Disusun oleh:
1. Rizqa Anadh M. (P27220018032)
2. Rusmida Nurrohmi (P27220018033)
3. Sayekti Murti U. (P27220018034)
4. Septi Anis K. (P27220018035)
5. Septi Widyaningrum (P27220018036)
6. Siska Ayu F. N. S. (P27220018037)
7. Tri Indah N. R. (P27220018038)
8. Tri Utami (P27220018039)
9. Widya Candra P. (P27220018040)
10. Yoseva Putri W. (P27220018041)
DISLOKASI
A. DEFINISI
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan, secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Brunner &
Suddarth)
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur, dkk. 2000)
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi. (Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138)
B. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi
3. Terjatuh
a. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
b. Tidak diketahui
c. Faktor predisposisi (pengaturan posisi)
d. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
e. Trauma akibat kecelakaan.
f. Trauma akibat pembedahan ortopedi (ilmu yang mempelajari
tentang tulang.
g. Terjadi infeksi di sekitar sendi.
C. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi Kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang
3. Dislokasi Traumatik
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah.
b. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
c. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas
d. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal
paha servikal
e. Kekakuan
E. PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan.Humerus
terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang
prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan
luksasio erekta (dengan tangan mengarah;lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi terjadi saat
ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari tempatnya
maka mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,
akibatnya sendi itu akan mudah mengalami dislokasi lagi.
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai
berikut :
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi
dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan
dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan
gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak)
dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :
1. Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a. Analgesik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi,
sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1
kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan
atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping
dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
b. Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi:
Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
2. Non Medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b. Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)
I. KOMPLIKASI
Dini :
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut.
b. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
c. Fraktur disloksi.
Komplikasi lanjut :
a. Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuansendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi.
b. Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepasdari bagian depan leher glenoid.
c. Kelemahan otot.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi,
serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah
nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat
endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
e. Rasa nyaman (nyeri)
Pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian
dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
f. Gerak dan aktivitas
Pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya
semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
g. Makan minum
Pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
h. Rasa aman (ansietas)
Klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman
atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik trauma.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
C. Intervensi
Tujuan dan Kriteria
Diagnosis Intervensi
Hasil
D. Implementasi
Suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci.
Implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
E. Evaluasi
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 1 Juli 2020 pada pukul 11.00 WIB
di Bangsal Paviliun RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Data diperoleh dari
autoanamnesa, alloanamnesa, observasi pasien, dan dan rekam medis
pasien.
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 1 Juni 1999
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Alamat : Surakarta
Pendidikan : Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal MRS : 1 Juli 2020
No RM : 013xxxxx
Diagnosa Medis : Open Dislocation Proxymal
Interphalanx
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Alamat : Surakarta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Ayah
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sulit menggerakan jari kelingking kanan dan
tidak mampu melakukan gerakan fleksi maupun ekstensi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sedang bermain futsal pada tanggal 1 Juli 2020
pagi hari pukul 09.00 WIB. Kemudian pasien mengalami cedera
akibat berusaha menangkap bola saat bermain olahraga futsal.
Pasien sulit untuk menggerakkan jari kelingking kanan. Kemudian
pasien dibawa ke IGD RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta pada
pukul 11.00 WIB. Di IGD, pasien dilakukan pemeriksaan fisik.
Pasien tidak mampu untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi
pada proxymal interphalanx dikarenakan nyeri tetapi fungsi
sensorik masih intak. Tanda-tanda vital TD : 125/85 mmHg, N :
80x/menit, RR : 19x/menit, S : 36,8 derajat celcius. Pasien
direncanakan untuk pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Kecurigaan klinis mengarah pada open dislocation proxymal
interphalnx digiti V manus dextra. Pada pemeriksaan radiologi
menunjukkan fraktur pada PIP digiti V Manus dextra. Hasil
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Di IGD, pasien
diberikan terapi cairan infus RL 20 tpm dan injeksi Ketorolac 10
mg/6 jam. Pasien dijadwalkan operasi Cito untuk dilakukan
debridement, open reduction dan buddy tipping pada keesokan
harinya. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan Bangsal Paviliun
pada pukul 13.00 WIB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
apapun.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarga pasien sebelumnya tidak ada
yang memiliki riwayat sakit/cedera seperti pasien.
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan selama sakit berusaha mengikuti setiap
instruksi dari dokter dan perawat untuk kesembuhannya.
b. Pola Nutrisi Metabolik
1. ABCD (Antropometri, Biomechamical, Clinical Sign, Diet)
A : TB = 175 cm, BB = 65 kg, IMT = 65 : (1,75) 2= 21,22 (Berat
badan ideal)
B:
HB :12,0 mg/dL
Leukosit : 10 ribu/Ul
Albumin :3,5 mg/dL
BUN :17,0 mg/dL
C : berat badan ideal, lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva
tidak anemis, pasien tidak mampu untuk melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi pada proximal interphalanx.
D : makanan nasi bubur biasa
2. Pengkajian Pola Nutrisi
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan makan 3 kali sehari
dan minum air putih 7-8 gelas per hari.
Saat sakit : pasien mengatakan akan menjalankan diet sesuai
anjuran dari dokter dan perawat. Pasien makan 3 kali sehari
habis 1 porsi dan minum air putih 6-7 gelas per hari.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan frekuensi BAK 6-7x/hari, urin
berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, pasien mengatakan biasanya tidak mengalami
gangguan BAB.
Saat sakit : pasien mengatakan frekuensi BAK 5-6x/hari, urin
berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. Pasien mengatakan
belum BAB saat dirawat.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas pasien dilakukan
secara mandiri dari makan/minum, berpakaian, toiletting,
mobilisasi dan ambulasi.
Saat sakit : keluarga pasien mengatakan selama sakit aktivitas
pasien dibantu orang lain. Ekstremitas kanan pasien terjadi
kelemahan dan pembatasan gerak.
ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan/minum √ 0 : mandiri
Jenis
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 12,0 mg/dL 13,5-18
Leukosit 10 ribu/Ul <11 ribu
Albumin 3,5 g/dL 3,3-5,6
BUN 17,0 mg/dL 7-18
Hasil X-Ray : Fraktur pada PIP digiti V Manus dextra
6. Terapi Medis
a. Infus RL : 20tpm (IV)
b. Injeksi Ketorolac10 mg/6 jam (IV)
c. Injeksi Ceftriaxone 2 g/24 jam (IV)
B. DATA FOKUS
Data Subyektif :
a. Pasien mengatakan nyeri pada jari tangan kanan.
b. Pasien mengatakansulit menggerakan jari kelingking tangan kanan.
c. Pasien mengatakan merasa kaku pada jari kelingking tangan kanan.
d. Pasien mengatakan tidak tahu tentang sakit yang dialaminya.
e. Pasien mengatakan merasa cemas sebelum dilakukan tindakan
operasi.
f. Pasien mengatakan khawatir terjadi perdarahan setelah operasi.
g. Pasien mengatakan khawatir terjadi infeksi akibat open dislocation.
h. Pasien mengatakan tidak nyaman karena edema pada jari kelingking
tangan kanan.
Data Obyektif :
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/85 mmHg
N : 70x/menit
RR :18x/menit
S : 36,5oC
C. ANALISIS DATA
No. Data Fokus Masalah Etiologi
1. DS : Nyeri akut Agen pencedera fisik
trauma
a. Pasien mengatakan nyeri
pada jari tangan kanan.
DO :
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/85 mmHg
N : 70x/menit
RR :18x/menit
S : 36,5oC
b. Hasil pemeriksaan
laboratorium pasien HB :
13,0 mg/dL, Leukosit 10
ribu/Ul, Albumin 3,5
mg/dL, BUN 17,0 mg/dL.
c. Pasien tampak menahan
nyeri.
2. DS : Gangguan Faktor mekanis
integritas
a. Pasien mengatakan tidak kulit/jaringan
nyaman karena edema
pada jari kelingking
tangan kanan.
DO :
a. Jari kelingking kanan
pasien tampak kemerahan.
b. Tidak terdapat perubahan
bentuk tulang pada kedua
ekstremitas atas pasien,
kekuatan otot sebelah
kanan atas 4, kanan bawah
5, kiri atas 5, kiri bawah 5.
3. DS : Gangguan Kekakuan sendi
mobilitas fisik
a. Pasien mengatakansulit
menggerakan jari
kelingking tangan kanan.
b. Pasien mengatakan
merasa kaku pada jari
kelingking tangan kanan.
DO :
a. Terdapat pembatasan
gerak pada tangan kanan
pasien yaitu pasien sulit
menggerakan jari tangan
kanannya karena terdapat
kelemahan namun pada
tangan sebelah kiri tidak
terdapat gangguan.
b. ROM tangan kiri pasien
aktif normal namun pada
tangan kanan pasien ROM
pasif.
c. Pasien tampak lemas dan
lemah.
d. Aktivitas pasien dibantu
orang lain.
4. DS : Ansietas Kurang terpapar
a. Pasien mengatakan tidak informasi
tahu tentang sakit yang
dialaminya.
b. Pasien mengatakan merasa
cemas sebelum dilakukan
tindakan operasi.
DO :
a. Pasien tampak cemas dan
bertanya-tanya tentang
sakitnya.
5. DS : Risiko perdarahan Tindakan pembedahan
a. Pasien mengatakan
khawatir terjadi
perdarahan setelah
operasi.
DO :
a. Terdapat perdarahan pada
jari kelingking tangan
kanan pasien sebelum
dioperasi.
6. DS : Risiko infeksi Efek prosedur
invasive
a. Pasien mengatakan
khawatir terjadi infeksi
akibat open dislocation.
DO :
a. Terdapat edema pada
ekstremitas jari tangan
kanan pasien, belum
terdapat tanda infeksi.
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik trauma.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
E. INTERVENSI
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DO : Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 75x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
1 13.15 Mengkaji lokasi, DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB karakteristik, nyeri dan tidak nyaman
frekuensi, skala, P : dislokasi terbuka
kualitas, intensitas Q : tertusuk-tusuk
nyeri R : proxymal interphalanx
digiti v manus dextra
S:7
T : sering timbul
DO : pasien tampak
menahan nyeri dan tidak
nyaman
1 13.20 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB faktor yang nyeri bertambah ketika
memperberat dan mencoba menggerakan jari
memperingan nyeri tangan kanan
DO : pasien tampak
menahan nyeri
1 13.25 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB teknik non nyeri berkurang dengan
farmakologis untuk teknik napas dalam
mengurangi nyeri
DO : pasien tampak nyaman
2 13.30 Memonitor DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB karakteristik luka bersedia
dislokasi terbuka
DO : luka dislokasi terbuka,
terdapat edema pada jari
kelingking kanan, luka
tampak kemerahan
3 13.40 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi W.
WIB toleransi fisik terjadi kekakuan sendi dan
melalui pergerakan sulit menggerakan jari
tangan kanannya
DO : Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
3 08.00 Mempersiapkan DS : pasien mengatakan Rusmida
WIB pasien untuk merasa sedikit cemas
menjalani tindakan sebelum memasuki ruang
operasi Cito operasi
DO : pasien tampak
menahan nyeri dan tidak
nyaman
1 16.05 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi
WIB faktor yang nyeri bertambah ketika Anis
memperberat dan mencoba menggerakan jari
memperingan nyeri tangan kanan
DO : pasien tampak
menahan nyeri
1 16.10 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Septi
WIB teknik non nyeri berkurang dengan Anis
farmakologis untuk teknik napas dalam
mengurangi nyeri
DO : pasien tampak nyaman
2 16.15 Memonitor DS : pasien mengatakan Septi
WIB karakteristik luka bersedia Anis
dislokasi terbuka
DO : luka dislokasi dibalut
dengan kassa
3 16.20 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Septi
WIB toleransi fisik masih terjadi kekakuan Anis
melalui pergerakan sendi dan sulit menggerakan
jari tangan kanannya setelah
post op
DO : tidak terjadi
perdarahan pada luka bekas
operasi
5 19.05 Menganjurkan DS : pasien mengatakan Septi
WIB pasien untuk mengerti Anis
melapor segera jika
terjadi perdarahan DO : pasien menuruti saran
dari perawat
6 19.10 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Septi
WIB dan gejala infeksi takut terjadi infeksi setelah Anis.
operasi
DO : Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 73x/menit
RR : 17x/menit
S : 36,7o C
2 09.00 Memberikan DS : pasien mengatakan Yoseva
WIB perawatan pada bersedia
area kulit post op
DO : luka pasien
dibersihkan dengan cairan
NaCl, mengganti balut luka
pasien
2 09.30 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Yoseva
WIB pasien cara akan mengawasi luka
memeriksa luka setelah operasi
operasi
DO : pasien mengerti apa
yang sudah dijelaskan
1 11.00 Mengkaji lokasi, DS : pasien mengatakan Siska
WIB karakteristik, nyeri dan sedikit tidak
frekuensi, skala, nyaman
kualitas, intensitas P : post op dislokasi terbuka
nyeri Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx
digiti v manus dextra
S:2
T : jarang timbul
DO : pasien tampak
menahan nyeri dan tidak
nyaman
1 11.15 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Siska
WIB teknik non nyeri berkurang dengan
farmakologis untuk teknik napas dalam
mengurangi nyeri
DO : pasien tampak nyaman
2 12.00 Memonitor DS : pasien mengatakan Siska
WIB karakteristik luka bersedia
dislokasi terbuka
DO : luka dislokasi dibalut
dengan kassa
3 12.15 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan Tri
WIB toleransi fisik masih terjadi kekakuan Utami
melalui pergerakan sendi dan sulit menggerakan
jari tangan kanannya setelah
operasi
DO : tidak terjadi
perdarahan pada luka bekas
operasi
6 15.35 Memonitor tanda DS : pasien mengatakan Sayekti
WIB dan gejala infeksi khawatir terjadi infeksi
setelah operasi
DO : tidak terdapat pus dan
tanda gejala infeksi lainnya
2 15.45 Memberikan DS : pasien mengatakan Sayekti
WIB perawatan pada bersedia
area kulit post op
DO : luka pasien
dibersihkan dengan cairan
NaCl, mengganti balut luka
pasien
2 15.50 Mengajarkan DS : pasien mengatakan Sayekti
WIB pasien cara akan mengawasi luka
memeriksa luka setelah operasi
operasi
DO : pasien mengerti apa
yang sudah dijelaskan
G. EVALUASI
Hari, No
Evaluasi
tanggal Dx
Rabu, 1 Juli 1 S:
202 a. Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman
b. Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika mencoba
menggerakan jari tangan kanan
P : dislokasi terbuka
Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx digiti v manus dextra
S:7
T : sering timbul
O:
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 75x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
b. Pasien tampak menahan nyeri dan tidak nyaman
c. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan teknik napas
dalam
P : Lanjutkan intervensi
2 S:
a. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman akibat luka dislokasi
terbuka
O:
a. Luka dislokasi terbuka
b. Terdapat edema pada jari kelingking kanan
c. Luka tampak kemerahan
P : Lanjutkan intervensi
3 S:
a. Pasien mengatakan terjadi kekakuan sendi dan sulit
menggerakan jari tangan kanannya
b. Pasien mengatakan takut menggerakan jari tangan kanannya
c. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh orang lain
O:
a. Pasien tampak sulit menggerakan jari tangan kanannya
b. Pasien tampak sangat hati-hati dalam menggerakan jari tangan
kanannya
c. Aktivitas pasien dibantu orang lain
P : Lanjutkan intervensi
4 S:
a. Pasien mengatakan cemas dan khawatir atas cedera yang
menimpanya
b. Pasien mengatakan tidak tahu seberapa parah sakitnya
c. Pasien mengatakan belum tahu prosedur tindakan operasinya
seperti apa
O:
a. Pasien tampak cemas dan bingung, pasien tampak khawatir
dengan aktivitas sehari-harinya yang menjadi terganggu
A : Masalah tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5 S:
a. Pasien mengatakan sebelum dibawa ke RS sudah terjadi
perdarahan namun sudah ditangani di IGD
O:
a. Sudah tidak terjadi perdarahan sebelum operasi
P : Lanjutkan intervensi
6 S:
a. Pasien mengatakan takut terjadi infeksi setelah operasi
O:
a. Tidak terdapat pus dan tanda gejala infeksi lainnya
P : Lanjutkan intervensi
Kamis, 2 1 S:
Juli 2020 a. Pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman
b. Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika mencoba
menggerakan jari tangan kanan
P : post op dislokasi terbuka
Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx digiti v manus dextra
S:5
T : sering timbul
O:
a. Tanda-tanda vital
TD : 125/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,8o C
b. Pasien tampak menahan nyeri dan tidak nyaman
P : Lanjutkan intervensi
2 S:
a. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman akibat luka
dislokasi terbuka
O:
a. Luka dislokasi dibalut dengan kassa
P : Lanjutkan intervensi
3 S:
a. Pasien mengatakan masih terjadi kekakuan sendi dan sulit
menggerakan jari tangan kanannya setelah post op
b. Pasien mengatakan masih takut menggerakan jari tangan
kanannya
c. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh orang lain
O:
a. Pasien tampak sulit menggerakan jari tangan kanannya
P : Lanjutkan intervensi
4 S:
a. Pasien mengatakan merasa sedikit cemas sebelum memasuki
ruang operasi
b. Pasien mengatakan cemas pada luka yang sudah dioperasi
c. Pasien mengatakan akan lebih berhati-hati setelah tindak
operasi
d. Pasien mengatakan khawatir aktivitasnya akan terganggu
O:
a. Pasien tampak gelisah
b. Pasien tampak cemas
c. Pasien tampak khawatir dengan aktivitas sehari-harinya yang
menjadi terganggu
P : Lanjutkan intervensi
5 S:
a. Pasien mengatakan terjadi perdarahan dilihat dari kassa yang
membalut luka
O:
a. Tidak terjadi perdarahan pada luka bekas operasi
P : Lanjutkan intervensi
6 S:
b. Pasien mengatakan takut terjadi infeksi setelah operasi
O:
b. Tidak terdapat pus dan tanda gejala infeksi lainnya
P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 3 1 S:
Juli 2020 a. Mengatakan nyeri dan sedikit tidak nyaman
P : post op dislokasi terbuka
Q : tertusuk-tusuk
R : proxymal interphalanx digiti v manus dextra
S:2
T : jarang timbul
O:
a. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 73x/menit
RR : 17x/menit
S : 36,7o C
b. Pasien tampak menahan nyeri
c. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan teknik napas
dalam
d. Pasien tampak nyaman dengan posisi semifowler
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 S:
a. Pasien mengatakan akan mengawasi luka setelah operasi
b. luka dislokasi dibalut dengan kassa
O:
a. Luka pasien dibersihkan dengan cairan NaCl, mengganti balut
luka pasien
b. Pasien mengerti apa yang sudah dijelaskan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 S:
a. Pasien tampak sulit menggerakan jari tangan kanannya
b. Pasien mengatakan takut menggerakan jari tangan kanannya
c. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh orang lain
O:
a. Pasien tampak sangat hati-hati dalam menggerakan jari tangan
kanannya
b. Aktivitas pasien dibantu orang lain
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4 S:
a. Pasien mengatakan akan lebih berhati-hati setelah tindak
operasi
b. Pasien mengatakan akan mengurangi aktivitasnya
c. Pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semifowler
O:
a. Pasien tampak lebih tenang
b. Pasien lebih tampak nyaman
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
5 S:
a. Pasien mengatakan tidak terjadi perdarahan dilihat dari kassa
yang membalut luka
O:
a. Tidak terjadi perdarahan pada luka bekas operasi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
6 S:
a. Pasien mengatakan khawatir terjadi infeksi setelah operasi
O:
a. Tidak terdapat pus dan tanda gejala infeksi lainnya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA