Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pada BAB ini penulis akan menguraikan permasalahan yang terjadi

didalam kasus serta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi

pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Ny. Y Dengan Resiko

Perilaku Kekerasan di Ruang Indragiri Rumah Sakit Jiwa Tampan

Pekanbaru Riau yang dilaksanakan pada tanggal 02 Juli 2019, untuk

memudahkan pemahaman pada kasus ini diperlukan menggunakan asuhan

keperawatan yang terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi.

Hasil pengkajian pada tanggal 23 Juli 2019 pada Ny. Y dengan

diagnosa :

1. Resiko perilaku kekerasan

Pada pengkajian ditemukan data subktif : klien mengatakan

datang ke RSJ Dibawa dinas sosial PKU kerena melempar barang, dan

ditemukan data objectif: klien terlihat membanting jendela, klien

terkesan seperti mengancam, klien terlihat sering melempar gelas

plastik yang dipegangnya. Resiko perilaku kekerasan adalah suatu

keadaaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain

(Yoseph, 2010).
Resiko prilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun

psikologis, perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan

pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. (Keliat, 2012).

Manifetasi yang bisa muncul pada klien gangguan dengan resiko

prilaku kekerasan: secara fisik, verbal, emosional, sosial dan spritual.

(Yoseph, 2010). Resiko perilaku kekerasan diangkat sebagai perioritas

diagnosa pertama karena dari pengkajian didapatkan data-data diatas

merupakan data subjectif dan objectif yang diperoleh penulis saat

melakukan pengkajian. Maka penulis menarik kesimpulan dari emperis

(teori) tidak ada perbedaan yang mencolok.

Masalah yang terjadi pada Ny. Y adalah klien mengatakan suka

melempar barang, dan klien sering melamun. Data-data tersebut data

subjectif yang sudah memenuhi batasan karateristik (Yoseph, 2010).

Oleh sebab itu penulis dapat menarik kesimpulan resiko perilaku

kekerasan yang dilakukan klien dengan melempar barang.

Tujuan dari asuhan keperawatan pada diagnosa keperawatan

resiko perilaku kekerasan yaitu klien tidak lagi menciderai diri sendiri

dan lingkungan, sedangkan tujuan khususnya yaitu klien dapat

membina hubungan saling percaya, dapat mengindentifikasi penyebab

perilaku kekerasan, dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan,

dan dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah resiko


perilaku kekerasan yitu dengan cara tarik nafas dalam sesuai dengan

aturan yang benar.

Implementasi ang dapat penulis lakukan pada Ny.Y Dengan

resiko prilaku kekerasan dengan strategi tindakan keperawatan

membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab resiko

prilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku,

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, menyebutkan cara

mengontrol perilaku kekerasan: latihan nafas dala, mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien, melatih mengontrol resiko perilaku kekerasan

dengan cara fisik tarik nafas dalam. Menganjurkan klien memasukan

latihan nafas dalam kedalam kegiatan catatan harian klien.

Tindakan keperawatan pada teknik relaksasi nafas dalam terhadap

tingkat emosi klien resiko perilaku kekerasan yang diteliti oleh nanny

dan sujarwo pada klien resiko perilaku kekerasan di RSJ dr.amino

gondhohutomo semarang. Tingkat emosi tinggi frekuensi 24 persentasi

(80%). Emosi sedang frekuensi 6 presentasi 20% dan emosi rendah

frekuensi 0 presentase. Dan yang menunjukan tingkat emosi tinggi

sebanyak 24 responden (80). Kemampuan klien dalam mengontrol

emosi dalam teknik relaksasi nafas dalam sebelum diajarkan tinggi,

setelah diajarkan teknik relaksasi nafas dalam selam 3 hari emosi klien

berkurang.

Anda mungkin juga menyukai