Anda di halaman 1dari 14

PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN

I. MAKSUD DAN TUJUAN


i. Maksud
Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman yang meliputi, anyaman polos,
anyaman keper, anyaman satin, dan anyaman cele, sehingga bisa membedakan satu
anyaman dengan anyaman yang lain..
ii. Tujuan
 Menentukan selisih berat dari hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
 Menentukan besar tetal lusi dan pakan pada kain contoh.
 Menentukan nomor benang lusi dan pakan pada kain contoh.
 Besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.
 Mengetahui konstruksi kain contoh.

II. DASAR TEORI


Kain tenun terbentuk dari anyaman tertentu dari benang-benang. Anyaman adalah
silangan antara benang ke arah panjang kain ( benang lusi/warp) dengan ke arah lebar
kain (pakan/weft). Anyaman pada tekstil di golongkan menjadi 5 bagian :
1. Anyaman dasar, dimana terdiri dari :
 Anyaman polos .
 Anyaman keper
 Anyaman satin .
2. Anyaman turunan
Anyaman ini merupakan turunan dari anyaman polos, yang pada anyaman polos
dan keper terbagi atas turunan langsung dan tidak langsung .Sedangkan pada satin
hanya turunannya saja .
3. Anyaman campuran
4. Anyaman dengan benang berwarna
5. Anyaman dengan tenunan rangkap
6. Anyaman khusus, misalnya; anyaman pique, anyaman handuk, anyaman berbulu,
anyaman dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lain-lain.
Anyaman Polos
Nama lain yang biasanya digunakan adalah anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, plain.
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos
 Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua, dan paling
banyak dipakai.
 Mempunyai raport yang paling kacil dari semua jenis anyaman.
 Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu 1-naik, 1-turun.
 Ulangan raport; kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah
2 helai pakan. Kearah vertikal atau kearah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.
 Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
 Jika faktor-faktor lainnya sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain
menjadi paling kuat daripada dengan anyaman lain dan letak benang lebih teguh
atau tak mudah berubah tempat.
 Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor kontruksi kain
yang lain daripada jenis anyaman yang lainnya.
 Tetal lusi dan pakan mempunyai pencaran (range) yang lebih besar daripada
dalam anyaman lain (10 hl/” – 200 hl/”). Demikianpun perpencaran berat kain
adalah lebih besar daripada dalam anyaman lain (0,25 oz/yds2 – 52 oz/yds2).
 Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan mengadakan
ubahan-ubahan desain, baik struktur maupun surface desain dibanding dengan
anyaman lainnya.
 Pada umumnya penutupan kainnya (fabric cover) berkisar pada 25%-75%
 Dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang memuaskan
daripada pakai anyaman lain.
 Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan yang lebih
besar daripada benang lusinya.
Ubahan pada anyaman polos dapat dilakukan dengan cara ;
 Variasi tetal kain
 Variasi Jenis bahan
 Variasi Nomer benang
 Variasi Warna benang
 Variasi Teksture
 Tegangan lusi yang berbeda
Pengaruh Twist
Pada anyaman polos pengaruh twist sangat mempengaruhi pada saat terjadinya
beating/pemukulan pada proses pertenunan dimana arah penggintiran pada benang
mempengaruhi kain yang mempunyai susunan dan nomer benang yang sama. Untuk
penganyaman yang mempunyai arah yang berlawanan antara benang lusi dan pakan
maka menyebabakan pada saat proses pengetekan benang yang terjalin/teranyam
kurang kompak dan kurang tertutup. Jadi sebaiknya menggunakan arah gintir yang
searah, untuk mendapatkan efek yang baik/rapat.

Anyaman Keper  
Nama lain dari anyaman keper yang banyak digunakan yaitu; twill (USA), drill
(inggris), koper (jerman).
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman keper :
 Anyaman keper adalah anyaman dasar yang kedua.
 Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring tidak putus-putus.
 Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah kekiri atas, disebut keper kiri,
sedangkan jika sebaliknya maka disebut keper kanan.
 Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper efek lusi atau keper
lusi, sedangkan sebaliknya disebut efek pakan.
 Garis miring membentuk sudut 45o terhadap garis horizontal.
 Appearance kain pada pada permukaan atas dan bawah berlainan.
 Jika raport terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut
keper 3 gun.
 Biasanya dibuat dalam kontruksi padat.
 Dalam kondisi sama, kekuatan kain dengan anyaman polos lebih besar dari pada
kekuatan kain dengan anyaman keper.
 Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam anyaman polos.
 Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis miring.
 Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan pakan.
 Garis miring dengan sudut >45o, disebut keper curam (steep twill).
Defleksi
Pada kain tenun dengan anyaman keper, float benang yang membentuk garis keper
akan menunjukkkan kecenderungan untuk merubah bentuk, dari bentuk lurus ke
bentuk belok pada ujung-ujungnya. Perubahan bentuk ini akan tampak jika float
dilihat dengan bantuan kaca pembesar atau loop. Selanjutnya perubahan bentuk ini
disebut “Defleksi”.
Apabila float terdiri dari benang dengan putaran S, maka defleksinya akan sesuai
dengan bentuk huruf S. Demikian pula float yang terdiri dari benang dengan putaran
Z, defleksinya akan sesuai dengan bentuk huruf Z.

Tetal Benang dalam Anyaman Keper


Tetal maksimum ( firm setting ) dalam kain akan mengakibatkan setiap silangan
pakan mengurangi banyaknya lusi sebesar ± l diameter pakan (dp). Sehingga apabila
dalam 1 raport anyaman terdapat l = 8 maka tetal tetal lusi berkurang sebanyak 8
dp dari tetal maksimum diluar kain.
Pada kain biasa, umumnya terdapat perbedaan antara tetal lusi dengan tetal pakan.
Tergantung benang mana yang akan ditonjolkan pada permukaan kain, maka benang
yang harus menonjol tersebut diberi tetal yang lebih tinggi.

Anyaman Satin 
Nama lain biasanya disebut sateen, istilah umum untuk kain katun dengan anyaman
satin 5 gun atau 8 gun disebut satin pakan.
Nama-nama lain dari anyaman satin yang biasanya digunakan, yaitu :
 Sateen, istilah umum untuk kain katun dalam anyaman satin 5 gun atau 8 gun,
biasanya satin pakan.
 Satinet, istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari bahan katun
yang dimercerisasi.
 Satin, istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari sutera
filamen atau benang sintetis filamen.
 Satinettes, dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan woll
 Satijn de chine, dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang. Belakangan
juga dibuat dari benang rayon.

Ciri-ciri dan karakteristik anyaman satin


 anyaman satin adalah anyaman dasar ketiga
 Dalam 1 raport anyaman, banyak benang lusi = banyak pakan
 Hanya menonjolkan salah satu efek baik itu lusi atau pakan pada permukaan kain
 Pada anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi dengan jumlah tetal lusi >
dari pada tetal pakan. Dan berlaku sebaliknya untuk satin pakan
 suatu garis tidak begitu tampak menonjol seperti pada anyaman keper
 anyaman satin dapat digolongkan dalan 2 golongan yaitu satin teratur (paling
sedikit 5 gun) dan satin tak teratur (paling sedikit 4 gun)
 anyaman sating kurang baik untuk kain dengan kontruksi terbuka dan jarang
 untuk kain padat anyaman satin lebih sesuai daripada keper
 Kombinasi faktor-faktor kontruksi kain lebih sedikit digunakan dalam anyaman
satin daripada dalam anyaman keper
 setiap benang lusi dalam satu raport hanya mempunyai satu titik silang

Angka Loncat ( V ) dalam anyaman satin :


 Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari pada 1 ( V > 1 )
 Angka loncat tidak sama dengan banyak benang lusi / pakan dalam 1 raport
anyaman dikurangi 1.
 Angka loncat tidak sama dengan bilangan yang menjadi pembagi persekutuan
terhadap bilangan yang menunjukkan jumlah benang lusi atau pakan dalam satu
raport anyaman.
 Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 raport masing – masing tidak boleh
terbagi oleh suatu angka yang sama.

Anyaman Kain Cele


Kain cele atau kain kotak – kotak merupakan sebuah hasil dari suatu penelitian dan
pengolahan pada disain anyaman polos.
Pada dasarnya pembuatan structural disain dilakukan dengan jalan mengelola
beberapa factor-factor dari konsentrasi kain yang pada akhirnya untuk mendapatkan
gubahan pada strukturnya. Struktur disain dibentuk pada saat kain tersebut ditenun.
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan ubahan benang
dalam disain yang dapat dilakukan dalam sehelai kain.
Pengolahan kain cele yang biasanya adalah dengan penggunaan benang yang berbeda-
beda warnanya.
Apabila benang lusi dan benang pakan suatu anyaman kain digunakan anyaman kain
yang menggunakan warna dua macam atau lebih, maka permukaan kain akan nampak
pola warna bergantung dari anyaman yang digunakan dan susunan warna pada benang
lusi atau pakan. Disini anyaman cenderung merusak kontinuitas warna lusi atau
pakan. Sedangkan warna lusi atau pakan akan tampak dipermukaan kain ditentukan
oleh efek lusi atau efek pakan.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
 Lup
 Gunting
 Mistar
 Timbangan
 Jarum
Bahan
 Kain contoh yang akan diuji.

IV. CARA KERJA


1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi beri tanda panah)
2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 3 tempat yang berbeda (untuk anyaman kain
polos dihitung berdasarkan warnanya) .
3. Potong kain contoh 20 cm x20 cm, timbang berat kain.
4. Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 10 helai
lusi dan 10 helai pakan.
5. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan.
6. Panjang benang dari kain contoh = Pk
7. Panjang benang setelah diluruskan = Pb
Pb−Pk
Mengkeret Benang=M = x 100 %
Pb
8. Benang lusi dan pakan pada no 4 ditimbang.
9. Hitung nomor benang lusi dan pakan.
10. Panjang 10 lusi dan pakan setelah diluruskan =……..cm = ……..m
11. Berat 10 lusi dan pakan = ……..mg = ……..g

Panjang ( m )
Nm =
Berat ( g )
Untuk benang lusi dan benang pakan.
12. Hitung berat kain /m2
13. Dengan penimbangan
Berat kain/m2 = Berat contoh X 100 = B1
14. Dengan perhitungan

P P
Dasar Perhitungan = Nm = →B=
B Nm

Panjang seluruh benang lusi atau pakan dalam 1 m 2 kain, dibagi dengan Nm lusi
atau pakan:
Berat kain/m2 = B2 + B3 = B4
15. Hitung selisih berat hasil penimbangan (B1) dengan hasil perhitungan (B4).
100
Tetal (helai/cm) Χ 100 Χ Χ 100
100 − mL
= B2
Nm lusi/ pakan Χ 100

B4 − B1
Χ 100%
B4
16. Menggambar anyaman dan rencana tenunan.
V. DATA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
 Anyaman Polos

Data Percobaan
Tetal
Arah Lusi Arah Pakan
92 53
90 55
Σ = 184 Σ = 108
X́ =91 X́ =54

Panjang Benang setelah Diluruskan

Arah Lusi Arah Pakan

21,0 21,3 22,0 22,3

21,6 21,4 21,9 22,0

21,5 21,4 22,0 22,2

21,5 21,3 22,2 22,0

21,8 21,6 22,5 22,1

∑ Lusi=214,4 cm ∑ Pakan=221,2cm
X ´Lusi=21,44 cm (Pb Lusi) ´ =22,12 cm (Pb Pakan)
X Pakan

Berat kain 20 x 20 cm = 5,060 gram (Bk)


Panjang benang kain = 10 cm (Pk)
Berat lusi 10 helai = 51 mg
Berat pakan 10 helai = 40 mg
Pembahasan
 Mengkeret Lusi dan Pakan
Pb−Pk
Mengkeret Benang= x 100 %
Pb
21,44−20
Mengkeret Lusi= x 100 %=6,7 %
21,44
22,12−20
Mengkeret Pakan= x 100 %=9,5 %
22,12
 Nomor Benang Lusi dan Pakan
Lusi
Panjang lusi = 2,144 m
Berat lusi = 0,051 gram
panjang(m) 2,144
 Nm= = =42,03 mg
berat (gr ) 0,051
 Ne1=0,59 × Nm=0,59 × 42,03=24,79
1000 1000
 Tex= = =23,79
Nm 42,03
9000 9000
 Td= = =214,132
Nm 42,03
Pakan
Panjang Pakan = 2,212 m
Berat Pakan = 0,04 gram
panjang(m) 2,212
 Nm= = =55,3 mg
berat ( gr ) 0,04
 Ne1=0,59 × Nm=0,59 ×55,3=¿ 32,67
1000 1000
 Tex= = =18,08
Nm 55,3
9000 9000
 Td= = =¿ 162,74
Nm 55,3
 Gramasi Kain
 Dengan Perhitungan
a.
100
Tetal ( helai /cm ) ×100 × ×100
100−mL
Berat Lusi(B 2)=
Nm Lusi ×100
100
( 43.85 ) ×100 × × 100
100−4.76
Berat Lusi(B 2)= =64.13 gram
71.78× 100
100
Tetal ( helai/cm ) × 100× ×100
100−mP
Berat Pakan(B 3)=
Nm Pakan×100
100
( 29.05 ) ×100 × × 100
100−5.12
Berat Pakan(B 3)= =43.58 gram
70.26 ×100
100 cm x 100 cm
b. Penimbangan Kain= x Berat Contoh
20 cm x 20 cm
100 cm x 100 cm
¿ x 5,06 gr
20 cm x 20 cm
¿ 126,5 gr¿ m 2
c. Berat Kain/ m2=B Lusi+ B Pakan
Berat Kain/m 2=91,19+ 42,26=133,45 gram
 Selisih
BB−BK 133,45−126,5
∆W= x 100 %= x 100 %=5,20 %
BB 133,45
VI. DISKUSI
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan didapatkan nilai mengkeret
benang, nomor benang, dan berat kain. Namun terkadang selisih berat kain dengan
cara penimbangan dan cara pengukuran melebihi batas maksimal sebesar 5%. Hal itu
dapat terjadi kerena beberapa hal, yaitu:
 Menghitung tetal yang kurang teliti akan mempengaruhi pada perhitungan, untuk
itu dalam menghitung tetal perlu dilakukan berulang-ulang agar didapat nilai yang
sesuai. Selain itu, cara terbaik menghitung tetal adalah dengan menggunakan lup
dibandingkan dengan membentuk persegi 1cm x 1cm pada kain lalu menghitung
tetalnya dengan cara ditiras, karena apabila menggunakan cara tersebut sering kali
kain tersebut tidak tepat 1cm x 1cm, sehingga kemungkinan adanya kesalahan
cukup besar.
 Menggunting kain 20cm x 20cm yang kurang rapih. Hal tersebut dapat
mempengaruhi massa kain yang sebenarnya, sehingga selisih berat kainnya
melebihi batas maksimal, untuk itu dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam
menggunting kain tersebut tepat 20cm x 20cm.
 Kesalahan dalam menghitung panjang benang yang ditiras, karena apabila salah
dalam menentukan panjang benang tersebut, maka akan salah juga dalam
menentukan mengkeret benang. Kesalahan tersebut akan mempengaruhi berat
kain secara perhitungan dan selisih berat kain.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, praktikan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Anyaman Polos
 Mengkeret benang
a. Lusi : 6,7%
b. Pakan : 9,5 %
 Nomor Benang
a. Lusi : Nm : 42,03
Ne1 : 24,79
Tex : 23.79
Td : 214,132
Pakan : Nm : 55,3
: Ne1 : 32,67
Tex : 18,08
Td : 162,74
 Penimbangan Kain : 126,5 g/m 2
 Selisih massa kain : 5,20 %
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai