Anda di halaman 1dari 35

3.

1 Menganalisis kasus dinamika masyarakat pada kelompok sosial, pranata sosial, dan
mobilitas sosial
4.1 Melakukan penanganan kasus dinamika masyarakat kelompok sosial, pranata sosial, dan
mobilitas sosial.

A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat (


zoon politicon) yang artinya manusia merupakan makhluk yang pada dasarnya selalu ingin berkumpul
dengan sesama manusia lainnya. selain itu juga diberikann akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial (homo socialis) artinya
manusia disebut sebagai makhluk social karena sifatnya yang suka bergaul satu dengan yang lain atau
makhluk yang suka bermasyarakat.
Manusia Sebagai Makhluk Sosial menurut para Ahli
1. Menurut KBBI : Makhluk sosial adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia
lain.
2. Menurut Elly M. Setiadi : Makhluk social adalah makhluk yang didalam hidupnya tidak bias
melepaskan diri dari pengaruh orang lain.
3. Menurut Dr. Johannes Garang : Makhluk social adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu
hidup menyendiri.
4. Menurut Aristoteles : Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan
untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain
5. Menurut Liturgis : Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama lain
serta tidak dapat melepaskan diri dari hidup bersama.
I. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Ada beberapa faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia dengan manusia lainnya, yaitu
tekanan emosional, harga diri, dan isolasi sosial.
1. Tekanan emosional Tekanan emosional yang tinggi membuat manusia bersimpati dan berempati
dengan apa yang terjadi pada manusia lainnya, sehingga mendorong mereka untuk membantu
manusia tersebut keluar dari permasalahannya ataupun ikut merasakannya.
2. Harga diri Harga diri mendorong manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Ketika kondisi
harga diri mereka rendah, maka mereka akan terpacu untuk melakukan hubungan dengan orang lain
karena pada kondisi ini mereka membutuhkan dukungan atau kasih sayang dari orang lain untuk
bangkit dari masalahnya.
3. Isolasi sosial, seseorang untuk bersoasialisasi dengan manusia lainnya yang memiliki pemikiran
yang sepaham agar terbentuk interaksi sosial yang harmonis.
Ciri-ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial:
1. Suka bergaul
2. Suka bekerja sama
3. Hidup berkelompok
4. Memiliki kepedulian terhadap orang lain
5. Tidak bisa hidup sendiri
II. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Ada berbagai pemahaman terhadap Manusia, yang paling umum adalah tiga pemahaman di bawah ini
1. Materialisme Antropologik, yaitu menjelaskan bahwa manusia pada hakikatnya adalah materi.
Manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-bahan material dari dunia anorganik. 2. Materialisme
Biologik, menjelaskan bahwa manusia merupakan badan yang hidup atau organisme yang
mempersatukan segala pembawaan kegiatan kehidupan badan di dalam dirinya. Struktur kehidupan
manusia yang memilikikewaspadaan indrawi berlaku juga bagi hewan. Dalam Kenyataan manusia
memang merupakan bagian dari kehidupan organik yang dapat ditelusuri.
3. Idealisme Antropologik, Menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki unsur- unsur
spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak bergantung pada materi.
III. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam
kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif
ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan
oleh interaksi antar individu.
B. Dinamika Kehidupan Sosial Masyarakat

Perubahan sosial sebagai proses sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan
suatu gejala umum yang berlaku di mana pun selama hidup manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat
di mana pun pasti akan mengalami dinamika sosial. Dinamika sosial terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antarmanusia dan antarkelompok, sehingga antara mereka terjadi proses saling memengaruhi
yang menyebabkan terjadinya dinamika sosial.
I. Definisi Dinamika Sosial Menurut Beberapa Ahli:
1.  Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat.
2.  Menurut William F. Ogburn, bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial.
3.  Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
 II. Teori dinamika sosial
1.  Teori evolusi (evolutionary theory)
Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Emile
Durkheim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi memengaruhi cara pengorganisasian
masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Adapun Ferdinand Tonnies memandang
bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan erat dan kooperatif
menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan terspesialisasi, terpecah-pecah, terasing, dan
mengalami lemahnya ikatan sosial. Hal itu terjadi dalam masyarakat perkotaan.
2.  Teori konflik (conflict theory)
Tokoh dalam teori ini adalah Ralf Dahrendorf. Ia berpendapat bahwa semua perubahan merupakan
hasil dari konflik kelas di masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik sosial dan
perubahan sosial, selalu melekat dalam struktur masyarakat. Menurut teori ini, konflik berasal  dari
pertentangan kelas masyarakat antara kelompok tertindas dengan kelompok penguasa, sehingga akan
mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan
bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua
perubahan sosial.
3.  Teori fungsional (functional theory)
Teori fungsional berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat
akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskan
perubahan sosial yang tingkatnya moderat.
4.  Teori siklis (cyclical theory)
Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat perubahan sosial. Teori
ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapa pun, bahkan
orang-orang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut
teori ini, kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak
selamanya perubahan sosial membawa dampak kebaikan.
III. Faktor Penyebab Perubahan/Dinamika Sosial
Menurut Soekanto faktor-faktor penyebab perubahan/ dinamika sosial dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
a. Faktor internal (dalam)
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain sebagaiberikut.
1) Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan dalam struktur masyarakat seperti
munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru. Selain itu pertambahan jumlah penduduk
juga mengakibatkan bertambahnya kebutuhan-kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan.
2) Adanya penemuan baru (discovery)
Penemuan baru dalam masyarakat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial. Misalnya, penemuan traktor untuk membajak sawah telah mengubah cara
masyarakat membajak sawah..
3) Pertentangan (konflik) masyarakat
Dalam interaksi sosial di masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-pertentangan
(konflik) mungkin saja terjadi baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok. tersebut.
4) Terjadinya pemberontakan (revolusi)
Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan mendasar yang dilakukan oleh individu atau
kelompok. Revolusi akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Pengaruh tersebut mulai dari lembaga negara sampai keluarga yaitu mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar. Contohnya revolusi industri di Inggris, revolusi Perancis,
revolusi fisik tahun 1945 di Indonesia.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat, antara lain berikut ini.
1) Lingkungan alam fisik
Salah satu faktor penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam seperti
terjadinya bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan sebagainya
2)Peperangan
Peperangan antara negara satu dengan negara yang lain kadang bisa menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan baik pada lembaga kemasyarakatan maupun struktur
masyarakatnya. Biasanya negara yang menang memaksakan nilai-nilai,cara-cara, dan lembaga
yang dianutnya kepada negara yang kalah. Contohnya rakyat Indonesia saat kalah melawan Belanda.
Belanda memaksakan penerapan sistem pemerintahan kolonial menggantikan sistem pemerintahan
kerajaan yang dianut sebagian besar daerah-daerah di Indonesia. Hal itu berakibat terjadinya
perubahan-perubahan pada struktur lembaga kemasyarakatan.
3) Pengaruh kebudayaan lain
Di era globalisasi ini tidak ada satupun negara yang mampu menutup dirinya dari interaksi dengan
bangsa lain. Interaksi yang dilakukan antara dua negara mempunyai kecenderungan untuk
menimbulkan pengaruh lain kadang juga bisa menerima pengaruh dari masyarakat lain. Dengan
demikian akan timbul suatu nilai-nilai sosial budaya yang baru sebagai akibat asimilasi atau akulturasi
kedua budaya.
IV. Jenis-jenis dinamika Sosialdalam masyarakat
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat dapat kita kelompokkan
kedalam bentuk-bentuk perubahan sebagai berikut:
a. Perubahan yang lambat (evolusi) dan cepat (revolusi)

Perubahan ini sangat lambat dan hampir tidak terasa. Karena tidak terasa makan
orang menyebut bahwa masyarakat tersebut statis. Perubahan ini membutuhkan waktu yang cukup
lama, rentetan perubahan kecil saling mengikuti dengan lambat. Pada evolusi perubahan tanpa
rencana tetapi disebabkan oleh usaha manusia dalam menyesuaikan diri dengan keperluan atau
kondisi baru yang sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan dapat berbentuk cosmic
evolution (perubahan hidup manusia), organis evolution (mempertahankan hidup) dan  mental
evolution (mental).
Sedangkan hal yang pokok dari revolusi adalah terdapatnya perubahan yang terjadi dengan cepat,
disamping itu perubahan tersebut menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok dari kehidupan
manusia. Perubahan yang terjadi secara revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu ataupun tidak
direncanakan. Perubahan yang terjadi secara revolusi, sebenarnya kecepatan berlangsungnya
perubahan adalah relatif, dikarenakan ada suatu revolusi yang berlangsung lama. Misal, Revolusi
Industri di Inggris yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dari proses produksi tanpa mesin, hingga
proses produksi menggunakan mesin. Perubahan seperti ini dianggap perubahan yang cepat, karena
mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, yaitu adanya sistem hubungan antara buruh dan
majikan.
b. Perubahan sosial yang pengaruhnya besar-kecil
Perubahan sosial yang besar pada umumnya adalah perubahan yang akan membawa pengaruh
yang besar pada masyarakat. Misalnya terjadinya proses industrialisasi pada masyarakat yang masih
agraris. Di sini lembaga-lembaga kemasyarakatan akan terkena pengaruhnya, yakni hubungan kerja,
sistem pemilikan tanah, klasifikasi masyarakat, dan yang lainnya.Sedangkan perubahan sosial yang
kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
akibat yang langsung pada masyarakat. Misalnya, perubahan bentuk potongan rambut, tidak akan
membawa pengaruhi yang berarti bagi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan tidak akan
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
c. Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan
Perubahan sosial yang direncanakan adalah, perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, dan hal
ini terjadi karena telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang menginginkan adanya
perubahan. Pihak yang menginginkan adanya perubahan itu disebut: dengan agent of change atau
agen pembaharu. Agent of change, adalah seorang atau sekelompok orang yang memimpin
masyarakat dalam merubah sistem sosial yang ada. Tentunya agent of change ini sudah mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin adanya suatu perubahan. Agent of change selalu
mengawasi jalannya perubahan yang dikehendaki atau direncanakan itu.Sedangkan perubahan sosial
yang tidak direncanakan adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak direncanakan atau
dikehendaki, dan terjadi diluar pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial
yang tidak diharapkan masyarakat. Misalnya, terjadinya krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara
yang menyebabkan terhambatnya pembangunan negara tersebut.
V. Dampak Dinamika sosial
a. Dampak Positif, Antara Lain:
● Tingkat pendidikan di dalam masyarakat menjadi lebih merata.
● Profesionalisme jadi lebih terjaga.
● Komunikasi juga informasi masuk jauh lebih cepat dan mudah.
● Pembangunan lebih terjamin dalam berbagai bidang.
b. Dampak Negatif ,Antara Lain :
● Sikap individualistis muncul.
● Nilai kebersamaan perlahan memudar.
● Sikap saling tidak percaya hadir di tengah masyarakat.
● Perhatian atas budaya lokal dan nasional perlahan memudar utamanya bagi generasi muda.
Dan lain lain.
C. Peran perawat alam mengatasi persoalan inamika masyarakat paa kelompok sosial,pranata
sosial,am mobilitas sosial.
a. Definisi Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,
dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan
kode etik professional.
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau
memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu
dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan peruses penuaan (Harlley, 1997).
Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai
dengan kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).
Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersipat konstan.  
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan { care giver }
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
b. Advokat Klien { client advocate }
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
c. Pendidik klien { Educator }
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Coordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuan klien.
e. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Consultant
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
g. Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan
yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Tugas Individu 1
soal
1. Apa yang Dimaksud dengan Permasalahan Sosial?

Apa Bedanya dengan Konflik Sosial?

2. Mengapa Permasalahan Sosial dapat Terjadi?

Apa Bedanya dengan Konflik Sosial?

3. Seperti Apa Contoh Permasalahan Sosial dalam Masyarakat?

Apa Bedanya dengan Konflik Sosial?

4. Apa Dampak dari Adanya Permasalahan Sosial?

Apa Bedanya dengan Konflik Sosial?

5. Bagaimana Cara Mengatasi Permasalahan Sosial?

Apa Bedanya dengan Konflik Sosial?


3.2 Menerapkan usaha Kesehatan Sekolah
4.2 Melaksanakan usaha kesehatan sekolah
A. Penerapan Usaha Kesehatan Sekolah
Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan
dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan
dapat meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan hidup sehat. 
I. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah
a  Menurut Departemen Pendidikan & Kebudayaan,UKS adalah upaya membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program
pendidikan dan yankes di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilin program Lingkungan sekolah.
b. Menurut Depkes RI: UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-
sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.
2.  Tujuan UKS
Tujuan diselenggarakannya program UKS, secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik yang mencakup:
1. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.
2. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
3.  Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-
prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah.
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
5. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol
dan obat-obatan berbahaya lainnya.
3. Sasaran usaha kesehatan sekolah
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
1.    Sekolah taman kanak-kanak
2.    Pendidikan dasar
3.    Pendidikan menengah
4.    Pendidikan agama
5.    Pendidikan kejuruan
6.    Pendidikan khusus(sekolah luar biasa)
4.  Pembinaan UKS
Pembinaan program UKS, pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan dibentuk dengan membentuk tim
pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS tersebut antara lain meliputi:
1.Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah.
2.Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemeliharaan dan pengawasan pengelolaan
sampah, SPAL, WC dan kamar mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang UKS dan ruang kelas,  usaha
mencegah pengendalian vektor penyakit.
3. Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan rutin kebersihan kuku, telinga,
rambut, gigi, serta dengan mengajarkan cara gosok gigi yang benar.
4. Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif dalam pelayanan kesehatan antara
lain dalam bentuk kader kesehatan sekolah dan dokter kecil
5. Penjaringan kesehatan peserta didik baru
6. Pemeriksaan kesehatan secara periodik
7.Imunisasi, pengawasan sanitasi air, usaha P3K di sekolah
8.Rujukan medik, penanganan kasus anemia
9.Forum komunikasi terpadu dan pencatatan dan pelaporan
Pelaksana program UKS antara lain meliputi guru UKS, peserta didik, Tim UKS Puskesmas, serta
masyarakat sekolah (komite sekolah). Pada tingkat Puskesmas, dengan seorang koordinator pelaksana
terdiri dari dokter, perawat, petugas imunisasi, pelaksana gizi, serta sanitarian.
5.  Prinsip Pengelolaan UKS
a. Mengikutsertakan peran serta masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi  guru, peserta didik,
karyawan sekolah, Komite Sekolah (orang tua murid).
b.Kegiatan yang terintegrasi, dengan pelayanan kesehatan menyeluruh yang menyangkut segala upaya
kesehatan pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik.
c. Melaksanakan rujukan, dengan mengatasi masalah kesehatan yang tak dapat diatasi di sekolah ke
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau rumah sakit.
d. Kolaborasi tim, dengan melibatkan kerja sama lintas sektoral dengan pembagian tugas pokok dan
fungsi yang jelas.
6.  Kegiatan  usaha kesehatan sekolah
Kegitan-kegiatan yang di lakukan adalah :
a. Pemeriksaan kesehatan, yang meliputi gigi dan mulut, mata telingan dan tenggorokan, kulit dan
rambut dsb
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c.Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
g. Rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat di tanggulangi di sekolah termasuk juga adalah
pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan guru.
B. Penerapan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah {UKSG}

1. Pengertian UKGS`
UKGS adalah bagian integral dari UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
secara terencana, pada para siswa terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu
kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket
minimal, paket standar dan paket optimal (Dep. Kes. R. I., 1996).
 2. Tujuan UKGS
Menurut Depkes RI :
Tujuan umum: tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal.
(Dep. Kes. R. I., 2003).
 Tujuan khusus:
1)  Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
2) Siswa mempunyai sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3) Siswa binaan UKS paket standar, paket optimal mendapat pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan (care on demand).
4) Siswa sekolah binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih telah mendapat pelayanan
medik gigi dasar yang diperlukan (treatment need)(Dep. Kes. R. I., 1996).
3. Sasaran UKGS
Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) sasaran progam UKGS adalah semua murid usia sekolah
yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas yaitu :
1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuaikurikulum
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi massal.
3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan(care on demand ).
4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi atas dasar kebutuhan perawatan
(treatment need ).
4. Manfaat UKGS
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan UKGS adalah:
1) Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa
2) Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa
3) Meningkatnya sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut siswa
4) Siswa mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care on demand}
5. Fasilitas dan peralatan UKSG
Fasilitas dan peralatan juga perlu diperhatikan untuk mencapai tjuan yang diharapkan tempat dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan,baik didalam maupun diluar ruangan. Alat bantu pelaksanaan
UKGS dapat berupa poster mengenai bentuk gigi,gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik,
seperti model gigi,sikat gigi, dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak terkesan membosankan.
6.Tenaga Pelaksana UKGS
Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari : tenaga pelaksana di sekolah meliputi guru olahraga dan dokter
kecil yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut,serta tenaga pelaksana di puskesmas
meliputi dokter dan perawat gigi/ tenagakesehatan lain yang telah dilatih (DepKes RI, 1996)
1. Tenaga yang berasal dari sekolah yaitu :
a.Kepala Sekolah / Guru SD
Peran guru SD dalam kegiatan UKGS antara lain :
1.Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data (screening) yaitu pemeriksaan
seluruh murid secara berkala.
2. Pendidikan kesehatan gigi pada murid seperti penyuluhan tentangkesehatan gigi dan mulut
pada waktu pelajaran Orkes.
3. Pembinaan dokter kecil.
4. Latihan gosok gigi.
5. Merujuk murid ke puskesmas untuk dilakukan perawatan bilamenemukan murid dengan
keluhan penyakit gigi.
6. Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatanlingkungan dan makanan yang
dijual di lingkungan sekolah.
7. Membantu guru dalam sikat gigi bersama
b.Dokter kecil
Peran Dokter kecil dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa giginya.
2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi.
3. Memberi petunjuk kepada murid mengenai tempat berobat gigi (klinik gigi).
2. Tenaga dari Puskesmas yaitu
II. Kepala Puskesmas
a. Peran kepala puskesmas dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Sebagai koordinator pelaksanaan UKGS.
2. Sebagai pembimbing dan motivator.
3. Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut.
b. Dokter gig
Peran dokter gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS.
2. Bersama kepala puskesmas dan perawat gigi menyusun rencana kegiatan, memonitoring
program, dan evaluasi.
3. Membina integrasi dengan unit terkait di tingkat Kecamatan, Dati IIdan Dati I
4. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi,UKS, guru SD, dan dokter
kecil.
5. Dapat bertindak sebagai pelaksana UKGS jika tidak ada perawatgigi.
c. Perawat gigi
Peran perawat gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.
2. Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.
3. Melakukan persiapan atau lokakarya mini untuk menyampaikanrencana kepada pelaksana
terkait.
4. Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS berupa data sosiodemografis dan data
epidemiologis.
5. Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif, seperti:a)Pengarahan kepada tenaga UKS,
Guru SD, dokter kecil,dan orang tua murid. b)Pembersihan karang gigi.c)Pelayanan medik
gigi (menerima rujukan dari guru dan petugas kesehatan lainnya).
6. Monitoring pelaksanaan UKGS.
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
8. Evaluasi program.
d. Petugas UKS
Peran Petugas UKS dalam kegiatan UKGS antara lain :
1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dandokter kecil, monitoring
program, dan hubungan dengan Depdikbud.
2. Pemeriksaan murid (screening).
3. Melaksanakan rujukan.
4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikankesehatan gigi
7. Tahapan UKGS
Menurut Depkes RI {1996},terdapat tiga tahap UKGS berdasarkan keadaan tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi di puskesmas
UKGS Tahap I { paket minimal UKS }
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi
UKGS Tahap II {paket standar UKS }
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangakau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang terbatas.paket standar UKS, yaitu UKGS tahap 2
UKGS Tahap III {paket optimal UKS}
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang sudah memadai. Uks tahap 3 memakai sistem inkremental dengan
pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap.

Pekerjaan Rumah
Soal
1.Apa yang dimaksud UKS ?
2. Sebutkan landasan hukum UKS .
3.Sebutkan 3 sasaran pengembangan UKS
4. Pada anak normal anak 3 tahun jumlah gigi lengkap adalah
5.Pada anak normal gigi susu tumbuh mulai umur berapa
6 . A pa fungsi gigi taring
7. a Sebutkan nama alat yang digunakan untuk mendengarkan bumyi jantung dan paru paru b Hari
PMI di peringati setiap tanggal
c. Hari KUSTA se dunia
d. Nama lain busung lapar
8. a.Sebutkan Vit yang berperan dalam pematangan darah
b.Penyakit TBC meyerang organ tubuh bagian
c. HIV singkatan dari
9. a.Hari AIDS sedunia di peringati setiap tangga
b. Sebutkan penyebab FLU BURUNG
10.a.hati bamyak mengandung vit
b.Penyakit Le[ptospirisis di tularkan melalui
c.Penyakiy rakhitis disebhabkan oleh

3.3 Menerapkan program kesehatan Ibu dan anak (KIA)


3.4 Melaksanakan kegiatan k`kesehatan Ibu dan anak (KIA)
A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. (Asfryati, 2013)
B.Tujuan dan strategi program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1.Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA)
Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus pelayanan KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di
sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi
dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui
peningkatan peran ibu dan keluarganya.
2. Strategi program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
 avokasi
 bina suasana
 pemberdayaan masyarakat
 kemitraan
C. Cara pengelolaan dan pelayananbkesehatan ibu dan anak
1. Prinsip pengelolaan Program KIA
adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif
dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta
jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan
oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus
menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang baik
dan jangkauan yang setinggi tingginya.
2. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
1.Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2.Ukur Tekanan darah
3.Pemberian Imunisasi TT lengkap
4.Ukur Tinggi fundus uteri
5.Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu
minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali
pada triwulan ketiga
b. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan aman yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan berkompeten.
     Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:
1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan
perawat.
2. Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak terlatih ialah dukun bayi yang belum pernah
dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
1. Anak lebih dari 4
2. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
3. Tinggi badan kurang dari 145 cm
4. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
5. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital.
6. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1. Hb kurang dari 8 gram %
2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg
3. Oedema yang nyata
4. Eklampsia
5. Pendarahan pervaginaan
6. Ketuban pecah dini
7.Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat atau sepsis
10. Persalinan prematur
11. Kehamilan ganda
12. Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
2. Bayi dengan tetanus neonatorum
3. Bayi baru lahir dengan asfiksia
4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
5. Bayi baru lahir dengan sepsis
6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7. Bayi preterm dan post term
8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan
d. Jenis Indikator Kesehatan Ibu dan Anak
Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM untuk pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang wajib dilaksanakan yaitu : Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
1.Pengertian
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi kunjungan minimal 4
kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester
III minimal 2 kali.
Standar 5T yang dimaksud adalah :

 Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan


 Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
 Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
 Pemberian imunisasi TT
 Pemberian tablet besi
D. Keluarga berencana
KB adalah Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
1. Tujuan keluarga berencana
Tujuan umum: Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus:1.Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.2.Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.3.Meningkatnya kesehatan keluarga
berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
2.Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
 Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
 Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
 Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
 Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
 Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha
ekonomi produktif.
 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB
Nasional.
3.Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain:
 Keluarga berencana;
 Kesehatan reproduksi remaja;
 Ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
 Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas;
 Keserasian kebijakan kependudukan;
 Pengelolaan SDM aparatur;
 Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan;
 Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
4. Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi Dasar
 Meneguhkan kembali program di daerah
 Menjamin kesinambungan program
2. Strategi operasional
 Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
 Peningkatan kualitas dan prioritas program
 Penggalangan dan pemantapan komitmen
 Dukungan regulasi dan kebijakan
 Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
5.Jenis alat kontrasepsi
1. Pil
Alat kontrasepsi ini berjumlah 28 butir dan harus diminum 1 tablet setiap harinya dalam waktu yang
sama.
2. Suntikan
Suntikan 1bulan dan 3 bulan sangat efektif
3.Kondom
Alat kontrasepsi ini merupakan sarung berbahan lateks atau non lateks yang dipasang pada penis
selama hubungan seksual. Manfaat lain dari kondom, selain mencegah kehamilan juga dapat
mencegah infeksi menular seksual karena menghalangi kontak langsung penis dengan vagina.Cara
kerjanya adalah dengan menghalangi pertemuan sperma dan ovum dengan mengumpulkan cairan
ejakulasi di ujung sarung.
4. Implan
Terdapat tiga jenis implan, yaitu norplan (6 batang) dengan lama kerja 5 tahun, implanon (1 batang)
dengan lama kerja 3 tahun, dan indoplan atau jadena (2 batang) dengan lama kerja 3
tahun.Pemasangan implan dilakukan di layanan kesehatan dengan bantuan bidan atau dokter.
Pemasangan ini dilakukan pada antara hari 2-7 siklus haid.
5. AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim merupakan alat yang dipasang dalam rahim untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Cara kerjanya adalah dengan mengganggu pertemuan sperma dan ovum dengan
mengubah kekentalan cairan di rahim dan tuba falopi sehingga mengganggu pergerakan sperma dan
mencegah implantasi sel telur yang dibuahi.
6.Kontap
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan bentuk kontrasepsi permanen. Pada pria prosedur ini
disebut vasektomi, sedangkan pada wanita adalah tubektomi. Pada dasarnya tindakan keduanya sama,
yaitu dengan menyumbat saluran reproduksi baik dengan memotong dan mengikat maupun
memasang n cincin.

Tugas II

1. Buatlah kliping tentang alat – alat kontrasepsi dan penjelasannya masing-masing,tugas di buat di
buku gambar
3.4 Menerapkan program kesehatan reproduksi
4.4 Melaksanakan kegiatan kesehatan reproduksi
A. Kesehatan Reproduksi
1.Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
Menurut ICPD (1994) kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara
fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang
terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi.
2.Ruang Kingkup Kesehatan Reproduksi
Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ), trmasuk PMS-HIV /
AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi genetalia, fistula
dll.
            Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut. Dengan
demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak
ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya
1. ibu hamil dan konsepsi
2. bayi dan anak
3. remaja
4. usia subur
5. usia lanjut
3.Tujuan dan Sasaran Program Kesehatan Reproduksi
Pada dasarnya ada tujuan dan sasaran program kesehatan reproduksi. Tujuan program kesehatan
reproduksi terbagi dua yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
a.Tujuan Utama. Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh
hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah  meningkatkan kesadaran
kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan
seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju
peningkatan kualitas hidupnya.
b.Tujuan Khusus. Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
a)    Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya;
b)   Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan hamil, jumlah
dan jarak kehamilan ;
c)    Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan
fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya ;
d)   Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan proses
reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.
Sasaran program kesehatan reproduksi, antara lain adalah
(1) Penurunan angka prevalensi anemia pada wanita ( usia 15-49 tahun )
(2) Penurunan angka kematian ibu hingga 59%; semua wanita hamil mendapatkan akses pelayanan
prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kasus kehamilan resiko tinggi serta kegawatdaruratan
kebidanan, dirujuk ke fasilitas kesehatan
(3) Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang hidupnya sebesar 15%
diseluruh lapisan masyarakat;
(4) Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah ( <2,5 kg ),
(5) Pemberantasan tetanus neonatarum ( angka insiden diharapkan kurang dari satu kasus per 1000
kelahiran hidup ) disemua kabupaten;
(6) Semua individu dan pasangan mendapatkan akes informasi dan pelayanan pencegahan kehamilan
yang terlalu dini, terlalu dekat jaraknya, terlalu tua, dan terlalu banyak;
(7) Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan pengobatan PMS
minimal mencapai 70% ( WHO/SEARO,1995 ).
4. Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :
1.Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan,
kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
B.Pendidikan kesehatan reproduksi
1.Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang
jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran,
tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
1.1 Tujuan pendidikan seks
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan
emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
b.  Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual
(peran, tuntutan dan tanggungjawab)
c.   Membentuk sikap dan memberikan pengertian  terhadap seks dalam semua manifestasi yang
bervariasi
d.  Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua
individu dan kehidupan keluarga.
e.  Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar
yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
f.   Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat
menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
g.  Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks
yang berlebihan.
h.   Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual
secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua,
anggota masyarakat.
1,2 Manfaat mempelajari pendidikan seks
a.mengerti dan memahamibdengan peranbjenis kelaminnya.
b.menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar dan apa adanya
c. menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat
d. memperkuat rasa percayadiri dan bertanggung jawab pada dirinya
e. mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa sang pencipta
2. Peraturan dan Undang- Undang
a. UUD RI Tahun 1945
b. UU RI No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
c. UU RI No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
d. UU RI NO 13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja { diperbaharui dengan undang-undang Tahun
2012}
e. UU RI No 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT
f. UU RI No 44 Tahun 2008 tentang pornografi
g. UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
C. Sudut pandang kesehatan reproduksi
1. Pengertian seks sehat
a. individu terbebas atau terlindungi dari kemungkinan tertular PMS
b. individu terlindung dari praktik-praktik yang berbahaya dan kekerasan seksual
c. individu dapat mengontrol akses seksual orang lain terhadapnya
d. individu mendapat informasi tentang seksual
2. Pengertian Reproduksi sehat
kesehatan dalam proses reproduksi (kehamilan dan persalinan) merupakan pusat perhatian utama
kesehatan reproduksi. studi kesehatan reproduksi menaruh perhatian pada upaya membebaskan
individu dari segala kemungkinan gangguan kesehatan karena proses reproduksi, misalnya
gangguan kesehatan karena menggunakan cara-cara pencegahan kehamilan (kontrasepsi),gangguan
kesehatan karena kehamilan,dan gangguan kesehatan karena aborsi yang tidak aman. secara garis
besar individu dikatakan terbebas dari gangguan reproduksi, jika ia:
1. aman dari kemungkinan kehamilan tak dikehendaki
2. terlindung dari praktik reproduksi yang berbahaya
3. bebas memilih kontrasepsi yang cocok baginya
4. akses terhadap perawatan kehamilan dan pelayanan persalinan yang aman
5. akses terhadap informasi kontrasepsi dan reproduksi
6. akses terhadap pengobatan kemandulan
3. Kesehatan reproduksi dalam perkawinan
1. Pasangan harus memiliki pemahaman komprehensif tentang kesehatan reproduksi.
2. Pasangan melakukan komunikasi yang baik dan terbuka dalam membicarakan kesehatan
reproduksi.
3. Suami mendukung isteri agar menjaga kesehatan reproduksinya.
4. Suami mengingatkan dan menemani istri periksa/berkonsultasi kesehatan reproduksi ke tenaga
kesehatan
Pekerjaan Rumah
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dibawah ini !
1.      Suatu keadaan fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan dlm semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya, merupakan pengertian dari…
a.       Ruang lingkup kespro                         d. Area permasalahan kespro
b.       Kespro                                e. Semua diatas salah
c.       Hak-hak reproduksi
2.      PKRE dan PKRK adalah sebagai komponen kespro yang menjadi masalah pokok di
Indonesia, kespro pada usia lanjut merupakan bagian komponen…
a.       PKRK                              c. PKK                                              d. PRKK
b.      PKRE                                                                             e. PERK
3.   Negara yang menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas/KB menjadi pendekatan yang terfokus pada kespro serta hak reproduksi adalah…
a.       Kwait                                c. Apganistan                                         d. Saudi Arabia
b.      Kairo,Mesir                                                                                      e. Kenya
4.   Hak-hak reproduksi bertujuan untuk  mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh,
baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi…
a.       Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk PMS-
HIV/AIDS
b.      Untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual
c.       Pencegahan dan penanganan infertilitas
d.      Promosi hak-hak reproduksi
e.       Penerapan pelayanan kespro
5.   Dukungan para tokoh sgt mampu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak
reproduksi merupakan wujud pemenuhan hak-hak reproduksi didlm…
a.          Promosi hak-hak reproduksi
b.         KIE hak-hak reproduksi
c.          Sistem pelayanan hak-hak reproduksi
d.         Advokasi hak-hak reproduksi
e.          Tujuan dari program reproduksi
3.5 Menerapkan penyuluhan kesehatan masyarakat
4.5 Melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat
A. Penyuluhan kesehatan masyarakat
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. (Effendy, 1998).
1.Prinsip pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam
memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau
masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela
dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991)
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan
adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan
kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,
gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).
2. Peranan Pendidikan Kesehatan
a.Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Lingkungan
b.Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku
c.Peran Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan
d.Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Hereditas
3.Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat
Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 27 ) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan
kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
1. Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek
pokok yaitu:
1. Promosi ( promotif )
2. Pencegahan ( preventif )
3. Penyembuhan ( kuratif )
4. Pemulihan ( rehabilitatif )
2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:
1. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah   dengan sasaran murid.
3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang
bersangkutan.
4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun, bandar
udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.
5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas,
Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
3. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat
pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;
1. Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan perbaikan sanitasi
lingkungan.
2. Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera.
4. Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan
orang yang ber sangkutan menjadi cacat.
5. Rehabilitasi (pemulihan).
4. Metode pendidikan kesehatan masyarakat
Metode pendidikan kesehatan yaitu, meliputi
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh pengertian
akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok .
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
3) Bola salju (Snow Balling)
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
5) Memainkan peranan (Role Play)
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan atau
melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada
hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan kesehatan
massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab /konsultasi
tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga bentuk
pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat
mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
5. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan
A. Alat bantu (peraga)
Adalah alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga.
a. Manfaat alat peraga dalam proses pendidikan kesehatan
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya
memberikan pengertian yang lebih baik.
10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
b.Macam-macam alat bantu pendidikan
1) Alat bantu lihat (visual aids) ;
– alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.
– alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar, peta, bagan ; untuk tiga
dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.
2) Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.
3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.
c .Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan
1) Individu atau kelompok
2) Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dsb.
3) Bahasa yang mereka gunakan
4) Adat istiadat serta kebiasaan
5) Minat dan perhatian
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.
7). Merencanakan dan menggunakan alat peraga.
d. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat
ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan ketrampilan dalam
memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
f. Cara mengunakan alat peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung dengan alatnya. Menggunakan gambar sudah
barang tentu lain dengan menggunakan film slide. Faktor sasaran pendidikan juga harus diperhatikan,
masyarakat buta huruf akan berbeda dengan masyarakat berpendidikan. Lebih penting lagi, alat yang
digunakan juga harus menarik, sehingga menimbulkan minat para pesertanya.penggunaan alat
hendaknya memperhatikan beberapahal berikut:
1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.
2) Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan/diperagakan itu, adalah penting.
3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar, agar mereka tidak kehilangan kontrol dari pihak
pendidik.
4) Nada suara hendaknya berubah-ubah, adalah agar pendengar tidak bosan dan tidak mengantuk.
5) Libatkan para peserta/pendengar, berikan kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat-alat
tersebut.
6) Bila perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya.
b. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA).
Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-
pesan kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-
pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill
board)
1. Media cetak
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.
3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam
bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat
sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan,
atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di
tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2. Media elektronik
1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV,
Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.
2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll.
3) Video Compact Disc (VCD)
4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
3) Media papan (bill board)
6. Dasar kesehatan masyarakat di Indonesia
a. Data dasar kependudukan
b. Perhitungan npenduduk sasaran program pembangunan kesehatan
c. Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan 2011-2014
d. Penduduk sasaran program satuan tahun
e. Penduduk sasaran program kesehatan.

TUGAS
1.Buatlah Satuan Acara Penyuluhan tentang ASI Esklusif
3.6 Menerapkan pembuatan laporan hasil penyuluhan kesehatan masyarakat
4.6 Membuat laporan hasil `penyuluhan kesehatan masyarakat
A. Pembuatan laporan hasil penyulihan kesehatan
Setelah melakukan penyuluhan kesehatan ,kegiatan selanjutnya adalah membuat laporan hasil
penyuluhan kesehatan.laporan hasil penyuluhan memiliki berbagai tujuan ,diantaranya untuk
mengukur tingkat kesehatan pada suatu masyarakat. Berikut contoh penyusunan laporan hasil
penyuluhan tentang PHBS (pola hidup bersih dan sehat)
I. Tujuan pembuatan laporan hasil penyuluhan
a.    Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan di harapkan peserta dapat memahami dan
mengerti tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
b.   Tujuan khusus
     Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan diharapkan siswa SMK mampu:
a.  Menjelaskan pengertian PHBS dengan benar

b. Menjelaskan bidang PHBS dengan benar

c Menjelaskan manfaat PHBS dengan benar

d. Menjelaskan indikator PHBS dengan benar

e. Menjelaskan Indikator PHBS di tiap tatanan

f. Menjelaskan jenis perilaku hidup sehat terhadap diri sendiri


2. Materi Penyuluhan
a. Pengertian PHBS
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat .
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakatnya (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2008).
b. Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dengan
sabun, mandi minimal 2x sehari, dan lain-lain.
2.Bidang gizi, seperti makan sayur dan buah tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium,
menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan lain-lain.
3.Bidang kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, memberantas
jentik, dan lain-lain
C. Manfaat PHBS
Manfaat dari PHBS diantaranya :
1.Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2.Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga
3.Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan
untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang
dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga
4.Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di bidang
kesehatan
5.Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan
6.Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
D. Indikator PHBS
1. Indikator Nasional
Ditetapkan tiga indikator, yaitu :
a) Persentase penduduk tidak merokok
b) Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
c) Persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik/olahraga.
2. Indikator Lokal Spesifik
Yaitu indikator Nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur perilaku sehat,
yaitu :
a)  Ibu hamil memeriksakan kehamilannya
b)  Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan
c)  Pasangan usia subur (PUS) memakai alat KB
d)  Balita ditimbang
e)  Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas
f) Bayi diimunisasi lengkap
g) Penduduk minum air bersih yang masak
h) Penduduk menggunakan jamban sehat
i) Penduduk mencuci tangan memakai sabun
j) Penduduk menggosok gigi sebelum tidur
k) Penduduk tidak menggunakan napza
l) Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas
m) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri)
n) Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi
o) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear
p) Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada di
daerah
E. Indikator PHBS di Tiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima tatanan, yaitu
tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan sekolah, dan tatanan
institusi kesehatan.
1)   PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
di masyarakat
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b) Memberi bayi ASI ekslusif
c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d) Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
e) Menggunakan air bersih
f) Menggunakan jamban sehat
g) Memberantas jentik di rumah
h) Makan sayur dan buah setiap hari
i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
2)  PHBS Di Tatanan Tempat Umum
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan
pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta
berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS di
tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga
kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit .
Indikator tatanan tempat-tempat umum :
a) PHBS di pasar
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di pasar
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
b) PHBS di tempat ibadah
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di tempat ibadah
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
c) PHBS di rumah makan
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5) Tidak merokok di rumah makan
6) Menutup makanan dan minuman
7) Tidak meludah sembarangan
8) Memberantas jentik nyamuk
d) PHBS di angkutan umum
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di angkutan umum
5) Tidak meludah sembarangan
F. Jenis Perilaku Hidup Sehat terhadap diri sendiri.
1.  Mandi
2. Mencuci rambut (Depkes RI, 2007)
3. Membersihkan hidung (Depkes RI, 2007)
4. Gosok gigi
5. Kesehatan mata
7. Memotong kuku
8. Pakai alas kaki
9. Kebersihan pakaian.
10. Belajar makan sehat
3. Metode
a. ceramah,Tanggung jawab dan Demontrasi,
4. Media
a. Laptop,LCD, Leaflet dan lembar balik.
5. Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Respon sasaran
1 5 menit Pembukaan: a. Menjawab salam
a.Mengucapkan salam b. Mendengarkan dan
b.Memperkenalkan diri memperhatikan
     c.Menjelaskan tujuan yang telah disepakati pada saat
pengkajian
d.Menyebutkan materi bahasan yang akan
disampaikan
2 Kegiatan inti     Pelaksanaan     Menyimak penjelasan
20 menit a. Menjelaskan pengertian PHBS dengan benar materi yang
    b.Menjelaskan bidang PHBS dengan benar disampaikan
     c.Menjelaskan manfaat PHBS dengan benar
    d.Menjelaskan indikator PHBS dengan benar
    e.Menjelaskan Indikator PHBS di tiap tatanan
    f.Menjelaskan jenis perilaku hidup sehat terhadap diri
sendiri.
3 10 menit     Evaluasi     a. Merespon
a. Memberikan pertanyaan berkaitan dengan b.Menjawab
materi yang telah dipelajari pertanyaan yang
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk diberikan
bertanya

4 5 menit Penutup a.Memperhatikan


a. Menyimpulkan hasil penyuluhan dan mendengarkan.
b. Membegikan leaflet b. Menerima leaflet
c. Mengakhiri dengan salam c. Menjawab salam

6. Evaluasi
Diskusi bersama kelompok untuk membuat SAP menggunakan media leaflet dengan topik
kesehatan masyarakat yang lain

Pekerjaan Rumah
Buatlah leaflet tentang PHBS

Anda mungkin juga menyukai