :
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut.
b. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
c. Fraktur disloksi.

Komplikasi lanjut :
a. Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuansendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi.
b. Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepasdari bagian depan leher glenoid.
c. Kelemahan otot.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI

A. Pengkajian

a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi,
serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah
nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat
endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
e. Rasa nyaman (nyeri)
Pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian
dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
f. Gerak dan aktivitas
Pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya
semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
g. Makan minum
Pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
h. Rasa aman (ansietas)
Klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman
atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik trauma.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.

C. Intervensi
Tujuan dan Kriteria
Diagnosis Intervensi
Hasil

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifkasi lokasi,


berhubungan dengan tindakan selama 3x24 karakteristik, skala,
agen pencedera fisik jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
trauma. berkurang dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor yang
1. Skala nyeri memperberat dan
berkurang memperingan nyeri
2. Mampu 3. Berikan teknik non
menggunakan teknik farmakologis untuk
non farmakologi mengurangi rasa nyeri
untuk meredakan 4. Kontrol lingkungan yang
nyeri memperberat rasa nyeri
3. Mengatakan merasa 5. Fasilitasi istirahat dan
nyaman setelah tidur
manajemen nyeri 6. Jelaskan penyebab,
4. Tidak terdapat nyeri periode dan pemicu nyeri
telan 7. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Monitor karakteristik luka
kulit/jaringan tindakan selama 3x24 2. Identifikasi penyebab
berhubungan dengan jam diharapkan luka gangguan integritas kulit
faktor mekanis. tidak semakin parah 3. Bersihkan jaringan nekrotik
dengan kriteria hasil: 4. Bersihkan dengan cairan
NaCl atau pembersih
a. Perfusi jaringan
nontoksik
adekuat 5. Ubah posisi tiap 2 jam jika
b. Hidrasi sekitar luka tirah baring
normal 6. Gunakan produk berbahan
c. Tidak tampak petroleum atau minyak
nekrosis pada kulit kering
d. Tidak ada pigmentasi 7. Gunakan produk berbahan
yang abnormal ringan/alami dan
e. Tidak terjadi edema hipoalergik pada kulit
f. Integritas kulit dapat sensitif
dipertahankan 8. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
9. Kolaborasi prosedur
debridement jika perlu
10. Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Identifiksi adanya nyeri
fisik berhubungan tindakan keperawatan atau keluhan fisik lainnya
dengan kekakuan selama 3x24 jam 2. Identifikasi toleransi fisik
sendi. diharapkan pasien dapat melalui pergerakan
melakukan aktivitas fisik 3. Monitor keadaan umum
dengan kriteria hasil: selama melakukan
a. Meningkatkan mobilisasi
kekuatan dan 4. Fasilitasi aktivitas
kemampuan berpindah mobilisasi dengan alat
b. Pasien dapat bantu
meningkatkan 5. Fasilitasi melakukan
pergerakan pergerakan
6. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan a. Identifikasi saat tingkat
dengan kurang tindakan edukasi dalam ansietas berubah
terpapar informasi. 3x24 jam pasien paham b. Monitor tanda-tanda
dengan kondisi sakitnya ansietas (verbal dan non
dengan kriteria hasil: verbal)
a. Pasien tidak c. Ciptakan suasana
terlalu cemas terapeutik untuk
dengan sakitnya menumbuhkan
b. Pasien paham kepercayaan
denganprosedur d. Pahami situasi yang
tindakan yang membuat ansietas
akan dijalani e. Gunakan pendekatan
c. Pasien bisa lebih yang tenang dan
semangat untuk meyakinkan
sembuh f. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
g. Jelaskan prosedur,
termasuk sensani yang
mungkin akan dialami
h. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
i. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
j. Latih teknik relaksasi
k. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika
perlu
Risiko perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
berhubungan dengan tindakan keperawatan perdarahan
tindakan pembedahan. selama 3x24 jam 2. Monitor nilai
diharapkan perdarahan hematokrit/hemoglobin
pasien berkurang dengan sebelum dan setelah
kriteria hasil: kehilangan darah
a. Tidak ter jadi 3. Monitor tanda-tanda vital
perdarahan lagi ortostatik
b. Tidak terjadi 4. Pertahankan bed rest
anemia selama perdarahan
5. Batasi tindakan invasif
6. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
7. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
8. Anjurkan melapor segera
jika terjadi perdarahan
9. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
Risiko infeksi Setelah dilakukan a. Monitor tanda dan gejala
berhubungan dengan tindakan selama 3x24 infeksi lokal dan sistemik
efek prosedur invasif. jam diharapkan tidak b. Berikan perawatan kulit
terjadi infeksi dengan pada area edema
kriteria hasil: c. Pertahankan teknik
1. Dapat melakukan aseptik pada pasien
perawatan luka berisiko tinggi
dengan baik d. Jelaskan tanda dan gejala
2. Mengetahui cara infeksi
memeriksa kondisi e. Ajarkan cara memeriksa
luka luka atau luka operasi
3. Mencegah perluasan f. Anjurkan meningkatkan
infeksi asupan nutrisi dan cairan

D. Implementasi

Suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci.
Implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.

E. Evaluasi

Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan


seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN OPEN DISLOCATION
PROXYMAL INTERPHALANX
DI BANGSAL PAVILIUN RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 1 Juli 2020 pada pukul 11.00 WIB
di Bangsal Paviliun RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Data diperoleh dari
autoanamnesa, alloanamnesa, observasi pasien, dan dan rekam medis
pasien.
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 1 Juni 1999
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Alamat : Surakarta
Pendidikan : Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal MRS : 1 Juli 2020
No RM : 013xxxxx
Diagnosa Medis : Open Dislocation Proxymal
Interphalanx
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Alamat : Surakarta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Ayah
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sulit menggerakan jari kelingking kanan dan
tidak mampu melakukan gerakan fleksi maupun ekstensi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sedang bermain futsal pada tanggal 1 Juli 2020
pagi hari pukul 09.00 WIB. Kemudian pasien mengalami cedera
akibat berusaha menangkap bola saat bermain olahraga futsal.
Pasien sulit untuk menggerakkan jari kelingking kanan. Kemudian
pasien dibawa ke IGD RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta pada
pukul 11.00 WIB. Di IGD, pasien dilakukan pemeriksaan fisik.
Pasien tidak mampu untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi
pada proxymal interphalanx dikarenakan nyeri tetapi fungsi
sensorik masih intak. Tanda-tanda vital TD : 125/85 mmHg, N :
80x/menit, RR : 19x/menit, S : 36,8 derajat celcius. Pasien
direncanakan untuk pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Kecurigaan klinis mengarah pada open dislocation proxymal
interphalnx digiti V manus dextra. Pada pemeriksaan radiologi
menunjukkan fraktur pada PIP digiti V Manus dextra. Hasil
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Di IGD, pasien
diberikan terapi cairan infus RL 20 tpm dan injeksi Ketorolac 10
mg/6 jam. Pasien dijadwalkan operasi Cito untuk dilakukan
debridement, open reduction dan buddy tipping pada keesokan
harinya. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan Bangsal Paviliun
pada pukul 13.00 WIB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
apapun.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarga pasien sebelumnya tidak ada
yang memiliki riwayat sakit/cedera seperti pasien.
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan selama sakit berusaha mengikuti setiap
instruksi dari dokter dan perawat untuk kesembuhannya.
b. Pola Nutrisi Metabolik
1. ABCD (Antropometri, Biomechamical, Clinical Sign, Diet)
A : TB = 175 cm, BB = 65 kg, IMT = 65 : (1,75) 2= 21,22 (Berat
badan ideal)
B:
HB :12,0 mg/dL
Leukosit : 10 ribu/Ul
Albumin :3,5 mg/dL
BUN :17,0 mg/dL
C : berat badan ideal, lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva
tidak anemis, pasien tidak mampu untuk melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi pada proximal interphalanx.
D : makanan nasi bubur biasa
2. Pengkajian Pola Nutrisi
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan makan 3 kali sehari
dan minum air putih 7-8 gelas per hari.
Saat sakit : pasien mengatakan akan menjalankan diet sesuai
anjuran dari dokter dan perawat. Pasien makan 3 kali sehari
habis 1 porsi dan minum air putih 6-7 gelas per hari.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan frekuensi BAK 6-7x/hari, urin
berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, pasien mengatakan biasanya tidak mengalami
gangguan BAB.
Saat sakit : pasien mengatakan frekuensi BAK 5-6x/hari, urin
berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. Pasien mengatakan
belum BAB saat dirawat.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas pasien dilakukan
secara mandiri dari makan/minum, berpakaian, toiletting,
mobilisasi dan ambulasi.
Saat sakit : keluarga pasien mengatakan selama sakit aktivitas
pasien dibantu orang lain. Ekstremitas kanan pasien terjadi
kelemahan dan pembatasan gerak.

ADL 0 1 2 3 4 Keterangan

Makan/minum √ 0 : mandiri

Toiletting √ 1 : dibantu alat


2 : dibantu orang lain
Berpakaian √
3 : dibantu alat dan orang
Mobilisasi √
lain
Ambulasi √
4 : bergantung total
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan waktu tidur dan istirahat
terpenuhi, tidur sekitar 6 jam/hari.
Saat sakit : pasien mengatakan sering terbangun karena merasa
nyeri.
f. Pola Kognitif dan Perseptual
Pasien mampu berbicara dengan jelas, tidak mengalami penurunan
fungsi pendengaran, fungsi indra pengecapan baik. Pasien
mengatakan tidak tahu tentang sakit yang dialaminya. Pasien
tampak khawatir dan cemas karena sakitnya. Pasien mengatakan
khawatir terjadi perdarahan dan infeksi setelah operasi.
g. Pola Konsep Diri
Pasien tampak merasa sedih dan cemas karena sakitnya
aktivitasnya menjadi terganggu.
h. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan belum menikah.
i. Pola Toleransi Stres Koping
Pasien mengatakan jika ada masalah selalu bercerita dengan
keluarganya dan menyelesaikannya secara bersama.
j. Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga,
teman-teman, dan masyarakat.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien mengatakan pasien menganut agama Islam.
Sebelum sakit : Pasien melakukan ibadah sesuai nilai-nilai yang
terkandung dalam agama Islam.
Saat sakit : Pasien sholat dengan cara duduk dan pasien sering
berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhannya.
4. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 (E4 V5 M6)
Tanda-tanda vital
TD :125/85mmHg
N :70x/menit
RR :18x/menit
S : 36,5oC
B. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala : Mesocepal, simetris, tidak ada alopecia, tidak ada
nyeri tekan
2. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor, ada reflek cahaya, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
3. Telinga : Tidak ada serumen, telinga simetris kanan kiri
4. Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan
5. Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak terpasang NGT,
mukosa bibir kering
6. Leher : Tidak ada pembesaran getah bening dan tiroid
7. Thoraks
a. Paru :
I : Pengembangan dada simetris kanan kiri, tidak terdapat
tarikan dinding dada
Pa : Vocal premitus melemah
Pe : Sonor pada kedua lapang paru
A : Tidak ada suara tambahan, RR : 18x/menit
b. Jantung :
I : Ictuscordis tidak tampak
Pa : Ictuscordis teraba di ics 4
Pe : Batas atas jantung ics 2, kanan ics 5, kiri ics 5, suara
pekak.
A : N : 70x/menit, tidak ada murmur
8. Abdomen :
I : Perut tidak asites
A : Bising usus 18x/menit
Pa : Hepar tidak teraba
Pe : Kembung
9. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Terdapat pembatasan gerak pada jari
tangankanan pasien yaitu pasien tidak dapat menggerakan
tangan kanannya karena terdapat kelemahan namun pada
tangan sebelah kiri tidak terdapat gangguan, ROM tangan
kiri pasien aktif normal namun pada tangan kanan pasien
ROM pasif,terdapat edema padajari kelingking
tangankanan pasien, belum terdapat tanda infeksi pada
ekstremitas atas pasien,terdapat kekakuan sendi pada jari
kelingking tangan kanan pasien.
b. Ekstremitas bawah : Kaki kanan& kiri simetris, Tidak
terdapat pembatasan gerak pada kaki kiri klien.
Kekuatan motorik : 4 5
5 5
Keterangan :
1: Tidak ada gerakan otot
2: Sedikit gerakan otot, tidak mampu bergerak
3: Mampu mengangkat tetapi tidak mampu menahan lama
4: Mampu menahan tetapi tidak mampu menahan lama
5: Mampu bergerak penuh
10. Integumen : CRT < 2 detik, akral hangat, rambut berwarna
hitam, warna kulit sawo matang, kuku bersih.
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium Tn. A yang dilakukan pada Rabu, 1
Juli2020 :

Jenis
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 12,0 mg/dL 13,5-18
Leukosit 10 ribu/Ul <11 ribu
Albumin 3,5 g/dL 3,3-5,6
BUN 17,0 mg/dL 7-18
Hasil X-Ray : Fraktur pada PIP digiti V Manus dextra

6. Terapi Medis
a. Infus RL : 20tpm (IV)
b. Injeksi Ketorolac10 mg/6 jam (IV)
c. Injeksi Ceftriaxone 2 g/24 jam (IV)
B. DATA FOKUS
Data Subyektif :
a. Pasien mengatakan nyeri pada jari tangan kanan.
b. Pasien mengatakansulit menggerakan jari kelingking tangan kanan.
c. Pasien mengatakan merasa kaku pada jari kelingking tangan kanan.
d. Pasien mengatakan tidak tahu tentang sakit yang dialaminya.
e. Pasien mengatakan merasa cemas sebelum dilakukan tindakan
operasi.
f. Pasien mengatakan khawatir terjadi perdarahan setelah operasi.
g. Pasien mengatakan khawatir terjadi infeksi akibat open dislocation.
h. Pasien mengatakan tidak nyaman karena edema pada jari kelingking
tangan kanan.

Data Obyektif :
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/85 mmHg

N : 70x/menit

RR :18x/menit

S : 36,5oC

b. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien HB : 13,0 mg/dL, Leukosit 10


ribu/Ul, Albumin 3,5 mg/dL, BUN 17,0 mg/dL.
c. Terdapat pembatasan gerak pada tangan kanan pasien yaitu pasien
sulit menggerakan jari tangan kanannya karena terdapat kelemahan
namun pada tangan sebelah kiri tidak terdapat gangguan.
d. ROM tangan kiri pasien aktif normal namun pada tangan kanan pasien
ROM pasif.
e. Terdapat edema pada ekstremitas jari tangan kanan pasien, belum
terdapat tanda infeksi.
f. Jari kelingking kanan pasien tampak kemerahan.
g. Tidak terdapat perubahan bentuk tulang pada kedua ekstremitas atas
pasien, kekuatan otot sebelah kanan atas 4, kanan bawah 5, kiri atas 5,
kiri bawah 5.
h. Pasien tampak lemas dan lemah.
i. Aktivitas pasien dibantu orang lain.
j. Pasien tampak menahan nyeri.
k. Pasien tampak cemas dan bertanya-tanya tentang sakitnya.
l. Terdapat perdarahan pada jari kelingking tangan kanan pasien
sebelum dioperasi.
m. Luka tidak ada pus.

C. ANALISIS DATA
No. Data Fokus Masalah Etiologi
1. DS : Nyeri akut Agen pencedera fisik
trauma
a. Pasien mengatakan nyeri
pada jari tangan kanan.

DO :
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/85 mmHg
N : 70x/menit
RR :18x/menit
S : 36,5oC
b. Hasil pemeriksaan
laboratorium pasien HB :
13,0 mg/dL, Leukosit 10
ribu/Ul, Albumin 3,5
mg/dL, BUN 17,0 mg/dL.
c. Pasien tampak menahan
nyeri.
2. DS : Gangguan Faktor mekanis
integritas
a. Pasien mengatakan tidak kulit/jaringan
nyaman karena edema
pada jari kelingking
tangan kanan.
DO :
a. Jari kelingking kanan
pasien tampak kemerahan.
b. Tidak terdapat perubahan
bentuk tulang pada kedua
ekstremitas atas pasien,
kekuatan otot sebelah
kanan atas 4, kanan bawah
5, kiri atas 5, kiri bawah 5.
3. DS : Gangguan Kekakuan sendi
mobilitas fisik
a. Pasien mengatakansulit
menggerakan jari
kelingking tangan kanan.
b. Pasien mengatakan
merasa kaku pada jari
kelingking tangan kanan.
DO :
a. Terdapat pembatasan
gerak pada tangan kanan
pasien yaitu pasien sulit
menggerakan jari tangan
kanannya karena terdapat
kelemahan namun pada
tangan sebelah kiri tidak
terdapat gangguan.
b. ROM tangan kiri pasien
aktif normal namun pada
tangan kanan pasien ROM
pasif.
c. Pasien tampak lemas dan
lemah.
d. Aktivitas pasien dibantu
orang lain.
4. DS : Ansietas Kurang terpapar
a. Pasien mengatakan tidak informasi
tahu tentang sakit yang
dialaminya.
b. Pasien mengatakan merasa
cemas sebelum dilakukan
tindakan operasi.
DO :
a. Pasien tampak cemas dan
bertanya-tanya tentang
sakitnya.
5. DS : Risiko perdarahan Tindakan pembedahan
a. Pasien mengatakan
khawatir terjadi
perdarahan setelah
operasi.
DO :
a. Terdapat perdarahan pada
jari kelingking tangan
kanan pasien sebelum
dioperasi.
6. DS : Risiko infeksi Efek prosedur
invasive
a. Pasien mengatakan
khawatir terjadi infeksi
akibat open dislocation.

DO :
a. Terdapat edema pada
ekstremitas jari tangan
kanan pasien, belum
terdapat tanda infeksi.

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik trauma.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.

E. INTERVENSI
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifkasi lokasi,


berhubungan selama 3x24 jam diharapkan karakteristik, skala,
dengan agen nyeri berkurang dengan frekuensi, kualitas,
pencedera kriteriahasil: intensitas nyeri
fisik trauma. a. Skala nyeri berkurang 2. Identifikasi faktor yang
b. Mampu menggunakan memperberat dan
teknik non farmakologi memperingan nyeri
untuk meredakan nyeri 3. Berikan teknik non
c. Mengatakan merasa farmakologis untuk
nyaman setelah manajemen mengurangi rasa nyeri
nyeri 4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan
tidur
6. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka
integritas selama 3x24 jam diharapkan 2. Identifikasi penyebab
kulit/jaringan luka tidak semakin parah gangguan integritas kulit
berhubungan dengan criteria hasil: 3. Bersihkan jaringan
dengan faktor a. Perfusi jaringan adekuat nekrotik
mekanis. b. Hidrasi sekitar luka normal 4. Bersihkan dengan cairan
c. Tidak tampak nekrosis NaCl atau pembersih
d. Tidak ada pigmentasi yang nontoksik
abnormal 5. Ubah posisi tiap 2 jam
e. Tidak terjadi edema jika tirah baring
f. Integritas kulit dapat 6. Gunakan produk berbahan
dipertahankan petroleum atau minyak
pada kulit kering
7. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif
8. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
9. Kolaborasi prosedur
debridement jika perlu
10. Kolaborasi pemberian
antibiotic jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifiksi adanya nyeri
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 jam atau keluhan fisik lainnya
berhubungan diharapkan pasien dapat 2. Identifikasi toleransi fisik
dengan melakukan aktivitas fisik melalui pergerakan
kekakuan dengan kriteria hasil: 3. Monitor keadaan umum
sendi. a. Meningkatkan kekuatan dan selama melakukan
kemampuan berpindah mobilisasi
b. Pasien dapat meningkatkan 4. Fasilitasi aktivitas
pergerakan mobilisasi dengan alat
bantu
5. Fasilitasi melakukan
pergerakan
6. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi saat tingkat
berhubungan edukasi dalam 3x24 jam pasien ansietas berubah
dengan kurang paham dengan kondisi sakitnya 2. Monitor tanda-tanda
terpapar dengan kriteria hasil: ansietas (verbal dan non
informasi. verbal)
a. Pasien tidak terlalu cemas 3. Ciptakan suasana terapeutik
dengan sakitnya untuk menumbuhkan
b. Pasien paham dengan kepercayaan
prosedur tindakan yang 4. Pahami situasi yang
akan dijalani membuat ansietas
c. Pasien bisa lebih semangat 5. Gunakan pendekatan yang
untuk sembuh tenang dan meyakinkan
6. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
7. Jelaskan prosedur,
termasuk sensani yang
mungkin akan dialami
8. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
9. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
10. Latih teknik relaksasi
11. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika perlu
Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
perdarahan keperawatan selama 3x24 jam perdarahan
berhubungan diharapkan perdarahan pasien 2. Monitor nilai
dengan berkurang dengan criteria hematokrit/hemoglobin
tindakan hasil: sebelum dan setelah
pembedahan. kehilangan darah
a. Tidak terjadi perdarahan 3. Monitor tanda-tanda vital
lagi ortostatik
b. Tidak terjadi anemia 4. Pertahankan bed rest
selama perdarahan
5. Batasi tindakan invasif
6. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
7. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
8. Anjurkan melapor segera
jika terjadi perdarahan
9. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
berhubungan tindakanselama 3x24 jam infeksi lokal dan sistemik
dengan efek diharapkan tidak terjadi infeksi 2. Berikan perawatan kulit
prosedur dengan kriteria hasil: pada area edema
invasif. a. Dapat melakukan 3. Pertahankan teknik
perawatan luka aseptik pada pasien
denganbaik berisiko tinggi
b. Mengetahui cara 4. Jelaskan tanda dan gejala
memeriksa kondisi luka infeksi
c. Mencegah perluasan 5. Ajarkan cara memeriksa
infeksi luka atau luka operasi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan cairan
F. IMPLEMENTASI
Hari, No
Jam Implementasi Respon TTD
tanggal Dx
Rabu 1 13.00 Memonitor tanda- DS : pasien mengatakan Septi W.
1 Juli’20 WIB tanda vital bersedia

DO : Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 75x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
1 13.15 Mengkaji lokasi, DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB karakteristik, nyeri dan tidak nyaman
frekuensi, skala, P : dislokasi terbuka
kualitas, intensitas Q : tertusuk-tusuk
nyeri R : proxymal interphalanx
digiti v manus dextra
S:7
T : sering timbul

DO : pasien tampak
menahan nyeri dan tidak
nyaman
1 13.20 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB faktor yang nyeri bertambah ketika
memperberat dan mencoba menggerakan jari
memperingan nyeri tangan kanan

DO : pasien tampak
menahan nyeri
1 13.25 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB teknik non nyeri berkurang dengan
farmakologis untuk teknik napas dalam
mengurangi nyeri
DO : pasien tampak nyaman
2 13.30 Memonitor DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB karakteristik luka bersedia
dislokasi terbuka
DO : luka dislokasi terbuka,
terdapat edema pada jari
kelingking kanan, luka
tampak kemerahan
3 13.40 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB toleransi fisik terjadi kekakuan sendi dan
melalui pergerakan sulit menggerakan jari
tangan kanannya

DO : pasien tampak sulit


menggerakan jari tangan
kanannya
1 17.00 Memberikan terapi DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB obat sesuai advis bersedia
dokter
Injeksi Ketorolac DO : obat masuk sesuai
10 mg/6 jam jalur terapi

3 17.15 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi W.


WIB aktivitas mobilisasi takut menggerakan jari
sederhana tangan kanannya
Pasien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh
orang lain

DO : pasien tampak sangat


hati-hati dalam
menggerakan jari tangan
kanannya
Aktivitaspasien dibantu
orang lain
4 17.20 Memonitor tanda- DS : pasien mengatakan Rizqa
WIB tanda ansietas cemas dan khawatir atas Anadh
cedera yang menimpanya
Pasien mengatakan tidak
tahu seberapa parah
sakitnya
Pasien mengatakan belum
tahu prosedur tindakan
operasinya seperti apa

DO : pasien tampak cemas


dan bingung, pasien tampak
khawatir dengan aktivitas
sehari-harinya yang menjadi
terganggu
4 17.30 Menginformasikan DS : pasien mengatakan Rizqa
WIB secara faktual paham dengan apa yang Anadh
diagnosis dan dijelaskan
prosedur
pengobatan dan DO : pasien paham dan bisa
tindakan operasi mengulangi apa yang sudah
dijelaskan
4 17.35 Memberikan posisi DS : pasien mengatakan Rizqa
WIB yang nyaman lebih nyaman dengan posisi Anadh
semifowler

DO : pasien lebih tampak


nyaman
4 17.40 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Rizqa
WIB teknik relaksasi merasa lebih lebih tenang Anadh

DO : pasien tampak tenang


5 17.45 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Rizqa
WIB dan gejala sebelum dibawa ke RS Anadh
perdarahan sudah terjadi perdarahan
namun sudah ditangani di
IGD

DO : sudah tidak terjadi


perdarahan
5 17.50 Menganjurkan DS : pasien mengatakan Rusmida
WIB pasien untuk mengerti
melapor segera jika
terjadi perdarahan DO : pasien menuruti saran
dari perawat
6 19.00 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Rusmida
WIB dan gejala infeksi takut terjadi infeksi setelah
operasi

DO : tidak terdapat pus dan


tanda gejala infeksi lainnya
Kamis, 1 07.00 Memonitor tanda- DS : pasien mengatakan Rusmida
2 Juli ‘20 WIB tanda vital bersedia

DO : Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
3 08.00 Mempersiapkan DS : pasien mengatakan Rusmida
WIB pasien untuk merasa sedikit cemas
menjalani tindakan sebelum memasuki ruang
operasi Cito operasi

DO : pasien tampak gelisah


2 09.00 Mengantar pasien DS : pasien mengatakan Rusmida
WIB ke ruang operasi bersedia
DO : pasien siap untuk
tindakan operasi
1 16.00 Mengkaji lokasi, DS : pasien mengatakan Septi
WIB karakteristik, nyeri dan tidak nyaman Anis
frekuensi, skala, P : post op dislokasi terbuka
kualitas, intensitas Q : tertusuk-tusuk
nyeri R : proxymal interphalanx
digiti v manus dextra
S:5
T : sering timbul

DO : pasien tampak
menahan nyeri dan tidak
nyaman
1 16.05 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi
WIB faktor yang nyeri bertambah ketika Anis
memperberat dan mencoba menggerakan jari
memperingan nyeri tangan kanan

DO : pasien tampak
menahan nyeri
1 16.10 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi
WIB teknik non nyeri berkurang dengan Anis
farmakologis untuk teknik napas dalam
mengurangi nyeri
DO : pasien tampak nyaman
2 16.15 Memonitor DS : pasien mengatakan Septi
WIB karakteristik luka bersedia Anis
dislokasi terbuka
DO : luka dislokasi dibalut
dengan kassa
3 16.20 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi
WIB toleransi fisik masih terjadi kekakuan Anis
melalui pergerakan sendi dan sulit menggerakan
jari tangan kanannya setelah
post op

DO : pasien tampak sulit


menggerakan jari tangan
kanannya
1 17.00 Memberikan terapi DS : pasien mengatakan Septi
WIB obat sesuai advis bersedia Anis
dokter
Injeksi Ketorolac DO : obat masuk sesuai
10 mg/6 jam jalur terapi
Injeksi Ceftriaxone
2 g/24 jam
3 18.00 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi
WIB aktivitas mobilisasi masih takut menggerakan Anis
sederhana jari tangan kanannya
Pasien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh
orang lain

DO : pasien tampak sangat


hati-hati dalam
menggerakan jari tangan
kanannya
Aktivitas pasien dibantu
orang lain
4 18.30 Memonitor tanda- DS : pasien mengatakan Septi
WIB tanda ansietas cemas pada luka yang sudah Anis
dioperasi
Pasien mengatakan akan
lebih berhati-hati setelah
tindak operasi
Pasien mengatakan khawatir
aktivitasnya akan terganggu

DO : pasien tampak cemas,


pasien tampak khawatir
dengan aktivitas sehari-
harinya yang menjadi
terganggu
4 18.40 Menginformasikan DS : pasien mengatakan Septi
WIB secara jelas paham dengan apa yang Anis
prosedur dijelaskan
pengobatan setelah
tindakan operasi DO : pasien paham dengan
tindakan yang akan
dilakukan setelah operasi
4 18.45 Memberikan posisi DS : pasien mengatakan Septi
WIB yang nyaman lebih nyaman dengan posisi Anis
semifowler

DO : pasien lebih tampak


nyaman
4 18.50 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi
WIB teknik relaksasi merasa lebih lebih tenang Anis

DO : pasien tampak tenang


5 19.00 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Septi
WIB dan gejala tidak terjadi perdarahan Anis
perdarahan dilihat dari kassa yang
membalut luka

DO : tidak terjadi
perdarahan pada luka bekas
operasi
5 19.05 Menganjurkan DS : pasien mengatakan Septi
WIB pasien untuk mengerti Anis
melapor segera jika
terjadi perdarahan DO : pasien menuruti saran
dari perawat
6 19.10 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Septi
WIB dan gejala infeksi takut terjadi infeksi setelah Anis.
operasi

DO : tidak terdapat pus dan


tanda gejala infeksi lainnya
Jumat 1 07.00 Memonitor tanda- DS : pasien mengatakan Yoseva
3 Juli’20 WIB tanda vital bersedia

DO : Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 73x/menit
RR : 17x/menit
S : 36,7o C
2 09.00 Memberikan DS : pasien mengatakan Yoseva
WIB perawatan pada bersedia
area kulit post op
DO : luka pasien
dibersihkan dengan cairan
NaCl, mengganti balut luka
pasien
2 09.30 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Yoseva
WIB pasien cara akan mengawasi luka
memeriksa luka setelah operasi
operasi
DO : pasien mengerti apa
yang sudah dijelaskan
1 11.00 Mengkaji lokasi, DS : pasien mengatakan Siska
WIB karakteristik, nyeri dan sedikit tidak
frekuensi, skala, nyaman
kualitas, intensitas P : post op dislokasi terbuka
nyeri Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx
digiti v manus dextra
S:2
T : jarang timbul

DO : pasien tampak
menahan nyeri dan tidak
nyaman
1 11.15 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Siska
WIB teknik non nyeri berkurang dengan
farmakologis untuk teknik napas dalam
mengurangi nyeri
DO : pasien tampak nyaman
2 12.00 Memonitor DS : pasien mengatakan Siska
WIB karakteristik luka bersedia
dislokasi terbuka
DO : luka dislokasi dibalut
dengan kassa
3 12.15 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Tri
WIB toleransi fisik masih terjadi kekakuan Utami
melalui pergerakan sendi dan sulit menggerakan
jari tangan kanannya setelah
operasi

DO : pasien tampak sulit


menggerakan jari tangan
kanannya
1 13.00 Memberikan terapi DS : pasien mengatakan Tri
WIB obat sesuai advis bersedia Utami
dokter
Injeksi Ketorolac DO : obat masuk sesuai
10 mg/6 jam jalur terapi
Injeksi
Ceftriaxone /24
jam
3 13.15 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Tri
WIB aktivitas mobilisasi masih takut menggerakan Utami
sederhana jari tangan kanannya
Pasien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh
orang lain

DO : pasien tampak sangat


hati-hati dalam
menggerakan jari tangan
kanannya
Aktivitas pasien dibantu
orang lain
4 15.00 Memonitor tanda DS : Pasien mengatakan Tri Indah
WIB ansietas akan lebih berhati-hati
setelah tindak operasi
Pasien mengatakan akan
mengurangi aktivitasnya

DO : pasien tampak lebih


tenang
4 15.15 Menginformasikan DS : pasien mengatakan Tri Indah
WIB secara jelas paham dengan apa yang
prosedur dijelaskan
pengobatan setelah
tindakan operasi DO : pasien paham dengan
tindakan yang akan
dilakukan setelah operasi
4 15.20 Memberikan posisi DS : pasien mengatakan Widya
WIB yang nyaman lebih nyaman dengan posisi Candra
semifowler

DO : pasien lebih tampak


nyaman
5 15.30 Menganjurkan DS : pasien mengatakan Widya
WIB pasien untuk tidak terjadi perdarahan Candra
melapor segera jika dilihat dari kassa yang
terjadi perdarahan membalut luka

DO : tidak terjadi
perdarahan pada luka bekas
operasi
6 15.35 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Sayekti
WIB dan gejala infeksi khawatir terjadi infeksi
setelah operasi
DO : tidak terdapat pus dan
tanda gejala infeksi lainnya
2 15.45 Memberikan DS : pasien mengatakan Sayekti
WIB perawatan pada bersedia
area kulit post op
DO : luka pasien
dibersihkan dengan cairan
NaCl, mengganti balut luka
pasien
2 15.50 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Sayekti
WIB pasien cara akan mengawasi luka
memeriksa luka setelah operasi
operasi
DO : pasien mengerti apa
yang sudah dijelaskan
G. EVALUASI
Hari, No
Evaluasi
tanggal Dx
Rabu, 1 Juli 1 S:
202 a. Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman
b. Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika mencoba
menggerakan jari tangan kanan
P : dislokasi terbuka
Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx digiti v manus dextra
S:7
T : sering timbul

O:
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 75x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
b. Pasien tampak menahan nyeri dan tidak nyaman
c. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan teknik napas
dalam

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
2 S:
a. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman akibat luka dislokasi
terbuka
O:
a. Luka dislokasi terbuka
b. Terdapat edema pada jari kelingking kanan
c. Luka tampak kemerahan

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
3 S:
a. Pasien mengatakan terjadi kekakuan sendi dan sulit
menggerakan jari tangan kanannya
b. Pasien mengatakan takut menggerakan jari tangan kanannya
c. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh orang lain

O:
a. Pasien tampak sulit menggerakan jari tangan kanannya
b. Pasien tampak sangat hati-hati dalam menggerakan jari tangan
kanannya
c. Aktivitas pasien dibantu orang lain

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
4 S:
a. Pasien mengatakan cemas dan khawatir atas cedera yang
menimpanya
b. Pasien mengatakan tidak tahu seberapa parah sakitnya
c. Pasien mengatakan belum tahu prosedur tindakan operasinya
seperti apa

O:
a. Pasien tampak cemas dan bingung, pasien tampak khawatir
dengan aktivitas sehari-harinya yang menjadi terganggu
A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi

5 S:
a. Pasien mengatakan sebelum dibawa ke RS sudah terjadi
perdarahan namun sudah ditangani di IGD

O:
a. Sudah tidak terjadi perdarahan sebelum operasi

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
6 S:
a. Pasien mengatakan takut terjadi infeksi setelah operasi

O:
a. Tidak terdapat pus dan tanda gejala infeksi lainnya

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Kamis, 2 1 S:
Juli 2020 a. Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman
b. Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika mencoba
menggerakan jari tangan kanan
P : post op dislokasi terbuka
Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx digiti v manus dextra
S:5
T : sering timbul

O:
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
b. Pasien tampak menahan nyeri dan tidak nyaman

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
2 S:
a. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman akibat luka
dislokasi terbuka

O:
a. Luka dislokasi dibalut dengan kassa

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
3 S:
a. Pasien mengatakan masih terjadi kekakuan sendi dan sulit
menggerakan jari tangan kanannya setelah post op
b. Pasien mengatakan masih takut menggerakan jari tangan
kanannya
c. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh orang lain

O:
a. Pasien tampak sulit menggerakan jari tangan kanannya

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
4 S:
a. Pasien mengatakan merasa sedikit cemas sebelum memasuki
ruang operasi
b. Pasien mengatakan cemas pada luka yang sudah dioperasi
c. Pasien mengatakan akan lebih berhati-hati setelah tindak
operasi
d. Pasien mengatakan khawatir aktivitasnya akan terganggu
O:
a. Pasien tampak gelisah
b. Pasien tampak cemas
c. Pasien tampak khawatir dengan aktivitas sehari-harinya yang
menjadi terganggu

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
5 S:
a. Pasien mengatakan terjadi perdarahan dilihat dari kassa yang
membalut luka

O:
a. Tidak terjadi perdarahan pada luka bekas operasi

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
6 S:
b. Pasien mengatakan takut terjadi infeksi setelah operasi

O:
b. Tidak terdapat pus dan tanda gejala infeksi lainnya

A : Masalah tidak teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 3 1 S:
Juli 2020 a. Mengatakan nyeri dan sedikit tidak nyaman
P : post op dislokasi terbuka
Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx digiti v manus dextra
S:2
T : jarang timbul

O:
a. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 73x/menit
RR : 17x/menit
S : 36,7o C
b. Pasien tampak menahan nyeri
c. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan teknik napas
dalam
d. Pasien tampak nyaman dengan posisi semifowler

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
2 S:
a. Pasien mengatakan akan mengawasi luka setelah operasi
b. luka dislokasi dibalut dengan kassa

O:
a. Luka pasien dibersihkan dengan cairan NaCl, mengganti balut
luka pasien
b. Pasien mengerti apa yang sudah dijelaskan

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
3 S:
a. Pasien tampak sulit menggerakan jari tangan kanannya
b. Pasien mengatakan takut menggerakan jari tangan kanannya
c. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh orang lain

O:
a. Pasien tampak sangat hati-hati dalam menggerakan jari tangan
kanannya
b. Aktivitas pasien dibantu orang lain

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
4 S:
a. Pasien mengatakan akan lebih berhati-hati setelah tindak
operasi
b. Pasien mengatakan akan mengurangi aktivitasnya
c. Pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semifowler

O:
a. Pasien tampak lebih tenang
b. Pasien lebih tampak nyaman

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
5 S:
a. Pasien mengatakan tidak terjadi perdarahan dilihat dari kassa
yang membalut luka
O:
a. Tidak terjadi perdarahan pada luka bekas operasi

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
6 S:
a. Pasien mengatakan khawatir terjadi infeksi setelah operasi

O:
a. Tidak terdapat pus dan tanda gejala infeksi lainnya

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). Standar diagnosis


keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar intervensi


keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2019). Standar luaran


keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Aston, J N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta : EGC.

Betz, Cecily l. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Brunner, Suddarth.(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan


Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai