Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU SALURAN KEMIH

A. Definisi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya
penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada
daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu
mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang
saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna
keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).
Batu Saluran Kemih  adalah benda zat padat yang dibentuk
oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran
kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).
( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral
urine, biasa ditemukan di dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini
dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis, urolithiasis, atau renal
calculi.

B. Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam
buku Medical Surgical Nursing, dan buku Basuki B
Purnomo, adalah:
1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium
biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk
partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran
yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat
masuk ke kaliks. Faktor penyebab terjadinya batu kalsium
adalah :
2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran
kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan
pemecah urea atau urea spilitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium
fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium
fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp,
klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus

3. Batu asam urat


Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan
yang banyak mengandung purine, peminum alcohol.
b.  Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau
dehidrasi.
c.  Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam.
Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu
untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.
4. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara
congetinal yang mewarisi pengahambat atosomonal. Batu sistin
merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang
tua, jarang ditemukan pada usia
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi
karena defisiensi oksidasi xathine.

C. Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. faktor intrinsik
Faktor Intrinsik : Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal
dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik adalah umur,
jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a.  Heriditer/ Keturunan : Salah satu penyebab batu ginjal
adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal
(ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari
tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih,
akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran
kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam
satu keluarga
b.   Umur : Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan
umur 30-60 tahun.
c.  Jenis kelamin : Kejadian batu saluran kemih berbeda antara
laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering terjadi
dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian
batu saluran kemih yang sesuangguhnya belum diketahui,
tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru
per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum
testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan
rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan
anak-anak.
2. Faktor Ekstrinsi
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan
luar individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi: Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada
mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit atau
daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan
insiden batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat
yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek
lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah,
temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor
intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran kemih.
b. Faktor Iklim dan cuaca : Faktor iklim dan cuaca tidak
berpengaruh secara langsung namun ditemukan tingginya
batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi.
Selama musim panas banyak ditemukan batu saluran
kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat
dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air
kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan
kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam
urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih
c. Jumlah air yang diminum: Dua faktor yang berhubungan
dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air
minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh
faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan
asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu
saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air
kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan
pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak
minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara
dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang
diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk
batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut
dalam air kemih.
d. Diet/Pola makan: Diperkirakan diet sebagai faktor
penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet
berbagai makanan dan minuman mempengaruhi         tinggi
rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan
batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran
kemih.
e. Jenis pekerjaan: Kejadian batu saluran kemih lebih banyak
terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh
f. Stres: Diketahui pada orang-orang yang menderita stres
jangka panjang, dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres
dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat
ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-
orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan
tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih .
g. Olah raga: Secara khusus penelitian untuk mengetahui
hubungan antara olah raga dan kemungkinan timbul batu
belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran
kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik
dibanding orang yang bekerja di kantor dengan banyak
duduk.
h. Kegemukan (Obesitas): Obesitas didefinisikan sebagai
suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh
tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus
batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2%
terkena kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang
gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan
kalsium naik
i. Kebiasaan menahan buang air kemih: Kebiasaan menahan
buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK
yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah
menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya
stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal .
j. Tinggi rendahnya pH air kemih Hal lain yang berpengaruh
terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2 pada
batu kalsium oksalat).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit batu saluran kemih bergantung
pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu
menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Namun, beberapa batu
jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan
merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah
nyeri yang luar biasa (kolik). Gejala klinis dari batu saluran kemih
yang dapat dirasakan adalah :
1. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area
kostovertebral tidak jarang disertai mual dan muntah, maka dapat
disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu
yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa,
akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien
yang mengalami kolik ureter akan sering ingin merasa berkemih,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih
disertai dengan darah.
2. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar
di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat
melebihi batas normal.
3. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan
dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal
dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena
kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
4. Hematuria dan Kristaluria
Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat
dibantu dengan adanya hematuria dan kristaluira. Hematuria
adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih,
sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
5. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter,
seringkali menyebabkan mual dan muntah.

E. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau
dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang
kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk
pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan
faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang
berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan
urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat
mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak
dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan
kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium
akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan
masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks
sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi,
ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat
keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena
dilatasi ginjal. 
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.

F. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu.
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan
kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.
2.  Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat
atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam
urat, fosfat, protein dan elektrolit.
5. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida
dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya
asidosis tubulus ginjal.
6. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
7. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
8. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul.
9. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi
batu.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran
lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan
cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu
( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu
atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8
gelas air sehari.
2. Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang
ditemukan :
a. Batu kalsium oksalat : yang harus dikurangi adalah jenis
makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti
bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan
coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi
makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
b. Batu asam urat : Makanan yang dikurangi : daging,
kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan
lain-lain.
c. Batu struvite : Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah
murbai, susu dan daging.
d. Batu cystin: Makanan yang dikurangi : sari buah, susu,
kentang. Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari
serta olahraga yang teratur.
3. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan
mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan.
Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau
obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen
dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin
dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
4. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada
tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan
melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah
pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat
mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti
dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
5. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah
batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut
adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha
mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra
dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke
dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan
memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam
ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter
dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
6. Tindakan Operasi
Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu
diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa
pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak
merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa
jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan
tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk
mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b.  Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk
mengambil batu yang berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil
batu yang berada di vesica urinaria
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk
mengambil batu yang berada di uretra

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematik dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang
terdiri dari :
1. Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan keluarg
d. Riwayat psikososial: Adakah ditemukan depresi, marah atau
stres
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana
pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya
2) Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal
Ginjal), Kulit kemerahan dan hangat; pucat.
3) Eliminasi Gejala     :
a) Riwayat adanya    ISK     kronis, obstruksi
sebelumnya (kalukulus)
b) Penurunan haluaran          urine,   kandung         
kemih penuh.
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih
d) Diare: Tanda     : Olisuria, hematuria, piuria,
perubahan pola berkemih
4) Makanan / cairan Gejala     :
a) Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
b) Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau
fosfat
c) Ketidak cukupan   pemasukan   cairan;   tidak
minum air dengan cukup: Tanda     : Distensi
abdominal, penurunan / tak adanya bising
usus. Muntah.
5) Nyeri / Kenyamanan
Gejala      :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik.
Lokasi tergantung pada        lokasi  batu, contoh       
pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat
menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat 
paha/genetalia.  Nyeri  dangkal  konstan
menunjulkkan          kalkulus ada di pelvis            atau
kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai
akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan
lain.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat kami angkat yakni :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /
dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi
mekanik
3. kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan, salah interpretasi informasi, sikap acuh terhadap
interpretasi.

C. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Keperawatan
o Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah  Kaji intensitas, lokasi,
b.d peningkata dilakukan tindakan frekuensi dan penyebaran
n frekuensi / keperawatan 3x24 nyeri
dorongan jam nyeri dapat  Kaji tanda keringat dingin,
kontraksi teratasi tidak dapat beristirahat,
ureteral, Kriteria Hasil: dan ekspresi wajah
trauma Nyeri berkurang,  Tingkatkan pemasukan
jaringan. Skala nyeri sampai 2500 ml/hari
menurun, klien sesuai toleransi
dapat beristirahat   Berikan tindakan
dan tampak rileks kenyamanan ( sentuhan
terapeutik, pengubahan
posisi, pijatan punggung )
dan aktivitas terapeutik.
Dorong penggunaan teknik
relaksasi, termasuk latihan
napas dalam, visualisasi,
pedoman imajinasi.
 Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi
2 Gangguan Setelah dilakukan  Awasi pemasukan dan
eliminasi tindakan pengeluaran cairan dan
urin b.d  stimul keperawatan 3x 24 karakteristik urine
asi kandung jam gangguan  Tingkatkan pemasukan
kemih oleh eliminasi urine sampai 2500 ml/hari
batu, iritasi teratasi sesuai toleransi
ginjal atau Kriteria Hasil:  Observasi perubahan
ureteral, Nyeri saat berkemih status mental
obstruksi berkurang,  Periksa urine Awasi
mekanik berkemih tidak pemeriksaan laboratorium
menetes, pola untuk elektrolit, BUN, dan
berkemih kembali kreatinin
normal  Kolaborasi pemberian
acstazolamid/alupurinol,
dan antibiotik
3 kekurangan Tujuan :  Catat insiden muntah,
volume Keseimbangan diare, perhatikan
cairan b.d mual cairan adekuat karakteristik, dan
/ muntah Kriteria : frekuensi.
Intake dan output  Tingkatkan pemasukan
seimbang,  Tanda cairan 3-4 lt / hari dalam
vital stabil, toleransi jantung.
membran mukosa  Monitor tanda vital,
lembab, turgor kulit evaluasi nadi, turgor kulit
baik. dan membran mukosa.
 Timbang berat badan tiap
hari
 Kolaborasi
 Awasi Hb,Ht,elektrolit,
 Berikan diet tepat,cairan
jernih,makanan lembut s/d
toleransi

Anda mungkin juga menyukai