Disusun Oleh :
Agung Maulana Ashar 11180430000032
Fajar Abdul Malik 11180430000035
Saniyya Zahra Munafiah 11180430000046
َّ َمنْ َول َِي َيتِي ًما لَ ُه َمال ٌ َف ْل َي َّت ِج ْر فِي ِه َوال َي ْت ُر ْك ُه َح َّتى َتأْ ُكلَ ُه
الصدَ َق ُة
“Barang siapa yang memegang urusan anak yatim yang memiliki
harta, hendaklah ia mengembangkan dengan perniagaan dan tidak
membiarkanya agar (harta itu) tidak termakan oleh zakat.
Sanad hadist ini dhaif, Al-hafidz Ibnu Hajar berkata”Hadist ini
memiliki penguat dari hadist mursal menurut Syafi’i. Kemudian Imam
Syafi’i mengukuhkannya dengan keumuman hadist-hadist shahih yang
mewajibkan zakat secara mutlak. Disamping itu, Aisyah r.a. juga
mengeluarkan zakat harta anak yatim yang berada dalam asuhanya”.
َ #ائِ ِه ْم َو ُت## ُذ مِنْ أَ ْغنِ َي# ُت ْؤ َخ، َوالِ ِه ْم#دَ َق ًة فِي أَ ْم#ص
ر ُّد َعلَى# َ أَ ْعل ِْم ُه ْم أَنَّ هَّللا َ ا ْف َت َر
َ ض َعلَ ْي ِه ْم
فُ َق َرائِ ِه ْم
An-Nawawi berkata dalam al-Majmu’ (5/302), “Di dalam mazhab kami, zakat
tetap diwajibkan pada harta anak kecil dan orang gila, tanpa perdebatan. Seorang
wali berkewajiban menunaikannya atas nama keduanya, sebagaimana
berkewajiban menunaikan ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan keduanya
dan membayarkan nafkah kerabat yang dibebankan kepada mereka. Bila walinya
tidak menunaikan zakat itu, maka wajib bagi anak kecil dan orang gila tersebut,
sesudah mereka baligh atau sadar, untuk menunaikan kewajiban zakat yang telah
terlewatkan. Karena hak zakat tetap ada pada hartanya. Walinya-lah yang telah
mengabaikan hak tersebut dengan menangguhkannya. Dengan demikian,
kewajiban pada harta keduanya tetap tidak gugur.”
Memang ada riwayat dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang
menyatakan bahwa zakat tetap diwajibkan atas seorang anak kecil, tetapi ia tidak
perlu membayarkannya sampai berusia baligh. Akan tetapi status riwayat ini
dha’if dan tidak sahih. An-Nawawi menilainya dha’if dalam al-Majmu’ (5/301).
Syeikh Ibnu Baz pernah ditanya pertanyaan berikut:
Ibnu Baz menjawab, “Zakat tetap diwajibkan pada harta-harta anak yatim yang
berupa uang ataupun barang-barang perniagaan, binatang ternak, biji-bijian dan
buah-buahan yang wajib dizakati. Dan bagi wali yatim tersebut harus
mengeluarkan zakatnya pada waktunya. Masa haul (satu tahun) harta tersebut
dihitung sejak wafatnya bapak mereka. Karena dengan kematiannya, harta
tersebut menjadi milik anak-anak yatim. Wallahu a’lam.” (Fatawa Ibni Baz,
14/240).
Jadi menurut hemat penulis, untuk teknis pengeluaran zakat anak kecil,
orang gila dilakukan oleh para wali mereka. Semua ini dengan ketentuan bahwa
harta tersebut harus melebihi keperluan mereka. Selain itu, tersebut juga harus
mencapai nishab zakat dan bertahan selama setahun atau mencapai haul.