ARTEMIA
ARTEMIA
Oleh :
1
2
2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat, rahmat serta karuniaNya, sehingga praktikan dapat menyusun Laporan
Praktikum Budidaya Pakan Alami untuk menambah pengetahuan. Selain
menambah pengetahuan, menjadikan sebagai bahan referensi bagi orang banyak,
itulah yang mendorong praktikan untuk menyusun laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa laporan yang praktikan susun masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan rendah hati praktikan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari Dosen Pembimbing dan rekan-rekan Asisten Dosen
guna perbaikan dan peningkatan kualitas laporan praktikum ini.
Praktikan
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
udang skala intensif harus dipenuhi dalam waktu beberapa jam saja karena laju
pencernaan pada larva begitu cepat. Sedangkan dalam waktu normal penetasan
kista artemia dalam air laut adalah 24-36 jam pada suhu 25 oC. Penetasan kista
(telur) artemia harus dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dan dalam jumlah
yang besar. Sehingga dibutuhkan teknologi terapan yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, teknologi yang telah berkembang untuk menjawab tantangan
tersebut adalah dekapsulasi kista artemia. Cara dekapsulasi dilakukan dengan
mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi
kelangsungan hidup embrio. Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum
digunakan pada panti-panti benih, namun untuk meningkatkan daya tetas dan
meneghilangkan penyakit yang dibawa oleh kista artemia cara dekapsulasi lebih
baik digunakan
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
4.1 Hasil
Hasil yang didapat selama praktikum dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan
Gambar 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Penetasan Artemia Salina .
No. Perlakuan Kepadatan Artemia (individu)
1. Salinitas 15 ppt dengan suhu ruang 132,666
2. Salinitas 20 ppt dengan suhu ruang 102,333
3. Salinitas 25 ppt dengan suhu ruang 150,857
4. Salinitas 30 ppt dengan suhu ruang 95,667
5. Salinitas 35 ppt dengan suhu ruang 128,333
160,000 150,857
jumlah kelimpahan artemia/individu
80,000
60,000
40,000
20,000
0
1 2 3 4 5
perlakuan
4.2 Pembahasan
tetas digunakan air yang di campur garam, dengan salinitas antara 30 – 35 ppt dan
suhu air 250- 350C. Pada keadaan normal, kurang dari 48 jam kemudian cyst akan
menetas menjadi bentuk nauplius.
Pada praktikum budidaya Artemia hal yang terlebih dahulu dipersiapkan
yaitu alat dan bahan yang akan digunakan. Pertama yang harus kita siapkan yaitu
akuarium sebagai wadah penetasan dimana akuarium dibersihkan terlebih dahulu
yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang dapat mengganggu
dalam penetasan Artemia Salina .setelah itu timbang cyst Artemia Salina .yang
akan dibudidayakan sebanyak 3 gram. Lalu langkah selanjutnya cyst Artemia
Salina .tersebut direndam beberapa menit Perendaman bertujuan agar
mempercepat penetasan. Sambil menunggu perendaman maka langkah
selanjutnya yaitu menyiapkan media air asin dimana air bersih sebanyak 2 liter
dicampur dengan garam sebanyak 80 gram yang sudah disediakan sehingga air
tersebut memiliki kisaran salinitas 20 ppt, salinitas di ukur dengan alat ukur yaitu
refraktometer. Setelah media sudah siap dan perendaman sudah selama beberapa
menit dan menetas maka cyst Artemia Salina .siap ditebar ke dalam akuarium
yang sudah di isi air yang sudah disiapkan. Setelah ditebar lalu masukkan aerasi
ke dalam akuarium dan dilakukan pemasangan lampu sebagai sumber cahaya.
Pada budidaya kali ini tidak menggunakan termometer melainkan menggunakan
suhu ruangan. Setelah 24 jam kemudian Artemia Salina .sudah menetas dan siap
untuk dipanen.Berdasarkan Tabel 4.1 hasi penetasan Cyts artemia pada perlakuan
pertama menggunakan salinitas 15 ppt dengan suhu ruangan adalah 132,66
individu, pada perlakuan kedua menggunkan salinitas 20 ppt dengan
menggunakan suhu ruangan adalah 102,333 individu, pada perlakuan ketiga
menggunakan salinitas 25 ppt dengan menggunakan suhu ruangan adalah 150,587
individu dan pada perlakuan keempat dengan salinitas 30 ppt dengan
menggunakan suhu ruangan adalah 95,667 individu. Dan perlakuan kelima
dengan salinitas 35 ppt menggunakan suhu ruangan adalah 128,333 individu
Cyts artemia dapat menetas karena salinitas dan suhu yang ada pada media
penetasan sesuai pada media tempat hidupnya, sedangkan untuk Cyts artemia
tidak menetas disebabkan oleh suhu air pada corong yang ada naik dari suhu yang
telah ditentukan, suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan suhu
optimal untuk penetasan dan juga salinitas yang tidak sesuai untuk penetasan Cyts
8
9
artemia sehingga mengakibatkan Cyts artemia tidak menetas dan mati. Bougias
(2008) menyatakan bahwa waktu normal penetasan cyst artemia dalam air laut
adalah 24-36 jam pada suhu 25oC dan dengan kadar salinitas optimal untuk
penetasan adalah antara 15-35 ppt, pada suhu dibawah 25º C Artemia akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan pada suhu yang
meningkat yaitu diatas 33º C dapat menyebabkan kematian Cyts artemia.
Penetasan cyta (telur) artemia harus dilakukan dalam waktu yang lebih singkat
dan dalam jumlah yang besar.
Artemia Salina secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-
300C. Cyst Artemia Salina .sering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 0C.
Artemia Salina .dapat ditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut
dengan brain shrimp. Kultur biomasa Artemia Salina .yang baik pada kadar
garam 30-50 ppt. Artemia Salina .yang mampu menghasilkan cyst membutuhkan
kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995 dalam Djunaedi
Ali, 2015).
Menurut SNI, penetasan artemia yang baik yaitu dengan salinitas 25
ppt, pH yang dianjurkan diatas 8,0.Suhu air optimum untuk penetasan sempurna
dalam waktu 24 jam adalah 26-28°C. Artemia Salina .akan butuh waktu lebih
lama untuk menetas dengan suhu dibawah 25°C, suhu jangan sampai melebihi
30°C. Cahaya diperlukan untuk memicu mekanisme penetasan dalam embrio
Artemia Salina .selama beberapa jam pertama inkubasi . Meletakan lampu bohlam
(bukan lampu hemat energi) sebagain sumber cahaya selama periode inkubasi
sangat dianjurkan untuk mendapatkan hasil optimal. Aerasi terus menerus
diperlukan untuk menjaga cyst tetap bergerak dan untuk memberikan kadar
oksigen yang cukup untuk menetas. Minimal 3 ppm oksigen terlarut selama
inkubasi dianjurkan. Aerasi yang kuat tidak akan merusak atau menyakiti naupli.
9
10
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Adi , 2011. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami Untuk
Pembenihan Organisme Laut. Kanasius, Yogyakarta.
Bougias, 2008. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta.
Daulay, T. 2001. Artemia Salina (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya). INFIS
11
12
G
Gambar 1. Cyst artemia ambar 2. Penimbangan Cyst artemia
12
13
Perlakuan 2 :
Jumlah menetas = n x V
= 51,166 x 2000 ml
= 132.666
Perlakuan 3 :
Jumlah menetas = n x V
= 75,42 x 2000 ml
= 150.857,14
Perlakuan 4 :
Jumlah menetas = n x V
= 47,83 x 2000 ml
= 95.666,66
Perlakuan 5
Jumlah menetas = n x V
= x 2000 ml
=
13