Makalah Kep. Gerontik Kelompok 3-1
Makalah Kep. Gerontik Kelompok 3-1
Kelompok 3 :
1. Glorya Kezia Pelleng
2. Desi Keren Toporundeng
3. Inri Debora Bahrun
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik
tentang a. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia dan b. Proses penuaan/Aging process.
Kami berterima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu demi kelancaran tugas ini.
Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan tugas ini,
maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN LANSIA................................2
1. Definisi keluarga..............................................................................................................2
2. Tipe dan Bentuk Keluarga...............................................................................................2
3. Peran keluarga.................................................................................................................3
4. Fungsi Keluarga...............................................................................................................3
5. Tugas Kesehatan Keluarga..............................................................................................4
6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut...................................................................5
7. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga.....................................................................5
B. PROSES PENUAAN/AGING PROSES........................................................................7
1. Definisi Lansia.................................................................................................................7
2. Fisiologi Lansia...............................................................................................................7
3. Batasan Lansia WHO (1999)...........................................................................................7
4. Teori-Teori Proses Menua...............................................................................................8
5. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia............................................................10
6. Kecemasan.......................................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga menjadi unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat
pula. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah anggota keluarga dapat mempengaruhi
anggota keluarga yang lain, mempengaruhi sistem keluarga, komunitas setempat bahkan
komunitas global. Dengan demikian kesehatan dan kemandirian keluarga merupakan
kunci utama pembangunan kesehatan masyarakat (Ekasari 2008).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Friedman 2014 di Amerika Serikat, mengenai
efek kunjungan rumah dan intervensi perawat di banding dengan aktivitas biasa, pada
pemenuhan Activity Dayli Life dengan jumlah 499 pada lansia, bahwa terdapat
penurunan ketergantungan dalam pemenuhan ADL setelah dilakukan kunjungan rumah
dan intervensi perawat pada lansia. Lanjut usia adalah tahap akhir dari tahap
perkembangan keluarga, pada tahapan ini lansia sudah mengalami kemunduran fungsi
fisiologis organ tubuhnya. Nurkasiani (2008) mengatakan semakin lanjut usia seseorang
maka kemampuan fisik, ekonomi, dan kesibukan sosialnya akan berkurang. Pengaruh
proses menua akan mengancam kemandirian dan kualitas hidup, karenanya peran
keluarga dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan lansia.
Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai
perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu
dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses
menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokemis pada jaringan tubuh yang akhirnya mempengaruhi kemampuan fisik secara
keseluruhan (Sudirman, 2011).
Lansia (lanjut usia) umumnya digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia
lanjut. Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila berkisar
antara 60-65 tahun (Saptorini, 2011). Menurut WHO (1989) dalam Maryam (2010),
batasan lansia adalah kelompok usia 45-59 tahun sebagai usia pertengahan (middle/
young elderly), usia 60-74 tahun disebut lansia (ederly), usia 75- 90 tahun disebut tua
(old), usia diatas 90 tahun disebut sangat tua (very old).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tugas perkembangan keluarga dengan lansia
2. Untuk mengetahui Proses penuaan/aging process
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Peran keluarga
a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:
1) Peran parental dan perkawinan
Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan
istri-ibu antara lain yaitu, Peran sebagai provider (penyedia), Peran sebagai rumah
tangga, Peran perawat anak, Peran perawatan anak, Peran rekreasi, Peran
persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal),
Peran terapeutik (Memenuhi kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual.
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh itu
sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi membentuk suatu koalisi
dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan
merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga
b. Peran Informal
1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di antara para anggota,
menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara
mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok
3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan ketidak sepakatan,
pendamai menyatakan kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah
jalan”.
4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota
keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan
keluarga, berfungsi mengangkat keterikatan/keakraban.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :
a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain.
3
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and social placement fungtion)
adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untukmengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
tinggi.
4
6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam konsep
keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap tahap perkembannganya
yaitu menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa
pensiun, mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan kematian
dengan tentram (Mubarak, 2006).
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi dari caeter dan
McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985)
b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut
1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik
2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai
3) Isolasi sosial
4) Kesepian (kelley et al, 1977 dalam friedman)
5
kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan.
3.Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan,
mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
4.Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5.Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung
jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6.Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampaianak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
perkembangankeluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan
anggota keluarga baruyang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya,
melanjutkan untuk memperbaharui danmenyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitandari suami dan istri.
7.Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun.
6
Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh
hubungan perkawinan yang kokoh.
8.Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi
9
c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
10
kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
c) Pencernaan dan Metabolisme, Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
(1). Kehilangan gigi,
(2). Indra pengecap menurun,
(3). Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
(4). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
d) Sistem perkemihan, Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan,
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
(e) Sistem saraf, Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
(f) Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
3. Perubahan Kognitif
a) Memory (Daya ingat, Ingatan)
b) IQ (Intellegent Quocient)
c) Kemampuan Belajar (Learning)
d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g) Kebijaksanaan (Wisdom)
h) Kinerja (Performance)
i) Motivasi
6. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik. Kecemasan (Ansietas) dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah 19 respon emosional terhadap penilaian
tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
kecemasan yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2007). Kecemasan dapat
diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan
tersebut.
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
11
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf
autonomic (SSA). Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan yang patologik biasanya merupakan
kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh
dan maladaptif (Kaplan dan Sadock, 1997).
b. Kecemasan pada Lansia
Proses menua (Aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia ( Azizah, 2011).
Salah satu gejala yang dialami oleh semua orang dalam hidup adalah kecemasan.
Kecemasan adalah khawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan
rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2007). Permasalahan yang
menarik pada lansia adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan stress lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial
pada lansia. Masalah kesehatan jiwa sering muncul pada lansia adalah gangguan proses
pikir, dementia, gangguan perasaan seperti depresi, cemas, gangguan fisik dan
gangguan perilaku (Maramis, 1995)
Gangguan kecemasan dimulai pada masa dewasa awal atau pertengahan, tetapi
beberapa tampak untuk pertama kalinya setelah usia 60 tahun. Keluhan pada lansia
yang disebabkan karena adanya cemas : sakit kepala, berdebar-debar dan mudah lelah.
Menurut Gallo (1998), secara umum lansia mengalami kesulitan mengenai memori
yang berhubung secara buruk dengan tindakan-tindakan objektif tentang fungsi memori.
Pengkajian memori seringkali menyebabkan timbulnya kecemasan.
c. Fisiologi Kecemasan
Berdasarkan teori biologik menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine. Reseptor ini 21 mungkin membantu mangatur kecemasan.
Penghambat asam gamaaminobutirat (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron
dibagian otak yang berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan
endorphin (Stuart, 2007).
Hipotalamus selain mengatur keseimbangan air, suhu tubuh, pertumbuhan tubuh dan
rasa lapar juga berperan dalam mengontrol perasaan marah, nafsu, rasa takut dan
mengintregasikan respon simpatis dan parasimpatis. Hipotalamus dipengaruhi oleh
tekanan fisik dan psikologis (Corwin, 2000).
Menurut Suliswati dkk (2005), kondisi cemas menyebabkan terjadinya respon
otonom tubuh, yaitu respon parasimpatis yang bertentangan dengan respon tubuh dan
respon simpatis yang mengaktifkan respon tubuh. Respon simpatis lebih menonjol
untuk mengaplikasikan tubuh mengatasi situasi emergensi melalui reaksi “fight” or
“flight”. Kecemasan akan menimbulkan respon fisiologis dan psikologis.
12
Secara fisiologis ketika terjadi kecemasan, korteks otak menerima rangsangan yang
kemudian akan diteruskan ke kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin dan
epinerfin melalui saraf simpatis. Sebagai efeknya napas menjadi dalam, nadi dan
tekanan darah meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung, susunan saraf pusat
dan otot. Epinefrin menyebabkan peningkatan glikogenolisis sehingga gula darah akan
meningkat.
d. Tanda dan Gejala Kecemasan
Kecemasan merupakan stressor yang dapat merangsang system saraf simpatik dan
medulla kelenjar adrenal. Selanjutnya akan terjadi peningkatan katekolamin dan
merangsang peningkatan sekresi hormon adrenalin sehingga meningkatkan tekanan
darah, takirkadi, dilatasi pupil, koagubilitas darah meningkat. Sekresi nor adrenalin
yang meningkat terutama berkaitan dengan kemarahan, agresifitas, semangat kompetisi,
diburu waktu dan pendendam (Suliawati dkk, 2005).
Kecemasan dapat menimbulkan gejala somatik dan psikologik.
1) Tanda dan gejala pada fisik yaitu :
(a) Gemetar rasa goyah
(b) Nyeri punggung dan kepala
(c) Ketegangan otot
(d) Napas pendek
(e) Hiperaktivitas autonomik (wajah merah dan pucat, takikardi, palpitasi, tangan
rasa dingin, diare, mulut kering dan sering kencing)
(f) Parestesia
(g) Sulit menelan
2) Tanda dan gejala psikologik yaitu :
(a) Rasa takut
(b) Sulit konsentrasi
(c) Hypervigilance/siaga berlebihan 23
(d) Insomnia
(e) Libido menurun
(f) Rasa mengganjal di tenggorokan
(g) Rasa mual di perut
13
disfungsional (Suliswati dkk, 2005). Ketika tenaga yang dipergunakan sebagai adaptasi
semakin menipis respon fisiologis menghebat, akan tetapi karena energi semakin
menipis maka adaptasi juga semakin menghilang.
f. Macam-Macam Kecemasan
Klasifikasi tingkat kecemasan menurut Gail W. Stuart (2002) sebagai berikut:
1). Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakan
pertumbuhan serta kreativitas
2). Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3). Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada seseuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan.
Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. 4).
Tingkat panik dari
kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror.
Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan 25
peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
g. Pencegahan Kecemasan
Menurut Hardiman (1988) ada tiga aspek pencegahan kecemasan:
1) Organobiologi
Pentingnya pemeliharaan kesehatan fisik yang optimal, keserasian olahraga dan
kondisi fisik untuk mengurangi stressor yang meningkatkan kecemasan. Demikian
pila mengenai hobi, pekerjaan dan pendidikan.
2) Psikoedukatif
Hal ini berkaitan dengan kepribadian individu yang tidak terlalu kaku, tidak
merendahkan diri dan mengembangkan bakatnya. Seseorang tidak memikirkan
masalah hidupnya secara berlebihan.
3) Sosiokultural
Gaya hidup perlu disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental berdasarkan
pengalaman hidup yang dialaminya. Lingkungan masyarakat yang kondusif
mendukung lansia untuk bersosialisasi dan mendapatkan support sistem.
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman, 2005).
Dimana keluarga juga bagian atau unit terkecil dari masyarakat yang beranggotakan dua
orang ataupun lebih dan masing-masing mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah,
mempunyai kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing-masing serta menganut
suatu budaya yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai beberapa tipe dan memiliki
fungsi. Keluarga juga mempunyai struktur yang dapat digambarkan bagaimana keluarga
menjalankan peran dan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini,
perawat mempunyai peran juga untuk membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Proses penuaan atau menjadi tua yang terjadi pada usia lanjut adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak
lahir dan dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu tidak sama
cepatnya. Perubahan-perubahan biologik yang terjadi pada usia lanjut akan mengakibatkan
kemunduran-kemunduran pada fungsi organ tubuh serta adanya perubahan pada pola
konsumsi gizi dan faktor psikososial.s
15
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/45374/3/bab%201.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl-sitikiswat-6739-2-bab2.pdf
https://www.slideshare.net/GinaAnggraeni4/askep-keluarga-tahap-lansia
https://docplayer.info/30615442-B-tahap-dan-tugas-perkembangan-keluarga.html
16