Anda di halaman 1dari 6

“ZAKAT HARTA ANAK ”

Tugas Mata Kuliah Muqoronah Mazahib Fiqih Ibadah


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Wahab Abd Muhaimin, LC.,M

Disusun Oleh :
Agung Maulana Ashar 11180430000032
Fajar Abdul Malik 11180430000035
Saniyya Zahra Munafiah 11180430000046

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1441
PEMBAHASAN

1. Kewajiban zakat pada harta anak kecil.


a. Pengertian zakat
Zakat adalah hak Allah berupa harta yang diberikan oleh seseorang
(orang kaya) kepada orang-orang fakir. Harta itu disebut dengan zakat
karena didalamnya terkandung penyucian jiwa, pengembanganya dengan
kebaikan-kebaikan, dan harapan untuk mendapatkan berkah. Hal itu
karena arti kata zakat yaitu berarti tumbuh, suci, dan berkah.
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Allah mewajibkan
zakat kepada hambanya, karena nilainya yang sangat penting di dalam
Islam, perintah berzakat ditekankan Allah dalam Kitabnya. Ada 82 ayat
zakat yang menyandingkan kata zakat dengan kata shalat.
b. Zakat pada harta anak kecil
Dalam zakat berkenanan dengan zakat pada harta anak kecil, Jumhur
ulama berpendapat bahwa harta anak kecil yang belum dewasa wajib
dikeluarkan zakatnya. Demikian juga harta milik orang idiot atau orang
gila. Adapun teknis pengeluaran zakat dari harta tersebut dilakukan oleh
para wali mereka ketika harta tersebut telah mencapai nisab.

2. Ayat dan hadist


a. Dalil pendapat ini adalah keumuman makna sejumlah ayat dan hadist
yang menunjukan kewajiban zakat pada harta yang telah mencapai
nishab dan bertahan selama satu tahun, sebagaimana firman Allah
SWT Q.S at-taubah:103
َ ُ ‫َن لَّ ُهمۡۗ َوٱهَّلل‬ٞ ‫سك‬
‫س ِمي ٌع َعلِيم‬ َ َّ‫ص ِّل َعلَ ۡي ِهمۡۖ إِن‬
َ ‫صلَ ٰوتَ َك‬ َ ۡ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َولِ ِهم‬
َ ‫ص َدقَ ٗة تُطَ ِّه ُرهُمۡ َوتُزَ ِّكي ِهم بِ َها َو‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
b. Dalil lain bagi pendapat ini adalah sebuah hadist dari Abdullah bin
Amr meriwayatkan dari Rasulullah Saw. Bersabda :

َّ ‫َمنْ َول َِي َيتِي ًما لَ ُه َمال ٌ َف ْل َي َّت ِج ْر فِي ِه َوال َي ْت ُر ْك ُه َح َّتى َتأْ ُكلَ ُه‬
‫الصدَ َق ُة‬
“Barang siapa yang memegang urusan anak yatim yang memiliki
harta, hendaklah ia mengembangkan dengan perniagaan dan tidak
membiarkanya agar (harta itu) tidak termakan oleh zakat.
Sanad hadist ini dhaif, Al-hafidz Ibnu Hajar berkata”Hadist ini
memiliki penguat dari hadist mursal menurut Syafi’i. Kemudian Imam
Syafi’i mengukuhkannya dengan keumuman hadist-hadist shahih yang
mewajibkan zakat secara mutlak. Disamping itu, Aisyah r.a. juga
mengeluarkan zakat harta anak yatim yang berada dalam asuhanya”.

c. Sabda Rasulullah SAW kepada mu’adz ibn jabal saat beliau


megutusnya ke yaman “beritahu mereka bahwa Allah mewajibkan
sedekah dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka
dan diberikan kepada orang-orang miskin mereka.”
Allah mewajibkan zakat atas harta orang-orang kaya. Lafadz orang
kaya ini adalah lafaz umum, mencakup anak kecil dan orang gila bila
mereka memiliki harta berlebih

3. Pendapat para ulama


a. Menurut mayoritas ulama, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam
Hambali menyatakan bahwa zakat atas harta anak kecil itu wajib,
apabila telah memenuhi syarat, dan dibayarkan oleh orang tuanya atau
walinya. Para ulama mendasari pendapat ini dengan dalil:
1) Dari Firman Allah SWT dalam (QS at-Taubah : 103) yang artinya

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkan dan mensucikan mereka “
Zakat diwajibkan atas harta. Ia adalah ibadah materi yang
diwajibkan bila telah memenuhi syarat-syaratnya, seperti bila harta
itu telah mencapai nishab (kadar minimum harta wajib zakat) dan
sudah mencapai masa satu haul (satu tahun).

2) Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz ibn


Jabal saat beliau mengutusnya ke Yaman:

َ #‫ائِ ِه ْم َو ُت‬##‫ ُذ مِنْ أَ ْغنِ َي‬#‫ ُت ْؤ َخ‬، ‫ َوالِ ِه ْم‬#‫دَ َق ًة فِي أَ ْم‬#‫ص‬
‫ر ُّد َعلَى‬# َ ‫أَ ْعل ِْم ُه ْم أَنَّ هَّللا َ ا ْف َت َر‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬
‫فُ َق َرائِ ِه ْم‬

“Beritahu mereka (penduduk Yaman) bahwa Allah mewajibkan


sedekah dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya
mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin mereka.”
(Bukhari, no: 1395).

Allah mewajibkan zakat atas harta orang-orang kaya. Lafaz ‘orang


kaya’ ini adalah lafaz umum, mencakup anak kecil dan orang gila
bila mereka memiliki harta berlebih.

b. Abu hanifah berpendapat bahwa zakat tidak diwajibkan atas harta


anak kecil dan orang gila, sebagaimana iabadah lain tidak diwajibkan
atas mereka seperti sholat dan puasa. Akan tetapi keduanya diwajibkan
membayar zakat fitrah dari hartanya.
Jumhur ulama menyanggah pendapat abu hanifah ini. Menurut
jumhur, tidak wajibnya shalat dan puasa bagi anak kecil itu karena
keduanya merupakan ibadah fisik, dan fisik anak kecil belum sanggup
mengembannya. Adapun zakat adalah hak material murni dan hak
material murni ini bisa diwajibkan atas seorang anak. Sebagaiman
halnya sorang anak kecil menghilangkan atau merusak barang, maka ia
harus menggantinya dengan harta yang dimilikinya.
Yang melaksanakan pembayaran zakat anak kecil atau orang gila
adalah wali atau pengasuhnya. Zakat itu diambil dari hartanya setiap
kali masanya mencapai satu tahun dan tidak harus menunggu sampai
anak kecil berusia baligh. Seandainya zakat tidak diwajibkan atas
harta anak yang belum dewasa, idiot dan orang gila, tentu orang yang
mendapat tanggung jawab mengurus harta anak yatim itu tidak boleh
mengembangkannya dalam perniagaan.

Di dalam al-Mughni, Ibnu Quddamah berkata, “Bila telah ditetapkan wajib


zakat pada harta anak kecil dan orang gila, maka seorang wali atau pengasuhnya
harus membayarkannya dari harta mereka. Karena ia adalah zakat wajib, maka
wajib pula dikeluarkan dari hartanya, seperti halnya zakat seseorang yang sudah
baligh dan berakal. Seorang wali berperan mewakilinya dalam melaksanakan
kewajibannya. Mengingat zakat adalah hak wajib atas seorang anak kecil dan
orang gila, maka walinya bertugas menunaikan hak itu sebagai perwakilan dari
mereka. Seperti itu pula kewajiban menafkahi kerabatnya.”

An-Nawawi berkata dalam al-Majmu’ (5/302), “Di dalam mazhab kami, zakat
tetap diwajibkan pada harta anak kecil dan orang gila, tanpa perdebatan. Seorang
wali berkewajiban menunaikannya atas nama keduanya, sebagaimana
berkewajiban menunaikan ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan keduanya
dan membayarkan nafkah kerabat yang dibebankan kepada mereka. Bila walinya
tidak menunaikan zakat itu, maka wajib bagi anak kecil dan orang gila tersebut,
sesudah mereka baligh atau sadar, untuk menunaikan kewajiban zakat yang telah
terlewatkan. Karena hak zakat tetap ada pada hartanya. Walinya-lah yang telah
mengabaikan hak tersebut dengan menangguhkannya. Dengan demikian,
kewajiban pada harta keduanya tetap tidak gugur.”

Memang ada riwayat dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang
menyatakan bahwa zakat tetap diwajibkan atas seorang anak kecil, tetapi ia tidak
perlu membayarkannya sampai berusia baligh. Akan tetapi status riwayat ini
dha’if dan tidak sahih. An-Nawawi menilainya dha’if dalam al-Majmu’ (5/301).
Syeikh Ibnu Baz pernah ditanya pertanyaan berikut:

Seorang laki-laki meninggal dunia. Ia meninggalkan harta dan beberapa anak


yatim. Adakah harta-harta ini wajib dizakati? Bila wajib, siapa yang harus
mengeluarkan zakatnya?

Ibnu Baz menjawab, “Zakat tetap diwajibkan pada harta-harta anak yatim yang
berupa uang ataupun barang-barang perniagaan, binatang ternak, biji-bijian dan
buah-buahan yang wajib dizakati. Dan bagi wali yatim tersebut harus
mengeluarkan zakatnya pada waktunya. Masa haul (satu tahun) harta tersebut
dihitung sejak wafatnya bapak mereka. Karena dengan kematiannya, harta
tersebut menjadi milik anak-anak yatim. Wallahu a’lam.” (Fatawa Ibni Baz,
14/240).

Jadi menurut hemat penulis, untuk teknis pengeluaran zakat anak kecil,
orang gila dilakukan oleh para wali mereka. Semua ini dengan ketentuan bahwa
harta tersebut harus melebihi keperluan mereka. Selain itu, tersebut juga harus
mencapai nishab zakat dan bertahan selama setahun atau mencapai haul.

Anda mungkin juga menyukai